Anda di halaman 1dari 3

Pemecahan Kasus Dilema Etik

Studi Kasus Dilema Etik

Seorang wanita 45 tahun dengan kanker rahim stadium IV yang sudah metastase (menjalar)
dan sudah resisten terhadap penyinaran (radiasi) dan kemoterapi. Klien mengeluh nyeri
tulang hebat, Nampak klien merintih dan mengerang terus menerus. Keluarga meminta untuk
menambahkan dosis morphin Karena analgesik akan mempercepat kematian.

1. Kasus diatas termasuk salah satu contoh masalah dilema etik bagi perawat dimana dilema
etik itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua ( atau lebih ) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi
dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini
sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada
tim medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson (1981)
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan
atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir rasional dan bukan
emosional.

2. Mengembangkan data dasar :

a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat


b. Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan keluarga klien untuk memberikan
penambahan dosis morphin.
c. Maksud dari tindakan yang diusulkan : agar tidak membahayakan diri klien.
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan : bila tidak diberikan penambahan dosis morphin,
keluarga klien akan menyalahkan perawat atas pelayanannya, dan keluarga akan merasa
tertekan dan stres atas kondisi klien.

3. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :


Penderitaan klien dengan kanker rahim stadium IV yang sudah mengalami metastase
mengeluh nyeri terus menerus yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah
ditentukan. Keluarga klien meminta penambahan dosis morphin untuk mengurangi keluhan
nyerinya. Konflik yang terjadi adalah :
a. Penambahan dosis morphin dapat mempercepat kematian klien.

b. Dokter / perawat tidak memenuhi keinginan keluarga klien karena tidak adanya persetujuan
dari klien tersebut.

4. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi


tindakan tersebut

a. Tidak menuruti keinginan keluarga klien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri.

Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung secara terus menerus
3) Keluarga pasien akan cemas dengan keadaan pasien.

b. Tidak menuruti keinginan keluarga klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.

Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) Klien dibiasakan beradaptasi dengan rasa nyerinya
3) Hak klien untuk menentukan nasibnya sendiri

c. Menuruti keinginan keluarga klien untuk menambah dosis morphin tetapi tidak sering dan
hanya apabila diperlukan. Artinya penambahan diberikan pada saat tertentu misalnya pada
malam hari agar klien bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
1) Resiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Pada saat tertentu klien bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat beristirahat
dengan cukup.
3) Kecemasan pada keluarganya dapat sedikit dikurangi.

5. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang
secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu
didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan
dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam
asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping klien atau suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan
menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya,
mengajarkan manajemen nyeri, dukungan dari keluarga, dan lain-lain.

6. Mendefinisikan kewajiban perawat

a. Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri


b. Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri
c. Mengoptimalkan sistem dukungan pada klien
d. Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang
sedang dihadapi
e. Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
keyakinannya

7. Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-
masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu
dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri dengan kemoterapi (relaksasi,
pengalihan perhatian, atau meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti
efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah
ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai