PENDAHULUAN
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa
awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
sosial.
Inkontinensia urin sering kali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya,
antara lain karena menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang
inkontinensia urin, dan menganggap kondisi tersebut sesuatu yang wajar terjadi
pada lansia serta tidak perlu diobati. Pihak kesehatan baik dokter, maupun tenaga
medis yang lain juga tidak jarang tidak memahami tatalaksana inkontinensia urin
yang baik atau bahkan tidak mengetahui bahwa inkontinensia urin merupakan
awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.
Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
sosial. Variasi dari inkontinensia urine meliputi dari kadang-kadang keluar hanya
berupa tetes urine saja, sampai benar- benar banyak, bahkan disertai inkontinensial
alvi.
Dampak negatif dari Inkontinensia Urine adalah dijahui orang lain karena
berbau pesing, minder, tidak percaya diri, timbul infeksi didaerah kemaluan,
pemborosan uang untuk pemeliharaan kesehatan, tidak bisa beraktifitas dengan baik
jarak berkemih yang terkedali dengan tehnik relaksasi atau distraksi (mengalihkan
adalah untuk menghidari terjadinya distensi berlebih. dan selain itu kita juga bisa
panggul dengan cara seolah-olah sedang menahan keluarnya flatus atau feses.
berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana
tujuannya dibagi menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini
secara holistik dan tepat, dan melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/I
seorang dokter agar mampu menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat.
Itulah merupakan tujuan dalam penyusunan makalah ini, dan juga sangat
diharapkan dapat berguna setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga seluruh
PEMBAHASAN
2.1. Skenario
INKONTINENSIA URIN
Seorang laki-laki usia 79 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan selalu buang
air kecil sedikit – sedikit tanpa disadarinya. Keadaan ini sudah dialaminya sejak 2
tahun yang lalu. Selama ini penderita berjalan tidak stabil, karena keluhan pada
Defenisi
- Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa
awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
dan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa
tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai
pada tempatnya.
Etiologi
anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul
kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu,
walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin
berkemih.
1. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi
yang harus terus dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan
yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika
seperti kafein.
3. Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin
usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan berat dan
dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan
menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina
Klasifikasi
urin umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang menghambat mobilisasi
diuretik.
akronim :
D : Delirium
Blocker
R : Restricted mobility
S : Stool impaction
Inkontinensia ini sering dialami oleh lansia diatas 75 tahun. Satu variasi
faktor psikologis.
Patofisiologi
ml. Berkemih dapat ditunda 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan.
Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi
Pada orang dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses
ini. Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml
memperbesar volume daya tamping. Bila titik daya tampung telah tercapai,
dan urine masuk ke urethra posterior. Relaksasi sfingter eksterna dan otot
perineal mengikuti dan isi kandung kemih keluar. Reflek ini bisa
dari pusat kortek yang berdampak kontraksi diluar kesadaran dari sfingter
interna. Bila salah satu dari sistem ini mengalami kerusakan, akan bisa
lansia
sensitifitas alfa adreno reseptor pada otot polos uretra. Inkontinensia urin
terdapat didalam mukosa dan jaringan otot, terjadi akibat proses penuaan
1. Uretra hipermobilitas
mudah digerakkan. Kondisi ini terjadi ila otot dasar pelvis menjadi
lemah akibat proses penuaan dan mengikuti hal – hal seperti dibawah
ini :
b. Stress Inkontinensia
Inkontinensia tipe ini sering terjadi pada wanita. Otot dasar pamggul,
keluar dari pelvis kearah vagina. Hal ini mencegah otot – otot yang
sehingga urin dapat keluar selama moment stres fisik seperti saat batuk,
tertawa, dll.
Tindakan otot kandung kemih yang tidak disadari dapat terjadi karena
kerusakan saraf pada kandung kemih ke nervus sistem (spinal cord dan
SSP) atau otot. Sinyal saraf yang abnormal mungkin disebabkan karena
d. Overflow Inkontinensia
baik karena itu masih ada sisa urin di dalam kandung kemih. Otot
Manifestasi Klinis
h. Urin menetes
8. Konstipasi
9. Konsumsi alkohol
11. Penggunaan obat diuretic, antidepresan, sedative, narcotic dan obat – obat diet
Diagnosis
1. Anamnesa
Pada inkontinensia urin pasien datang dengan keluhan sering tidak dapat
mandi. Pasien juga kadang mengatakansaat tertawa terbahak, tanpa sadar urin
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Abdomen
b. Pemeriksaan genitalia
d. Pemeriksaan Pelvis
e. Evaluasi neurologis
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Mengukur sisa urin setelah berkemih, dilakukan dengan cara : Setelah buang
air kecil, pasang kateter, urin yang keluar melalui kateter diukur atau
menggunakan pemeriksaan ultrasonik pelvis, bila sisa urin > 100 cc berarti
lanjutan perlu dilanjutkan bila evaluasi awal didiagnosis belum jelas. Tes
2. Tes urodinamik untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran kemih bagian
bawah
3. Tes tekanan urethra mengukur tekanan di dalam urethra saat istirahat
4. Imaging tes atau pemotretan terhadap saluran perkemihan bagian atas dan
bawah.
5. Laboratorium
kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang
menyebabkan poliuria.
digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin saat mengalami inkontinensia
urin dan tidak inkontinensia urin, dan gejala berkaitan dengan inkontinensia
urin. Pencatatan pola berkemih tersebut dilakukan selama 1-3 hari. Catatan
tersebut dapat digunakan untuk memantau respon terapi dan juga dapat dipakai
2. Mempertahankan homeostasis
2. Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar
dilakukan ± 10 kali.
Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra
4. Untuk masing-masing tipe dari inkontinensia ada beberapa hal khusus yang
dianjurkan misalnya :
b. Inkontinensia urgensi:
patologik dapat menyebabkan iritasi pada saluran kandung kemih bagian bawah.
berkemih.
5. Terapi farmakologi
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila
retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia
a. Kolporafi anterior
b. Uretropeksi retropubik
c. Prosedur jarum
Tindakan operatif sangat membutuhkan inform consent yang cermat dan baik
inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang
pemasangan pampers juga dapat menimbulkan masalah seperti luka lecet bila
jumlah air seni melebihi daya tampung pampers sehingga air seni keluar dan
akibatnya kulit menjadi lembab, selain itu dapat menyebabkan kemerahan pada
b. Kateter : menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karena dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga terjadi pembentukan batu. Selain
kateter menetap, terdapat kateter sementara yang merupakan alat yang secara
rutin digunakan untuk mengosongkan kandung kemih. Teknik ini digunakan pada
pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih. Namun teknik ini juga
c. Alat bantu toilet : Seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan oleh
orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak dan menjalani tirah baring. Alat
bantu tersebut akan menolong lansia terhindar dari jatuh serta membantu
Pencegahan
inkontinensia urin
5. Rajin berolahraga
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inkontinensia urine merupakan masalah kesehatan cukup sering dijumpai
pada lansia. Pada wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki, terutama pada
wanita yang sudah tua, banyak anak, pernah mengalami operasi di daerah
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan
secara mendadak, biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem
iatrogenik yang menghilang jika kondisi akut tersebut teratasi atau problem
berlangsung lama.
diagnosis gangguan ini. Jenis inkontinensia urin persisten yang utama yaitu:
saluran kencing, gangguan tidur, masalah sosial higiene yang pada akhirnya
mengakibatkan isolasi sosial, stress, luka, lecet, dan tak kalah pentingnya
biaya perawatan yang tinggi. Secara tidak langsung masalah tersebut dapat
kawatir terjadi Inkontinensia Urine, pada pasien yang kurang aktifitas hanya
urin, baik bersifat nonfarmakologis maupun terapi obat dan pembedahan jika
1. Martono, Hadi. 2011. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri. Jakarta : Fakultas
Sagung Seto
3. Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.
5. Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25132/4/Chapter%2011.pdf
6. Pustaka.unpad.ac.id/.../Pustaka_Unpad_Inkontinensia_Urin.pdf.pdf
7. Keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB%201-V_1.pdf