Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANAK DAN

LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU BULLYING

Yeni Devita1), Fitri Dyna2)


1,2
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
yenidevita@payungnegeri.ac.id

Diterima: September 2018 Diterbitkan: Desember 2018

Abstrak
Bullying dikalangan anak sekolah merupakan sebuah fenomena yang sudah lama terjadi. Banyak
alasan yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan bullying, bisa dari individu anak itu
sendiri dan lingkungan keluarga anak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan
karakteristik anak dan lingkungan keluarga dengan perilaku bullying. Jenis penelitian ini kuantitatif
dengan desain korelasional. Lokasi penelitian di seluruh SD Negeri di Kota Pekanbaru. Populasi
nyaadalah seluruh siswa SD Negeri yang berada di Kota Pekanbaru dengan sampel sebanyak 400
siswa sekolah dasar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur, jenis
kelamin, kelas, pekerjaan ibu, media kekerasan, perkelahian, dan makian dengan perilaku bullying
pada anak usia sekolah. Sedangkan untuk variabel kepunyaan geng, pola asuh orang tua, dan
pekerjaan ayah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku bullying pada anak usia
sekolah. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel kelas responden mempunyai
hubungan yang paling kuat dengan perilaku bullying pada anak usia sekolah. probabilitas anak usia
sekolah untuk melakukan perilaku bullying adalah 12%. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
bagi pihak sekolah untuk mencegah terjadinya perilaku bullying. Untuk para orang tua dan keluarga
dapat meminimalkan faktor-faktor lingkungan keluarga yang dapat memicu terjadinya perilaku
bullying seperti media kekerasan, perkelahian dan makian di lingkungan keluarga

Kata Kunci: Karakteristik Anak, Lingkungan Keluarga, Perilaku Bullying, Anak Usia Sekolah

Abstract
Bullying among school children is a phenomenon that has long occurred. There are many reasons
that cause a person to do bullying, it can be from the individual child himself and the child's family
environment. This study aims to monitor the relationship of children with students in public
elementary schools. This type of research is quantitative with correlational design. The location of
this research is all public elementary schools. The population in this study were all students of
public elementary schools with a sample of 400 public elementary school students. The results
showed that there was a relationship between age, sex, class, mother's work, media of violence,
fighting, and abuse with bullying behavior in school children. Whereas for the variables belonging
to the gang, parenting parents, and father's work do not have a significant relationship with
bullying behavior in school children. The results of multivariate analysis showed that the
respondent variables had the strongest relationship with bullying behavior in school children. the
probability of school children to do bullying behavior is 12%. For parents and families can include
family environmental factors that can be used for bullying behavior such as media violence, fighting
and abuse in the family.

Keywords: characteristics of children, family environment, bullying behavior, school children


Healthcare: Jurnal Kesehatan 7(2) Desember 2018 (15- 21)

Sekolah Dasar di Surakarta adalah 47%


PENDAHULUAN terlibat dalam bullying dan 48% rentan
Bullying dikalangan anak sekolah untuk terlibat dalam bullying(Hertinjung
merupakan sebuah fenomena yang sudah & Karyani, 2015). Penelitian yang
lama terjadi dan merupakan masalah dilakukan oleh Nurhamzah, Maureen, &
serius yang membutuhkan perhatian. Wiguna menunjukkan hasil bahwa 89,5%
Bullying disekolah biasanya terjadi akibat anak sekolah dasar di Sekolah Dasar
kurang atau tidak adanya pengawasan. Negeri Cikini 02 Pagi dan Sekolah Dasar
Bullying biasanya terjadi disekitar Swasta Tunas Bangsa pernah terlibat
lingkungan sekolah seperti dikelas saat dalam perilaku bullying. Bullying paling
kerja kelompok, kamar mandi, lorong- sering terjadi di ruang kelas pada waktu
lorong atau setelah kegiatan istirahat sekolah(Nurhamzah, Maureen, &
sekolah(Shariff, 2008). Bullying Wiguna, 2013).
merupakan perilaku agresif yang Sekolah yang seharusnya menjadi
dilakukan oleh seseorang yang memiliki tempat bagi anak menimba ilmu serta
kekuasaan dan kekuatan kepada orang membantu membentuk karakter pribadi
yang lebih lemah secara sengaja dan yang baik ternyata menjadi tempat praktik
dilakukan secara terus menerus baik bullying. Akibatnya akan berdampak
secara fisik maupun non fisik(Swearer, kepada anak seperti kesepian, pencapaian
Espelage, & Napolitano, 2009). akademik yang buruk, kesulitan
Hasil survei di Amerika Serikat beradaptasi, keterlibatan dalam tindakan
melaporkan sebanyak 2.027.254 anak kriminal dan kerentanan gangguan mental
sekolah mengalami kejadian bullying emosional seperti cemas, insomnia, dan
kategori moderat dan 1.681.030 anak depresi yang dapat berlanjut dan menetap
sekolah mengalami kejadian bullying sampai dewasa(Rigby, 2011). Banyak
kategori sering. Perilaku bullying pada alasan yang menyebabkan seseorang
anak usia sekolah di Amerika Serikat melakukan tindakan bullying, bisa dari
digolongkan sebagai 1 dari 10 masalah individu anak itu sendiri dan lingkungan
kesehatan yang sering terjadi pada anak keluarga anak. Lingkungan keluarga
sekolah(Namie, Christensen, & Phillips, dapat memicu untuk terjadinya tindakan
2014). Riset yang dilakukan LSM Plan bullying. Lingkungan rumah seringkali
International dan International Center for dianggap sebagai tempat sosialisasi
Research on Women (ICRW) yang pertama dan utama bagi anak(Beane,
dilansir oleh liputan6.com tahun 2015 2008). Lingkungan keluarga seperti pola
menunjukkan bahwa terdapat 70% anak asuh orang tua sangat berpengaruh
di Asia dan 84% anak di Indonesia terhadap perilaku anak. Anak yang berada
mengalami kekerasan disekolah. Kasus dilingkungan keluarga yang cenderung
bullying yang diterima Komisi berperilaku kearah negatif seperti sering
Perlindungan Anak di Indonesia terjadi terjadi kekerasan, memaki dengan kata-
peningkatan sejak tahun 2010 hingga kata kotor, menonton tv dengan adegan
2014 diantaranya 2.413, 2.508, 2.637, kekerasan dapat berimbas pada perilaku
2.792, dan 3.339 kasus pada tahun anak dan beresiko untuk melakukan
2014(Andina, 2014). Jumlah anak sebagai tindakan bullying(Storey et al., 2013).
pelaku kekerasan (bullying) di sekolah Wawancara yang dilakukan oleh
mengalami kenaikan dari 67 kasus pada peneliti kepada beberapa guru yang
2014 menjadi 79 kasus di 2015. berada di Sekolah Dasar Negeri di
Hasil penelitian yang dilakukan Pekanbaru mengatakan bahwa ada anak
oleh Hertinjung & Karyani menunjukkan muridnya yang terlibat kasus bullying
bahwa prevalensi bullying pada siswa bahkan ada yang sampai pindah sekolah
karena takut dibulli oleh teman-temannya.

16
Analisis Hubungan Karakteristik Anak dan Lingkungan…

Kejadian bullying pada sekolah dasar Tabel 5.5. Hubungan Umur Responden
negeri di kota Pekanbaru belum dapat Dengan Perilaku Bullying Pada Anak
perhatian oleh pihak pemerintah. Padahal Usia Sekolah Di Sekolah Dasar
di Pekanbaru telah tersedia puskesmas Negeri Se Kota Pekanbaru
dan program usaha kesehatan sekolah Perilaku n Min – p Value
(UKS) disetiap sekolah serta guru bullying Maks
Umur
Ya 212 0,000
bimbingan konseling. Belum terdapatnya 9 - 14
Tidak 188
suatu program atau upaya yang berkaitan
Hasil analisis mann-whitney umur
dengan bullying, berdampak pada tidak
responden diperolah angka p value nya
tersedianya angka kejadian bullying pasti
adalah 0,000. Karena nilai p value < 0,05
pada anak usia Sekolah Dasar Negeri di
dapat disimpulkan bahwa terdapat
Pekanbaru Riau. Tujuan penelitian ini
hubungan antara umur responden dengan
bertujuan untuk mengidentifikasi dan
perilaku bullying pada anak usia sekolah.
menganalisis hubungan karakteristik anak
dan lingkungan keluarga dengan perilaku
Tabel 5.6. Hubungan jenis kelamin,
bullying pada anak usia sekolah di
kelas, dan geng dengan perilaku
Sekolah Dasar Negeri Se Kota Pekanbaru
bullying pada anak usia sekolah
Riau.
di sekolah dasar negeri
se kota pekanbaru
METODE PENELITIAN Perilaku Bullying
Ya Tidak P
Jenis penelitian ini adalah penelitian val
OR
kuantitatif dengan rancangan korelasional. n % n % ue
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas 4 dan 5 yang berada Laki 110 66,7 55 33,3

di seluruh Sekolah dasar Negeri Se Kota Jenis
Laki 0,0
2,60
Kela 8
pekanbaru. Sampel dalam penelitian ini min
Pere 102 43,4 133 56,6 00
berjumlah 400 anak usia sekolah. mpua
n
Pengambilan sampel dalam penelitian ini Kelas Kelas 99 47,6 109 52,4
0,63
menggunakan teknik cluster sampling. 4 0,0
5
Alat pengumpul data dengan Kelas 113 58,9 79 41,1 31
5
menggunakan kuesioner yang terdiri dari Geng Mem 68 58,6 48 41,4
data demografi (usia, jenis kelamin, kelas, iliki
1,37
serta pernyataan apakah memiliki geng Tida 144 50,7 140 49,3 0,1
7
k 84
disekolah atau tidak) dan kejadian Mem
bullying. Analisa data menggunakan uji iliki
chi square untuk analisa bivariate dan
menggunakan uji regresi logistic untuk Hasil analisis hubungan karakteristik anak
analisa multivariat. dengan perilaku bullying didapatkan hasil
bahwa jenis kelamin dan kelas memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN hubungan yang signifikan dengan
HASIL PENELITIAN perilaku bullying dengan p value < 0,05.
1.1. Analisis Bivariat Hasil uji statistic menunjukkan bahwa
Analisis bivariat digunakan untuk kelas 5s memiliki peluang sebanyak 0,635
menjelaskan hubungan antara variabel kali melakukan perilaku bullying dan
independen dengan variabel dependen. yang memiliki geng bepeluang sebanyak
Variabel dependen yaitu karakteristik 1,377 kali melakukan perilaku bullying.
anak dan lingkungan keluarga, variabel
dependen yaitu perilaku bullying.

17
Healthcare: Jurnal Kesehatan 7(2) Desember 2018 (15- 21)

Tabel 5.7. Hubungan lingkungan 1.2.1. Model Multivariat


keluarga dengan perilaku bullying Tabel 5.8. Analisis Multivariat
pada anak usia sekolah di sekolah Karakteristik Anak, Lingkungan
dasar negeri se kota pekanbaru Keluarga, Dan Perilaku Bullying Pada
Perilaku Bullying P OR Anak Usia Sekolah Di Sekolah Dasar
Ya Tidak val
n % n % ue Negeri Se Kota Pekanbaru
Pola Parenta 93 54, 79 45,9 Lang Variabel Koefesi P OR (IK95%)
Asuh l 1 kah en value
Orang Warmt 1,0 Lang Jenis -0,946 0,000 0,388 (0,246-
0,7 78
Tua h kah 1 kelamin 0,613
86
Parenta 119 52, 109 47,8
l 2
Control Kelas 0,521 0.019 1,684 (1,090-
Formal 84 51, 78 48,1 2,601)
Pekerj 0,9
9 0,7
aan 25
Non 128 53, 110 46,2 81 Geng -0,413 0,097 0,662 (0,406-
Ayah
Formal 8 1,078)
Pekerj Bekerja 93 46, 106 53,3
0,6
aan 7 0,0 Pekerjaa 0,515 0,019 1,673 (1,086-
05
Ibu Tidak 119 59, 82 40,8 16 n Ibu 2,576)
Bekerja 2
Media Ya 80 71, 32 28,6
2,9 Media -0,640 0.015 0,527 (0,314-
Keker 4 0,0 55 Kekerasa 0,884)
asan Tidak 132 45, 156 54,2 00
(TV) 8 n
Perkel Ya 93 68, 42 31,1 Perkelahi -0,796 0,002 0,451 (0,273-
2,7 0,745)
ahian 9 0,0 an
17
Tidak 119 44, 146 55,1 00
9 Makian -0,650 0,040 0,522 (0,281-
Makia Ya 56 72, 21 27,3 0,969)
2,8
n 7 0,0 55
Tidak 156 48, 167 51,7 00
3
Hasil analisis regresi logistik
Hasil analisis hubungan antara lingkungan menunjukkan bahwa ada enam variabel
keluarga dengan perilaku bullying independen yang mempunyai nilai
diperoleh hasil bahwa ada hubungan probabilitas kurang dari 0,05. Ke enam
antara pekerjaan ibu, media kekerasan, variabel tersebutt yaitu jenis kelamin,
perkelahian, dan makian dengan perilaku kelas, pekerjaan ibu, media kekerasan,
bullying dengan p value < 0,05. Hasil uji perkelahian, dan makian.
statistik menunjukkan bahwa perilaku Hasil ini menunjukkan bahwa keenam
bullying berpeluang sebanyak 0,6 kali variabel kandidat memenuhi signifikansi
terjadi pada responden dengan ibu yang parsial. Model akhir ini menunjukkan
bekerja, 2,955 kali berpeluang terjadi bahwa variabel jenis kelamin, kelas,
perilaku bullying pada anak yang melihat pekerjaan ibu, media kekerasan,
perilaku bullying dari media televise, perkelahian, dan makian merupakan
2,717 kali berpeluang dari perkelahian, variabel yang berpengaruh terhadap
dan berpeluang sebanyak 2,855 kali dari perilaku bullying pada anak usia sekolah.
makian. Variabel indpenden yang paling dominan
berpengaruh terhadap perilaku bullying
1.2. Analisis multivariat dari keenam variabel tersebut adalah kelas
Analisis multivariat bertujuan untuk responden. Hal ini ditentukan berdasarkan
menentukan hubungan antara varianel nilai OR sebesar 1,684 yang lebih besar
dependen dan variabel dependen. dari nilai OR variabel lainnya.
Persamaan dari model regresi logistik ini
dapat dilihat sebagai berikut:

18
Analisis Hubungan Karakteristik Anak dan Lingkungan…

sebagai korban ataupun pelaku


y = konstanta + a1x1 + a2x2 + a3x3 + bullying. Hasil penelitian ini sejalan
a4x4 + a5x5 + a6x6 dengan penelitian Dewi menunjukkan
y = 0,392 + (-0,946)(Jenis Kelamin) + bahwa jenis kelamin anak pada usia
0,521(Kelas) + (-0,515)(Pekerjaan Ibu) sekolah merupakan salah satu faktor
+ (-0,640)(Media Kekerasan) + (- terjadinya perilaku bullying(Dewi,
0,796)(Perkelahian) + (-0,650)(Makian) 2014). Kejadian bullying pada anak
untuk melihat nilai probabilitas anak usia laki-laki sebesar 78,7% dan 63% pada
sekolah melakukan perilaku bullying anak perempuan. 66% siswa laki-laki
dapat dilihat dari persamaan sebagai dan 86% siswa perempuan berperan
berikut : langsung sebagai pelaku bullying.
p = 1/(1+e-y) Tingkatan kelas juga mempunyai
y = 0,392 - 0,946 + 0,521 – 0,515 - peran dalam perilaku bullying. Kakak
0,640 -0,796 – 0,650 kelas atau seniornya dalam sekolah
y = -2,634 biasanya memiliki kuasa dan kekuatan
e = bilangan natural = 2,7 untuk melakukan tindakan bullying
p = 1/(1+ 2,7-(-2,634)) pada kelas yang tingkatannya lebih
p= 0,12 rendah. Kepemilikan geng pada anak
tidak memiliki hubungan yang
dengan demikian, probabilitas anak usia signifikan dengan perilaku bullying
sekolah untuk melakukan perilaku pada anak usia sekolah, hal ini terjadi
bullying adalah 12%. karena pada masa pembentukan
kelompok (geng) di sekolah anak akan
PEMBAHASAN mulai membentuk ikatan yang kuat
1. Hubungan karakteristik anak dengan dengan teman gengnya. Ikatan yang
perilaku bullying pada anak usia kuat didalam geng dapat
sekolah meningkatkan kemampuan anak
dalam bersosialisasi dan mencapai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian, sehingga anak dalam
ada hubungan antara umur, jenis geng tersebut akan mencari dukungan
kelamin dan kelas dengan perilaku dari teman segengnya jika terjadi
bullying, sedangkan untuk variabel perilaku bullying pada dirinya, dan
kepunyaan geng tidak memiliki geng lain juga tidak akan berani untuk
hubungan yang signifikan. melakukan perbuatan bullying pada
Rentang usia pada tahap anak sekolah geng yang kuat tersebut.
adalah 6-12 tahun. Perkembangan
Psikososial pada tahap usia sekolah 2. Hubungan Lingkungan Keluarga
berada pada tahap industri untuk yang dengan perilaku bullying pada anak
normal dan tahap inferioritas untuk usia sekolah
penyimpangan. Tahap usia anak
sekolah rentan untuk mengalami Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kejadian bullying(Keliat, Tololiu, ada hubungan antara pekerjaan ibu,
Daulima, & Erawati, 2015). Anak media kekerasan, perkelahian, dan
yang berada pada usia sekolah mulai makian dengan perilaku bullying,
berinteraksi dan akan berusaha sedangkan untuk pekerjaan ayah dan
mencapai kompetensi. Keberhasilan pola asuh orang tua tidak memiliki
dan kegagalan dalam mencapai hubungan yang signifikan dengan
kompetensi di sekolah dapat memicu perilaku bullying.
anak untuk berperilaku bullying baik

19
Healthcare: Jurnal Kesehatan 7(2) Desember 2018 (15- 21)

Hal ini sejalan dengan penelitian geng, pola asuh orang tua, dan pekerjaan
Rahmadara yang menunjukkan hasil ayah tidak memiliki hubungan yang
bahwa tidak ada hubungan antara pola signifikan dengan perilaku bullying pada
asuh orang tua dengan peran-peran anak usia sekolah di sekolah dasar negeri
dalam perilaku bullying pada pelajar se kota pekanbaru.
sekolah dasar(Rahmadara, 2012). Hasil Hasil analisis multivariat menunjukkan
penelitian ini memiliki makna bahwa bahwa variabel kelas responden
peran seseorang dalam perilaku mempunyai hubungan yang paling kuat
bullying tidak terlalu dipengaruhi oleh dengan perilaku bullying pada anak usia
pola asuh yang diberikan oleh orang sekolah. probabilitas anak usia sekolah
tuanya. Media kekerasan, perkelahian untuk melakukan perilaku bullying adalah
dan makian memiliki hubungan yang 12%. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
signifikan dengan perilaku bullying, acuan bagi pihak sekolah untuk mencegah
hal ini sesuai dengan hasil interview terjadinya perilaku bullying pada anak
sederhana peneliti kepada beberapa usia sekolah. Untuk para orang tua dan
responden yang sebagian besar keluarga dapat meminimalkan factor-
mengatakan bahwa mereka faktor lingkungan keluarga yang dapat
mendapatkan ide untuk melakukan memicu terjadinya perilaku bullying
perilaku bullying dari acara televisi seperti media kekerasan, perkelahian dan
yang ditontonnya, dari lingkungan makian di lingkungan keluarga.
keluarga yang sering kali mendengar
kata-kata kotor dari kakak dan UCAPAN TERIMAKASIH
abangnya, serta seringnya terjadi Peneliti mengucapkan terima kasih
perkelahian antar saudaranya. Namun kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
hal yang paling menentukan ide untuk Masyarakat Direktorat Jenderal
melakukan perbuatan bullying adalah Penguatan Riset dan Pengembangan
media televisi. Pekerjaan ibu juga Kementerian Riset, Teknologi, dan
memiliki hubungan dengan perilaku Pendidikan Tinggi yang telah membiayai
bullying, ibu yang bekerja akan penelitian ini. Usapan terima kasih juga
memiliki keterbatasan dalam diucapkan kepada semua pihak sekolah
mengawasi dan mengontrol anaknya, dasar negeri se kota pekanbaru yang telah
sehingga anak akan rentan terlibat memberikan izin penelitian dan semua
dalam perilaku bullying baik sebagai pihak yang telah membantu dalam proses
pelaku maupun sebagai korban. Hasil penelitian.
penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sufriani DAFTAR PUSTAKA
yang menunjukkan bahwa ada Andina, E. (2014). Budaya Kekerasan
hubungan antara faktor keluarga dan Antar Anak Di Sekolah Dasar, VI(9),
faktor media dengan tindakan bullying 9–12.
pada anak usia sekolah(Sufriani & Beane, A. L. (2008). Protect Your Child
Sari, 2017). from Bullying.
Dewi, D. A. P. (2014). Gambaran
SIMPULAN Kejadian Dan Karakteristik Bullying
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Pada Anak Usia Sekolah Di Sekolah
hubungan antara umur, jenis kelamin, Dasar Wilayah Kerja Puskesmas I
kelas, pekerjaan ibu, media kekerasan, Pekutatan Kabupaten Jembrana Bali.
perkelahian, dan makian dengan perilaku Isainsmedis, 8(1), 1–9.
bullying pada anak usia sekolah di Hertinjung, W. S., & Karyani, U. (2015).
sekolah dasar negeri se kota pekanbaru. 2015 ISSN 2407-9189 The 2 nd
Sedangkan untuk variabel kepunyaan

20
Analisis Hubungan Karakteristik Anak dan Lingkungan…

University Research Coloquium Dalam Perilaku Bullying Pada Siswa


2015 ISSN 2407-9189. The 2 Nd Sekolah Dasar.
University Research Coloquium, Rigby, K. (2011). Stop The Bullying A
(2011), 173–180. Handbook For Schools. Australia.
Keliat, B. A., Tololiu, T. A., Daulima, N. Shariff, S. (2008). Cyber-Bullying.
H. C., & Erawati, E. (2015). Storey, K., Slaby, R., Adler, M., Minotti,
Effectiveness Assertive Training of J., Katz, R., & Storey, K. (2013).
Bullying Prevention among Eyes on Bullying Toolkit What Can
Adolescents in West Java Indonesia. You Do ?
International Journal of Nursing, Sufriani, & Sari, E. P. (2017). Faktor
2(1), 128–134. Yang Mempengaruhi Bullying Pada
https://doi.org/10.15640/ijn.v2n1a14 Anak Usia Sekolah Banda Aceh The
Namie, G., Christensen, A. D., & Phillips, Factors Affect Bullying on School-
D. (2014). Workplace Bullying Age Children In Elementary Schools
Survey, 1–19. the Syiah Kuala Subdistrict In Banda
Nurhamzah, W., Maureen, A., & Wiguna, Aceh. Idea Nursing Jurnal, VIII(3).
T. (2013). Gambaran Bullying dan Swearer, S. M., Espelage, D. L., &
Hubungannya dengan Masalah Napolitano, S. A. (2009). Bullying
Emosi dan Perilaku pada Anak Prevention & Intervention. Realistic
Sekolah Dasar, 15(3). Strategies For Schools. Canada.
Rahmadara, B. (2012). Hubungan Antara
Pola Asuh Orangtua dan Peran-Peran

21

Anda mungkin juga menyukai