Anda di halaman 1dari 30

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Masayu Nur Laela Fitria

2. Nia Uswatun Hasanah

3. Nurhidayah

4. Rio Sanjaya

5. Sucita Efendi
6. Wahyuni Rahayu

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, serta semua pihak yang dengan caranya
masing-masing telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebagai makhluk yang lemah kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
kami terima dengan lapang dada.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 15 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik .............................................................................3
2.2 Konsep Komunikasi Terapeutik Pada ODGJ ........................................................10
2.3 Teknik Komunikasi Pada ODGJ .............................................................................11
2.4 Hambatan-hamabtan Komunikasi Pada ODGJ .......................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan. Komunikasi adalah suatu yang dapat dipahami sebagai hubungan atau
saling hubungan, saling pengertian, sebagai pesan. Komunikasi adalah proses penyampaian
gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambing tertentu, mengandung arti
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi adalah
proses yang mana symbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima serta diberi arti
(Seiller, 1998).
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Kita harus sadar akan
pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif, agar segala sesuatu yang kita
tampilkan, lakukan adalah komuikasi, maka penampilan dan segala sesuatu yang kita
lakukan merupakan pesan.
Komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang
paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi.
Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan dapat persamaan
dalam pengertian, sikap dan bahasa.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian gagasan, ide, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui cara tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi efektif apabila pesan dapat diterima,
dimengerti, disetujui oleh penerima pesan.
Seseorang dikatakan sehat jiwa yaitu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Keperawatan jiwa mencakup parameter kompetensi klinik, advokasi pasien,
tanggungjawab fisikal, kolaborasi professional, akuntabilitas (tanggung gugat) social dan
kewajiban etik dan legal. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu

1
psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu
kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktek keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Komunikasi Terapeutik ?
2. Bagaimana Konsep Komunikasi Terapeutik Pada ODGJ ?
3. Bagaimana Teknik Komunikasi Pada ODGJ ?
4. Apa Saja Hambatan-hamabtan Komunikasi Pada ODGJ ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Komunikasi Terapeutik
2. Untuk Mengetahui Konsep Komunikasi Terapeutik Pada ODGJ
3. Untuk Mengetahui Teknik Komunikasi Pada ODGJ
4. Untuk Mengetahui Hambatan-hamabtan Komunikasi Pada ODGJ

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antar perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menrima bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan
sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan
beragam latar belakang dann masalahnya. (Firdaus & Achmad, 2013)
2. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi,
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat. (Firdaus & Achmad, 2013)
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan diir sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan atau pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien
sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, bila perawat tidak
memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang
memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan
social biasa. (Firdaus & Achmad, 2013)

3
4. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan public. Menurut Potter dan Perry, ada tiga jenis
komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
(Firdaus & Achmad, 2013)
a. Komunikasi Verbal
Jenis kimunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaarn dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata
adalah alat atau symbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi verbal yang efektif harus:
1) Jelas dan Ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Semakin
sedikit kata0kata yang digunakan semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas.
2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.

4
3) Arti Denotatif dan Konotatif
Arti denotative memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata.
4) Selaan dan Kesempatan Berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu seseuatu terhadap klien. Selaan perlu digunakan
untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata.
5) Waktu dan Relevasi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Oleh
karena itu, kita harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
Begitupula komunikasi verbal lebih bermakna jika pesan yang disampaikan
berkaitan dengan minat dan kebutuhan individu.
6) Humor
Menurut Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
(Firdaus & Achmad, 2013)
b. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan
dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat meyurat, pembuatan memo, laporan,
iklan dan surat kabar dan lain-lain.
1) Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a) Lengkap. Pesan-pesan yang digunakan akan disebut lengkap, bila
mengandung semua fakta-fakta yang diinginkan oleh pembicara. Karena itu
pesan harus menjawab semua pertanyaan, memberikan informasi tambahan
yang dibutuhkan dan periksa kembali apakah telah mencakup 5W+1H. Hal ini

5
khususnya diperlukan pada saat anda menjawab surat pengumuman atau
pemberitahuan misalnya surat pemesanan barang.
b) Ringkas
Ringkas adalah suatu pesan bukan mengorbankan beberapa kata sehingga
menjadi tidak lengkap dan kurang sopan tetapi hilangkan kata-kata yang
kurang penting dan hindarkan pengulangan kata-kata.
c) Pertimbangan, berarti anda harus benar-benar menyiapkan apa yang akan
ditulis dan coba memahami orang/pihak lain, apa masalahnya, keinginannya
dan lain-lain.
d) Konkrit, penulisan yang konkrit berarti spesifik, mengandung kepastian yang
jelas, hindari kekaburan dan penulisan secara umum. Untuk itu sebaiknya
anda menggunakan fakta-fakta atau data yang spesifik atau jelas dan lebih
baik menggunakan kalimat efektif.
e) Jelas, pesan yang disampaikan harus benar-benar jelas dan dapat dimengerti
oleh pembaca sehingga perlu diperhatikan pemilihan kata-kata yang sering
digunakan, hindari kata-kata asing.
f) Sopan, disini bukan berarti menggunakan kata-kata maaf, silahkan,
terimakasih, tetapi yang dimaksud adalah jangan menyinggung perasaan
pembaca, jawablah surat langganan segera, bijaksana dan untuk tidak
menyakiti hati komunikan.
g) Benar, adalah menggunakan bahasa yang sesuai dengan level pengetahuan
langganan dan gunakan kata akurat, grafik gambar yang menunjang.

2) Fungsi komunikasi tertulis adalah :


a) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
c) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali
untuk mengetahui perkembangan masa lampau.

6
d) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.
3) Keuntungan komunikasi tertulis adalah :
a) Adanya dokumentasi tertulis
b) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c) Dapat menyampaikan ide yang rumit
d) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e) Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan
g) Membetuk dasar kontrak atau perjanjian
h) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
4) Kerugian komunikasi tertulis adalah :
a) Memakan waktu lama untuk membuatnya
b) Memakan biaya yang mahal
c) Komunikasi tetrtulis cenderung lebih formal
d) Dapat menimbulkan masalah karena salah penapsiran
e) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
f) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
g) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan si pembaca(Firdaus &
Achmad, 2013)

c. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal merupakan pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien
mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non
verbal menambah arti terhadap pesan verbal. (Firdaus & Achmad, 2013)
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut :
1) Kinestik, adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk isyarat
tubuh atau anggota tubuh.

7
2) Proksemik, yaitu bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak”
antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu
dengan objek.
3) Haptik, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi.
Atas dasar itu maka ada ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu
sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit.
4) Paralinguistic, meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kala
kita hendak menginterpretasikan symbol verbal.
5) Artifak, dalam komunikasi non verbal dengan berbagai benda material disekitar
kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan
tatkala dipergunakan.
6) Logo dan warna, kreasi untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan
karya komunikasi bisnis, namun model ini dapat diterima dalam komunikasi
kesehatan.
7) Tampilan fisik tubuh, kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,
tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain).
5. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal mendasar yang memberikan cirri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut :
a. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negative yang dimiliki leh pasien harus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
b. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur fdalam menerima kondisi pasien. Objektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
c. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam. (Firdaus & Achmad, 2013).

8
6. Fase-Fase dalam Komunikasi Terapeutik
a. Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima
kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals,
clarification of roles dan contract formation.
b. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang
masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua
kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan pelayanan dan
membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
c. Penyelesaian (Termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan
dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan
perpisahan. (Firdaus & Achmad, 2013)
7. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik
a. Perkembangan
b. Persepsi
c. Nilai
d. Latar belakang social budaya
e. Emosi
f. Jenis kelamin
g. Pengetahuan
h. Peran dan hubungan
i. Lingkungan
j. Jarak
k. Citra diri
l. Kondisi fisik. (Firdaus & Achmad, 2013)

9
2.3 Konsep Komunikasi Terapeutik pada ODGJ

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi
karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila
ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental, yang meliputi : emosi, pikiran, perilaku,
perasaan, motivasi, kemauan, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup di
masyarakat.

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakana yang
berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan hendaknya pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia.

Pasien gangguan jiwa sering mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Hambatan komunikasi tersebut bisa dalam bentuk komunikasi tidak koheren blocking,
membisu atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi. Sebaliknya, banyak juga pasien yang
berkomunikasi secara berlebihan, ide loncat-loncat, sirkumstansial, tangensial, mengulang-
ulang pembicaraan, asosiasi longgar, dan berbagai bentuk hambatan komunikasi yang lain.
Berikut ini di uraikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memilii masalah keperawatan
hambatan komunikasi verbal. (Budi Ana & dkk, 2011).

Komunikasi sangat berperan penting dalam menciptakan suatu hubungan yang efektif.
Menurut Suryani (2005), komunikasi terapeutik dalam keperawatan mengandung prinsip
sebagai berikut :
1. Melihat permasalahan dari sudut pandang pasien. Untuk dapat membantu pasien
mengenai masalah yang dialami pasien, perawat harus memandang masalah tersebut dari
sudut pandang pasien. Jadi, perawat harus mampu mendengar secara aktif dan sabar
ketika pasien gangguan jiwa menceritakan perasaan atau masalah yang dihadapinya.
2. Tidak mudah dipengaruhi masa lalu pasien dan masa lalu perawat sendiri.
3. Empati bukan simpati. Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan
memikirkan masalah yang dialami pasien dari sudut pandangan pasien.
4. Menerima apa adanya. Penerimaan yang tulus dari perawat akan membuat pasien merasa
aman dan nyaman, sehingga hubungan komunikasi terapeutik dapat berjalan dengan baik.

10
Perawat hendaknya tidak memberikan penilain atau kritik terhadap pasien, karena itu
menunjukkan bahwa perawat tidak menerima pasien apa adanya.

Komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat di Rumah Sakit Ratumbuysang


bersifat umum. Bahasa yang digunakan perawat harus jelas menyesuaikan dengan keinginan
dari pasien gangguan jiwa. Hal ini bertujuan agar pasien gangguan jiwa dapat dengan mudah
merespon dan bisa mengerti apa yang dibicarakan oleh perawat. Seorang perawat harus
memiliki keterampilan komunikasi terapeutik. Dengan keterampilan tersebut seorang
perawat akan mudah membangun kepercayaan terhadap pasien gangguan jiwa. Sehingga
mencapai tujuan keperawatan dan pasien gangguan jiwa akan mudah memahami dan
mengikuti proses terapi, dan memberikan kesembuhan pada pasien gangguan jiwa.

Hubungan perawat dengan pasien gangguan jiwa adalah hubungan yang direncanakan
secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tujuan pasien
gangguan jiwa. Dalam hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi,
sehingga bisa memfasilitasi hubungan yang efektif antara perawat dengan pasien gangguan
jiwa.

2.3 Teknik Komunkasi Pada ODGJ

Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Ratumbuysang, untuk membangun suatu


hubungan dengan pasien gangguan jiwa selain menerapkan komunikasi terapeutik, perawat
juga harus percaya dengan pasien gangguan jiwa yaitu dengan melakukan BHSP (Bina
Hubungan Saling Percaya). Untuk membina hubungan saling percaya atau biasanya disebut
BHSP dalam keperawatan jiwa yang dilakukan perawat pertama kali adalah berkenalan dan
memperkenalkan diri dengan pasien gangguan jiwa. Kemudian, perawat harus selalu
menyapa pasien gangguan jiwa sebagai bentuk pendekatan, dan perawat harus melakukan
pendekatan dengan cara mengajak pasien gangguan jiwa berkomunikasi seperti menanyakan
perasaan yang dirasakan pasien gangguan jiwa. Komunikasi perawat pada pasien harus
diucapkan dengan lembut dan berkesan ramah, agar pasien merasa nyaman dan menimbulkan
kesan bersabat yang ditunjukkan untuk BHSP pasien kepada perawat gangguan jiwa.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam menangani dan merawat pasien gangguan jiwa
perawat mempunyai resiko yang sangat besar. Resiko yang rentan dialami oleh perawat di

11
rumah sakit Ratumbuysang yaitu dipukul pasien, diludahi pasien, ditendang pasien, ditampar
pasien, bahkan pasien mengeluarkan kata kotor/kasar kepada perawat. Untuk menangani
resiko-resiko tersebut, perawat di Rumah Sakit Ratumbuysang mengamankan pasien dan
melakukan fiksasi dengan jangka waktu tertentu sampai pasien sudah merasa tenang.

2.4 Hambatan-hambatan Komunikasi Pada ODGJ

Selain resiko-resiko yang rentan perawat alami, perawat di Rumah Sakit Ratumbuysang
memiliki hambatan-hambatan dalam berkomunikasi, merawat, serta menangani pasien
gangguan jiwa. Hambatan dalam menangani dan merawat pasien gangguan jiwa juga terlihat
dari diagnose pasien gangguan jiwa. Hambatan-hambatan yang sering terjadi pada perawat
yaitu tidak kooperatifnya pasien kepada perawat seperti pasien mengamuk, diabaikan oleh
pasien, dan hambatan dalam menangani dan merawat pasien gangguan jiwa yaitu kurangnya
tenaga kerja perawat dalam bertugas sehingga dalam menangani dan merawat pasiten
gangguan jiwa tidak efektif.

Untuk menyesuaikan cara berkomunikasi dengan pasien gangguan jiwa perawat


melakukan komunikasi terapeutik yang merupakan wadah perawat untuk membangun
hubungan dengan pasien gangguan jiwa. Akomodasi yang dipakai oleh perawat melalui
komunikasi terapeutik ini, seperti komunikasi terbuka, jujur, dan menyesuaikan diri dengan
pasien gangguan jiwa sesuai dengan diagnose pasien. Melalui trategis pelaksanaan, perawat
dapat mengetahui bagaimana cara menyesuaikan diri mereka untuk menjalin hubungan
dengan pasien gangguan jiwa.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian gagasan, ide, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui cara tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Komunikasi efektif apabila pesan dapat diterima,
dimengerti, disetujui oleh penerima pesan.

13
Daftar Pustaka

Kunoli, Firdaus J, Achmad Herman. 2013. Komunikasi Kesehatan Untuk Mahasiswa


Institusi Kesehatan. Jakarta : In Media.

Nasir, Abdul, Abdul Muhith. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi Ana, dkk. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate
Course). Jakarta : EGC.

Sumangkut, C. E. (2019). PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PERAWAT


DENGAN PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT
RATUMBUYSANG MANADO. Sumangkut, 1-14.

14
Lampiran

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Jiwa

1. Asuhan Keperawatan Pasien Hambatan Komunikasi Verbal

Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, perlambatan, atau ketiadakan


kemampuan untuk menerima, memproses pesan atau (stimulus) yang di terima dan tidak
mampu memberi respon yang sesuai karena kerusakan sistem di otak. Pasien
memperlihatkan cara berkomunikasi yang tidak sesuai dengan stimulus dari luar, jawaban
tidak sesuai dengan realitas. Hambatan komunikasi verbal pada umumnya terdapat pada
pasien gangguan jiwa yang mengalami gangguan proses pikir (waham dan halusinasi).
Untuk mengkaji pasien hambatan komunikasi verbal, dapat di wawancara dan observasi
kepada pasien dan keluarga.

1. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami hambatan komunikasi verbal :

1) Ketika berbicara, tidak ada hubungan ide yang satu dengan ide yang lainnya
(inkoheren).
2) Menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tertentu (neologisme).
3) Menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti dan tidak ada hubungan (bahasa
gado-gado).
4) Mengunakan kata-kata bersajak dengan bentuk tidak umum (asosiasi gema).
5) Mengulang kata-kata yang didengar (ekolia)
6) Menggunakan kata-kata yang sesuai dengan yang ditanyakan orang lain.
7) Ketidakmampuan berfikir abstrak (mengungkapkan refleksi pikiran konkret).
8) Berbicara berbelat-belit tanpa tujuan.
9) Tidak ada kontak mata dengan lawan bicara (tidak mau menatap langsung lawan
bicara).
10) Saat berbicara, secara tiba-tiba berarti dan berbicara lagi tanpa ada hubungan dengan
pembicara awal (blocking).
11) Tidak mau berbicara sama sekali (mutism).

15
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menetapkan pasien
hambatan komunikasi verbal, yaitu :
1) Apakah pasien mengungkapakan kata-kata dan ide-ide yang tidak berhubungan sama
sekali ?
2) Apakah pasien mengatakan kata-kata simbolik yang hanya dimengerti oleh pasien
sendiri ?
3) Apakah pasien menggunkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti penanya ?
4) Apakah pasien menggunakan sajak-sajak dalam berbicara?
5) Apakah pasien mengulang kata-kata yang didengar ( ekolalia ) ?
6) Apkah pasien mampu berfikir abstrak ?
7) Apakah pasien berbicara berbelit-belit tanpa tujuan ?
8) Apakah pasien tidak mau melakukan kontak mata dengan pasien ?
9) Apakah pasien tiba-tiba berhenti berbicara dan melenjutkan pembicaraan tetapi tidak
sesuai dengan topic yang pertama ?
10) Apakah pasien mengulang-ulang perkatan tanpa jemu ?
11) Apakah pasien tidak mau berbicara sama sekali ?
2. Diagnosa Keperawatan
Rumusan diagnosa keperawatan yang berlaku untuk gangguan ini adalah hambatan
komunikasi verbal.
3. Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien ini adalah :
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Pasien memahami ketidakmamapuannya berkomunikasi secara efektif.
3. Pasien mampu menerima dan menginterpretasikan pesan orang lain secara efektif.
4. Pasien mampu mengekspresikan pikiaran adan perasaan secara tepat melalui
komunikasi verbal.
5. Pasien mampu mengekspresikan pikiran adan perasaan melalui komunikasi non-
verbal.
Tindakan keperawatn yang harus dilakukan :
1. Bina hubungan saling percaya
a. Selalu mengucapkan slam pada pasien.

16
b. Perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan kesukaannya.
c. Tanyakan pula nama panggilan kesukaannya.
d. Jelaskan tujuan anda merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
e. Jelaskan pula kapan aktivitas itu akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitasnya
tersebut dilakukan.
f. Bersikap empati dengan pasien.
g. Diskusikan denag pasien bahwa komunikasi pasien sangat sullit dimengerti.
h. Melatih pasien menerima dan menginterprestasikan pesan secara efektif.
i. Melatih pasien mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal.
j. Melatih pasien mengekspresikan pikiran dan perasaan secara nonverbal.
SP-1 Pasien. Membina hubungan saling percaya dan mendiskusikan kepada pasien
bahwa komunikasinya sulit dimengerti.
Orientasi
Selamat pagi, Bu
Nama saya Lelin Kusmita. Saya senang dipanggila Lelin, saya perawat dari puskesmas
Suka Makmur yang datang untuk merawat ibu. Nama bapak/ibu siapa? Senang dipanggil
siapa ? bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini.? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang perasaan atau keluhan bapak/ibu. ? mau duduk di mana. ?bagaimana kalau di
ruang tamu? (usahakan tempat yang ada privasinya)
Mari, pak/bu kita duduk disana, tidak lama kok, hanya setengah jam. (kemungkinan
terjadi kontak sepihak).
Kerja
Apa yang ibu rasakan ?, ibu mau cerita apa ?, silakan. (pasien bicara tapi tidak mengerti).
Saya tidak mengerti apa yang ibu ani maksudkan, bisakah ibu menjelaskan kembali hal
tersebut?, apa yang ibu maksudkan……? Saya akan menemani ibu…… sepertinya sukar
bagi ibu ani untuk menyampaikan hal itu. Wah, saya tidak mengerti apa yang ibu
maksudkan. Waktu kita sudah habis.
Terminasi
Bagaimana perasaan ibu Ani setelah bercakap-cakap dan saya temani? Karena ibu belum
dapat menyampaikan sesuatu yang dimengerti, jadi saya akan pulang dulu.
, menurut ibu apa yang akan kita bicarakan?

17
Sampai jumpa lagi, selamat pagi.

SP 2-Pasien. Melatih pasien menerima dan menginterprestasikan pesan secara efektif.


Orientasi
Selamat pagi ibu Ani. Masih ingat saya Lelin ?
Bagaimana perasaan ibu sekarang?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tenyang anggota keluarga bu Ani?
Mau duduk dimana?, bagaimana kalau diruang tamu? Mari by kita duduk disan, tidak
alam kok, hanya setengah jam (semua anggota keluarga yang ada dihadirkan bersama-
sama)
Kerja
berapa saudara kandung ibu? Berapa laki-laki? Berapa perempuan? Mana dari yanga da
sekarang ini ayah bu ani ?, ya, betul.
Saudara kandung yang lagi berapa ?, siapa nama saudara yang laki-laki? Mana saja?
Coba tunjukkan!
Siapa nama yang perempua? Coba tunjukkan! Ya betul. Ya, bagus sekali. Ibu mulai jelas
komunikasinya. Apakah ibu dapat menggambarkan hobi ibu?
Terminasi
Bagaimana perasaan ibu Ani setelah kita bercakap-cakap?
Coba sebutkan b berapa saudara perempuan? Bagus! berapa saudara laki-laki?
Bagus! Coba nanti diingat lagi nama orang yang ada di sekitar ibu Ani!
Bisakah saya datang kembali kerumah ibu dua hari yang akan datang? Menurut ibu,
pukul berapa sebaliknya saya datang? Pukul 10.00 ya ?.
Menurut ibu, pada pertemuan kita dua hari lagi, apa yang akan kita bicarakan?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang ibu sukai?
Sampai jumpa lagi, selamat pagi.
SP2-P diulang untuk objek realita lain sampai pasien dapat memberi respons yang tepat
terhadap pesan yang diberikan.
SP3-Pasien. Melatih pasien mengekspresikan perasaan, pikiran melalui komunikasi
verbal.
Orientasi

18
selamat pagi ibu Ani. Saya akemat yang pernah datang dua hari lalu.
Bagaimana perasaan ibu Ani hari ini?, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
perasaan ibu saat ini setelah beberapa kali kita ketemu?
Mau duduk dimana?, bagaimana kalau di ruang tamu?
Mari, bu kita duduk disana, tidak lama kok, hanya setengah jam.
Kerja
Coba ceritakan perasaan Ibu Ani saat ini…….. oh, ya?
Setelah itu apa yang ibu rencanakan berikutnya?
Apa saja keuntungan yang ibu rasakan dari pertemuan kita?, bagus sekali!
Terminasi
Bagus ibu Ani sudah dapat bercakap-cakap dengan ancer.
Saya anjurkan ibu berlatih bercakap-cakap dengan teman atau keluarga. Bisakah saya
kerumah ibu lagi dua hari yang kaan datang?
Menurut ibu pukul berapa saya datang?, dimana enaknya nanti kita bercakap-cakap?,
menurut ibu, pertemuan kita dua hari lagi apa yang akan kita bicarakan?, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang tentang hobi ibu?
Sampai jumpa lagi. Selamat pagi.

SP4-.Pasien . Melatih pasien mengekspresikan perasaan dan pikirannya melalui


komunikasi nonverbal.

Orientasi
Selamat pagi,Bu. Akhirnya kita ketemu lagi.
Bagaimana, apakah sudah dicoba bercakap-cakapnya? Bagus?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hobi ibu?
Mau duduk di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Mari Bu, kita duduk di sana, tidak lama kok, hanya setengah jam.
Kerja
Coba ibu ceritakan apa saja hobi ibu!
Kapan saja dilakukan?
Setelah mengerjakan hobi tadi, bagaimana perasaan ibu?
Apakah keluarga ibu mendukung hobi ibu?

19
Apakah sekarang masih dilakukan hobinya. Bagaimana kalau kita coba sekarang?
Terminasi
Baagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
Tenyata banyak juga ya hobi ibu. Saya lihat ibu sangat bersemangat mengejarkan hobi
ibu tersebut.
Bagus!
Saya anjurkan, kalau ibu merasa orang lain tidak mengerti maksud ibu, ibu biisa
menuliskan di kertas atau menggambarkannya dengan isyarat. Lakukan juga hobi ibu.
Dapatkah saya dating kembali ke rumah ibu seminggu lagi? Menurut ibu, pukul berapa
sebaiknya saya dating? Di mana enaknya kita nanti bercakap-cakap?
Dapatkah saya nanti bertemu dengan dengan keluarga ibu? Sampai berjumpa lagi.
Selamat pagi.

Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga:

a. Keluarga mampu mengenal masalah hambatan komunikasi yang dialami pasien.


b. Keluarga mengetahui proses terjadinya hambatan komunikasi verbal.
c. Keluarga mampu merawat pasien di rumah.
d. Keluarga mampu memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat.

Tindakan keperawatan untuk keluarga:

a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dirasakan keluarga.


b. Diskusikan dengan keluarga proses terjadinya hambatan komunikasi yang dialami
pasien.
c. Diskusikan bersama keluarga tentang
1) Cara berkomunikasi dengan pasien dengan hambatan komunikasi di rumah.
2) Teknik komunikasi yag bisa diterapkan oelh keluarga.
d. Latih keluarga menerapkan teknik kamunikasi
1) Menyatakan ulang untuk situasi bloking.
2) Memfokuskan untuk ide berloncatan.
3) Mengklasifikasi untuk tangensial.
4) Memvalidasi untuk komnikasi yang tidak jelas.

20
SP1 – Keluarga. Mendiskusikan dengan keluarga masalah hambatan komunikasi verbal
dan melatih berkomunikasi dengan teknik menyatakan ulang dan memfokuskan.

Orientasi
Selamat pagi, Bu. Saya… Perawat puskesmas…Saya yang merawat anak ibu.
Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana kondisi anak ibu selama ini?
Apa masalah yang ibu rasakan dalam merawat anak ibu…?
Baiklah, bisakah kita bercakap-cakap tentang kekacauan bicara yang dialami oleh anak
ibu? Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana kalu 30 menit?
Di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau d ruang tamu ini?
Kerja
Bagaiman kemampuan bicara anak ibu selama ini? Apakah ada kesulitan ketika berbicara
dengannya? Apa kesulitan yang ibu alami? Ya, saya mengerti.
Salah satu dampak yang dialami anak ibu adalah gangguan berkomunikasi.
Prose terjadinya gangguan komunikasi adalah akibat perubahan cara berpikir pasien
maka terlihat dalam bentuk gangguan komunikasi.
Bentuk gangguannya seperti pembicaraan yang tidak nyambung, berkomunikasi
berputar-putar, idenya berloncatan, atau tiba-tiba berhenti berbicara tanpa mampu
melanjutkan pembicaraan.
Mana dari yang saya sebutkan tadi yang terjadi pada anak ibu? Ya, baik.
Apa yang selama ini ibu lakukan ketika mengalami masalah komunikasi seperti tersebut?

Ada beberapa cara berkomunikasi denga pasien:


a. Kalau pasien tiba-tiba berhenti berbicara atau disebut blocking, ibu bisa nyatakan
ulang kalimat terakhir pasien dan bantu meneruskan pembicaraan sampai tuntas
b. Kalau ide pasien berloncatan, ibu bisa memusatkan perhatian pada topic tertentu
sesuai dengan minat pembiacaraan pasien, misalnya dengan
menyatakan,”Bagaimana kalau kita membicarakan tentang makanan keukaanmu”
atau hal lain sesuai dengan minat anak ibu.

21
Bagaimana, Bu? Mudah bukan? Mana yang ibu mau coba dulu? Bagaimana kalau
keduanya kita latih?

Sekarang seadinya saya bocking, coba ibu terapkan cara pertama tadi.

Bagus

Sekarang seandainya saya loncat ide, coba ibu terapkan cara kedua. Ya, bagus.

Wah, ibu pintar sekali.

Kalau ternyata ibu tidak mengerti juga apa yang diucapkan anak ibu, ibu bisa katakan
“Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan”. Bisa, Bu? Bagus.

Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah baercakap-cakap?
Coab ibu sebutkan lagi dua cara mengatasi gangguan dakam konunikasi yang dialami
oleh anak ibu.
Selanjutnya, silahkan ibu mecoba dua cara yang sudah kita pelajari untuk mengatasi
masalah yang anak ibu hadapi, yaitu gangguan berkomonikasi yang tadi.
Dua hari lagi, saya akan dating ke mari. Bagiamana kalau kita berbincang-bincang
tentang cara lain untuk bercakap-cakap dengan anak ibu?
Di mana kita bercakap-cakap? Jam berapa ibu ada waktu ? Berapa lama? Selamat pagi,
Bu.

SP 2 – Keluarga. Melatih keluarga menerapkan cara berkomonikasi klafikasi dan


validasi.
Orientasi
Selamat pagi, Bu.
Bagiamana parasaan ibu hari ini? Sudah dicoba cara yang dua hari lalu kita pelajari?
Bagaimana hasilnya?
Bagaimana kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang teknik berkomnukasi yang lain?
Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Bagimana kalu 30 meit? Di mana kita bercakap-
cakap? Bagiamana kalau di ruang tamu ini?

22
Kerja
Ada dua cara yang lain untuk memperjelas kamunikasi dengaaan anak Ibu. Cara yang
lain tersebut adalah klafikasi, yaitu meminta penjelasan ulang apa yang dimaksud anak
ibu. Bila dia merasa tidak jelas apa yang diungkapkan anak ibu, Ibu bisa meminta
penjelasan ulang, misalnya dengan mengatakan, “Tolong jelaskan lagi apa yang kamu
maksudkan!” Coba ibu peragakan. Ya,bagus!
Cara kedua adalah vasilidasi. Hal ini dilakukan apabila ibu menangkap maksud
pembicaraan pasien, tetapi tidak begitu jelas. Untuk memperjelas ibu bisa
mengungkapkan maksud anak ibu yang ibu tangkap, misalnya dengan mengatakan, “Tadi
kamu megatakan gembira ada Ibu Suster kemari. Apa benar kamu mengatakatan itu?”
coba ibu yang melakukan atau memeragakannya bagus!
Terminasi
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
Coba ibu sebutkan dua cara komunikasi yang sudah kita latih tadi. Ya, bagus!
Nah, ibu sudah punya empat cara sekarang. Silahkan diterapkan sesuai dengan kondisi
anak ibu.
Saya ada di Puskesmas… seawaktu-waktu ibu perlu saya, saya ada disana. Sampai jumpa
ya, bu. Selamat pagi.
4. Evaluasi

Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah hambatan


komunikasi verbal dapat digunakan format berikut

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN HAMBATAN


KOMUNIKASI VERBAL

Nama pasien :

Nama perawat :

Petunjut pengisian :

1) Berilah tanda ( ) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah
ini

23
2) Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
Kemampuan Tanggal
Pasien
Sp 1
1.Membina hubungan saling percaya
2.Memahami bahwakomunikasinya tidak
dapat dipahami
Sp 2
1.menerima dan menginterprestasikan
pesan
Sp 3
1.mengespresikan pikiran dan perasaan
secara verbal
Sp 4
1.mengespresikan perasaan dan pikiran
secara non verbal
Keluarga
Sp 1
1.menyebutkan pengertian kerusakan
komunikasi
2.menyebutkan teknik komunikasi dengan
pasien
3.memperagakan 2 teknik komunikasi yang
efeksi
Sp 2
1.mempratikkan dua teknik komunikasi
dengan pasien
2.menyebutkan teknik komunikasi dengan
pasien
3.memperagakan 2 teknik komunikasi

24
yang efektif

Sp 3

1.Memanfaatkan sumber bantuan yang


tersedia di masyarakat

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN


DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
Nama pasien :
Nama perawat :
Petunjuk pngisian:
1) berilah tanda ( ) jika perawat menunjukkan kemampuan yang harus ditampilakan.
2) beri tanda O jika perawat tidak menunjukkan kemampuan yang harus dilampilkan
Kemampuan Tanggal

Pasien
SP 1p
1.membina hubungan saling percaya
2.menjelaskan ketidak mampuan mengerti
apa yang dipercakapkan pasien
Nilai SP 1p
SP 2p
1.melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien dengan hambatan
komunikasi verbal
2.menjelaskan pengertian,tanda dengan

25
gejala, serta proses terjadinya hambatan
komunikasi verbal
3.menjelaskan cara merawat pasien dengan
hambatan komunikasi verbal
Nilai SP 1k
SP 2k
1.melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien dengan hambatan
komunikasi verval
2.melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien hambatan
komunikasi verbal
Nilai SP 2k
SP 3k
1.mendiskusikan dengan keluarga sumber
bantuan yang dapat dijangkau untuk
mengatasi maasalah pasien
Nilai SP 3k
Nilai Total SPp + SPk

Rata-rata

Penilai.

Dokumentasi
Latihan
Proses pikir
 Sirkumstansial
 Fight of ideas
 Kehilangan asosiasi
 Blocking
26
 Bahasa gado-gado
 Pengulangan bicara
 Inkoheren
 Ekolalia
 Neologisme
 Tidak ada kontak mata

Dokumentasi disesuaikan dengan kartu rekam medic pasien di puskesmas


CATATAN KEPERAWATAN DI DOKUMENTASI (CHMHN)
Nama pasien :
Nama puskesmas :
No RM :
Tanggal :
Data :

Tindakan keprawatan

Evaluasi

Nama dan tanda tangan perawat

27

Anda mungkin juga menyukai