Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.

3, November 2013, hal 190-196


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

SIMULASI PENETAPAN KEWENANGAN KLINIK EFEKTIF SEBAGAI


ALAT SOSIALISASI SISTEM KREDENSIAL PROFESI KEPERAWATAN

Yuhanti1, Yulistiana Rudianti1*, Prisca Yohana Endiarti2, Sisilia Indriasari


W.2, Astrid Pratidina Susilo3, Herkutanto4

1. RS Katolik St. Vincentius a Paulo, Surabaya 60008, Indonesia


2. STIKES Katolik St. Vincentius a Paulo, Surabaya 60008, Indonesia
3. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda 75119, Indonesia
4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia

*E-mail: yuhanti_rkz@yahoo.com

Abstrak

Sistem kredensial dengan pembatasan kewenangan klinik berbasis profesionalisme bertujuan menjamin akuntabilitas
tenaga profesional keperawatan dan memastikan bahwa pasien mendapatkan layanan yang aman. Sistem ini
disosialisasikan melalui “Lokakarya Penetapan Kewenangan Klinik” yang menggunakan metode pembelajaran inovatif
dalam bentuk simulasi. Simulasi merupakan bentuk yang belum umum digunakan untuk sosialisasi walaupun sangat
bermanfaat sebagai metode pemelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas Lokakarya Penetapan
kewenangan klinik dengan metode simulasi sebagai bentuk sosialisasi sistem kredensial bidang keperawatan dalam
meningkatkan pengetahuan peserta. Metode yang digunakan adalah pretest and posttest without control. Sebelum dan
sesudah lokakarya, pengetahuan partisipan diukur dengan test tentang sistem kredensial. Hasil pre test dan post test
dianalisis dengan uji t berpasangan. Penelitian ini menemukan adanya perbedaan bermakna antara pengetahuan pre test
dan post test, artinya lokakarya penetapan kewenangan klinik dengan metode simulasi efektif menyosialisasikan sistem
kredensial. Metode simulasi dapat digunakan untuk melengkapi metode yang sebelumnya dilakukan dalam rangka
sosialisasi sistem kredensial.

Kata kunci: lokakarya penetapan kewenangan klinik, simulasi, sistem kredensial, sosialisasi

Abstract

Simulation of Determination Clinical Authority Effectiveas Dissemination Tool the System Credentials Nursing
Profession. The credentialing system with the delineation of clinical privilege is based on the principles of
professionalism. It aims to ensure the accountability of nurses and patient safety. This system is introduced in
“Clinical Privilege Workshop” which used simulation as learning approach. Because simulation is seldom used as
a tool to disseminate an innovation, this study aimed to test the effectiveness of simulation method to disseminate
credential system in nursing. This study used pretest and posttest without control. Before and after workshop,
participants’ knowledge was measured using a knowledge test related to credentialing system. Paired t -test was
used for the analysis. This study revealed there is a significant difference between the pre and post test, it means
Clinical Privilege Workshop with simulation effectively disseminates the credentialing system. Simulation methods
can be applied to complete methods existing used in order to support the dissemination of the nursing credential
system.

Keywords: “clinical privilege” workshop, credential system, simulation

Pendahuluan
di rumah sakit. Pasien perlu dijamin mendapat
Salah satu upaya sebuah rumah sakit dalam layanan kesehatan aman sehingga dibutuhkan
menjalankan tugas dan tanggung jawab untuk sistem untuk menjamin akuntabilitas tenaga
menjaga keselamatan pasien adalah dengan kesehatan di institusi kesehatan (Wachter, 2008).
menjaga standar dan kompetensi para staf yang Sistem kredensial menggunakan pembatasan
akan berhadapan langsung dengan para pasien kewenangan klinik berbasis profesionalisme
dilakukan untuk memastikan setiap pelayanan
Yuhanti, et al., Simulasi Penetapan Kewenangan Klinik Efektif sebagai Alat Sosialisasi 191

bagi pasien dilakukan oleh tenaga profesional


keperawatan yang berkompeten (Blais, Hayes, tenaga medis. Lokakarya penetapan kewenangan
Kozier, & Erb, 2007; Nursalam, 2007; Wachter, klinik (Clinical Privilege) diadakan untuk mem-
2008). Hal tersebut merupakan salah satu cara perkenalkan sistem kredensial dengan pembatasan
untuk menjamin kredibilitas dan akuntabilitas kewenangan klinik berdasarkan pemenuhan
tenaga keperawatan secara berkesinambungan. kebutuhan dasar manusia ke beberapa rumah sakit
dan institusi pendidikan keperawatan di Indonesia.
Dasar pemikiran sistem kredensial ini adalah Penyajian lokakarya penetapan kewenangan klinik
konsep profesionalisme, yang mana profesional perlu diperkaya dengan berbagai metode, di-
kesehatan memiliki kontrak sosial dengan antaranya simulasi sebagai metode inovatif.
masyarakat untuk menjamin kualitas layanan Untuk mencapai tujuan pemelajaran diperlukan
dan menempatkan kepentingan masyarakat di metode yang inovatif karena pembelajaran pada
atas kepentingan pribadi (Cruess, Cruess, & dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara
Johnson, 2000; Sullivan, 2000). pendidik dan peserta didik, serta antar peserta
didik dengan peserta didik lainnya (Kriz, 2003;
Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Wawan, 2010).
Surabaya telah membangun sistem kredensial
keperawatan dengan pembatasan kewenangan Simulasi merupakan satu metode pelatihan yang
klinik yang berbasis profesionalisme. Dalam memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang
sistem ini kewenangan klinik diurai, yaitu dirinci mirip dengan keadaan yang sesungguhnya.
satu per satu. Seorang tenaga kesehatan hanya Metode ini dipilih karena dapat mengembangkan
dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
dengan kewenangan klinik yang dimiliki (The peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada
Joint Commission on Accreditation of Healtcare psikomotor. Melalui pemelajaran simulasi peserta
Organization, 2003; Herkutanto & Susilo, 2009). didik diberikan kesempatan untuk memainkan
Sesuai konsep keperawatan, kewenangan klinik peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan
keperawatan dirinci berdasar asuhan sehingga peserta didik pun dapat memperoleh
keperawatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Wawan,
dasar manusia (George, 2001; McKenna, 2007). 2010). Teori yang mendasari pilihan metode ini
adalah experiential learning. Proses belajar
Sistem kredensial ini menggunakan instrumen terjadi ketika seorang pembelajar mengalami
segitiga kredensial, yang terdiri dari format suatu situasi dan merefleksikan hal-hal baru
kewenangan klinik, buku putih, dan mitra yang dapat dipelajari dari situasi tersebut, serta
bestari. Setiap tenaga keperawatan mengajukan merumuskan apa yang ingin dipelajari dalam
permohonan kewenangan klinik yang mampu kesempatan selanjutnya (Aggarwal, et al., 2010;
dilakukan dengan mengisi format kewenangan Gijbels, Donche, Richardson, & Vermunt, 2013;
klinik. Mitra bestari mendiskusikan isian format Yardley, Teunissen, & Dornan, 2012).
kewenangan klinik dengan membandingkan
permohonan dari perawat dengan kriteria yang Beberapa literatur melaporkan efektifitas simulasi
tercantum dalam buku putih (Herkutanto & sebagai metode pemelajaran. Simulasi sering
Susilo, 2009). Setelah itu, mitra bestari menerbit- kali menggunakan manekin atau alat peraga
kan rekomendasi kepada pimpinan RS tentang dalam meningkatkan keterampilan klinik yang
kewenangan klinik yang dapat diberikan kepada aman (Cant & Cooper, 2010). Simulasi memberi
tenaga keperawatan yang bersangkutan. gambaran kepada peserta didik mengenai situasi
klinik tertentu sehingga lebih cepat mengerti
Sistem kredensial ini belum tersosialisasi secara dan mampu mempraktikkan kembali (Cant &
nasional. Beberapa RS masih memiliki kriteria Cooper, 2010; Hovancsek, 2007; Kriz, 2003).
yang bervariasi, dan pedoman penyusunannya Simulasi dilaporkan cukup efektif digunakan
merujuk pada penyelenggaraan sistem kredensial dalam meningkatkan kemampuan keterampilan
seorang perawat atau bidan, sebanyak 57%
peserta didik menunjukkan kemahiran dalam
analisis atau berpikir kritis dan keterampilan kredensial tersebut dapat diaplikasikan dalam
setelah kegiatan pemelajaran (Gijbels, O’Connel , konteks institusi masing-masing untuk menjamin
Dalton-O’Connor, & O’Donovan, 2010) asuhan keperawatan yang berorientasi pada
keselamatan pasien. Diskusi setelah simulasi
Namun demikian, metode simulasi sebagai alat memperkuat proses pemelajaran peserta serta
sosialisasi sistem kredensial merupakan pen- membantu merumuskan apa yang ingin dipelajari
dekatan yang baru dikenal di dunia keperawatan selanjutnya dalam bentuk rencana implementasi
khususnya di Indonesia. Sosialisasi kebijakan sistem kredensial di institusi masing-masing.
sistem menggunakan metode simulasi belum Metode sosialisasi ini, membantu peserta untuk
pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, memahami proses kredensial sehingga mampu
pertanyaan penelitian ini adalah apakah lokakarya mengubah budaya lama ke sistem yang baru
penetapan kewenangan klinik dengan metode yang akhirnya membawa perubahan praktik
simulasi dapat meningkatkan pengetahuan organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi
partisipan atas sistem kredensial berbasis ke- atau pemegang kebijakan di institusi masing-
wenangan klinik? Uji efektifitas metode ini masing. Kegiatan lokakarya dapat dilihat di
diharapkan dapat menyumbangkan informasi Tabel 1.
tentang pendekatan yang dapat dipakai dalam
sosialisasi sistem kredensial.
Tabel 1. Rangkaian Kegiatan Lokakarya
Metode Hari Pertama
Presentasi tentang kebijakan kredensial
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Presentasi tentang mekanisme kredensial
tanpa kelompok kontrol. Sampel penelitian ini Pemutaran video tentang alur kredensial
yaitu peserta Lokakarya Penetapan Kewenangan Simulasi proses kredensial
Diskusi kelompok
Klinik yang diadakan di Surabaya pada tahun
2012, yang telah mendapatkan informasi dan Hari Kedua
bersedia menjadi responen penelitian. Lokakarya Presentasi hasil diskusi kelompok
tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan Umpan balik
Kesimpulan dan rekomendasi
sistem kredensial keperawatan berbasis konsep
profesionalisme.

Intervensi penelitian berupa lokakarya penetapan Persetujuan etik penelitian ini didapatkan dari
kewenangan klinik dengan metode simulasi. Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Semua
Pada lokakarya tersebut, peserta mendapatkan peserta mendapat penjelasan tentang tujuan,
informasi tentang penetapan kewenangan klinik. prosedur, dan manfaat penelitian, dan dimintai
Selain itu juga mendapat kesempatan melakukan persetujuan tertulis sebelum mengikuti penelitian.
simulasi langsung tentang proses kredensial Selama proses pengambilan data, kerahasiaan
dan belajar dari pengalaman tersebut. Simulasi responden tetap dijaga dengan tidak mencantum-
dilakukan secara berkelompok. Peserta berperan kan nama dan identitas lain dalam lembar test.
sebagai mitra bestari yang bertugas mengkaji
permohonan kewenangan klinis dari staf ke- Pengukuran pengetahuan dilakukan sebelum
perawatan dan memberikan rekomendasi kepada dan sesudah lokakarya. Alat ukurnya berupa tes
komite keperawatan. Format kewenangan klinik pengetahuan tentang sistem kredensial berbentuk
dan buku putih yang telah dirancang oleh pertanyaan tertutup sebanyak 20 buah. Contoh
Komite Keperawatan RS Katolik St. Vincentius pertanyaan dalam alat ukur tersebut dapat dilihat
a Paulo, Surabaya digunakan sebagai instrumen. di Tabel 2. Peserta diminta untuk memilih benar
Peserta merefleksikan proses kredensial, serta atau salah untuk setiap pernyataan. Jawaban
mendiskusikan lebih lanjut apakah instrumen benar diberi kode 1 dan jawaban yang salah
diberi kode 0. Data yang didapat berupa total
skor dari seluruh jawaban benar, selanjutnya data
dianalisis dengan paired t-test untuk mengetahui responden berdasarkan tingkat pendidikan, masa
perbedaan rerata yang bermakna dari nilai pre kerja dan asal daerah dideskripsikan dalam
test dan post test. Tabel 3 dan 4.

Data yang diperoleh memiliki distribusi normal


Tabel 2. Contoh Pertanyaan dalam Pre dan Post Test sehingga digunakan uji-t berpasangan untuk
menganalisis perbedaan data pre dan posttest.
Contoh pertanyaan tentang komite keperawatan Tabel 5 menunjukkan rerata nilai pretest 18,64
Komite Keperawatan berperan sebagai Lembaga
dengan standar deviasi 2,43 dan penilaian post-
Pengawal Profesi Keperawatan test didapat rerata nilai 22,29 dengan standar
deviasi 2,61. Tampak terdapat perbedaan nilai
Komite Keperawatan memberikan rekomendasi rerata antara pretest dan posttest yaitu 3,65
kepada Direktur Rumah Sakit untuk pemberian
Clinical Appointment
dengan standar deviasi 3,416. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p= 0,000, 95% CI -4,47 – (-
Contoh pertanyaan tentang proses kredensial 2,83), dan nilai t -8.880. Hal ini dapat
Dalam upaya menjaga kesejahteraan dan disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
keselamatan pasien diperlukan uji kompetensi signifikan terkait pengetahuan peserta mengenai
bagi seluruh tenaga keperawatan di RS oleh sub sistem kredensial dalam profesi keperawatan,
komite kredensial antara sebelum dan sesudah lokakarya.
Tiga proses inti kredensial yaitu Buku Putih,
Aplikasi Clinical Privilege, dan Mitra Bestari Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang
Hasil bermakna antara nilai pretest dan posttest atas
pengetahuan peserta tentang sistem kredensial.
Lokakarya Penetapan Kewenangan Klinik diikuti Hal ini menunjukkan bahwa lokakarya dengan
oleh 77 peserta, sebanyak 69 orang diantara- metode simulasi dalam rangka sosialisasi konsep
nya bersedia berpartisipasi dalam penelitian. profesionalisme keperawatan efektif dalam
Responden berasal dari 39 institusi pelayanan meningkatkan pengetahuan tenaga keperawatan
kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan di tentang kewenangan klinik dan dapat menjadi
beberapa daerah di Indonesia. Karakteristik rekomendasi sebagai metode sosialisasi konsep
kredensial keperawatan.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja

Karakteristik Jumlah Persentase (% )

Tingkat pendidikan
D3 18 26,1
S1 41 59,4
S2 10 14,5

Masa kerja
2 – 5 th 2 2,89
6 – 10 th 5 7,24
12 – 20 th 37 53,62
21 – 30 th 22 31,86
31 – 40 th 3 4,43
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Asal

No Propinsi Kota Jumlah Partisipan


1 Kalimantan Selatan Banjarmasin 4
2 Bali Denpasar 3
3 DI Yogyakarta Yogyakarta 4
4 DKI Jakarta Jakarta 4
5 Jawa Barat Bandung 2
6 Jawa Tengah Cepu 2
7 Surakarta 1
8 Jawa Timur Bangil 1
9 Bangkalan 8
10 Gresik 2
11 Jember 2
12 Kediri 3
13 Lamongan 1
14 Madiun 2
15 Sidoarjo 1
16 Surabaya 26
17 Tulungagung 2
18 Jombang 1

Tabel 5. Perbedaan Nilai Pre dan Post Test Pengetahuan Responden


Variabel Mean SD SE p N
Pre test 18,64 2,43 0,29
0,000 69
Post test 22,29 2,61 0,31

Temuan ini sejalan dengan yang tertulis pada Secara teoritis, metode simulasi memberikan
literatur terdahulu tentang metode simulasi kesempatan bagi peserta didik untuk memainkan
baik yang berupa bukti empiris (Cant & sehingga dapat memperoleh pengetahuan, sikap,
Cooper, 2010; Gijbels, et al., 2013; Hovancsek, dan keterampilan. Proses pemelajaran dengan
2007) maupun yang berupa tinjauan teoritis metode simulasi ini juga membuat peserta didik
(Aggarwal, et al., 2010; Yardley, Teunissen, lebih aktif karena peserta dapat merasakan
& Dornan, 2012). Secara empiris, efektifitas sendiri dengan melibatkan inderanya sebanyak
metode simulasi telah dilaporkan pada ber- mungkin memainkan peran dalam menyimulasi-
bagai proses pendidikan bagi tenaga kesehatan, kan suatu keadaan (Wawan, 2010). Metode
misalnya penggunaan manekin atau alat peraga simulasi juga membawa peserta didik dalam
dalam meningkatkan kemampuan keterampilan memahami situasi yang mendekati kenyataan.
klinis (Cant & Cooper, 2010) atau dalam pen- Dilihat dari sisi kebutuhan sosialisasi, metode
didikan keperawatan dan kebidanan (Gijbels, simulasi tidak hanya membantu pemahaman
et al., 2010). Menurut Kriz (2003), simulasi tentang proses kredensial, namun juga men-
permainan yaitu salah satu varian metode dukung implementasi dalam tatanan nyata. Hal
simulasi memberikan pengalaman belajar yang ini karena dalam proses pembelajaran peserta
berorientasi pada masalah dan memperkaya seolah-olah dihadapkan pada situasi kredensial
budaya dan struktur organisasi yang ada sesungguhnya. Selain itu, metode simulasi dapat
sebelumnya yang selanjutnya ini akan ber- mengembangkan kreativitas peserta karena
kontribusi pada proses organiasi yang lebih melalui simulasi peserta diberikan kesempatan
besar lagi. secara langsung memainkan proses kredensial
merekomendasi penetapan kewenangan klinik,
yang akhirnya dapat memperkaya pengetahuan, dilakukan penelitian lain yang berkaitan dengan
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam efektifitas penerapan metode simulasi selain
aplikasi sistem kredensial keperawatan. pada aspek pengetahuan yang akan berpengaruh
terhadap implementasi sistem kredensial. Ke-
Pada penelitian ini juga memiliki beberapa siapan tenaga keperawatan terhadap sistem
keterbatasan. Pertama, penelitian ini tidak meng- kredensial juga memerlukan penelitian yang
gunakan kelompok kontrol sehingga peneliti bersifat operasional (INR, HR).
tidak dapat menyatakan dengan pasti atau
menggeneralisasi bahwa peningkatan pengetahu- Ucapan Terima Kasih
an semata-mata disebabkan intervensi yang
diberikan (Fraenkel & Wallen, 2010). Kedua, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada
variabel yang dinilai adalah variabel pengetahuan Komite Keperawatan RS Katolik St. Vincentius a
saja. Untuk memastikan adopsi proses kredensial Paulo, Surabaya dan para fasilitator serta
ini ke dalam institusi dibutuhkan penelitian partisipan lokakarya atas dukungannya dalam
lebih lanjut dengan memperhitungkan faktor- proses penelitian ini sejak awal hingga selesai.
faktor lain yang memengaruhi diterimanya
suatu inovasi dalam rumah sakit. Faktor Referensi
tersebut tidak diukur dalam penelitian. Kriteria
inklusi sample atau restriksi sampel juga tidak Aggarwal, R., Mytton, O.T., Derbrew, M., Hananel,
dilakukan pada penelitian ini. D., Heydenburg, M., Issenberg, B., & Reznick,
R. (2010). Training and simulation for patient
Efektifitas sebuah proses pemelajaran yang safety. Qual Safety Health Care, 19 (2 suppl),
i34–i43. doi:10.1136/qshc.2009.038 562.
menggunakan metode simulasi sebenarnya tidak
cukup hanya dinilai aspek pengetahuannya saja Blais, K.K., Hayes J.S., Kozier, B., & Erb, G.
melalui test tertulis. Tetapi bagaimanapun juga (2007). Praktik keperawatan profesional: Konsep
penelitian ini dapat menstimulasi penelitian & perspektif (Ed ke-4). (Y. Yuningsih, penerj.).
lainnya baik yang berkaitan dengan metode Buku asli diterbitkan tahun 2002. Upper Sadle
simulasi maupun sistem kredensial. River, NJ: Prentice Hall.

Cant, R.P., & Cooper, S.J. (2010). Simulation-


Kesimpulan based learning in nurse education: Systematic
review. Journal of Advanced Nursing, 66 (1),
Hasil penelitian menunjukkan lokakarya dengan 3–15. doi: 10.1111/j.1365-2648.2009.05240.x
metode simulasi dalam rangka sosialisasi konsep
profesionalisme keperawatan efektif dalam Cruess, R.L., Cruess, S.R., & Johnston, S.E.
peningkatan pengetahuan tenaga keperawatan (2000). Professionalism and Medicine's Social
terkait kewenangan klinik. Lokakarya ini dapat Contract. The Journal of Bone & Joint Surgery,
direkomendasikan sebagai metode sosialisasi 82 (8), 1189–1189.
konsep kredensial keperawatan untuk kegiatan
sosialisasi selanjutnya. Selain dapat digunakan Fraenkel, J.R., & Wallen, N.E. (2010). How to
design and evaluate research in education (7th
dalam suatu lokakarya, peneliti merekomendasi-
Ed.). Singapore: McGraw Hill.
kan bahwa metode simulasi ini juga dapat
diadopsi sebagai sarana sosialisasi di tingkat George, J.B. (2001). Using nursing theory in clinical
rumah sakit pada awal implementasi proses practice. In J.B. George (Eds.), Nursing theories:
kredensial. The base for professional nursing practice
(pp. 555–574). New Jersey: Pearson Education
Bagi penelitian lebih lanjut dapat melibatkan Inc.
kelompok kontrol dan mengukur variabel lain
yang memengaruhi pengetahuan. Perlu juga Gijbels, D., Donche, V., Richardson, J.T.E., &
Vermunt, J.D. (Eds). (2013). Learning
patterns
in higher education: Dimensions and research McKenna, H. (2007). Nursing theories and models.
perspectives (New perspectives on learning London: TJ Press International Ltd.
and instruction). New York: Routledge.
Nursalam. (2007). Konsep dan penerapan metodologi
Gijbels, H., O’Connell, R., Dalton-O’Connor, C., penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba
& O’Donovan, M. (2010). A systematic review Medika.
evaluating the impact of post-registration
nursing and midwifery education on practice. Sullivan, W.M. (2000). Medicine under threat:
Nurse Education in Practice, 10 (2), 64–69. Professionalism and professional identity.
doi:10.1016/ j.nepr.2009.03.011. Canadian Medical Association Journal, 162
(5), 673–675.
Herkutanto, & Susilo, A.P. (2009). Hambatan dan
harapan sistem kredensial dokter: Studi The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
kualitatif di empat rumah sakit Indonesia. Organization. (2003). Credentialing, privileging,
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 12, competency, and peer review. Illinois: Joint
140–147. Commission Resources.
Hovancsek, M. (2007). Using simulation in nurse Wachter, R.M. (2008). Understanding patient safety.
education. In Jeffries P.R (Eds.), Simulation in New York: McGraw Hills.
nursing education: From conceptualization to
evaluation (pp. 1–9). New York: National League Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan
for Nursing. pengukuran pengetahuan sikap dan perilaku
manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kriz, W.C. (2003). Creating effective learning
environments and learning organizations through Yardley, S., Teunissen, P.W., & Dornan, T. (2012).
gaming simulation design. Simulation & Gaming, Experiential learning: Transforming theory
34 (4), 495–511. doi:10.1177/1046878103258 into practice. Medical Teacher, 34 (2), 161–
201. 164. doi:10.3109/0142159X.2012.6432 64.

Anda mungkin juga menyukai