Anda di halaman 1dari 17

MAKALA

KOMONIKASI DENGAN LANSIA

DI SUSUN OLEH

NAMA : ANNA NARANLELE

NIM: (19142010084)

KLS: A4 KEPERAWATAN SEMESTER VII

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Makalah dengan judul
Komunikasi Terapeutik pada Pasien Lansia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Komunikasi
Keperawatan serta membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Komunikasi
Terapeutik pada pasien Lansia.

Pemahaman tersebut dapat di pahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta  penarikkan garis
kesimpulan dalam makalah ini. Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu  pembaca dalam memahami makalah ini.Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun.

Manado 2022

Penulis

DAFTAR
ISIKATA PENGANTAR ..................................................................................................................................
.... i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................................................ ii

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah...............................................................................3

1.3 Tujuan ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................4

2.1 Pengertian Komunikasi teurapeutik pada lansia ................................ 4

2.2 Manfaat Komunikasi teurapeutik ......................................................... 5

2.3 Karakteristik Lansia ............................................................................... 5

2.4 Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi ...................... 6

2.5 Hambatan berkomunikasi dengan lansia ............................................... 7

2.6 Teknik komunikasi teurapetik pada klien lansia ................................... 10

2.7Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan .................................. 12

2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia ...............13

BAB III PENUTUP.......................................................................................14

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan orang tersebut ihwalkesehatannya. Terdapat banyak
bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasienlanjut usia tidak hanya bergantung kepada kebutuhan
biomedis semata, namun juga bergantung kepada kondisi di sekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap
keadaan
sosialnya,ekonominya,kulturalnya,bahkanpsikologisnyadari pasientersebut. pasien lansia sangat memerluka
n komunikasi yang baik dan empati serta perhatian yang “cukup” dari berbagai pihak.  

Banyak hambatan dari komunikasiterapeutik pada pasien lansia yang terjadi, namun dalam kasus ini

yang banyakterjadi perilaku resisten biasanya diperlihatkan pasien pada masa penyembuhanterhadap

penyakit tertentu dikarenakan adanya rasa lelah, marah dan sedihterhadap penyakit yang dideritanya. Hasil

dari penelitian ini merekomendasikan adanya pendekatan untuk berkomunikasi pada pasien lansia dengan

baik. Oleh karena itu komunikasi terapeutik harus dapat diimplementasikan secara optimal bagi pasien

lansia.

Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidupdiri sendiri yang

meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi,menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain

dan mencapai ambisi pribadi.Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki

hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat tersebut(Pearson dan Nelson dalam

Mulyana, 2009:5). Selain hal tersebut, menurutWilliam

I. Gorden dalam Mulyana (2009:5-6), terdapat empat fungsi komunikasi,yakni komunikasi sosial,

komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental,tidak saling

meniadakan(mutuallyexclusive).Fungsisuatu peristiwa komunikasi (communication events) tampaknya sam

a sekali tidakindependen, melainkan juga berkaitan dengan fungsi-fungsi lainya.


2. terdapat sesuatu fungsi yang dominan. Proses komunikasi dapat dilihat dalam

dua perspektif besar, yaitu perspektif psikologis dan perspektif mekanis. Perspektif psikologis dalam proses 

komunikasi hendaknya memperlihatkan bahwakomunikasi adalah aktivitas psikologi sosial yang melibatkan

komunikator,komunikan, isi pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, proses decoding danencoding.

Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalahaktivitas mekanik yang dilakukan oleh

komunikator, yang sangat bersifatsituasional dan kontekstual (Mufid, 2012:83). 

Manusia pada dasarnya merupakanmakhluk yang suka menilai terhadap apa saja yang dilihat dan
didengarnya. Kitamemiliki penilaian (judgement) terhadap orang lain dan lingkungan sekitar kita.Kita akan
memberikan penilaian kepada teman, keluarga, tetangga dan lingkungansekitar kita (Morissan,
2010:19).Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan seseorang tersebutmengenai kesehatannya.

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia, atau selanjutnya penulis
sebut sebagailansia tidakhanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepa
dakondisi disekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosialnya,ekonominya, kulturalnya,
bahkan psikologisnya dari pasien tersebut. Walaupunseperti kita ketahui pelayanan kesehatan dari waktu ke
waktu mengalami perbaikan yang cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada akhirnya tetap
memerlukan komunikasi yang baik dan empati juga perhatian yang “cukup”dari berbagai pihak, terutama
darikeluarganyasebagaibagiapentingdalam penanganan masalah kesehatan mereka. Purwaningsih dan Karlin
a (2012) menyebutkan bahwa hubungansaling memberi dan menerima antara perawat
dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang merupakan
komunikasi profesional perawat. Komunikasi terapeutiksangat penting dan berguna bagi pasien, karena
komunikasi yang baik dapatmemberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam

3. menghadapi persoalan yang dihadapi olehnya (Utami, 2015, dalam Prasanti,2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari komunikasi teurapeutik pada lansia ?

2. Apa manfaat komunikasi teurapteurapeuti

3.Bagaimana karakteristik lansia ?

4.Apa saja Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi ?


5.Apa saja Hambatan berkomunikasi dengan lansia ?

6.Bagaimana Teknik komunikasi teurapetik pada klien lansia?

7.BagaimanaTeknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan ?

 8.Apa saja Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia ? 

1.3 Tujuan

1.Tujuan Umum

 T u j u a n umum penulisan makalah ini adalah untuk


m e m e n u h i tugasterstruktur mata kuliah Komunikaso dalan Keperawatan

2. Tujuan Khusus

a.Untuk mengetahui definisi dari Komunikasi teurapeutik pada lansia.

b. Untuk mengetahui manfaat komunikasi teurapeutik.

c. Untuk mengetahui Karakteristik lansia.

d. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansi dan hal-hal yang perlu di perhatikan saat berinteraksi
dengan lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapiutik 

Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalahkomunikasi yang direncanakan


secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkanuntuk kesembuhan pasien.Komunikasi terapeutik
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Pace(1979) dalam Cangara (2012:32) mengemukakan
bahwa komunikasi antarpribadiatau interpersonal communication merupakan proses komunikasi yang
berlangsungantara dua orang atau lebih secara tatap muka di mana pengirim dapatmenyampaikan pesan
secara langsung dan penerima pesan dapat menerima danmenanggapi secara langsung.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasiyang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau
nonverbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi interpersonal selalu mencakup dua unsur pokok,
yaituisi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau dilakukan secara verbal ataunonverbal. Dua unsur
tersebut sebaiknya diperhatikan dan dilakukan
berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesan. Selain hal tersebut,komunikasi
sosial sangat mendukung bagi komunikasi terapeutik bagi pasienlansia.Komunikasi terapeutik adalah
hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukarmenukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam
membina hubunganintim terapeutik (Stuart dan Sundeen).

  Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,(lingkungan dalam situasi
individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasiyang tepat. disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikanwaktu yang tepat.

2.2 Manfaat Komunikasi Terapeutik 

  Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkankerja sama antara perawat
dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasitindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

 2.3 Karakteristik Lansia

  Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usialanjut menjadi empat
macam meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun

b) Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun


c) Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d) Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun

erkMeskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-perubahan akibat
dariusatersebuttelahdapatdiidentifikasi,misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan 
sensorik, perubahanvisual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat
menghambat proses penerimaan dan interprestasiterhadap maksud komunikasi. Perubahan ini jugamenyebab
kan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belumlagi perubahan kognetif yang
berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.

  Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadapkondisi yang terjadi.
Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:

a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, pembangan serta keterangan yangdi berikan petugas
kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya
secara umum khususnya tindakanyang mengikut sertakan dirinyadiriny Menolak nasehat-nasehat
misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur,terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan
klien.

2.4 Pendekatan Perawat Lansia Dalam Konteks Komunikasi1


1. Komunikasi pada lansia memerlukan pendekatan khusus. Pengetahuan yangdianggapnya benar
tidak mudah digantikan dengan pengetahuan baru sehinggakepada orang lansia, tidak dapat
diajarkan sesuatu yang baru.
2. Dalam berkomunikasi dengan lansia diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas
pada lansia. Gunakan perasaan dan pikiran lansia, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah
dan memberikan kesempatan pada lansiauntuk mengungkapkan pengalaman dan memberi
tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut.
3. Berkomunikasi dengan lansia memerlukan suasana yang saling hormatmenghormati, saling
menghargai, saling percaya, dan saling terbuka.
4. Penyampaian pesan langsung tanpa perantara, saling memengaruhi dandipengaruhi,
komunikasi secara timbal balik secara langsung, serta dilakukansecara berkesinambungan,
tidak statis, dan selalu dinamis.
5. Kesulitan dalam berkomunikasi pada lanjut usia disebabkan
oleh berkurangnya fungsi organ komunikasi dan perubahan kognitif yang berpengaruh pada
tingkat intelegensia, kemampuan belajar, daya memori, danmotivasi klien.Ketika
berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan,lingkungan dapat diperbaiki
dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakanwarna-warna kontras untuk membuat
objek lebih jelas dan menggunakan hurufyang besar serta berwarna kontras untuk setiap
tanda. 
Setiap bahan dengan tulisanharus dicetak paling tidak dengan huruf berukuran 14 diatas
kertas berwarna.Ketika membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial
yaitugangguan penglihatan.

1) Pendekatan fisik Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,yang dialami,


peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan di kembangkan serta penyakit
yang dapat di cegah progresifitasnya.Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan
solusinyakarena riil dan mudah di observasi.

2) Pendekatan psikologis Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada
perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untukmelaksanakan pendekatan
ini perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadapsesuatu yang asing atau
sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dansebagai sahabat yang akrab bagi klien.

 3) Pendekatan social Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi


dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-
kegiatan kelompok merupakanimplementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan
sesamaklien maupun dengan petugas kesehatan.

 4) Pendekatan spiritual Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganyadengan Tuhan
atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaansakit.

2.5 Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akanterganggu apabila ada sikap
agresif dan sikap non asertif Agresif Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan
perilaku- perilaku dibawah ini :

 berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawanbicara)

 meremehkan orang lain

 mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain

 menonjolkan diri sendiri

 mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataanmaupun tindakan Non Asertif 

 Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah :

  menarik diri bila diajak berbicara

 merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri

 merasa tidak berdaya

 tidak berani mengungkapkan keyakinan

 membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

 tampil diam atau pasif

 mengikuti kehendak orang lain

 mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga ghubungan baikdengan orang lain Adanya hambatan
komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajarseiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun
sebagai tenagakesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatantersebut untuk itu
perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif
antara lain

a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien

 b) Keraskan suara anda jika perluanda

b) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar diadapat melihat mulut anda.
c) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi
yang baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
d) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingatkelemahannya. Jangan menganggap
kemacetan komunikasi merupakanhasil bahwa klien tidak kooperatif.
e) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama denganorang yang tidak mengalami
gangguan. Sebaliknya bertindaklah
sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
f) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakankalimat pendek dengan bahasa
yang sederhana.
g) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
h) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketikamelaporkan hasil tes
yang di inginkan, pesan yang menyatakan
bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada s
uara anda yang menggembirakan (misalnya denagnsenyum, ceria atau tertawa secukupnya).

  j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.

 k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.

 l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahankeinginan anda menyelesaikan
kalimat.

 m) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.

 n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.

 o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda.Orang ini biasanya paling
akrab dengan pola komunikasi klien dan dapatmembantu proses komunikasi.

2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Klien Lansia

 Teknik komunikasi terapeutik yang penting digunakan perawat menurutMundakir (2006) adalah asertif,
responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar, danikhlas.

1. Tehnik AsertifAsertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
denganmenunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar
maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.Asertif merupakan pelaksanaan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangatmembantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik
denganklien lansia.

2. ResponsifReaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klienmerupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahuiadanya perubahan sikap atau kebiasaan klien
sekecil apapun hendaknya segeramenanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya
denganmengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini ? Apayang bisa saya bantu ?".
Berespon berarti bersikap aktif, tidak
menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi
klien.

3. FokusSikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materikomunikasi yang
diinginkan. Ketika klien mengungkapkan
pernyataan- pernyataan diluar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknyamengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karenaumumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin
tidak relevan untukkepentingan petugas kesehatan

4. SupportifPerubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini perludisikapi dengan menjaga
kestabilan emosi klien lansia, misalnya denganmengiyakan, senyum dan menganggung kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara.Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansiatidak merasa menjadi beban bagi keluarganya,
dengan demikian diharapkanklien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya.
Selamamemberi dukungan baik secara moril maupun materil, petugas
kesehatan jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapatmerendahkan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatanlainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi, meningkatkankepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya :"Saya
yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu kami yakinBapak/Ibu mampu
melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap membantu".

5. KlarifikasiDengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proseskomunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan caramengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan
lebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima
dandipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa menerima apa yang sayasampaikan tadi ? bisa minta
tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apayang saya sampaikan tadi?"

6. Sabar dan IkhlasSeperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar
dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak
terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosionaldan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.Pada pasien lanjut usia, di samping karakteristik psikologis
yang harus dikenali, perawat juga harus memperhatikan perubahan-perubahan fisik, psikologis atausosial
yang terjadi sebagai dampak proses menua.
Penurunan, penglihatan dan daya ingat akan sangat mempengaruhi komunikasi, dan hal iniharus
diperhatikan oleh perawat. Suasana komunikasi dengan lansia yang dapatmenunjang tercapainya tujuan
yang harus anda perhatikan adalah adanya suasanasaling menghormati, saling menghargai, saling percaya,
dan terbuka. Komunikasiverbal dan nonverbal adalah bentuk komunikasi yang harus saling mendukung
satusama lain. Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama pentingnya pada orang
dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dannada suara memberi tanda tentang status
emosional dari orang dewasa dan lansia.

2.7 Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan

 Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secarasadar terhadap pikiran,
keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadiannyata atau sesuatu yang merupakan ancaman.
Penolakan merupakan reaksiketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat
dalammenjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalinkomunikasi yang efektif,
tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansiadengan reaksi penolakan,
antara lain :

 1) Kenali segera reaksi penolakan klien.Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu
tertentu. Hal inimerupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, oranglain serta
lingkunganya.

2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri.

Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan di
lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.

 3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.

Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatanmemperoleh sumber informasi atau
data klien dan mengefektifkan rencana /tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat

2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia

 1. Menunjukkan rasa hormat, seperti“bapak”,“ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda
untuk memanggil panggilan kesukaannya.

 2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien


 3. Pertahankan kontak mata dengan pasien

 4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kuncikomunikasi efektif 

 5.Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya

 6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dankalimat yang sederhana.

 7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien

 8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien

 9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi

 10.Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien

 11.Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri peneranganyang cukup saat
berinteraksi.

 12.Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.

 13.Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

 
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia atau selanjutnya penulis sebutsebagai lansia tidak
hanya bergantung kepada kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepada kondisi disekitarnya,
seperti perhatian yang lebih terhadapkeadaan sosialnya, ekonominya, kulturalnya bahkan psikologisnya dari
pasientersebut. Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien
dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yangmerupakan komunikasi
profesional perawat. Komunikasi antara perawat dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama bagi
pasien lansia karena
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari pasien lansia tersebut. Komunikasiyang baik
dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinisnya.Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutikmengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksiorang lain sacara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.Cangara, Hafied. (2012).
Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.Cangara, Hafied. (2014).

Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.Damaiyanti, Mukhripah.


(2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.Bandung: Refika Aditama.Departemen
Kesehatan Indonesia. (2015). https://senyumperawat.com/2015/04/ 

pengertian-dan-klasifikasi-lansia.html diakses pada tanggal 7 September 2017.Sarfika, Rika.2018.

Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik DalamKeperawatan.Padang : Andalas University


Press.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai