Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINUSITIS

Untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen: Engkartini, Ns., M.Kep

Disusun oleh: Kelompok 4

Vanessa Salvadilah 106117046

Anggitasari 106117048

Fanny Yulia Sari 106117060

Layla Yunita Eka.P. 106117052

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

D3 KEPERAWATAN 3B

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Sinusitis” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa, selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan kami sebagai penulis dan khususnya bagi kami yang
merupakan mahasiswa keperawatan. Kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Tak ada gading yang tak
retak. Tentunya dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran yang membangun, sangat kami butuhkan demi kesempurnaan dalam karya kami
kedepan. Dengan adanya makalah ini kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi tenaga dan mahasiswa keperawatan pada khususnya.

Cilacap, 20 September 2016

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................ Error! Bookmark not defined.

1.4 MANFAAT PENULISAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

BAB II...................................................................................... Error! Bookmark not defined.


LANDASAN TEORI ............................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian Sinusitis............................................ Error! Bookmark not defined.

B. Klasifikasi Sinusitis ........................................... Error! Bookmark not defined.

C. Etiologi ............................................................... Error! Bookmark not defined.

D.
Patofisiologis........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.

E. Manifestasi ........................................................................................................... 7

F. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................... 8

H. Penatalaksanaan .................................................................................................. 9

I Komplikasi ........................................................................................................ 11

BAB III............. .......................................................................................................................13

ii
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 13

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN SINUSITIS ............ 13

3.1.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN ................................................................... 13

3.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................... 14

3.1.3 RENCANA KEPERAWATAN ......................................................................... 15

BAB IV .................................................................................................................................... 21
PENUTUP................................................................................................................................ 21

4.1 SIMPULAN .............................................................................................................. 21

4.2 SARAN ..................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas
yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap
beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan
bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu
pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi
ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien
(gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks,
hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada
mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis
mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang
meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan
perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah
(87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak
respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis
saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus
menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu
cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes
tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan
reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk
reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat
ditentukan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar pada sinusitis ?

1
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan sinusitis ?
1.3 Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Memahami bagaimana konsep dasar dan proses asuhan keperawatan pada
klien sinusitis.
 Tujuan Khusus
 Mengidentifikasi Konsep sinusitis meliputi definisi, etiologi,
 manifestasi klinis dan patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan,
pencegahan, serta pemeriksaan penunjangnya.
 Mengidentifikasi proses keperawatan pada mastoiditis
- Mengetahui pengkajian pada klien sinusitis.
- Mengetahui diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien
sinusitis, tujuan dan kriteria hasil
- Mengetahui intervensi keperawatan dari klien dengan sinusitis.

1.4 Manfaat Penulisan


2.1 Bagi klien
Mengetahui faktor-faktor resiko penyakit dan gejala dari penyakit sinusitis
sehingga dapat mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya.
2.2 Bagi institusi pendidikan
Memperbanyak informasi dan pandangan terhadap masalah kesehatan dan
penyakit yang sering timbul terutama penyakit sinusitis.
2.3 Bagi masyarakat umum
Memberikan informasi pada masyarakat luas tentang faktor yang
mempengaruhi timbulnya sinusitis pada seluruh tingkatan usia sehingga dapat
dilakukan pencegahan dan penanggulannya.
2.4 Bagi penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit
sinusitis pada anak maupun dewasa serta dapat menjadi pedoman asuhan
keperawatan pada saat praktik di Rumah Sakit.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Sinusitis merupakan radang pada rongga hidung (A.K. Muda Ahmad, 2003).
Sinusitis adalah radang sinus yang ada di sekitar hidung, dapat berupa sinusitis maxilaris dan
frontalis sinusitis dapat berlangsung akut maupun kronik. Dapat mengenai anak yang sudah
besar. Pada sinusitis pranasal sudah berkembang pada umur 6-11 tahun (Ngystia,1997).

B. Klasifikasi
Secara klinis sinusitis dikategorikan:
 Sinusitis akut (bila gejalanya berlangsung beberapa hari sampai 4 mnggu).
Macam-macam sinusitis akut
 Sinusitis maksilla akut
 Sinusitis etmoidal akut
 Sinusitis frontal akut
 Sinusitis sphenoid akut
 Sinusitis subakut (bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan)
 Sinusitis kronis (bila berlangsung lebih dari 3 bulan). (Anonim, 2010).

C. Etiologi

Pada sinusitis akut bias terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan parainfluenza
virus.)

Didalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumonia, haemohilus
influenza). Jika system pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat flu atau infeksi virus lainnya , maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup kedalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus
akut.Infeksi jamur bias menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan siste
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus. Peradangan menahun pada hidung.

3
Pada sinusitis kronik yaitu sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak
sembuh, alergi, karies dentis ( gigi geraham atas ), septumnasi yang bengkok sehingga
mengganggu aliran mukosa, benda asing di hidung dan sinus paranasal, dan tumor
pada hidung.

D. Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium – ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar ( mucociliary clearance ) didalam kompleks osteomeatal. Sinus
dilapisi sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang elapisi sinus dapat dibagi
menjadi dua, yaitu lapisan viscous superficial dan lapisan serous profunda. Cairan
mucus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri maka bersifat sebagai
antimikroba serta mengandung zat – zat yang berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan . cairan
mucus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi pathogenesis terjadinya
sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium sinus
akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang menyebabkan fungsi silia
berkurang dan epitel selmensekresikan cairan mucus dengan kualitas yang kurang
baik, disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi mucus yang kurang baik pada
sinus.
Inflamasi mukosa hidung menyebabkan pembengkakan dan eksudasi yang
mengakibatkan obstruksi ostium sinus. Obstruksi ini menyebabkan gangguan ventilasi
dan drainase , resorbsi oksigen yang ada dirongga sinus, kemudian terjadi hipoksia (
oksigen menurun, PH menurun, tekanan negative ) selanjutnya diikuti permeabilitas
kapiler meningkat , sekresi kelenjar meningkat kemudian transudasi , peningkatan
eksudasi serous, penurunan fungsi silia, akhirnya terjadi retensi sekresi disinus
ataupun pertumbuhan kuman.
Bila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya
berhadapan akan saling bertemu , sehingga siliatidak dapat bergerak dan lender tidak
dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga
silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih
kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri pathogen. Bila

4
sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lender sehingga timbul
infeksi oleh bakteri anaerob. (Consensus tahun 2004).

E. Manifestasi Sinusitis

1. Demam > 39oc ,edema periorbital, nyeri wajah


2. Batuk malam hari sering menyertai infeksi virus pernafasan atas, tetapi batuk
siang hari lebih berkesan sinusitis.
3. Nyeri kepala, pelembekan edema tidak lazim
4. Pemeriksaan sesudah pemberian dekogestan topical dapat menunjukkan adanya
nanah dalam meates yang memberi kesan keterlibatan sinus maksillaris ,frontalis,
atau etmoidalis anterior , nanah pada meatus superior memberikan kesan
keterlibatan sel spernoid atau etmodalis posterior.
5. Cairan postnatal dapat mengakibatkan nyeri tenggorokan atau batuk persisten
terutama malam hari
6. Pada etmoditis akut terutama pada bayi dan anak kecil, selulitis periorotas,
dengan edema jaringan lunak dan kemerahan kulit merupakan manifestasi yang
lazim.
7. Gejala sinusitis kronis sering terjadi demam, malaise, mudah lelah, anoreksia.
(Ngystia, 1997)

F. Pemeriksaan Penunjang Sinusitis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang.

1. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-


endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda
khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid
anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan
sphenoid).
2. Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.

5
3. Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos
posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-
sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat
perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
4. CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan
atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
5. Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
6. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret
dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih
baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
7. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila
melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila
yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi. (Anonim,
2010).

G. Penatalaksanaan Sinusitis

Tujuan terapi sinusitis ialah :


1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehingganjdiatermi).


Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan
secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin
generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan
terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien
menderita kelainan alergi yang berat.

6
1. Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan
operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah
menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil
yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa:
sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik
disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi
sinusitis serta sinusitis jamur.( Higler, AB. 1997).

H. Komplikasi

Sinus akut
 Akses otak
 Sinusitis orbita atau periobita
 Absesorbita superiousteal
 Osteomilitis
 Meningitis

Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik
dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.

1. Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes
subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau
subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.
2. Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa: Osteomielitis dan
abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya
ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral atau fistula pada pipi.

7
3. Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat
juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum
sinusitisnya disembuhkan. (Soepardi, EA. 2007).

BAB III
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan Sinusitis


Askep Teori
A. Pengkajian Keperawatan

8
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-
masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas

1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,

2. Keluhan utama :
Biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

3. Riwayat Penyakit sekarang :


Sekarang Berisi tentang kapan gejala mulai dirasakan, seberapa sering
gejala dirasakan, upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.

4. Riwayat penyakit dahulu :


- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau
trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
- Pernah menedrita sakit gigi geraham.

5. Riwayat keluarga :
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan


1.2 Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping

9
2. Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
hidung
3. Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering
pilek.
4. Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri
menurun
5. Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek
terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan Persistem
Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).

 Pernafasan B1 (breath)
a. Bentuk dada : normal
b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : ronkhi
d. Sesak napas : ya
e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
g. Alat bantu pernapasan : ya (O2 2 lpm)

 Kardiovaskular B2 (blood)
a. Irama jantung : regular
b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal
d. Akral : hangat

10
 Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : normal
b. Pendengaran (telinga) : tidak ada gangguan
c. Penciuman (hidung) : ada gangguan
d. Kesadaran: gelisah
e. Reflek: normal

 Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal
c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal

 Pencernaan B5 (bowel)
a. Nafsu makan : menurun
b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih
d. Mukosa : lembap

 Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
b. Kondisi tubuh: kelelahan

9. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus,
rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
Diagnosa Keperawatan
1. Jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obtruksi penumpukan
sekret hidung) sekunder dari peradangan sinus.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada
hidung

11
3. Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
adanya penenumpukan sekter di hidung
4. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

12
Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa
sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal. Secara tradisional
terbagi dalam akut (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai 3
bulan), dan kronik. Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan rongga sinus
akibat infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis subakut biasanya disebakan oleh
infeksi atau tidakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis biasanya di sebabkan oleh infeksi
bakteri. Sinusitis dapat dibagi menjadi dua tipe besar yaitu berdasarkan lamanya penyakit
(akut, subakut, khronis) dan berdasarkan jenis peradangan yang terjadi (infeksi dan non
infeksi). Disebut sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut
bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis khronis bila
penyakit diderita lebih dari 3 bulan.

B. Saran

Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang Sinusitis, supaya semua mahasiswi dapat
memahami Sinusitis dan mengetahui bagaimana Sinusitis bagi manusia, baik ciri-ciri, cara
pengobatan, klasifikasi, maupun cara pencegahannya. Perbanyak berolahraga yang teratur,
khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih dan bersih.
Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan mengeluarkannya perlahan-
lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk menguatkan paru-paru juga untuk mengisi
daerah sinus dengan oksigen. Sehingga daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal
terhadap berbagai infeksi dan bakteri

DAFTAR PUSTAKA

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC

Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC

13
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Jakarta: Gaya Baru

Doenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000


Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan
Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, Surabaya
Ngystia, 1997 Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai