Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Komunikasi Terapeutik
Pada Tuna Rungu" tepat waktu.
Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Tuna Rungu disusun guna memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah komunikasi di Poltekkes Kemenkes Semarang. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang komunikasi terapeutik pada tuna rungu.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Indriati selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina
hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik juga
dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang
membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang
lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi
hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri.
Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas
penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar
tindakan guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi terapeutik
diharapkan dapat mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan
efektif, memperat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara
profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.
Tuna rungu merupakan salah satu jenis kelainan yang terkadang di pandang
sebagai suatu hambatan dalam berbagai segi kehidupan. Kesulitan demi kesulitan
yang ada dihadapannya. Mulai dari masalah pendidikan sampai masalah
kemandirian dan kekreativitasannya sering disangsikan. Pendidikan bagi anak tuna
rungu memang memerlukan khe – khususan, tetapi bukan berarti tidak mampu
mengikuti pendidikan. Pada saat ini perhatian pemerintah kepada Anak
Berkebutuhan Khusus (termasuk anak tuna rungu) khususnya bidang pendidikan
sudah berkembang cukup bagus.(Jahidin Jaya W, 2012)
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tunarungu?
2. Bagaimana klasifikasi tunarungu?
3. Bagaimana karakteristik tunarungu?
4. Apa saja masalah komunikasi pada pasien tuna rungu?
5. Bagaimana cara penyelesaian masalah dalam komunikasi pada tuna rungu?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui pengertian tunarungu dan bagaimana
karakteristiknya.
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui klasifikasi tunarungu.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui masalah komunikasi yang terjadi pada
pasien tuna rungu.
4. Untuk menjelaskan dan mengetahui cara penyelesaian masalah dalam
komunikasi pada tuna rungu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris ; communication yang berarti
pemberitahuan dan atau pertukaran ide, dengan pembicara mengharapkan
pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Komunikasi adalah suatu transaksi,
proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan
membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta mengubah sikap dan tingkah
laku tersebut (Robbins dan Jones, 1982).
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati,
2003 48). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Komunikasi
terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan,
disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena
terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam
latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik
merupakan interaksi antara perawat dan pasien yang berupa pembicaraan dan
perbincangan tentang masalah klien dengan berlandaskan etika dan moral
keperawatan, ditujukan untuk kesembuhan klien.

B. Definisi Tuna Rungu


Komunikasi Terapeutik Pada Kelompok Khusus (Tuna Rungu)
Komunikasi terapeutik sangat diperlukan apalagi pada pasien tuna rungu yang yang
mengalami kesulitan dalam menerima informasi.
Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran. Dalam perspektif
patologis yang dianut oleh pakar medis, kedokteran, ahli pendidikan dan
masyarakat umum yang memandang bahwa ketunarunguan sebagai impairment
atau kerusakan (gangguan). Menurut bukti hasil penelitian antropologis atau
linguistik pada orang tunarungu lebih dianggap sebagai orang yang cacat sehingga
perlu dinormalisasikan melalui lembaga pendidikan khusus maupun rehabilitasi
selama beberapa dekade. Mereka selalu berpikir orang tuna rungu harus bisa
berbicara dan mendengar dengan menggunakan kecanggihan teknologi alat bantu
dengar dan cochlear implants karena mau tidak mau mereka hidup di tengah dunia
masyarakat. Ada upaya-upaya untuk menyembuhkan pendengaran mereka dengan
teknologi kedokteran dan dampak ketunarunguan mereka terhadap psikologisnya
cenderung menjadi pedoman untuk menyatakan bahwa mereka perlu diterapi untuk
dapat melakukan adaptasi sosial di lingkungannya.

C. Klasifikasi Ketuna Runguan


pada umumnya klasifikasi anak tunarungu dibagi atas dua golongan atau
kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar.
1. Tuli
Orang tuli adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan
mendengar sehingga membuat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik
itu memakai atau tidak memakai alat dengar .
2. Kurang dengar
Kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian
kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan
pemakaian alat bantu dengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses
informasi bahasa melalui pendengaran.

D. Karakteristik Tuna Rungu


Karakteristik individu yang mengalami tuna rungu adalah sebagai berikut :
1. Egosentrisme yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan
sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang
lain, sukarnya menye-suaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada
“aku/ego”, sehingga kalau ada keinginan, harus selalu dipenuhi.
2. Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, yang
menyebabkan ia tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri.
3. Ketergantungan terhadap orang lain, sebagai akibat dari keterbatasan dalam
kemampuan berkomunikasi.
4. Perhatian mereka lebih sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu
benda atau pekerjaan tertentu.
5. Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak
masalah.
6. Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung, sebagai akibat seringnya
mengalami kekecewaan karena sulitnya menyampaikan
perasaan/keinginannya secara lisan ataupun dalam memahami pembicaraan
orang lain.

E. Masalah Komunikasi pada Pasien Tuna Rungu


Masalah komunikasi yang terjadi pada pasien tuna rungu :
1. Mengalami kesulitan dalam menerima dan memberikan informasi dalam
interaksinya.
2. Mudah marah dan cepat tersinggung (apabila salah dalam mendengar)
3. Kurangnya kesadaran akan aspek-aspek diri sendiri yang akan sangat
mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Satu alasan mengapa
komunikasi bisa tidak efektif karena kurangnya kesadaran akan aspek-aspek
diri sendiri yang akan sangat mempengaruhi interaksi dengan orang lain.
Sisi-sisi seseorang yang berada di luar kesadaran juga akan berada di luar
kendali dan menjadi senjata yang tidak terkendali yang dapat menembak
dan menyakitkan meskipun dengan maksud yang baik. Kesadaran bahwa
citra yang seseorang punyai terhadap dirinya bisa sangat berlawanan dengan
bagaimana ia dipersepsi oleh orang lain adalah suatu pelajaran yang sangat
berarti dan menjadi dasar untuk perkembangan diri menjadi seorang
komunikator yang baik.
Sebuah karakteristik yang penting dari komunikasi manusia adalah
bahwa tidak semua sinyal dan pesan terkirim secara sengaja atau bahkan
disadari. Seringkali terdapat ketidaksesuaian antara apa yang yang
dipersepsikan oleh seseorang selama komunikasi dan pemahaman dari
orang lain. Komunikasi yang efektif membutuhkan orang-orang yang
terlibat di dalamnya untuk memaksimalkan kesadaran diri, baik dalam hal
bagaimana perilaku dipersepsi oleh orang lain dan juga dalam pemahaman
motivasi diri sendiri dan hal-hal yang tidak terlihat.
F. Cara Penyelesaian Masalah dalam Komunikasi pada Tuna Rungu
Berikut merupakan cara penyelesaian masalah dalam komunikasi pada klien tuna
rungu :
a. Menggunakan bahasa isyarat.
b. Libatkan keluarga dalam komunikasi dengan tuna rungu.
c. Gunakan alat bantu dengar.
d. Gunakan bahasa pantomin.
Tekhnik komunikasi pada klien tuna rungu :
a. Penekanan intonasi dan gerak bibir.
b. Menurunkan jarak.
c. Gunakan isyarat kata-kata atau bahasa yang berbentuk tindakan.
d. Pengulangan kata.
e. Menyentuh klien.
f. Menjaga kontak mata.
g. Jangan melakukan pembicaraan ketika sedang mengunyah.
h. Gunakan bahasa pantomin bila memungkinkan dengan gerak sederhana dan
perlahan.
i. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari jika bisa dan diperlukan
j. Jika ada sesuatu yang sulit dikomunikasikan coba sampaikan dalam bentuk
tulisan, gambar atau simbol.
k. Gunakan bahasa, kalimat, kata-kata yang sederhana.

G. Cara Berkomukasi denagn Penyandang Tuna Rungu

1. Cari perhatian

Anda perlu mendapat perhatian terlebih dahulu ketika akan berkomunikasi


dengan tuna rungu. Anda tidak perlu berteriak sebab hal tersebut sia-sia. Cukup
sentuh pundak tuna rungu sebagai isyarat bahwa Anda ingin mengajaknya
berkomunikasi.

2. Sejajarkan posisi wajah

Saat akan mulai berkomunikasi, sejajarkan letak mata Anda dengan dirinya.
Pastikan Anda tidak berada terlalu dekat dengannya agar dia dapat melihat semua
bahasa tubuh Anda. Pastikan juga agar lokasi pembicaraan cukup terang.

3. Kontak mata

Selama berbicara dengan penyandang tunarungu, jangan lepaskan kontak mata


dan fokus Anda dari dirinya. Lepaskan media penghalang apa pun yang bisa
mengganggu jalinan komunikasi, seperti masker atau kacamata hitam. Tidak ada
salahnya untuk menggunakan ekspresi wajah agar dia lebih mudah memahami arah
pembicaraan.

4. Bicaralah dengan normal

Hindari berbicara dengan cara berbisik atau mengeraskan suara karena dapat
menyulitkan penyandang tunarungu dalam membaca gerakan bibir Anda.
Sebaliknya, berbicaralah dengan suara dan kecepatan normal. Hindari pula
berbicara sambil mengunyah atau menutupi mulut Anda.
5. Pilih topik pembicaraan yang umum

Kita dapat mengungkapkan terlebih dahulu mengenai topik pembicaraan


sehingga tuna rungu pun akan membalas dengan kontekstual. Jika ingin berganti
topik, pastikan Anda juga memberi tahu terlebih dahulu untuk menghindari
kebingungan.

6. Gunakan gerakan isyarat

Untuk berkomunikasi dengan anak tuna rungu, orang normal sebaiknya


memahami bahasa isyarat umum yang dimiliki anak tuna rungu. Memahami anak
tuna rungu dan meyakinkan bahwa mereka mampu berkomunikasi dengan baik
dengan dirinya sangatlah penting. Ketika orang normal tidak sungguh-sungguh
dalam berkomunikasi, anak tuna rungu juga akan kecewa.

7. Tetap bersikap sopan

Jangan kaget dengan kata-kata yang terkesan kasar. Budaya tunarungu


menghargai sikap blak-blakan. Banyak orang non-tunarungu kaget dengan sikap
blak-blakan orang tunarungu. Sadarilah bahwa di komunitas tunarungu, hal ini
tidak dianggap kasar, tetapi efektif.

Ingat bahwa orang tunarungu juga manusia. Jangan meremehkan siapa pun
karena disabilitas mereka.

H. Jenis Jenis Bahasa Isyarat


1. American Sign Language

Bahasa isyarat yang paling banyak dikenal dan telah dipakai sebagai pedoman
bahasa isyarat oleh dunia internasional. Bahasa Isyarat Amerika atau American
Sign Language (ASL) adalah bahasa isyarat dominan dari komunitas tuli di
Amerika Serikat dan sebagian besar anglofon Kanada, digunakan di beberapa
negara di seluruh dunia, termasuk sebagian besar Afrika Barat dan bagian-bagian
Asia Tenggara. ASL juga banyak dipelajari sebagai bahasa kedua, disajikan sebagai
lingua franca.

2. British Sign Language


Merupakan variasi dari ASL yang sering dipakai di negara Inggris dan juga telah
cukup dikenal di dunia internasional. Jenis BSL ini juga menggunakan gerakan
tangan yang lebih aktif dari ASL, BSL dan Bahasa Isyarat Amerika Syarikat agak
berbeda. Abjad tangan British juga tidak sama dengan abjad tangan Amerika
serikat, ia menggunakan dua tangan sedangkan ASL menggunakan satu tangan saja.

3. Indonesia Sign Language


Isyarat ini telah diakui dan banyak digunakan di Indonesia. Dan tentu saja kita
bisa memakainya sebagai salah satu acuan bahasa isyarat untuk berkomunikasi di
Indonesia

I. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Tuna Rungu


Secara umum strategi pembelajaran terdiri atas beberapa macam,

• Strategi belajar deduktif merupakan strategi belajar dengan materi atau bahan
pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat
khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi.
deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun
konsep terdefinisi.

• Strategi belajar induktif merupakan strategi belajar dengan materi atau bahan
pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum,
generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan
konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

• Strategi heuristic adlh pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan

• Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang


menekankan kepada proses penyampan materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal.

• Strategi pembelajaran ekspoditori adalah strategi pembelajran yang menekankan


kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran
secara optimal

• Model Pembelajaran klasikal adalah model pembelajaran yang kita lihat sehari –
hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah peserta didik, biasanya antara 30 sampai
dengan 40 orang peserta didik di dalam sebuah ruangan. Para peserta didik memiliki
kemampuan minimum untuk tingkat itu dan diasumsikan mempunyai minat dan
kecepatan belajar yang relatif sama. Dengan kondisi seperti ini, kondisi belajar peserta
didik secara individual baik menyangkut kecepatan belajar, dan minat belajar sukar
untuk untuk diperhatiakan oleh guru.

• Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa


sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

• Pembelajaran individual adalah pelatihan yang bersifat individual karena


pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan diantara para peserta didik. Metode ini
sangat sesuai digunakan dalam 'one-to-one situation', seperti pelatihan terhadap pejabat
pengganti atau anggota tim di tempat kerja.

BAB III
KESIMPULAN

Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan


kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran. Klasifikasi tunarungu dibagi atas
dua golongan atau kelompok besar yaitu tuli dan kurang dengar. Seorang tunarungu
mempunyai karakteristik seperti egosentrisme, takut akan lingkungan yang lebih luas,
ketergantungan, memiliki sifat polos dan sederhana, serta lebih mudah marah. Dalam
menyelesaikan masalah seorang tunarungu diperlukan penyelesaian yang sesuai dengan
masalah yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai