Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KLIEN

DENGAN PENYAKIT KRONIS

DOSEN PENGAMPU : YAFI SABILA ROSYAD, M.Kep., Ns

NAMA KELOMPOK:

1. DEDI KURNIAWAN (191100406)


2. ELINA FITASARI (191100407)
3. NUR AIDA (191100410)
4. OBERTHINA SARWUNA (191100411)
5. PUSPA DIAN PRATIWI (191100412)
6. TAUFIK DWI ANDRIANTO (191100414)
7. VIRGINIA M. MATRUTI (191100416)
8. YECE RATUARAT (191100417)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta

Tahun Akademik 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan anugrah dan karunianya,
hingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT
KRONIS” . Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas kuliah.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyadari bahwa penulisan makalah


ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka untuk semua kekurangan baik dari
segi penyusunan kalimat, pengajian kata, maupun dari segi pembahasan,
penyusun mengharapkan koreksi dan tanggapan baik yang berupa saran atau
kritik yang positif demi sempurnanya penyusunan makalah ini. Semoga
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 16 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

- Latar belakang....................................................................................4
- Rumusan Masalah..............................................................................5
- Tujuan ...............................................................................................6

BAB II ANALISA JURNAL ......................................................................7

- Pendahuluan.......................................................................................7
- Metode...............................................................................................8
- Hasil...................................................................................................8
- Pembahasan .......................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN............................................................................10

- Pengertian komunikasi teraupetik......................................................10


- Cara penerapan Teknik komunikasi teraupetik..................................10
- Pengertian penyakit kronis.................................................................10
- Cara berkomunikasi dengan pasien penyakit kronis..........................11

BAB IV PENUTUP......................................................................................12

- Kesimpulan........................................................................................12
- Saran..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut beberapa pakar komunikasi dapat diartikan sebagai
pengiriman pesan dari seseorang kepada seseorang yang lain.
Sedangkan, dalam beberapa literatur, disebutkan bahwa komunikasi
berasal dari bahasa latin, yaitu comunis, yang berarti membuat
kebersamaan atau membangun kebersamaan di antara dua orang
individu atau lebih. Maka dapat dipahami bahwa pada prinsipnya
komunikasi merupakan salah satu bentuk upaya diantara dua orang
individu maupun lebih guna menciptakan kebersaman (MH, 2013).
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang sangat penting
bagi manusia. Karena kemampuan berbicara berkaitan dengan
kemampuan berkomunikasi dan berkomunikasi merupakan sebuah hal
yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh manusia di muka bumi ini,
terutama ketika bersinggungan dengan orang lain. Manusia juga bukan
makhluk yang statis, melainkan ia senantiasa berproses dengan segala
aspek kehidupannya termasuk dalam hubungan dan interaksinya
dengan orang lain atau biasa disebut dengan komunikasi antarpribadi.
Secara sederhana komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai
sebuah bentuk komunikasi seorang individu dengan individu lain
dalam berbagai bentuk hubungan (Putri, 2019). Prevalensi gangguan
berbicara berupa keterlambatan bahasa dengan kosakata ekspresif
kurang dari 50 kata dan atau tidak adanya kombinasi kata diperkirakan
terjadi 15% pada anak dengan usia 24-29 bulan. Prevalensi dari
gangguan berbicara bervariasi antara 1%-32% pada populasi normal
dan dipengaruhi berbagai faktor seperti usia dan cara mendidik anak
(Dewanti, 2012).
Pada prinsipnya keberlangsungan komunikasi dalam bidang
keperawatan dapat memperlancar usaha seorang perawat dalam
menentukan rencana tindakan guna menyehatkan pasien. Dengan

4
prinsip tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik
memegang peranan penting guna memecahkan masalah yang dihadapi
pasien. Pada dasarnya, tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
mengarah pada usaha menyembuhkan pasien. Persoalan mendasar dari
komunkasi terapeutik adalah adanya hubungan simbiosis mutualisme
antara pasien dengan perawat, sehingga dikategorikan sebagai
komunikasi interpersonal atau komunikasi pribadi antara perawat
dengan pasien (MH, 2013)
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan
komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat.
Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang
merupakan hhubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa
lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan
tersebut atau partisipasi profesional dalam program- Program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang
Lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah
laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang
lebih baik.
Kenyataaanya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian
Integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas
sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien,
sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka
komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif
dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya
dengan baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi teraupetik?
2. Bagaimana cara penerapan Teknik komunikasi teraupetik?
3. Apa yang dimaksud dengan penyakit kronis?
4. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?

5
C. Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi teraupetik.
2. Menjelaskan cara penerapan Teknik komunikasi teraupetik.
3. Menjelaskan apa yang dimaksud penyakit kronis.
4. Menjelaskan cara berkomunikasi dengan pasien kronis.

6
BAB II

ANALISA JURNAL

A. Pendahuluan

Hipertensi merupakan penyakit kronik dan telah lama dikenal menjadi


penyakit global, penyekit ini tidak mengenal batasan usia, ras, agama, dan
lainnya. Namun penyakit ini sering diderita oleh orang yang berusia 40
-70 tahun. Hipertensi merupakan factor risiko untuk penyakit lain seperti,
penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler dan gagal ginjal.
Ketidakpatuhan dalam pengobatan pada penderita hipertensi dapat dicegah
dengan peran keluarga sebagai carer. Akan tetapi dalam proses perawatan
pada keluarga yang menderita penyakit kronis menimbulkan beban
tersendiri pada anggota keluarga yang lainnya.

Keluarga memikul tanggung jawab penting dari waktu ke waktu untuk


merawat penyakit kronis. Seluruh beban yang dirasakan oleh keluarga
merupakan stresor yang harus dihadapioleh seluruh anggota keluarga
bersama-sama. Namun, jika keluarga tidak mampumenghadapinya maka
akan menyebabkan terjadinya stres dalam,sehingga pemberian intervensi
perawatan tidak hanya diberikan pada klien tetapi juga pada keluarga yang
memberikan perawatan.

Komunikasi terapeutik tidak hanya sebatas dalam penyampaian pesan


seperti pada komunikasi umum, akan tetapi sampai pada pengaturan kata
kdalam kalimat, konten serta konteks, area dimana percakapan
berlangsung termasuk waktu, lingkungan fisik, sosial, emosional dan
budaya, bahasa tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, nada suara dll,
kesemuanya ini diperhatikan dalam melakukan komunikasi
terapeutik.Atas dasar hal tersebut, penerapan komunikasi terapeutik
terhadap pelaksanaan FPE pada extended family menjadi penting untuk
disajikan dalam bentuk case report karena komunikasi yang buruk dapat
menghadirkan masalah.

7
B. Metode

Untuk penelitian ini, kami mengambil contoh komunikasi teraupetik


dengan melihat permasalahan yang ada. Dimana keluarga ini memiliki
jumlah anggota keluarga yang besar sehingga dibutuhkan sebuah metode
komunikasi yang lebih efektif dan terapeutik dalam menfasilitasi
komunikasi keluarga, menangani masalah, meningkatkan fungsi serta
kemampuan anggota keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Dalam melakukan tindakan teraupetik pada pasien hipertensi tentunya


perlu dilakukan terapi FPE. Namun, pada intinya pada setiap pelaksanaan
terapi FPE harus terdiri dari perkenalan, kontrak waktu, kerja sama,
pengkajian, perumusan masalah, edukasi, kemampuan berkomunikasi,
manajamen beban, manajemen stres dan pencegahan kekambuhan

Selain menggunakan teknik komunikasi terapeutik, tekhnik lainnya yang


digunakan dalam pelaksanaan FPE pada extended family adalah bertemu
dengan masingmasing anggota keluarga secara terpisah disebabkan
perawat kesulitan dalam mengumpulkan anggota keluarga dalam satu
waktu.

C. Hasil

Hasil dari penerapan komunikasi terapeutik terhadap pelaksanaan FPE


memberikan dampak positif. Dimana keluarga lebih terbuka terhadap
perawat, mau mengungkapkan apa yang dirasakan dan harapan keluarga
baik itu klien maupun keluarga yang merawat. Keluarga lebih terbuka
dalam berkomunikasi antar sesama anggota keluarga dan klien dalam
menyelesaikan masalah perawatan klien hingga sampai terbentuk dalam
pembagian peran sebagai solusi dalam manajemen beban.

Dimana dalam proses pendekatan pada pasien hipertensi di dalam anggota


keluarga hanya dilakukan oleh satu orang saja,yaitu oleh adik perempuan
kini di bantu oleh bapak (suami klien) dan menantu perempuan yang
memiliki anak balita. Selanjutnya anak laki-laki yang belum menikah
bertugas dalam merawat klien.

8
Manfaat yang dirasakan oleh klien sendiri adalah ia dapat mengungkapkan
perasaan, harapan yang selama ini disimpannya sendiri dalam hatinya dan
tidak pernah disampaikan kepada anak-anaknya selain kepada suaminya,
kini ia dapat mengungkapkannya sehingga hatinya menjadi lebih tenang
dan bahagia.

D. Pembahasan

Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis (hipertensi)


adalah sebuah 'seni yang panjang'. Ini tidak hanya berdasarkan
kemampuan yang bervariasi dari perawat, tetapi juga pada pelatihan dan
pengalaman yang diperoleh perawat selama latihan dan melakukannya
pada banyak orang yang membutuhkan. Memberikan efek dalam
peningkatan kepuasan pada klien dan keluarga yang mendapatkan terapi
serta kepuasan tersediri bagi perawat dalam kinerja keperawatan.

Pada akhirnya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (pemberian


terapi) dengan FPE pada keluarga dapat menyelesaikan permasalah yag
terjadi dengan tidak terjadi konflik dalam keluarga yang disebabkan oleh
komunikasi.

Sehingga manfaat yang dapat diambil dalam laporan kasus ini adalah tidak
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan FPE dan
komunikasi terapeutik bahkan pada pasien dengan penyakit kronis yang
memiliki berbagai pendapat, kebutuhan serta harapan yang berbeda-beda
dari setiap anggota keluarga.

9
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi teraupetik


Komunikasi teraupetik merupakan komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto, 1994).
B. Cara penerapan komunikasi teraupetik
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap salng menerima, saling
percaya, dan saling menghargai.
3. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik
maupun mental.
5. Menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya.
6. Menguasai perasaan sendiri secara bertahap.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya.
8. Memahami betul arti dari empati.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka.
10. Msmpu berperan sebagai role model.
11. Mengekspresikan perasaan yang dianggap mengganggu.
12. Mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain.
13. Bertanggung jawab.
C. Pengertian penyakit kronis
Penyakit kronis merupakan jeis penyakit degenerative yang berkembang
atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari
enam bulan.

10
D. Cara berkomunikasi dengan pasien penyakit kronis
1. Denial
Selalu berada didekat pasien, pertahankan kontak mata
2. Anger
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya.
3. Bargering
Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan
kepada pasien apa yang diinginkan.
4. Depression
Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
5. Acception
Berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, dalam melakukan tindakan Teraupetik


pada pasien hipertensi perlu dilakukan terapi FPE yang terdiri dari
perkenalan, kontrak waktu, kerja sama, pengkajian, perumusan masalah,
edukasi, kemampuan berkomunikasi, manajamen beban, manajemen stres
dan pencegahan kekambuhan. Selain menggunakan teknik komunikasi
terapeutik, tekhnik lainnya yang digunakan dalam pelaksanaan FPE pada
extended family adalah bertemu dengan masingmasing anggota keluarga
secara terpisah disebabkan perawat kesulitan dalam mengumpulkan
anggota keluarga dalam satu waktu. penerapan komunikasi terapeutik
terhadap pelaksanaan FPE memberikan dampak positif. Dimana keluarga
lebih terbuka terhadap perawat, mau mengungkapkan apa yang dirasakan
dan harapan keluarga baik itu klien maupun keluarga yang merawat.
Keluarga lebih terbuka dalam berkomunikasi antar sesama anggota
keluarga dan klien dalam menyelesaikan masalah perawatan klien hingga
sampai terbentuk dalam pembagian peran sebagai solusi dalam
manajemen beban.

B. Saran

Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baiknya jika dalam


memberikan asuhan keperawatan menggunakan teknik-teknik komunikasi
yang mudah dipahami oleh pasien dan keluarga sehingga terciptalah
penerus yang berkualitas

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryani. (2014). Dr.S.Kp.,MHSc. Yogyakarta: Penerbit Buku Kedokteran.


Sheldon, Lisa Kennedy;. (2013). Komunikasi untuk Keperawatan Berbicara
dengan Pasien. Jakarta: Erlangga.
Salawali, Siti Hajar; Susanti, Herni. (2019). Penerapan Komunikasi Terapeutik
terhadap Pelaksanaan Family Psychoeducation. Jurnal Ilmiah Kesehatan
(JIK), 12(2), 1-10.
Sumakul, Elita; Mingkid, Elfi; Randang, Julius ;. (n.d.). PERANAN KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PERAWAT PADA ANAK PENDERITA KANKER.

13

Anda mungkin juga menyukai