Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN BENCANA

ANALISIS PENILAIAN SISTEMATIS BENCANA

Oleh:
NI PUTU SANYA DEWI
C1118043
7B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU
KEPERAWATAN BINA USADA BALI
2021
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Berbagai hal
dapat menjadi penyebab bencana seperti kondisi alam, atau perbuatan
manusia. Bencana yang terjadi akan mengakibatkan kerugian material,
kecacatan bahkan kehilangan nyawa. Oleh karena itu, untukmencegah
timbulnya bencana ataupun dampak buruk akibat terjadinya bencana,
diperlukan pemahaman tentang manajemen bencana. Adapun definisi
bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007
tentang penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis.
Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana.
Kegiatan sebelum terjadi bencana (pra-bencana) berupa kegiatan
pencegahan, mitigasi (pengurangan dampak), dan kesiapsiagaan
merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi dampak bencana.
Saat terjadinya bencana diadakan tanggap darurat dan setelah terjadi
bencana (pasca- bencana) dilakukan usaha rehabilitasi dan rekonstruksi.
Bila bencana terjadi di suatu wilayah tertentu, maka banyak dampak buruk
yang dapat dialami oleh masyarakat. Untuk mengurangi dampak bencana,
kita harus dapat menilai risiko bencana sebagai tindakan antisipasi
sebelum terjadi bencana. Risiko bencana yang terjadi pada tiap daerah
berbeda, tergantung penyebab dan kerentanan serta kemampuan
masyarakat di daerah tersebut (Erita, Mahendra, & MRL.Batu, 2019).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penilaian sistematis sebelum bencana?
2. Bagaimana penilaian sistematis saat bencana?
3. Bagaimana penilaian sistematis setelah bencana?

C. Tujuan
1. Untuk penilaian sistematis sebelum bencana
2. Untuk penilaian sistematis saat bencana
3. Untuk penilaian sistematis setelah bencana

D. Manfaat
Sebagai sumber informasi bagi pembaca mengenai penilaian sistematis
sebelum, saat dan setelah bencana.
PEMBAHASAN
Analisis Penilaian Sistematis Bencana

Penialain sistematis pada bencana ialah kegiatan mengumpulkan data dan


informasi yang berkaitan dengan bencana yang termasuk didalamnya bentuk
bencana, lokasi, dampak, korban, dan usaha dalam menghadapi bencana sebelum,
saat dan setelah terjadinya bencana. Penilaian sistematis ini disusun untuk
memberikan gambaran mengenai resiko dan dampak yang akan dialami jika
terjadi bencana (BNPB, 2010) .

A. Sebelum bencana
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan
kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency response dan
recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster
reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita
memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana,
kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin
timbul ketika bencana (BNPB, 2010). Kegiatan-kegiatan pada tahap pra
bencana erat kaitannya upaya untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana, seperti (Erita et al., 2019) :
1. Pencegahan
Pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
ancaman melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan
lingkungan. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk menekan penyebab
ancaman dengan cara mengurangi tekanan, mengatur dan
menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau
melalui waktu yang lebih panjang.
2. Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian
pada pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian
mengurangi kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-
langkah yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau
mengurangi secara drastis akibat dari ancaman melalui pengendalian
dan pengubahan fisik dan lingkungan.
3. Kesiapsiagaan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang
baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir
kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun
perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta
perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana. Tindakan terhadap
bencana menurut PBB ada 9 kerangka, yaitu: pengkajian terhadap
kerentanan, membuat perencanaan (pencegahan bencana),
pengorganisasian, sistem informasi, pengumpulan sumber daya, sistem
alarm, mekanisme tindakan, pendidikan dan pelatihan penduduk, gladi
resik.

B. Saat bencana
Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap
darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat
yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang
dilakukan secara kongkret yaitu:
1. Instruksi pengungsian,
2. Pencarian dan penyelamatan korban, triase adalah proses khusus
memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan
yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera)
untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta
prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk
tindakan).
3. Menjamin keamanan di lokasi bencana, daerah rawan yang
kemungkinan akan terjadi bencana susulan. Seperti tsunami setelah
gempa, tanah longsor setelah banjir atau hujan deras, aliran lava dan
abu vulkanik saat terjadi letusan gunung berapi dan rubuhnya
bangunan setelah terkena guncangan gempa.
4. Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana,
5. Pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat,
6. Pengiriman dan penyerahan barang material, dan
7. menyediakan tempat pengungsian, dan lain-lain.

C. Setelah bencana
Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan penghitungan
kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek
pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman, infrastruktur,
ekonomi, sosial dan lintas sektor. Analisis dampak melibatkan tinjauan
keterkaitan dan aggregat dari akibat akibat bencana dan implikasi
umumnya terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan, perekonomian,
psikososial, budaya, politik dan kepemerintahan. Perkiraan kebutuhan
adalah penghitungan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Hasil assessment tersebut
selanjutnya menjadi dasar penilaian kebutuhan pasca bencana dan
penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekosntruksi wilayah pasca
bencana (BNPB, 2010) . Penilaian pasca bencana meliputi :
1. Jumlah korban baik yang selamat maupun meninggal. Termasuk
populasi rentan lansia, ibu hamil, anak-anak dan penderita disabilitas.
2. Kerugian harta benda
3. Kerusakan sarana dan prasarana
4. Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
5. Dampak social ekonomi yang ditimbulkan
D. Surveiles Bencana
1. Definisi
Surveilans adalah kegiatan “analisis” yang sistematis dan
berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data serta penyebar luasan informasi untuk pengambilan keputusan dan
tindakan segera. Surveilans Bencana adalah mengumpulkan data pada
situasi bencana data, yang dikumpulkan berupa jumlah korban
meninggal, luka sakit, jenis luka, pengobatan yang dilakukan,
kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban anak-anak, dewasa,
lansia. Surveilans sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari
sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun kebijakan
dan rencana program. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
surveilans adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun
penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan
pencegahan dan penganggulangannya.
2. Tujuan surveilens
Tujuan Surveilans adalah untuk mendukung fungsi pelayanan bagi
korban bencana secara keseluruhan untuk menekan dampak negatif
yang lebih besar.
a. Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat
terjadi bencana.
b. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular
dan penyebarannya.
c. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak
kesehatan lingkungan akibat bencana (misalnya perbaikan
sanitasi.)
3. Surveilans berperan dalam:
a. Saat Bencana : Rapid Health Assesment (RHA), melihat
dampakdampak apa saja yang ditimbulkan oleh bencana, seperti
berapa jumlah korban, barang-barang apa saja yang dibutuhkan,
peralatan apa yang harus disediakan, berapa banyak pengungsi
lansia, anakanak, seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi
sanitasi lingkungan.
b. Setelah Bencana : Data-data yang akan diperoleh dari kejadian
bencana harus dapat dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa
bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus
dilakukan masyarakat untuk kembali dari pengungsian,
rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
c. Menentukan arah respon/penanggulangan dan menilai keberhasilan
respon/evaluasi.
d. Managemen Penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk
tanggap darurat, Fase II untuk fase akut, Fase III untuk recovery
(rehabilitasi dan rekonstruksi). Prinsip dasar penaggunglangan
bencana adalah pada tahap Preparedness atau kesiapsiagaan
sebelum terjadi bencana.
4. Surveilens Bencana meliputi :
a. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit
menular. Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu
dilakukan survey penyakit-penyakit yang ada, terutama penyakit
menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada tindakan penanganan
yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut. Ada 13
besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak,
DBD, diare berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan
makanan, malaria, penyakit kulit, pneumonia, tetanus, trauma
(fisik), dan thypoid.
Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :
1) Penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat)
a) Kolera
b) Diare berdarah
c) Thypoid fever
d) Hepatitis
2) Penyakit dalam program pengendalian nasional
a) Campak
b) Tetanus
3) Penyakit endemis yang dapat meningkat paska bencana
a) Malaria
b) DBD

Penyebab Utama Kesakitan & Kematian

1) Pnemonia
2) Diare
3) Malaria
4) Campak
5) Malnutrisi
6) Keracunan pangan

Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan


oleh adanya penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi
karena bencana, pengungsian, kepadatan penduduk di tempat
pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi yang
termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita,
orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita, ibu
hamil.

b. Surveilans data pengungsi


Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan
kepadatan di tempat pengungsian, data pengungsi menurut
lokasi golongan umur, dan jenis kelamin. Data dikumpulkan
setiap minggu atau bulanan.
c. Surveilans kematian
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat
atau barak, umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis,
gejala, identitas pelapor.
d. Surveilans rawat jalan
e. Surveilans air dan sanitasi
f. Surveilans gizi dan pangan
g. Surveilans epidemiologi pengungsi.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Berbagai hal
dapat menjadi penyebab bencana seperti kondisi alam, atau perbuatan
manusia. Bencana yang terjadi akan mengakibatkan kerugian material,
kecacatan bahkan kehilangan nyawa. Penanganan bencana bukan hanya
dimulai setelah terjadi bencana. Kegiatan sebelum terjadi bencana (pra-
bencana) berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pengurangan dampak),
dan kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi
dampak bencana. Penialain sistematis pada bencana ialah kegiatan
mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan bencana yang
termasuk didalamnya bentuk bencana, lokasi, dampak, korban, dan usaha
dalam menghadapi bencana sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana.
Penilaian sistematis ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai
resiko dan dampak yang akan dialami jika terjadi bencana.

B. Saran
Saran yang diberikan oleh penulis yaitu khususnya pada petugas
kesehatan yang menangani pasien bencana dengan penilaian sistematis
diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan edukasi cara menangani
bencana sebelum, sesaat dan setelah bencana itu terjadi pada korban.
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2010). Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya


di Indonesia.

Erita, Mahendra, D., & MRL.Batu, A. (2019). Manajemen gawat darurat dan
bencana. Journal.Thamrin.Ac.Id, 148.

Anda mungkin juga menyukai