Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GIZI DAN DIET

PENUNTUN DIET PADA ORGAN GINJAL


BATU GINJAL
DOSEN PENGAJAR : ROZA MULYANI,SKM,MKM

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
SIFA YUNISA
SINTIA MARGARETA
FADIL SEPTIAWAN

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH BANDAR LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2021
DASAR SURAT

Diriwayatkan dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik,
bahwasanya Nabi bersabda:

‫هللا َع َّز َو َج َّل َل ْم‬ َ ‫ َتد‬،ِ‫ َن َع ْم َيا عِ َبا َد هللا‬:‫ َأ َن َتدَ َاوى؟ َف َقا َل‬،ِ‫ َيا َرس ُْو َل هللا‬:‫ َف َقا َل‬، ُ‫ت ْاَألعْ َراب‬
َ َّ‫ َفِإن‬،‫َاو ْوا‬ ِ ‫ َو َجا َء‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِّ‫ت عِ ْندَ ال َّن ِبي‬
ُ ‫ُك ْن‬
‫ ْال َه َر ُم‬:‫ َما ه َُو؟ َقا َل‬:‫ َقالُوا‬.‫ض َع لَ ُه شِ َفا ًء َغي َْر دَ ا ٍء َوا ِح ٍد‬َ ‫ضعْ دَ ا ًء ِإالَّ َو‬
َ ‫َي‬

“Aku pernah berada di samping Rasulullah, Lalu datanglah serombongan


Arab Badui. Mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?'
Beliau menjawab, 'Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab, Allah
tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya,
kecuali satu penyakit.' Mereka bertanya, 'Penyakit apa itu?' Beliau
menjawab, 'Penyakit tua.'" (HR Ahmad).
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “penuntun diet pada organ ginjal (batu
ginjal) “ini tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu Roza Mulyani pada mata kuliah Gizi dan diet selain itu makalah ini bertujuan
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan untuk
menambah wawasan tentang batu ginjal bagi pembaca dan penulis kami juga mengucapkan
terimakasih kepada ibu roza mulyani selaku dosen mata kuliah Gizi dan Diet yang bidang studi
yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak telah membagi sebagian
pengetahuan dan wawasan sehingga kami dapat menambah wawasan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan dinantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung ….Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………1
KATA PENGANTAR……………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………3

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………….4
1.1 LATAR BELAKANG……………………………….5
1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………….5
1.3 TUJUAN………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………..6
2.1 PENGERTIAN PENYAKIT BATU GINJAL………..6
2.2 FATOFISIOLOGI BATU GINJAL……………………9
2.3 PENUNTUN DIET BATU GINJAL…………………..12
2.4 TUJUAN TERAPI DIET………………………………..14
2.5 PERHITUNGAN KALORI DIET………………………15

BAB III PENUTUP………………………………………………16


3.1 KESIMPULAN …………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….17
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium)
dalam darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur
penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi
kuat. Selain itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin yang berfungsi
mengatur volume darah dan tekanan darah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. APA ITU PENYAKIT BATU GINJAL?
2. PENUNTUN DIET DAN TUJUAN DIET BATU GINJAL ITU APA?
3. APA SAJA FATOFISIOLOGI BATU GINJAL?
4. BERAPA KALORI DIET BATU GINJAL?

1.3 TUJUAN
1.Mengetahui apa itu batu ginjal
2. mengetahui bagaimana cara menuntun diet pada penyakit batu ginjal
3. mengetahui fatofisiologi dan kalori diet batu ginjal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYAKIT BATU GINJAL

Dalam istilah kedokteran penyakit batu ginjal disebut nephrolithiasis atau renal calculi. Batu
ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari
ginjal. Pembentukan batu ginjal dapat dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing,
tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian tebanya pada ginjal, yaitu di pasu ginjal dan calcyx
renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut
dalam urin1. Pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
antara lain umur, jenis kelamin dan keturunan. Faktor ekstrinsik antara lain kondisi geografis,
iklim, kebiasaan makan, zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air dan lain sebagainya.

Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal, dimana ditemukannya batu
yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang merupakan penyebab terbanyak
kelainan saluran kemih (Hanley JM, 2015). Lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks, atau
pelvis dan bila keluar akan terhenti dan menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) dan kandung
kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, batu oksalat, kalsium
oksalat, atau kalsium fosfat. Namun yang paling sering terjadi pada batu ginjal adalah batu
kalsium.Penyebab pasti yang membentuk batu ginjal belum diketahui, oleh karena banyak faktor
yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam batu ginjal yakni supersaturasi dan
nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar
dalam urin, yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang menekan pembentukan batu menurun.
Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti.
Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu.
Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 7% pada
perempuan dewasa dan 13% pada laki-laki dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki,
sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai ke empat.

Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu di
dalam pelvis atau kaliks dari ginjal.Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh
faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu umur, jenis kelamin, dan keturunan,
sedangkan faktor ekstrinsik yaitu kondisi geografis, iklim, kebiasaan makan, zat yang terkandung
dalam urin, pekerjaan, dan sebagainya 2 .

Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah terbentuknya struktur kristal di saluran kemih yang telah
mencapai ukuran yang cukup sehingga menimbulkan gejala. Batu dapat terbentuk dari kalsium,
fosfat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut dalam urin1 .Gagal ginjal merupakan
penyakit metabolik kronik yang menjadi masalah kesehatan di berbagai belahan dunia.
Menurut hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization / WHO)
yang memperkirakan pertumbuhan penderita gagal ginjal di Indonesia periode 1995 – 2025
bisa mencapai 41%. Pemicu utama pasien gagal ginjal adalah pola konsumsi masyarakat.
Semakin konsumtif masyarakat tanpa memikirkan komposisi makanan yang sehat, itu
menyebabkan semakin tingginya resiko untuk terkena gagal ginjal.

2.2 FATOFISIOLOGI BATU GINJAL

Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar. Fenomena
pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk kalsium, oksalat,
dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari
bentuk kristal super jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk
memunculkan gejala saat mereka membentur ureter waktu menuju vesica urinaria 3Adanya
kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar. Fenomena pertama adalah
supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat.
Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal
super jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk memunculkan
gejala saat mereka membentur ureter waktu menuju vesica urinaria.Faktor risiko nefrolitiasis
(batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada
keluarga, ada penyakit asam urat, kondisi medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan
komposisi urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan pembentukan batu berdasarkan tiga
faktor, berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah komponen penghambat pembentukan
batu (seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus
anatomis juga turut menentukan kecendrungan pembentukan batu (Basuki B, 2015).Nefrolitiasis
berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit, batu asam urat, batu sistin,
batu xanthine, batu triamteren, dan batu silikat. Pembentukan batu pada ginjal umumnya
membutuhkan keadaan supersaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan adanya zat inhibitor
pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang dapat menginduksi
pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada pelvikalises, hiperplasia
prostat benigna, striktura, dan buli bulineurogenik diduga ikut berperan dalam proses
pembentukan batu (Mochammad S, 2014).

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut akan tetap berada pada posisi metastable (tetap
terlarut)dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal.
Apabila kristal mengalami presipitasi membentuk inti batu, yang kemudian akan mengadakan
agregasi dan menarik bahan-bahan yang lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Kristal
akan mengendap pada epitel saluran kemih dan membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih sehingga nantinya dapat menimbulkan gejala klinis.Terdapat
beberapa zat yang dikenal mampu menghambat pembentukan batu. Diantaranya ion magnesium
(Mg), sitrat, protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid, dan glikosaminoglikan. Ion
magnesium ternyata dapat menghambat batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan
membentuk garam oksalat sehingga oksalat yang akan berikatan dengan kalsium menurun.
Demikian pula sitrat jika berikatan dengan ion kalsium (Ca) untuk membentuk kalsium sitrat,
sehingga jumlah kalsium oksalat akan menurun (Mochammad S, 2014).

Terdapat beberapa jenis variasi batu ginjal yaitu:


1. Batu Kalsium
Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal. Kandungan batu jenis ini terdiri atas
kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut. Faktor-faktor
terbentuknya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri
Terbagi menjadi hiperkalsiuri absorbtif, hiperkalsiuri renal, dan hiperkasiuri resorptif.
Hiperkalsiuri absorbtif terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus,
hiperkalsiuri renal terjadi akibat adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalu
tubulus ginjal dan hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium
tulang.

b. Hiperoksaluri
Merupakan eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari.

c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850mg/24 jam.

d. Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat sedikit.

e. Hipomagnesuria
Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium kadarnya sedikit dalam
tubuh. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus yang diikuti dengan
gangguan malabsorbsi.

2. Batu Struvit
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.

3. Batu Asam Urat


Biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak menggunakan obat urikosurik seperti
sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat.
4. Batu Jenis Lain
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat sangat jarang dijumpai (Basuki B,
2015).

Penderita nefrolitiasis sering mendapatkan keluhan rasa nyeri pada pinggang ke arah bawah dan
depan. Nyeri dapat bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa sangat hebat.
Mual dan muntah sering hadir, namun demam jarang di jumpai pada penderita. Dapat juga
muncul adanya bruto atau mikrohematuria (David S, 2009).

Selain dari keluhan khas yang didapatkan pada penderita nefrolitiasis, ada beberapa hal yang
harus dievaluasi untuk menegakkan diagnosis, yaitu:

1. Evaluasi skrining yang terdiri dari sejarah rinci medis dan makanan, kimia darah, dan urin
pada pasien (Margaret Sue, 2014).
2. Foto Rontgen Abdomen yang digunakan untuk melihat adanya kemungkinan batu radio-opak.
3. Pielografi Intra Vena yang bertujuan melihat keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Pemeriksaan
ini dapat terlihat batu yang bersifat radiolusen.
4. Ultrasonografi (USG) dapat melihat semua jenis batu.
5. CT Urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk melihat adanya batu di traktus urinarius

Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah mengatasi nyeri, menghilangkan batu
yang sudah ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu yang berulang.

1. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)

Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja dengan menggunakan
gelombang kejut yang dihasilkan di luar tubuh untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu
akan dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih 4 ESWL dianggap sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal berukuran
menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari20-30 mm pada pasien yang lebih memilih
ESWL, asalkan mereka menerima perawatan berpotensi lebih.

2. Percutaneus Nephro Litholapaxy (PCNL)

Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang berada di saluran
ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

3. Bedah terbuka

Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan ESWL, tindakan yang dapat
dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu ini dapat dilakukan dengan metode
ESWL, PCNL, bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM).

Faktor risiko untuk nefrolitiasis meliputi usia, jenis kelamin laki-laki, obesitas, diabetes, sindrom
metabolik, kelainan ginjal struktural, asupan cairan yang rendah, penyakit ginjal dan penyakit
saluran pencernaan tertentu 5 . Selain itu, faktor makanan dan endokrin juga diketahui sangat
mempengaruhi risiko batu ginjal 6. Selanjutnya de Oliveira et al., (2014) menuliskan hal serupa
bahwa faktor makanan memainkan peran penting dalam batu ginjal. Misalnya, asupan cairan
yang rendah dan asupan yang berlebihan dari protein, garam, dan oksalat merupakan faktor
risiko yang dapat diubah untuk batu ginjal7.

2.3 PENUNTUN DIET PADA BATU GINJAL

Pasien batu ginjal harus memiliki pengetahuan tentang diet maupun asupan cairan yang
dikonsumsi. Kusumawardani (2010) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pada penderita
yang memiliki pendidikan lebih tinggi maka akan memiliki pengetahuan lebih baik tentang
dietnya sehingga memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, serta dapat
mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan8.
Kepatuhan diet adalah suatu perilaku pasien dalam melaksanakan pemenuhan makan yang telah
direkomendasikan oleh penyedia pelayanan kesehatan. kepatuhan diet dapat dilihat dari jenis
makanan yang spesifik yang dibatasi9. Penelitian yang dilakukan Ismail (2012) menunjukkan
hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet10
Penyebab gagal ginjal kronik adalah tekanan darah tinggi (hipertensi), penyumbatan saluran
kemih, glomerulonefritis, kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista, diabetes melitus
(kencing manis) dan kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik. Seseorang yang
memiliki penyakit ginjal kronik, dapat memiliki stadium yang berbeda. Klasifikasi stadium
ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus. Stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju
filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Gejala gagal ginjal kronik seperti, bengkak mata, kaki,
nyeri pinggang hebat (kolik), demam, kencing sakit, kencing sedikit, kencing merah/darah,
sreing kencing, lemas, nafsu makan menurun, mual, muntah, gatal, sesak napas dan
pucat/anemia. Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium : kreatinine darah naik, Hb turun,
ditemukannya protein pada urin. Kelainan urin : Protein, darah/eritrosit, sel darah putih /
leukosit, bakteri.Pasien gagal ginjal harus menjalani diet khusus untuk mengontrol pola
makan serta menjaga agar kerusakan pada ginjal tidak semakin parah. Tujuan diet gagal
ginjal adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk
mendapatkan kontrol metabolisme yang lebih baik11 . Pasien harus membatasi makanan apa
saja yang dapat dikonsumsi dan yang tidak dapat dikonsumsi. Hal itu menyebabkan pasien
harus benar-benar memperhatikan menu makanannya agar tidak memperparah kondisi pasien.
Pasien harus membatasi makanan apa saja yang dapat dikonsumsi dan yang tidak dapat
dikonsumsi. Hal itu menyebabkan pasien harus benar-benar memperhatikan menu makanannya
agar tidak memperparah kondisi pasien. Selain kebutuhan gizi menurut umur, jenis kelamin,
aktivitas fisik dan kondisi khusus dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus
memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik serta
kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara
khusus dan penerapannya dalam bentuk modifikasi diet atau diet khusus terutama pada pasien
gagal ginjal.
Penelitian mengenai komposisi bahan pangan untuk diet penyakit ginjal dan saluran kemih
pernah dilakukan oleh Uyun dan Hartati (2011) menggunakan algoritme genetika. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa algortime genetika dapat digunakan untuk menentukan komposisi
bahan pangan yang optimal untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam 1 hari bagi yang sedang
melakukan diet untuk penyakit ginjal dan saluran kemih11.

Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatic cairan, elektrolit dan bahan-
bahan organik dalam tubuh. Diet khusus diperlukan jika fungsi ginjal terganggu, yaitu pada
penyakit-penyakit seperti sindroma nefrotik, gagal ginjal akut, penyakit ginjal kronik dengan
penurunan fungsi ginjal ringan sampai dengan berat, penyakit ginjal tahap akhir yang
memerlukan transplantasi ginjal dan batu ginjal. Diet pada penyakit ginjal ditekankan pada
pengontrolan asupan energi, protein, cairan, elektrolit natrium, kalium, kalsium dan fosfor.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, dan IV.
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui monitoring
dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Pada dasaranya
pelayanan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas
kesehatan lain diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi
(Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal,
pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya
mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.

2.4 TUJUAN TERAPI DIET

Tujuan terapi diet pada gagal ginjal mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi
memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab dan berbagai keadaan yang memperburuk
gagal ginjal harus segera dikoreksi. Diet rendah protein , Protein = 0,6 – 0,8 gr/kg BB
(memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis). Tambahan vitamin B dan C diberikan jika
penderita menjalani diet ketat atau menjalani dialisa.

Jenis diet pada gagal ginjal kronik


Diet rendah protein (RP) I: Asupan protein 30 g dan diberikan kepada pasien dengan berat
badan 50 kg.
Diet RP II: Asupan protein 35 g, untuk pasien berat badan 60 kg.
Diet RP III: Asupan protein 40 g, pasien dengan berat badan 65 kg.

Syarat diet gagal ginjal dengan dialisis menurut Almatsier (2008) adalah:

1.Protein = 12,5% dari energi total.


2.Karbohidrat = 65% dari energi total.
3.Lemak = 22,5% dari energi total.
4.Kalsium = 1000 mg/hari.
5. Fosfor < 17 mg/kg BB ideal.

2.5 PERHITUNGAN KALORI DIET

Proses perhitungan kebutuhan nutrisi pasien gagal ginjal berdasarkan pada variabel jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, usia, faktor aktivitas serta faktor stress.

Perhitungan Angka Metabolisme Basal (AMB) untuk mengetahui jumlah energy minimal
untuk mempertahankan proses hidup utama. Ada beberapa cara menghitung AMB, salah satunya
adalah rumus Harris Benedict (1919) yang akan digunakan dalam penelitian. AMB laki-laki =
66+(13,7×BB) + (5×TB) – (6,8×U) AMB perempuan = 65,5+(9,6×BB) + (1,8×TB)-(4,7×U)
Keterangan: BB = Berat Badan dalam (kg), TB = Tinggi Badan (cm), U = Umur (th)
Perhitungan selanjutnya perhitungan dengan panambahan variabel yaitu faktor aktivitas dan
faktor stress. Untuk mencari kebutuhan energi dapat menggunakan persamaan berikut:
Kebutuhan Energi = AMB × faktor aktifitas × faktor stress.
Setelah mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan, dilakukan perhitungan untuk mencari
kebutuhan asupan energi, protein, karbohidrat, lemak, kalsium dan fosfor dalam satu hari.

Pengaturan makanan pada gagal ginjal kronik, bahan makanan karbohidrat dianjurkan:
Sumber Makanan yang dianjurkan Makanan yang dibatasi
Gula, selai, sirup, permen, madu
nasi, jagung, kentang, makaroni atau pasta,
Karbohidrat untuk menambah energi
havermout, ubi/talas
(suplemen), agar- agar, jelly
Protein Daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang,

hewani telur
Kacang- kacangan dan hasil olahannya, seperti
Protein
– tahu, tempe, oncom, kacang merah, kacang tolo,
nabati
kacang hijau, kacang kedelai
Minyak jagung, minyak kacang
tanah, minyak kelapa, minyak Minyak kelapa, santan kental, mentega dan lemak
Lemak
kedelai, minyak kelapa sawit, hewan
dan margarin rendah garam
Sayuran tinggi Kalium seperti peterseli, buncis,
Semua sayuran kecuali untuk
Sayur bayam, daun pepaya muda, dll apabila pasien
pasien dengan heperkalemia
mengalami hyperkalemia
Buah-buahan tinggi kalium seperti apel, alpukat,
Semua buah kecuali untuk
Buah jeruk, pisang, dll apabila pasien mengalami
pasien hyperkalemia
hyperkalemia
Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien
Bawang merah, bawang putih, hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan
lada, kunyit, jahe, ketumbar, tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin,
Bumbu
salam, sereh, kayu manis, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang
lengkuas diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.

Cara mengatur diet pada gagal ginjal kronik, Makanan diberikan porsi kecil, padat kalori dan
sering, misal 6x sehari. Pilih makanan sumber protein hewani sesuai jumlah yang telah
ditentukan. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman. Masakan lebih baik dibuat tidak
berkuah, seperti ditumis, dipanggang, dikukus atau dibakar. Bila harus membatasi garam,
gunakanlah lebih banyak bumbu seperti gula, asam dan bumbu dapur lainnya untuk menambah
rasa ( lengkuas, kunyit, daun salam, dll ).

Hal yang perlu diperhatikan pada gagal ginjal kronik, Sirup, madu, permen, sangat baik sebagai
penambah energi, tetapi tidak diberikan dekat dengan waktu makan karena dapat mengurangi
nafsu makan. Bila ada edema (bengkak di kaki), tekanan darah tinggi, perlu mengurangi garam
dan menghindari bahan makanan sumber natrium lainnya, seperti soda, kaldu instan, ikan asin,
telur asin, makanan yang diawetkan. Jumlah cairan yang masuk harus seimbang dengan cairan
yang keluar (urin). Ingat cairan yang berlebihan akan membebani kerja ginjal yang fungsinya
sudah berkurang.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

1. penyakit batu ginjal disebut nephrolithiasis atau renal calculi. Batu ginjal adalah suatu keadaan
dimana terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari ginjal. Pembentukan batu
ginjal dapat dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya terbentuk
pada dua bagian tebanya pada ginjal, yaitu di pasu ginjal dan calcyx renalis. Batu dapat terbentuk
dari kalsium, fosfat,
2. Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk
kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks kalkuli,
dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang
terbentuk memunculkan gejala saat mereka membentur ureter waktu menuju vesica urinaria 3
Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar. Fenomena pertama
adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk kalsium, oksalat, dan asam
urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk
kristal super jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Kalkuli yang terbentuk
memunculkan gejala saat mereka membentur ureter waktu menuju vesica urinaria.
3. Pasien harus membatasi makanan apa saja yang dapat dikonsumsi dan yang tidak dapat
dikonsumsi. Hal itu menyebabkan pasien harus benar-benar memperhatikan menu makanannya
agar tidak memperparah kondisi pasien. Selain kebutuhan gizi menurut umur, jenis kelamin,
aktivitas fisik dan kondisi khusus dalam keadaan sakit, penetapan kebutuhan gizi harus
memperhatikan perubahan kebutuhan karena infeksi, gangguan metabolik, penyakit kronik serta
kondisi abnormal lainnya. Dalam hal ini perlu dilakukan perhitungan kebutuhan gizi secara
khusus dan penerapannya dalam bentuk modifikasi diet atau diet khusus terutama pada pasien
gagal ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

https://ahligizi.id/blog/2019/12/12/diet-batu-ginjal/
Buku penuntun diet
Buku asuhan Gizi klinik

Anda mungkin juga menyukai