Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

ASFIKSIA

Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Kritis

Dosen Pengampu : Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

Disusun oleh :

ANNISA NANDA PURNANIA (20101440118011)

ANISSA PUTRI NURLITA (20101440118012)

ARKIAN ZULHAQ ERFANSYAH (20101440118013)

ARUM KUSUMA ANDINI (20101440118015)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,Hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, dan ucapan terima
kasih kepada dosen pembimbing Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep dan teman-teman
yang kami cintai, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Kritis

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asfiksia ini dapat
memberikan manfaat maupun ilmu bagi para pembaca.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang..................................................................................................1

Rumusan Masalah.............................................................................................2

Tujuan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

Definisi.............................................................................................................3

Etiologi.............................................................................................................3

Patofisiologi......................................................................................................4

Manifestasi Klinik............................................................................................9

Pemeriksaan Penunjang....................................................................................10

Asuhan Keperawatan........................................................................................10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................19

Saran.................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam


menentukan derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir
atau neonatal mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap
hari 8.000 bayi baru lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak
dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi
pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai 45% kematian
tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi. Penyebab
utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi lahir
prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% dan 23% merupakan bayi lahir
dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian
bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan (WHO, 2012).

Asfiksia Neonatorum merupakan kondisi atau keadaan di mana


bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Keadaan tersebut akan disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkapnea, dan
berakhir dengan asidosis (Ilyas, 1994). Asfiksia merupakan masalah yang
terjadi pada bayi baru lahir, suatu kelahiran erat kaitannya dengan proses
persalinan, dalam persalinan terdapat 4 tahapan yaitu kala I (pembukaan 0
sampai lengkap), kala II (persalinan janin), kala III (persalinan plasenta),
kala IV (2 jam setelah plasenta lahir).

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Asfiksia?

2. Apa saja etiologi dari Asfiksia?

3. Apa saja patofisiologi dari Asfiksia?

4. Apa saja manifestasi klinik dari Asfiksia?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit Asfiksia ?

6. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Asfiksia?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi penyakit Asfiksia


2. Untuk mengetahui etiologi penyakit Asfiksia
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Asfiksia
4. Untuk mengetahui manifestasi penyakit Asfiksia
5. Untuk mengetahui pemeriksan penunjang penyakit Asfiksia
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Asfiksia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas


spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut (Manuaba, 2008).

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan


asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya (Saiffudin, 2010).

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan


Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).

B. ETIOLOGI
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum terja
di karenagangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehi
ngga terjadigangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO
2. gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kel
ainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal
yang diderita ibu dalam persalinan (Wiknjosastro, 2010).
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan

3
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal
maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia(Parer, 2008).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
1. Faktor ibu
a. Preeklampsia dan eklampsia
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat.
3. Faktor bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009).

4
Menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi beberapa faktor
yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
b. Keracunan CO
c. Hipotensi akibat perdarahan
d. Gangguan kontraksi uterus
e. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
f. Hipertensi pada penyakit eklampsia
2. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis/ kecil
b. Plasenta tidak menempel
c. Solusio plasenta
d. Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
a. Kompresi umbilicus
b. Tali pusat menumbung
c. Tali pusat melilit leher
d. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonates
a. Prematur
b. Kelainan kongential
c. Pemakaian obat anestesi
d. Trauma yang terjadi akibat persalinan

5
Faktor predisposisi
1. Faktor dari ibu
a. Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
b. Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya:
plasenta previa
c. Hipertensi pada eklampsia
d. Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio
plasentae
2. Faktor dari janin
a. Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali
pusat
b. Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan
kepada ibu
c. Keruban keruh

C. PATOFISIOLOGI
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen
atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh arteriol yang
ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan
oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan
tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga
darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu
duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta(Perinasia, 2006).
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai
sumber utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam
jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara
akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di
sekitar alveoli(Perinasia, 2006).
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan
tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik.

6
Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh
darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran
darah bekurang(Perinasia, 2006).
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah
sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah
dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat
sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah
yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri,
kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan
keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi relaksasi
pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh
paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan
mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan
tubuh(Perinasia, 2006).
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan
menggunakan paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan
pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong cairan dari jalan
napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam
pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi
kemerahan(Perinasia; 2006).
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal ;
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke
dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol
pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi
cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat
oksigen(Perinasia, 2006).

7
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi
arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian
aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk
mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah
akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun
demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh
organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi
yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda
klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot
dan organ lain; depresi pernapasan karena otak kekurangan oksigen;
bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah rendah karena kekurangan
oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah
yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan, takipnu
(pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan
sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah(Perinasia, 2006).

Patofisiologi Asfiksia menurut FKUI 2007:


Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga denyut jantung janin (DJJ)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi, timbullah kini rangsangan dari nervus
simpatikus, sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intra uterin dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang (FKUI.2007)

8
Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut
jantung akan menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur, dan bayi memasuki periode apnea primer. Jika
berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam denyut jantung
terus menurun. Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi akan terlihat
lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apnea skunder. (Towwel.2006).

D. MANIFESTASI KLINIK
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini (Depkes RI, 2007) :

1. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan
organ lain
4. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan
oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak
6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan
7. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru atau nafas tidak teratur/megap-megap
8. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam
darah
9. Penurunan terhadap spinkters dan pucat

9
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
2. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung,
usaha nafas, tonus otot dan reflek
3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
4. Pengkajian spesifik
5. Elektrolit garam
6. USG
7. Gula darah.
8. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
9. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43%-61%.
10. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
kompleks    antigen-antibodi pada membran sel darah merah

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer (Emergency Nurses Association, 2011)
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan
:
- Chin lift / jaw trust
- Suction / hisap
- Guedel airway
- Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar

10
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding
dada.
c. Circulation
Takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan
mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah
Awake : A
Respon bicara : V
Respon nyeri 😛
Tidak ada respon : U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan
2. Pengkajian Sekunder (Emergency Nurses Association, 2007)
a. Sirkulasi
- Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt.
Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
- Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
- Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
- Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
- Berat badan : 2500-4000 gram

11
- Panjang badan : 44-45 cm
- Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
- Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
- Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
- Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek
narkotik yang memanjang)
e. Pernafasan
- Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara
7-10.
- Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
- Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada
awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum
terjadi.
f. Keamanan
- Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah
dan distribusi tergantung pada usia gestasi).
- Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps),
atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah
(dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis
(kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.
Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
3. Pemeriksaan Diagnostik

12
a. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status
parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
 Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht
43% 61%.
 Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya
- Kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah,
- Menunjukkan kondisi hemolitik.
4. Prioritas Keperawatan
a. Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.
b. Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu
tubuh.
c. Mencegah cidera atau komplikasi.
d. Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi

13
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d sekresi yang tertahan
3. ketidakefektifan pola nafas b.d posisi tubuh yang menghambat ekspensis
paru
4. Hipotermia berhubungan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
B. INTERVENSI

No. Dx Tujuan dan kriteria hasil NIC


1. Penurunan curah Perawatan Jantung
Setelah dilakukan tindakan
jantung b.d perubahan 1. Monitor status
keperawatan selama 1x24
irama jantung pernapasan
jam diharapkan penurunan
Definisi: 2. Pastikan tingkat
curah jantung dapat teratasi
ketidakadekuatan aktivitas pasien yang
dengan kriteria hasil :
volume darah yang tidak membahayakan
Keefektifan Pompa Jantung
dipompa oleh jantung curah jantung
(0400)
untuk memenuhi 3. Monitor tanda-tanda
1. Denyut jantung apikal
kebutuhan metabolik vital
2. Tekanan darah sistol
tubuh 4. Kolaborasi
3. Tekanan darah diastol
4. Denyut nadi perifer
5. Sianosis

2. Ketidakefektifan Bantuan Ventilasi


Setelah dilakukan tindakan
bersihan jalan napas 1. Pertahankan
keperawatan selama 1x24
b.d sekresi yang kepatenan jalan napas
jam diharapkan
tertahan 2. Posisikan pasien semi
ketidakefektifan bersihan
Definisi: fowler
jalan nafas dapat teratasi
ketidakmampuan 3. Auskultasi suara
dengan kriteria hasil :
bersihan sekresi atau napas
Status pernapasan kepatenan
obstruksi dari saluran 4. Monitor pernapasan
jalan napas (0410)

14
napas untuk 1. Frekuensi pernapasan 5. Ajarkan teknik
mempertahankan 2. Irama pernapasan pernapasan yang
bersihan jalan napas 3. Kedalaman inspirasi sesuai
4. Kemampuan untuk 6. Kolaborasi
1.
mengeluarkan sekret
5. Suara napas tambahan
3. Ketidakefektifan pola Manajemen jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan
nafas b.d posisi tubuh 1. Posisiskan pasien
keperawatan selama 1x24
yang menghambat untuk
jam diharapkan
ekspensi paru memaksimalkan
ketidakefektifan pola nafas
Definisi: inspirasi dan ventilasi.
dapat teratasi dengan kriteria
atau ekspirasi yang 2. Motivasi pasien
hasil :
tidak memberi untuk bernafas pelan.
Status pernfasan (0415)
ventilasi adekuat 3. Kolaborasi, berikan
1. Frekuensi pernafasan
analgesik.
2. Irama pernafasan
3. Kepatenan jalan nafas
4. Kapasitas vital
4. Hipotermia
Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu (3900)
berhubungan dengan
keperawatan selama 1x24
 Monitor suhu paling
peningkatan
jam diharapkan suhu tubuh
tidak setiap 2 jam
kebutuhan oksigen
dalam kisaran normal
sesuai kebutuhan
(00006)
dengan kriteria hasil :
 Monitor suhu bayi
Termoregulasi bayi baru
baru lahir sampai
lahir (0801)
stabil
 Termogenesis yang
 Monitor suhu dan
tidak menggigil
warna kulit
dipertahan kan pada
skala 5 (tidak  Selimuti bayi

terganggu) setelah lahir untuk


mencegah
 Hipotermia

15
dipertahankan pada kehilangan panas
skala 5 (tidak Tempatkan bbl
terganggu) dibawah penghangat
Perubahan warna kulit jika diperlukan
dipertahankan pada skala 5
(tidak terganggu)

C. IMPLEMENTASI

NO HARI/ No. IMPLEMENTASI RESPON


TANGGAL Dx
1 - 1 Memonitor status Ds : ibu pasien
pernapasan pasien menyampaikan bahwa
pasien sudah nyaman ketika
bernapas

Do : pasien tampak sudah


nyaman ketika bernapas
2 - 2 Membantu ventilasi Ds : ibu pasien mengatakan
pasien pasien nafasnya tampak
tidak nyaman yang
membuat pasien menangis

Do : pasien tampak selalu


menangis
3 - 3 Memonitor Ds : ibu pasien mengatakan
manajemen jalan pasien akan tampak nyaman
napas pasien ketika ventilasi luas

Do : pasien tampak sesak


ketika bernapas

4 - 4 Memonitor suhu tubuh Ds : ibu pasien mengatakan

16
pasien pasien tampak kedinginan

Do : pasien tampak
kedinginan ketika tidak
berada diruangan bayi

D. EVALUASI

No No.Dx EVALUASI

1 1 S : Ibu Pasien mengatakan kliaen sudah bisa bernapas dengan nyaman

O : Pasien tampak nyaman

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

2 2 S : Ibu Pasien mengatakan pernapasan pasien sudah kembali normal


sehingga pasien sudah tidak lagi menangis

O :Pasien tampak tertidur

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan ntervensi

3 3 S : Ibu pasien mengatakan pasien akan tamapak nyaman ketika


ventilasi luas

O :Nampak ventilasi kamar pasein dibuka untuk memperlancar


respirasi

17
A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

4 4 S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak tampak kedinginan

O : Pasien tampak sudah tidak kedinginan lagi

A : Masalah Teratasi

P : Hentikan Intervensi

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia progresif penimbunan CO2 dan asidosis
jika prosese ini berlangsung terlalu jauh dapat mengaibatkan kerusakan

18
otak atau kematian, mempengaruhi fungsi vital lainnya. Asfiksia lahir
ditandai dengan hipoksemia (PaO2 menurun) dan hiperkarbia
(peningkatan PaCO2)
Asfiksia neonatum adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapt
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir.

B. SARAN
1. Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini dibuat diharapkan agar mahasiswa
mengetahui bagaimana tentang penyakit asfiksia dan mempelajari
dengan detail penyakit asfiksia.
2. Perguruan Tinggi
Dengan adanya makalah ini dibuat diharapkan dapat membantu
proses pembelajaran di perguruan tinggi.
3. Tenaga kesehatan
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu tenaga
kesehatan dalam berhati-hati karena penyakit asfiksia
4. Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar mayarakat lebih
menjaga kesehatannya agar terhindar dari penyakit asfiksia.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Saifudin.A. B, 2010 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Indonesia.

19
Prambudi, R. 2013. Prosedur Tindakan Neonatus, dalam. Neonatologi Praktis.
Cetakan Pertama. Bandar Lampung. Anugrah Utama Raharja
Wiknjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka
Perinesia, 2006, Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui : Peran
Khusus pada Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Jakarta : EGC
Aminullah Asril. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Effendi Nasrul. 2012. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2011. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai