Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN DI IGD

DI
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 3
1. Rosi raturoma 2019081024045
2. Annisa r. Kaimudin 2019081024008
3. Ancelina batlayeri 2019081024O44
4. Nathasya usmany 2019081024042
5. Jeklin s. Yahuli 2019081024032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dan kerja sama. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, 6 oktober 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar belakang...............................................................
1.2 Rumusan masalah...............................................................
1.3Tujuan Penulisan....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Komunikasi ………………………………………
2.2 Tujuan Komunikasi……………………………………………
2.3 Fungsi Komunikasi………………………………………….
2.4 Komunikasi dalam Keperawatan………………………………
2.5 Komunikasi Terapeutik……………………………………..
2.6 Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik……………………
2.7 Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik………………………..

BAB III MASALAH DAN PEMBAHASAN


3.1 Masalah di IGD………………………………………………..
3.2 Tahapan Komunikasi pada pasien di IGD…………………….
3.3 Cara Komunikasi Terapeutik dengan pasien di IGD…………

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Komunikasi adalah suatu penyampaian informasi dan pengertian
dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi dalam keperawatan
memiliki makna tersendiri karena merupakan langkah dalam setiap
pengimplementasian proses keperawatan. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang dilakukan secara sadar dan terencana
yang tujuannya untuk kesembuhan pasien (nugroho, 2009). Komunikasi
teraupetik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan
perawat (slamet, 2014). Umumnya komunikasi terapeutik seringkali
diabaikan oleh dokter maupun perawat, karena mereka menganggap
bahwa keahliannya hanya untuk menyembuhkan pasien dengan
melakukan suatu tindakan medis. Padahal komunikasi terapeutik
sangat diperlukan untuk membangun suatu hubungan saling percaya
antar pasien dengan perawat atau keluarga pasien dengan perawat.
Salah satu dampak dari kurangnya perawat melakukan
komunikasi terapeutik yaitu masyarakat kurang percaya terhadap
pelayanan rumah sakit , sehingga akan berdampak buruk juga terhadap
kualitas rumah sakit tersebut. Pasien pertama kali akan bertemu
dengan perawat di rumah sakit, pertemuan pertama itu seharusnya
memberikan suatu kesan yang baik. Instalasi gawat darurat (igd)
merupakan suatu pelayanan khusus untuk pasien yang mengalami
gawat darurat selama 24 jam non stop. Dengan demikian pelayanan
dalam igd harus dilakukan dengan semaksimal mungkin, terutama
dalam menerapkan komunikasi terapeutik untuk mempercepat
kesembuhan pasien. Di igd tenaga medis lebih mengutamakan pada
tindakan apa yang akan dilakukan terhadap pasien, sedangkan
pelaksanan komunikasi terapeutik sangat kurang baik itu pada klien
maupun keluarga klien. Akibatnya, timbul kurangnya kepuasaan dari
pasien atau keluarga pasien terhadap pelayanan di igd tersebut.
Munculnya masalah tersebut mendorong saya untuk membuat
makalah yang berjudul “komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga
di ruang igd”.

1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam komunikasi terapeutik pada pasien di
IGD
3. Bagaimana komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga di ruang IGD?
4. Apa saja Prinsip pada komunikasi dengan pasien di IGD?

1. 3 . Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik.
2.Untuk mengetahui tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik pada klien
dan keluarga di ruang IGD.
3.Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga di
ruang IGD.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pada komunikasi terapeutik dengan
pasien di IGD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk
mempengaruhi perilaku orang lain (Rahmadiana, 2012). Stimulus ini dapat berupa
suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-
simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain
merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus.
Sedangkan menurut Nugroho (2009), komunikasi merupakan suatu proses
kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Komunikasi merupakan proses khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Menurut Liliweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan
suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses
komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompok yang
berinteraksi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.

2.2 Tujuan dari komunikasi


1. Agar pesan dapat dimengerti
2. Untuk memahami orang lain
3. Agar gagasan dapat diterima
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan suatu kegiatan

2.3 Fungsi dari komunikasi itu sendiri


1. Informasi
2. Sosialisasi
3. Motivasi
4. Perdebatan atau diskusi
5. Pendidikan
6. Memajukan kebudayaan
7. Hiburan
8. Integrasi

2.4. Komunikasi dalam Keperawatan


Perawat harus memperhatikan unsur-unsur dalam komunikasi, yaitu
sumber (source), pesan (message), saluran (chanel) dan penerima (receiver,
audience) serta pengaruh (effects) dan umpan balik (feedback). Dalam proses
asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Sandra, Stikes, & Saintika, 2013).
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi
terapeutik. Komunikasi ini merupakan awal untuk membangun suatu hubungan
saling percaya antara perawat dengan klien. Komunikasi terapeutik sangat
penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

2.5. Komunikasi Terapeutik


Menurut Kusumo (2017), komunikasi terapeutik adalah komunikasi
profesional bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan atau pemulihan pasien. Sedangkan menurut Chasan & Ternate
(2015), Komunikasi terapeutik yaitu merupakan sarana bagi perawat dalam
menjalin suatu hubungan saling percaya dan dapat meningkatkan kepuasan
pasien, sehingga dapat meningkatkan citra yang baik untuk tenaga kesehatan
khususnya profesi keperawatan itu sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
yang dilakukan perawat untuk menyelesaikan masalah klien dan untuk
meningkatkan kesehatan klien tersebut.
Perawat yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi terutama
komunikasi terapeutik yang baik, dapat dengan mudah menjalin hubungan saling
percaya baik dengan klien maupun dengan keluarga kalien. Hal ini efektif untuk
perawat dalam memberikan kepuasan profesional dalam asuhan keperawatan.
Tujuan dari adanya komunikasi terapeutik yaitu untuk
mempermudah dan memperjelas serta mengurangi beban pikiran pasien.
Komunikasi terapeutik juga memiliki karakteristik.
Menurut Arwani (2009), ada tiga hal yang mendasari karakteristik komunikasi
terapeutik yaitu :
1) Keikhlasan
Perawat diharapkan memiliki sifat ikhlas dalam bersikap baik terhadap
pasien, sehingga mampu mengeluarkan perasaan yang tepat dalam menyikapi
perilaku pasien tanpa menghukum atau menyalahkan.
2) Empati
Perawat diharapkan memiliki sifat empati untuk memahami perasaan
pasien baik itu dalam kondisi buruk maupun baik. Dengan sifat empati perawat
diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi terhadap sesuatu yang terkait dengan
emosi pasien, tetapi perawat harus mengontrol emosinya juga.
3) Kehangatan
Rasa penerimaan perawat terhadap pasien dapat ditunjukkan dengan
suasana hangat dalam berkomunikasi. Kehangatan tersebut dapat
dikomunikasikan melalui komunikasi non verbal seperti pegangan tangan yang
halus untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepada pasien.

2.6. Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik


Menurut Stuart (2013), terdapat 4 tahap dalam pelaksaan
komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Tahap pra-interaksi
Tahap ini terjadi sebelum perawat melakukan komunikasi dengan pasien.
Perawat akan berfokus pada eksplorasi kemampuan diri sendiri. Hal yang perlu
dilakukan pada tahap ini yaitu evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan
kepada diri sendiri, mengumpulkan informasi data pasien, dan rencana interaksi
dengan pasien.
2. Tahap orientasi atau perkenalan
Tahap ini merupakan pertemuan pertama dengan pasien. Perawat
berusaha untuk membangun hubungan saling percaya. Hal yang perlu dilakukan
pada tahap ini yaitu memperkenalkan diri, mengevaluasi kondisi pasien, dan
menyepakati kontrak mengenai topik yang dibicarakan, tempat, waktu, dan
tujuan.
3. Tahap kerja
Pada tahap ini perawat harus memberikan edukasi kepada pasien dengan
menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan. Perawat juga harus
mengatasi kecemasan dalam diri pasien dengan mekanisme koping.
4. Tahap terminasi
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam pelaksaan komunikasi terapeutik.
Perawat harus mengevaluasi pencapaian tujuan secara objektif, dan evaluasi
terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan. Terminasi dibagi menjadi dua,
terminasi sementara dan akhir. Pada terminasi sementara, perawat akan bertemu
lagi dengan pasien dan memiliki kontrak waktu. Sedangkan pada tahap terminasi
akhir, perawat tidak bertemu lagi dengan pasien dan telah menyelasaikan
masalah pasien itu sendiri.

2.7 Prinsip komunikasi Terapeutik pada pasien di


a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.
BAB III
MASALAH DAN PEMBAHASAN

3. 1. Masalah-masalah yang Terjadi di IGD


Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mencari bantuan terhadap permasalahan
kesehatan yang dihadapi pasien. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan suatu
pelayanan yang ada di rumah sakit untuk menolong klien dalam keadaan gawat
darurat. Banyak masalah-masalah yang terjadi di IGD, salah satunya adalah
kurangnya pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat atau dokter pada klien
dan keluarga. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang secara sadar dan
terencana yang tujuan untuk kesembuhan pasien. Kurangnya pelaksanaan
komunikasi terapeutik dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan pasien
terhadap pelayanan yang ada di rumah sakit, terutama di ruang IGD.
Di Indonesia belum semua rumah sakit menerapkan Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat (SPGD) yang optimal. Padahal di Indonesia rentan
mengalami suatu kejadian yang mengancam nyawa masyarakat seperti banyak
terjadinya bencana alam, kecelakaan lalu lintas, bahaya terorisme dan lain
sebagainya. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada pasien.
Bukan hanya tidak tersenyum, perawat juga kurang melakukan komunikasi pada
klien ataupun keluarga Hal ini sangat disayangkan oleh Indra, oleh karena itu
Indra melakukan audiensi dengan Direktur RSUD dr. Salahuddin untuk membuat
pelatihan pelayanan yang diberikan terutama di ruang IGD, bahkan Indra ingin
ada pelatihan senyum untuk perawat di IGD. Menanggapi hal tersebut, Direktur
RSUD dr. Salahuddin mengungkapkan bahwa hal itu terjadi karena kekurangan
fasilitas yang tidak memadai yang tidak sebanding dengan jumlah staf medis.
Direktur RSUD meminta masyarakat untuk memahami hal tersebut karena masih
kurangnya staf perawat di IGD dibandingkan dengan pasien.
3.2 Pembahasan Kasus
Berdasarkan kasus tersebut masalah yang timbul dari kurangnya pelayanan
di ruang IGD tersebut yaitu perawat tidak langsung menangani pasien, sikap cuek
dan tidak tersenyumnya perawat kepada pasien dan keluarga, serta kurangnya
komunikasi antara perawat dengan klien atau keluarga. Dalam menangani
masalah tersebut hal yang perlu diperhatikan yaitu komunikasi. Komunikasi
antara perawat dengan klien maupun keluarga sangat diperlukan untuk
memperjelas maksud dan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi
yang diperlukan dalam kasus tersebut yaitu komunikasi terapeutik.
Ø Tahapan Komunikasi Terapeutik di Ruang IGD
Ada empat tahapan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada klien,
diantaranya yaitu :
1. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan
klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu:
o Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya.
o Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan
terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika
merasa tidak siap maka perlu belajar kembali dengan berdiskusi bersama teman
kelompok.
o Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat
rencana interaksi.
o Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan
diimplementasikan saat bertemu dengan klien.
2. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat
pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan
dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling
percaya. Tujuan pada tahap orientasi ini untuk memvalidasi keakuratan data dan
rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan pasien saat ini. Tugas utama
perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan
menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan
perasaan dan pikirannya.

3. Fase Kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.
Pada tahap ini, perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.
4. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling
percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien
keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan
klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan
pencapaian tujuan.

3.3 Cara BerKomunikasi Terapeutik pada pasien di Ruang IGD


Setelah mengetahui tahapan-tahapan komunikasi terapeutik, perawat akan
melakukan tindakan asuhan keperawatannya melalui komunikasi terapeutik pada
tahap kerja. Berikut cara berkomunikasi terapeutik pada klien di Ruang IGD yaitu
diantaranya sebagai berikut :

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian


Perawat berusaha mendengarkan klien di ruang IGD dalam menyampaikan
pesan non verbal dengan memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan
masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada klien dan keluarga
merupakan upaya untuk memahami pesan verbal dan non verbal yang sedang
dikomunikasikan. Sikap yang harus ditunjukkan perawat yaitu dengan
memandang klien ketika berbicara, mempertahankan kontak mata yang
memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang menunjukkan
perhatian penuh dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan, menghilangkan
gerakan yang tidak perlu, menganggukan kepala jika klien membicarakan hal
penting atau memberikan umpan balik (feedback), dan mencondongkan tubuh ke
arah klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Sikap penerimaan perawat dapat ditunjukkan kepada klien dengan tidak
menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Namun, perawat tidak harus menerima
semua perilaku klien. Sebaiknya perawat menghindari ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau
menggelengkan kepala kepada klien seolah-olah tidak percaya.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Selama pengkajian dengan klien, perawat harus mengajukan pertanyaan
secara berutan. Tujuan dari perawat bertanya kepada klien adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Perawat diusahakan
bertanya dengan pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan dan
menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien.
4. Mengulang ucapan klien
Dengan mengulang kembali ucapan klien dapat membuat klien mengetahui
bahwa pesan yang disampaikannya dapat dimengerti dan mengharapkan
komunikasi berlanjut. Namun ketika mengulang ucapan klien harus berhati-hati
karena takut terjadi perbedaan arti.
5. Klarifikasi
Perawat perlu menghentikan pembicaraan jika terjadi kesalahpahaman
antara perawat dan klien, tujuannya untuk mengklarifikasi dengan menyamakan
pengertian. Klarifikasi yang dilakukan perawat disampaikan dengan pesan yang
dapat dimengerti klien.
6. Memfokuskan
Tujuannya untuk membatasi bahan pembicaraan antara klien dan perawat,
sehingga pembicaraan lebih spesifik lagi. Perawat juga tidak harus memotong
pembicaraan jika klien menyampaikan masalah yang penting yang dapat
memberikan informasi baru lagi bagi perawat.
7. Menyampaikan hasil observasi
Perawat menyampaikan hasil pengamatannya, tujuannya untuk
mengetahui apakah klien menerima pesannya dengan benar.
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi
klien. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu
mengklarifikas alasannya dengan memberikan informasi tambahan. Informasi
tambahan ini dapat menumbuhkan rasa percaya klien terhadap perawat.
9. Diam
Perawat harus memberikan kesempatan untuk diam kepada klien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisasi pikirannya, dan
memproses informasi dalam mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas pembicaraan dapat membantu perawat mengulang aspek
penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan degan
topik yang berkaitan.
11. Memberikan penghargaan Menghargai klien dapat ditunjukkan dengan
memberi salam pada klien dengan menyebut namanya.
12. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap dalam melakukan komunikasi secara verbal dengan
orang lain atau perawat yang mampu membuat dirinya dimengerti, oleh karena
itu perawat dapat menawarkan dirinya untuk melakukan komunikasi secara
efektif.
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Perawat membiarkan klien untuk memiliki kesempatan pada klien dalam memilih
topik pembicaraan.
BAB IV
PENUTUP

4. 1. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang secara sadar dan terencana yang
tujuan untuk kesembuhan pasien. Tahapan dalam komunikasi terapeutik
diantaranya fase pra-interaksi orientasi, kerja, dan terminasi. Cara berkomunikasi
terapeutik pada klien di Ruang IGD yaitu diantaranya mendengarkan dengan
penuh perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang
berkaitan, mengulang ucapan klien, klarifikasi, memfokuskan, menyampaikan
hasil observasi, menawarkan informasi, diam, meringkas, memberikan
penghargaan, menawarkan diri, dan memberi kesempatan kepada klien untuk
memulai pembicaraan. Komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat pada
keluarga klien di ruang IGD dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan dan
informasi mengenai kesehatan klien.
4. 2. Saran
Di IGD perawat selain melakukan tindakan keperawatan hendaknya
tidak terlepas dari sikap dan perilaku dalam berkomunikasi dengan pasien yang
dapat mempengaruhi kepuasan pasien seperti komunikasi terapeutik, meskipun
sarana dan prasarana pelayanan sering dijadikan ukuran mutu oleh pelanggan
namun ukuran utama penilaian tetap sikap dan perilaku pelayanan yang
ditampilkan oleh petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Arwani. (2009). Komunikasi Terapeutik, 7–21.
BBC.(2011).Indonesia Negara Lawan Bencana.
[online].https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_ind
onesia_tsunamiChasan, R. H., & Ternate, B. (2015). Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat Rsud Dr.
H. Chasan Boesoirie Ternate, 3.Dwi Retnaningsih. (2016). Pengaruh Komunikasi
Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja, 6(1),
72–81. https://doi.org/10.18196/jmmr.6130.PengaruhNugroho, A. W. (2009).
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien.Nurmin, Wa Ode
(2016).Dikeluhkan karena Pelayanan, Direktur RSUD Syekh Yusuf: Kekurangan
Perawat.[online]. http://makassar.tribunnews.com/2016/05/04/dikeluhkan-
karena-pelayanan-direktur-rsud-syekh-yusuf-kekurangan-perawat.Rahmadiana,
M. (2012). KOMUNIKASI KESEHATAN : SEBUAH TINJAUAN, 1(1), 88–94.Sandra, R.,
Stikes, D., & Saintika, S. (2013). Kepuasan Pasien Di Ruang Instalasi Rawat Inap
Non Bedah ( Penyakit Dalam Pria dan Wanita ) Rsup Dr . M . Djamil Padang, 68–
73.Saputra, A. D. (2017). Studi Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Indonesia
Berdasarkan Data KNKT ( Komite Nasional Keselamatan Transportasi ) Dari Tahun
2007-2016 Nasional Keselamatan Transportasi ) Database from 2007-2016, 179–
190. Thamiiaaa. (2013). KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
[online].http://thamiiaaa.blogspot.com/2013/03/konsepdasar-keperawatan-
gawat-2.html. [24 Mei 2015]

Anda mungkin juga menyukai