GANGGUAN PENGLIHATAN
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi
Disusun oleh:
Kelompok 6
2020
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang............................................................................................... 1
3.1.Kesimpulan .................................................................................................... 9
3.2.Saran .............................................................................................................. 9
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat, rahmat,
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Penglihatan”. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kaum muslimin Rasulullah
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat – sahabatnya, para pengikutnya
dan semoga kepada umatnya hingga akhir zaman, Aamiin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, besar harapan penulis untuk mendapatkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak dalam penyempurnaan makalah. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi dalam dunia
pendidikan di Indonesia.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tunanetra merupakan suatu kondisi tidak berfungsinya indera penglihatan
pada seseorang secara sebagian (low vision) atau secara keseluruhan (totally blind).
Hal ini dapat terjadi sebelum lahir, saat lahir dan setelah lahir.
Fenomena tersebut sampai saat ini masih menjadi pemikiran semua khalayak.
Karena hal itu menjadi masalah yang ada di Indonesia yang harus dicari solusinya
supaya bisa terlepas dari pandangan negative masyarakat terhadap tunanetra.
Dengan melihat keadaan yang digambarkan diatas, permasalahan yang muncul
tersebut dapat disimpulkan bahwa pandangan-pandangan negative dari masyarakat,
itu disebabkan oleh penyandang tunanetra itu sendiri.
1
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal.,
kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta
kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat persepsi
antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan
penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total.
Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi
sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan.
2
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik ?
2. Bagaimanakah teknik dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan
penglihatan ?
3. Apa syarat komunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan?
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk :
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa
komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai
pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
pada klien.
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik
diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi :
1. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien
pecaya pada hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
4
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional
berikut (Hamid,1998) :
a. Pengirim : Menjadi asal dari pesan.
b. Pesan : Suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim
kepada penerima.
c. Penerima : Yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya
dipengaruhi oleh pesan.
d. Umpan balik : Respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
e. Konteks : Tatanan di mana komunikasi terjadi.
a. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini, yaitu :
1. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;
2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri,;
3. Mengumpulkan data tentang klien
4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis
b. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama
kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan
klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya.
Tugas perawat pada fase ini, yaitu:
1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan
komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak bersama klien.
3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien.
4. Merumuskan tujuan dengan klien.
c. Fase kerja
5
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap
ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan
klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri
dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.
d. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya
sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat
dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui
dan pencapaian tujuan. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan.
2. Melakukan evaluasi subjektif.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
6
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan persial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat
ketika anda berada didekatnya.
2. Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama(dan peran)anda.
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkan menerima pesan verbal secara visual.Nada suara anda
memagang peranan besar dan bermakna bagi klien.
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucaokan kata-kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien.
5. Informasikamn kepada klien ketika anda akan menggilakannya / memutus
komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan
yang baru.
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat
berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan mata nada suara
2) Periksa lingkungan fisik
3) Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4) Berkomunikasikan pesan secara singkat
5) Komunikasikan hal-hal yang berharga saja
6) Dalam merencanakan komunikasi, berkonsultasilah dengan pihak lain agar
memperoleh dukungan.
2.3.Syarat-Syarat Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan gangguan
sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik
sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif antara perawat dan klien, untuk
itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien
dengan gangguan sensori penglihatan adalah :
7
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
salurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus
disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada
individu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang
disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu serta berguna
untuk pasien.
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini
akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan disampaikan,
perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun memancing emosi pasien,
karena dengan adanya ketenangan maka iinformasi akan lebih jelas baik dan
lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-buat akan
menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi penerima.
7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun
informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara sederhana,
berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik
8
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai
pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
pada klien dan mendorong klien untuk sembuh. Sedangkan kebutaan adalah
merupakan suatu jenis penyakit yang menyerang mata dan menyebabkan seseorang
tidak bisa melihat.
3.2.Saran
Dalam berkomunikasi pada klien dengan gangguan penglihatan sebaiknya
perawat berkomunikasi dengan syarat-syarat yang telah dipaparkan di atas serta
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi pada klien dengan
gangguan penglihatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Daimayanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.
10