Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP KEHILANGAN, KEMATIAN, DAN BERDUKA

Mata Kuliah : Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Dosen Pembimbing : Ns. Zidni NY, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Siti Nurhanisa (20010128)


2. Tarisa Aprilia Putri (20010135)
3. Wahyu Zakariya (20010142)
4. Wardatul Triulfa H. (20010243)
5. Weda Pratama P.W (20010150)
6. Musfiroh (20010153)
7. Faizatul Hasanah (20010156)
8. Ira Zakiyatul Fitroh (20010163)
9. Dyah Ayu Kusuma W. (20010165)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Konsep Kehilangan, Kematian, dan Berduka”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai konsep kehilangan, kematian, dan berduka. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jember, 11 Oktober 2021

Kelompok 3

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Definisi Kehilangan....................................................................................................................3
2.1 Dampak Kehilangan...................................................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Kehilangan...............................................................................................................3
2.3 Tipe-Tipe Kehilangan................................................................................................................4
2.4 Definisi Kematian.......................................................................................................................4
2.5 Dampak Kematian......................................................................................................................5
2.6 Tanda-Tanda Kematian..............................................................................................................5
2.7 Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian...............................................................................6
2.8 Definisi Berduka.........................................................................................................................7
2.9 Dampak dari Berduka.................................................................................................................7
2.10 Teori dari Proses Berduka..........................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................10

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.

Kehilangan dan berduka merupakan keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert, 1985, h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami
setiap individu dalam rentan kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalami kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu
akan berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat
dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bentuan kepada orang lain.

Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila


menghadapi kondisi yang demikian.  Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam
konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan
klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kehilangan dan dampaknya?
2. Apa saja jenis-jenis kehilangan?
3. Apa saja tipe-tipe kehilangan?
4. Apa pengertian kematian dan dampaknya?
5. Apa saja tanda-tanda kematian?
6. Apa saja tipe-tipe perjalanan kematian?
7. Apa pengertian berduka dan dampaknya?
8. Apakah teori dari proses berduka?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat memahami arti dari kehilangan dan dampaknya.
2. Agar pembaca dapat memahami jeni-jenis kehilangan.
3. Agar pembaca dapat memahami tipe-tipe kehilangan.
4. Agar pembaca dapat memahami arti dari kematian dan dampaknya.
5. Agar pembaca dapat memahami tanda-tanda kematian.
6. Agar pembaca dapat memahami arti dari berduka dan dampaknya.
7. Agar pembaca dapat memahami teori dari proses berduka.

1.4 Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat di jadikan sebagai bahan bacaan di
bidang kesehatan sebagai bahan untuk bersosialisasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang  konsep
kehilangan,kematian dan berduka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kehilangan


Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Sejak
lahir, individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan.
Respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh respon terhadap kehilangan
sebelumnya (potterdanperry, 1997).

Dapat diambil kesimpulan dari definisi-definisi di atas bahwa kehilangan adalah


sebuah perasaan pada diri individu yang diakibatkan dari peristiwa menjadi tidak adanya
suatu hal baik orang atau apapun yang sebelumnya ada. Peristiwa tersebut bisa berupa
kematian, perceraian, kecelakaan, bencana alam, PHK,dan lain-lain

2.1 Dampak Kehilangan


a. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang,
kadang-kadang akan timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan
kesepian.
b. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi
dalam keluarga
c. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat
menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang
ditinggalkan.

2.2 Jenis-Jenis Kehilangan


a. Kehilangan objek eksternal

Mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah tempat,


misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam. Contohnya kehilangan milik
sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang, atau pekerjaan).

3
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

Terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan


latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen.
Contohnya dirawat dirumah sakit, berpindah pekerjaan/rumah.

c. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti.

Salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari jenis-jenis
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Contohnya kematian
anggota keluarga, teman dekat, dan kehilangan pekerjaan.

d. Kehilangan suatu aspek diri.

Beberapa aspek yang dapat hilang dari seseorang. Contohnya : kehilangan


pendengaran, ingatan, usia muda, dan fungsi tubuh.

e. Kehilangan hidup.

Seseorang dapat mengalami mati baik secaara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sama pada kematian yang sesungguhnya.

2.3 Tipe-Tipe Kehilangan


a. Aktual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal oleh orang lain, sama dengan individu yang
mengalami kehilangan.

b. Perseived Loss (Psikologis)


Perasaan individual, tapi menyangkut hal-hal yang tidak dapat dinyatakan dengan
jelas.

c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.

2.4 Definisi Kematian


Definisi kematian yang diterima dalam dunia kedokteran adalah seseorang yang
fungsi sirkulasinya (jantung dan pembuluh darah) sudah berhenti secara permanen dan tidak
dapat dikembalikan lagi, atau fungsi seluruh otak nya sudah berhenti atau batang otaknya
sudah mati.

Secara medis, kematian harus bisa diukur secara objektif sehingga tidak dikenal
istilah nyawa/ruh karena hal tersebut tidak dapat diukur/diperiksa secara objektif.

4
2.5 Dampak Kematian
Sebab kematian adalah setiap luka, cedera, atau penyakit yang mengakibatkan
rangkaian gangguan fisiologis tubuh yang berakhir dengan kematian pada seseorang,
misalnya: luka tembak pada kepala.

2.6 Tanda-Tanda Kematian


a. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian yakni :
 Penurunan tonus otot
o Gerakan ekstermitas berangsur – angsur menghilang, khususnys pada kaki dan
ujung kaki.
o Sulit berbicara
o Tubuh semakin lemah
o Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit.
o Otot rahang dan muka mengendur sehingga dagu menjadi turun.
o Rahang bawa cenderung turun.
o Sulit menelan, refleks gerakan menurun.
o Mata sedikit terbuka.
o Penurunan gekgiatan traktus gastrointestinal, ditandai dengan nausea,, muntah,
kembung, obtisipasi, dan sebagainnya
o Penurunan kontrol sfingter urinari dan rektal
o Gerakan tubuh yang terbatas

 Sirkulasi melemah
o Suhu klien tinngi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung klien tersa dingin dan
lembab
o Kulit ektermitas dan ujung hidung tanpa kebiruan, kelabu, atau pucat.
o Nadi mualai teratur, dan cepat
o Tekanan darah menurun.
o Peredaran perifer terhenti.
o Kemunduran dalam sensasi.

 Kegagalan fungsi sensorik


o Sensasi nyeri menurun atau hilang 
o Pandangan mata kabur/berkabut.
o Kemapuan indra beransur- ansur.
o Sensasi panas, lapar, dingin, dan tajam menurun
o Gangguan penciuman dan perabaan.
o Variasi variasi tingaka dapat di lihat sebelum kematian. Kadang –kadang klien
tetap sadarsampai meninggal.
o Penudengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.

5
 Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan
o Mengerok (deat reattle) / bunyi napas terdengar kasar.
o Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut.
o Pernapasan sheyne stokes.

 Perubahan-perubahan tanda vital


o Nadi lambat dan lemah
o  Tekanan darah turun.

o Pernapsan cepat, cepat dangkal, dan tidak teratur.

b. Saat kematian. Fase kematian yakni :


1. Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak ( paru, jantung,
dan otak.
2. Hilangnya responds terhadap stimulus
3.  Hilangnnya  kontron atas sfingter kandung kemih dan rectum

(inkontienennsia) akkibat peredaran yang terhambat , kaki dan ujung hidung


menjadi dingin.
4. Hilangnya kemampuan panca indra, hanya indra pendengar yang paling lama
dapat berfunsi.
5. Adanaya garis dasar  pada mesin elekttroensefalografi menunjukkan
terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

c. Setelah kematian. Ditandai dengan ciri-ciri berikut :


1. Rigor mortis (kaku).tubuh menjadi kaku. 2- 4 jam setelah kematian
2. Argor mortis ( dingin) suhu tutuh pelahan- lahan turun
3. Livor mortis ( post mortem dikompesition) perubahan pada daerah yang
tertekan, jarimgan melunak dan bakteri sangat banyak.

2.7 Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian

a. kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui,yaitu adanya perubahan


yang cepatdari fase akut ke kronik.
b. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui,biasanya terjadi pada
kondisi penyakit yang konik.
c. Kematian yang belum pasti,kemungkinan sembuh belum pasti,biasanya
terjadi pada klien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
d. Kemungkinanmati dan sembuh yang Kematian yang pasti dengan waktu tidak
bisa diketahui,biasanya terjadi pada kondisi penyakit yang konik.

6
e. Kematian yang belum pasti,kemungkinan sembuh belum pasti,biasanya
terjadi pada klien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
f. Kemungkinanmati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada kliendengan
sakit kronikdan telah berjalan lama.

2.8 Definisi Berduka


Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,cemas sesak nafas, susah tidur, dan dll.

Berduka disfungsional adalah suatu yang merupakan pengalaman individu yang


responya dibesar besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial.

Berduka diantisipasi adalah suatu yang merupakan pengalaman individu dalam


merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang.

2.9 Dampak dari Berduka

2.10 Teori dari Proses Berduka


a. Teori engels
Menurut engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Easel (ahock dan tidak percaya)
o Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan menarik diri, duduk malas
atau pergi tanpa tujuan.
o Fase II (berkembang kesadaran)
Seseorang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frutasi, depresi, dan
kosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
o Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat dengan perasaan yang hampa karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang
yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
o Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum.
Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya dimasa
lalu terhadap almrm.
o Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus diketahui sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.

7
b. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi tiga kategori:
 Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya

 Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara
berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam
dan dirasakan paling akut.
 Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien
belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA


merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu


dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu


yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,


mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk
empati.

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5
katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang  seseorang yang dicintai, kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada
diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman Untuk
Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

stikes.fortdekock.ac.id

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Mubarak, Wahid Iqbal. 2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar 1. Jakararta: Selemba Medika.

Budi, Anna keliiat. 2009. Model praktikum keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC

Iyus ,Yosep. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung. Refika Aditan

https://warstek.com/kematian-2/

https://www.alodokter.com/komunitas/topic/kematian-5

https://www.slideshare.net/ulfasakurai/berduka-dan-kehilangan-copy

https://www.slideshare.net/mithakhair/konsep-pasien-terminal-menjelang-ajal

10

Anda mungkin juga menyukai