Anda di halaman 1dari 10

HYGIENE INDUSTRI MEBEL

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Lingkunagan dari
Dosen Dr. Rina Marina Masri, MP

Oleh:
Fauzi Luqman Najib
1504768

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
HYGIENE INDUSTRI

Hygiene Industri
Higiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan,
evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang
mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan. Faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational health
hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, bahaya faktor biologi,faktor
ergonomi dan psikologi.
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas,
getaran, radiasi dsb. Bahaya faktor bilogi meliputi virus, bakteri, jamur dsb. Bahaya
faktor kimia meliputi debu, Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
Agar pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk meminimalkan bahaya di
tempat kerja. Upaya untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi,
substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD)

Selama proses menganalisa seorang Industrial Hygienist melakukan:


 Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-
permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-kondisi yang dapat
diukur untuk mencari permasalan yang timbul.
 Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan
sampling yang dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di tempat
kerja.
 Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya
kimia dan fisika dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan
pengukuran.
 Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang relevan
untuk menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.

[Date] 1
HYGIENE INDUSTRI

Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau
Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan
agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja
diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan
perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang
mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan
industri yang mengerti tentang hygiene industri dan menerapkannya di lingkungan
kerjanya
Komponen dan Ruang Lingkup Higiene Industri
Menurut Suma’mur (1976) Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu hygiene
beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara
kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk
dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat
di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengecap
derajat Kesehatan yang setinggi- tingginya.
Sehingga Higiene industri didefinisikan sebagai ilmu dan seni dalam melakukan
antisipasi, rekognisi, evaluasi, dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan atau
stresses, yang timbul di atau dari tempat kerja, yang bisa menyebabkan sakit, gangguan
kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan yang berarti bagi pekerja maupun
warga masyarakat masyarakat
Sejarah mengenai higiene industri sudah ada sejak 400 tahun SM saat hiprokates
menemukan keracunan "Pb" pada pekerja tambang. higiene industri terus berkembang

[Date] 2
HYGIENE INDUSTRI

seiring dengan berjalannya waktu hingga pada tahun 1920 di Australia dibentuk
"Australian Industrial Hygiene Division". Di Amerika Serikat, pada tahun 1938 dibentuk
National Conference of Governmental Industrial Hygienist (NCGIH) yang kemudian
berubah nama menjadi American Conference of Governmental Industrial Hygienist
(ACGIH) pada tahun 1946.
Di Indonesia sendiri sejarah mengenai higiene industri sudah ada sejak masa kolonial
belanda yaitu pada tahun 1930 dengan dikeluarkannya mijn politie reglement dan
selanjutnya setelah masa penjajahan, dibentuklah hiperkes (Higiene pekerja dan
kesehatan) pada tahun 1968 yang disusuldengan dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970. 

Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard yang
diterima pekerja di tempat kerja.Pembatasan dilakukan melalui proses antisipasi,
rekognisi, evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di tempat kerja.
Pendekatannya melalui usaha preventive untuk melindungi kesehatan pekerja dan
mencegah timbulnya efek yang ditimbulkan oleh bahaya (hazard).
proses dalam higiene industri meliputi :

1.     Antisipasi

Kemampuan untuk memperkirakan, memprediksi dan mengestimasi bahaya (hazard)


yang mungkin terdapat pada tempat kerja yang merupakan konseksuensi dari aktivitas
kerja.
 
2.     Rekognisi

Mengenal bahaya (hazard)lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan


pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap para pekerja maupun masyarakat
disekitarnya.Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait isu higiene industri diantaranya :

a.      Bahaya fisik
Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu
ekstrim dan pressure (tekanan)

b.     Bahaya Kimia
Bahaya kimia timbul dari timbul dari excess-nya konsentrasi mists, uap, gas atau
padatan dalam bentuk fume atau debu di udara. Selain itu, bahaya kimia terkait higiene
industri termasuk juga bahan yang bersifat iritan  atau beracun ketika terabsorpsi kulit

c.      Bahaya biologi

[Date] 3
HYGIENE INDUSTRI

Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme tersebut yang
dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen yang
menginfeksi)
d.     Bahaya Ergonomi
Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan kerja, area
kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain itu,  bahaya ergonomi yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan atau pekerja sakit diantaranya pengangkatan dan
proses ketika menjangkau/meraih yang tidak memadai, kondisi visual yang buruk,
gerakan monoton dalam postur janggal.

Contoh Industri
Industri Mebel
Limbah utama dari industri kayu yang jelas adalah potongan - potongan kecil dan
serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut
sangat sulit dikurangi, hanya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain
yang memiliki nilai ekonomis.
Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture sebenarnya memiliki peran yang
besar pada sebuah 'costing' serta dampak lingkungan sehingga akan sangat bermanfaat
apabila bisa dikurangi.

Limbah utama industri kayu:


A. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot kayu.
Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada umumnya
dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk membuat plywood, MDF
(medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan dengan skala kecil
dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai
bahan tambahan pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata,
kermaik atau dapur rumah tangga.

B. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya.


Ini limbah terbanyak kedua setelah kayu dan pada kenyataannya (di Indonesia) belum
begitu banyak perusahaan yang menyadari dan memahami betul tentang tata cara
penanganan limbah tersebut. Beberapa masih melakukan pembuangan secara tradisional
ke sungai dan ke dalam tempat pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa
mempertimbangkan dampak lingkungannya.
Bahkan ada beberapa perusahaan yang 'menjual' thinner bekas kepada penduduk yang
tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk keperluan lain yang kurang jelas.

[Date] 4
HYGIENE INDUSTRI

Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung jawab untuk
mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri)
adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun).

C. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu misal:
accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. Limbah ini
belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik.
Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar2 'membuang' limbah ini keluar dari
pabrik. Kadang - kadang hanya disimpan di sebuah area engineer atau gudang barang
bekas dan ditumpuk bersama - sama dengan peralatan bekas yang lain.
Mereka hampir tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan limbah tersebut.

D. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas bekas, kain
bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lainnya.

Dari sekian limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis hanya limbah pertama
yang benar - benar dipahami oleh beberapa industri kayu bagaimana cara
penanganannya yang baik dan sesuai. Sedangkan limbah utama lainnya masih menjadi
sebuah tanda tanya yang tidak jelas atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir
setelah pemikiran tentang pembaharuan mesin dan investasi baru di dalam pabrik.
Potensi Bahaya pada Perajin Meubel Kayu

Perajin meubel kayu adalah pekerja sektor informal yang menggunakan berbagai jenis
kayu sebagai bahan baku/utama dalam proses produksinya serta menerapkan cara kerja
yang bersifat tradisional.

Pada dasarnya, pembuatan meubel dari kayu melalui lima proses utama, yaitu proses
penggergajian kayu, penyiapan bahan baku, proses penyiapan komponen, proses
perakitan dan pembentukkan (bending) serta proses akhir (finishing).

Bahaya potensial dan akibatnya

a. Penggergajian

1. Debu kayu
Debu kayu yang terjadi akibat proses penggergajian dapat masuk kedalam tubuh melalui
saluran pernafasan dan dapat pula menyebabkan allergi terhadap kulit. Dampak  negatif
dari debu terhadap kesehatan dapat berupa :

 Iritasi dan allergi terhadap saluran pernafasan,

[Date] 5
HYGIENE INDUSTRI

 Allergi terhadap kulit.

2. Bising
Kegiatan penggergajian, pemotongan, pelubangan, dan penyambungan umumnya akan
menimbulkan kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan aktivitas, konsentrasi dan
pendengaran, gangguan pendengaran yang timbul pada awalnya masih bersifat
sementara, tetapi pada pemajanan tingkat kebisingan tertentu, misalnya lebih dari 85 dB
(A) dan dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan pendengaran yang
menetap sehingga menyebabkan tuli yang tidak diobati dari pekerja yang bersangkutan.

3. Posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk akan
menimbulkan nyeri otot dan punggung).

b. Penyiapan bahan baku / penyiapan komponen

 Debu dan partikel kecil kayu banyak terjadi pada kegiatan ini yaitu pada proses
pemotongan kayu sebagai persiapan komponen meubel, juga pada proses
pembentukkan kayu. Debu kayu ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan, serta dapat pula menyebabkan iritasi dan allergi terhadap saluran
pernafasan dan kulit.
 Kebisingan yang ditimbulkan pada proses ini dapat menyebabkan gangguan
aktivitas, konsentrasi dan pendengaran, baik sementara maupun tetap. Akibat
cara kerja yang kurang konsentrasi dapat menimbulkan kecelakaan / bahaya
seperti tertusuk paku, sekrup dan lain-lainnya.
 Sikap dan posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok,
membungkuk) akan menimbulkan nyeri otot dan punggung serta gangguan
fungsi dan bentuk otot
 Cara kerja kurang hati-hati dapat menimbulkan luka terpukul, tersayat atau
tertusuk.

c. Penyerutan dan Pengamplasan

 Debu yang terjadi akibat proses penyerutan dan pengamplasan dapat masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pernafasan serta dapat menyebabkan allergi pada
kulit. Dampak negatif terhadap kesehatan dapat berupa :

 Iritasi dan allergi saluran pernafasan,


 Allergi terhadap kulit.
 Cara kerja yang kurang hati-hati akan menimbulkan luka tersayat , tertusuk , dan
terpukul.

[Date] 6
HYGIENE INDUSTRI

d. Perakitan

 Suara bising berupa ketukan dan suara nyaring lainnya dapat mengganggu
konsentrasi, aktivitas dan gangguan pendengaran. Akibat cara kerja yang kurang
konsentrasi dapat menimbulkan kecelakaan / bahaya seperti tertusuk paku,
sekrup dan lain-lainnya.
 Posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk)
akan menimbulkan nyeri otot dan punggung.

e. Pemutihan / Pengecatan

 Uap cat / zat kimia seperti H2O2, thinner, sanding sealer, melamic clear, wood
stain serta jenis cat lainnya dapat mengakibatkan:

 Peradangan pada saluran pernafasan, dengan gejala batuk, pilek, sesak


nafas, demam.
 Iritasi pada mata dengan gejala mata pedih, kemerahan, berair.
 Posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk)
akan menimbulkan nyeri otot dan punggung.

Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko gangguan


kesehatan pekerja meubel antara lain :

Kebisingan

a. Mengurangi kebisingan pada sumbernya dengan cara :

 Memberi sekat (dari bahan kain, gabus atau karet pada landasan mesin,
penempaan atau lainnya).
 Penanaman pohon di sekitar tempat kerja.
 Penempaan dilakukan pada ruangan tersendiri atau ruang kedap suara.

b. Mengatur lama waktu kerja agar tidak melebihi dari ambang batas kebisingan yang
diperkenankan, misalnya:

 85 db ( A) untuk 8 Jam pemajanan.

[Date] 7
HYGIENE INDUSTRI

 90 db ( A) untuk 4 jam pemajanan.


 95 db ( A ) untuk 2 Jam pemajanan, dan seterusnya.

c. Menggunakan sumbat telinga (ear plugs) atau tutup telinga (ear muffs) pada waktu
bekerja di tempat bising, karena alat tersebut mampu mengurangi intensitas bising
sampai sekitar 25 – 40 db (A).

Uap Logam / Zat-zat kimia

 Posisi kerja menghadap searah dengan arah angin.


 Menggunakan masker penutup mulut dan hidung.
 Tidak merokok sewaktu kerja.
 Tata udara yang baik di tempat kerja dan menggunakan cerobong asap di atas
tungku.
 Pengaturan waktu kerja agar pekerja tidak terlalu terpapar oleh uap logam atau
zat-zat kimia.
 Bila timbul gejala gangguan saluran pernafasan segera periksakan ke sarana
kesehatan.

Sikap kerja yang tidak benar (tidak ergonomis)

 Menyesuaikan alat kerja dengan postur tubuh pekerja sesuai dengan jenis dan
sifat pekerjaan masing-masing, sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan
posisi duduk atau berdiri, misalnya :

 Duduk dikursi dan menggunakan meja yang sesuai : tingginya untuk


tempat peralatan kerja.
 Berdiri tegak, dengan peralatan kerja diatas meja yang sesuai fungsinya.
 Pekerja tidak membungkuk , jongkok atau duduk dilantai dan
memaksakan posisi tubuh pada keadaan alami.
 Usahakan istirahat atau mengganti posisi kerja secara berkala.
 Melakukan latihan pada otot yang mengalami gangguan.
 Rujuk ke Puskesmas atau sarana kesehatan terdekat.

Penanggulangan Limbah

Adanya limbah dimaksud menimbulkan masalah penanganannya yang selama ini


dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif
terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan

[Date] 8
HYGIENE INDUSTRI

yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah
dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan
kepada masyarakat.

Hasil evaluasi menunjukkan beberapa hal berprospek positif sebagai contoh teknologi
aplikatif dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi limbah
industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang, arang aktif, arang kompos
dan soil conditioning.

Penerapan teknologi aplikatif dan kerakyatan ini dapat dikembangkan menjadi skala
besar baik secara teknis maupun ekonomis. Lebih lanjut keberhasilan pemanfaatan
limbah dapat memberi manfaat antara lain dari segi kehutanan dan industri kayu dapat
mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku konvensional (kayu) sehingga
mengurangi laju penebangan/kerusakan hutan dan mengoptimalkan pemakaian kayu
serta menghemat pengeluaran bulanan keluarga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Namun demikian mengubah pola kebiasaan masyarakat tidak mudah, diperlukan proses
yang panjang

[Date] 9

Anda mungkin juga menyukai