Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TEKANAN INTRA KRANIAL

NAMA : MUHAMMAD FARID ANAS


KELAS : KPN 18A
NIM : 1420118030R
MATA KULIAH : KEPERAWATAN GADAR 1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAL” berserta Asuhan
Keperawatannya” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari
teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan
doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon
maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan
penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi
pembaca maupun kami. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Kupang, 26 juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….............................................. ii

DAFTARISI………………………………………………....................................................iii

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 DEFINISI ................................................................................................. 1

1.2 EPIDEMIOLOGI ..................................................................................... 1

1.3 ETIOLOGI ............................................................................................... 1

1.4 PATOFISIOLOGI .................................................................................... 2

1.5 MANIFESTASI KLINIS ......................................................................... 5

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................. 7

1.7 PEMERIKSAAN MEDIS ........................................................................ 8

BAB 2. PROSES KEPERAWATAN. .................................................................. 12

2.1 PENGKAJIAN ....................................................................................... 12

2.2 DIAGNOSA ........................................................................................... 15

2.3 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI ................................................ 16

2.4 EVALUASI ............................................................................................ 25

BAB 4. PENUTUP ............................................................................................... 27

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27

4.2 Saran ....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Tekanan Intrakranial (TIK) adalah tekanan atau hubungan volume di
antara kranium dan isi kubah kranium. Volume kranium terdiri atas darah,
jaringan otak, dan cairan serebrospinal (CSS). Peningkatan tekanan intrakranial
ini merupakan peningkatan CSS lebih dari 15 mmHg. Faktor yang
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk dapat menstabilkan tekanan intrakranial
adalah tekanan darah sistemik, ventilasi dan oksigen, jumlah metabolik dan
kebutuhan oksigen (demam, aktivitas, perubahan), vasospasme area serebral,
dan saturasi oksigen serta hematrokit.
Ketidakmampuan mengatur dan menstabilkan tekanan intrakranial
diakibatkan oleh peningkatan TIK, sebagai akibat dari trauma kepala, edema
serebral, abses dan infeksi, lesi, serta bedah intrakranial. Peningkatan tekanan
intrakranial memerlukan penanganan darurat dan terapi. Tekanan intrakranial
dapat dimonitor dengan kateter intraventrikular, pemasangan skew subarakhoid,
dan merekam tekanan epidural dengan alat.
1.2 Epidemiologi
Kenaikan tekanan intrakranial merupakan salah satu kegawat-daruratan yang
terjadi dalam bidang neurologis. Salah satu penyebab terjadinya kenaikan
tekanan intrakranial adalah akibat trauma pada kepala. Studi epidemiologis
menunjukan bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 10 juta kasus trauma
kepala yang menyebabkan kematian. Tekanan intrakranial dapat menyerang
semua umur. Insiden tertinggi tekanan intrakranial adalah pada jenis kelamin
perempuan dengan obesitas
1.3 Etiologi

Pada peningkatan tekanan intrakranial, klinis yang sering ditemui dan


dipantau adalah pada cedera kepala, dimana pada mekanisme tersebut
menyebabkan perubahan volume intrakranial. Kasus seperti Hematoma traumatik
dapat terkumpul dalam intraserebral, ruang subarakhnoid, ruang subdural, atau
ekstradural, menciptakan tekanan gradien dalam tengkorak dan mengakibatkan

1
pergeseran otak. Penambahan volume ekstra dalam bentuk air pada dasarnya
terjadi pada kasus edema serebral baik sitotoksik (karena kegagalan pompa
membran sel) atau vasogenik (karena cedera pembuluh darah). Perubahan CBV
menyebabkan gangguan autoregulasi aliran darah otak (Cerebral Blood
Flow/CBF) dan metabolisme yang dapat menyebabkan kongesti vaskular
(hiperemi), namun umumnya peningkatan tekanan intrakranial lebih besar jika
dibanding peningkatan tekanan intrakranial setelah cedera kepala pada orang
dewasa.

Jika diambil kesimpulan, sebagai berikut:

1. Volume intrakranial yang meninggi


 Tumor serebri
 Abses
 Hematoma ekstraserebral
 Trauma
 Acute brain swelling
 Pendarahan
 Infark yang luas

2. Dari faktor pembuluh darah, meningkatnya tekanan vena yang diakibatkan


kegagalan jantung atau karena obstruksi mediastinal superior, bahkan tidak
hanya terjadi peninggian volume darah vena di piameter dan sinus
duramater, juga terjadi gangguan absorpsi cairan serebrospinalis.

3. Obstruksi pada aliran dan pada absorpsi dari cairan serebrospinalis, maka
dapat terjadi hidrosefalus.

4. Peningkatan produksi CSF dapat terjadi pada meningitis, subarachnoid


hemoragik, atau tumor pleksus choroid

1.4 Patofisiologi atau patologi


Ruang intrakranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh sesuai
kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan otak (1400 g), cairan
serebrospinal (sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml). Peningkatan volume pada
salah satu dari ketiga unsur utama ini mengakibatkan desakan ruang yang

2
ditempati oleh unsure lainnya dan menaikan tekanan intrakranial. Apabila massa
intrakranial mulai mengalami peningkatan, kompensasi awal yang terjadi yaitu
pemindahan cairan serebrospinal ke kanal spinal. Kemampuan otak beradaptasi
terhadap meningkatnya tekanan tanpa peningkatan TIK dinamakan dengan
compliance. Perpindahan cairan serebrospinal keluar dari kranial adalah
mekanisme kompensasi pertama dan utama, namun lengkung kranial dapat
mengakomodasi peningkatan volume intrakranial hanya pada satu titik. Ketika
compliance otak berlebihan, TIK mengalami peningkatan sehingga timbul gejala
klinis dan usaha kompensasi lain untuk mengurangi tekananpun dimulai
(Black&Hawks, 2005).
Kompensasi kedua adalah menurunkan volume darah dalam otak. Ketika
volume darah diturunkan hingga 40%, jaringan otak menjadi asidosis. Ketika
60% darah otak hilang, gambaran EEG mulai berubah. Kompensasi ini mengubah
metabolisme otak, sering mengarah pada hipoksia jaringan otak dan iskemia
(Black&Hawks, 2005). Kompensasi tahap akhir dan paling berbahaya adalah
pemindahan jaringan otak melintasi tentorium dibawah falx serebri, atau melalui
foramen magnum ke dalam kanal spinal. Proses ini dinamakan herniasi dan sering
menimbulkan kematian dari kompresi batang otak. Otak disokong dalam berbagai
kompartemen intrakranial. Kompartemen supratentorial berisi semua jaringan
otak mulai dari atas otak tengah ke bawah. Bagian ini terbagi menjadi dua yaitu
kiri dan kanan yang dipisahkan oleh falx serebri sedangkan supratentorial dan
infratentorial (berisi batang otak dan serebellum) oleh tentorium serebri. Otak
dapat bergerak dalam semua kompartemen itu. Tekanan yang meningkat pada satu
kompartemen akan mempengaruhi area sekeliling yang tekanannya lebih rendah
(Black&Hawks, 2005).
Autoregulasi juga merupakan bentuk kompensasi berupa perubahan
diameter pembuluh darah intrakranial dalam mepertahankan aliran darah selama
perubahan tekana perfusi serebral. Autoregulasi hilang dengan meningkatnya
TIK. Peningkatan volume otak sedikit saja dapat menyebabkan kenaikan TIK
yang drastis dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke batas
normal (Black&Hawks, 2005).

3
Edema otak (mungkin penyebab tersering peningkatan tekanan intrakranial)
yang disebabkan oleh banyak hal (termasuk peningkatan cairan intrasel, hipoksia,
iskemia otak, meningitis, dan cedera). Pada dasarnya efeknya sama tanpa melihat
factor penyebabnya. Tekanan intrakranial pada umumnya meningkat secara
bertahap. Setelah cedera kepala, edema terjadi dalam 36 hingga 48 jam hingga
mencapai maksimum.
Peningkatan tekanan intrakranial hingga 33 mmHg (450 mmH2O)
menurunkan secara bermakna aliran darah ke otak (cerebral blood flow, CBF).
Iskemia yang terjadi merangsang pusat vasomotor, dan tekanan darah sistemik
meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung mengakibatkan bradikardia
dan pernapasan menjadi lebih lambat. Mekanisme kompensasi ini dikenal sebagai
reflek cushing, membantu mempertahankan aliran darah otak. (akan tetapi,
menurunnya pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan mengakibatkan
vasodilatasi otak yang membantu menaikan tekanan intracranial). Tekanan darah
sistemik akan terus meningkat sebanding dengan peningkatan tekanan
intrakranial, walaupun akhirnya dicapai suatu titik ketika tekanan intrakranial
melebihi tekanan arteria dan sirkulasi otak berhenti yang mengakibatkan kematian
otak. Pada umumnya, kejadian ini didahului oleh tekanan darah arteria yang cepat
menurun. Siklus deficit neurologik progresif yang menyertai kontusio dan edema
otak (atau setiap lesi massa intracranial yang membesar). Peningkatan tekanan
pada jaringan akhirnya meningkatkan tekanan intrakranial, yang pada gilirannya
akan menurunkan CBF, iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan
peningkatan PaCO2), dan kerusakan BBB (Blood Brain Barrier) lebih lanjut.
Siklus ini akan terus berlanjut sehingga terjadi kematian sel dan bertambahnya
edema secara progresif kecuali bila dilakukan intervensi.
1.5 Manifestasi Klinis
a. Nyeri Kepala (Gilroy J, Youman JR)

Nyeri kepala pada tumor otak ini sering ditemukan pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak. Nyeri kepala terutama terjadi pada waktu bangun
tidur, karena selama tidur PCO2 arteril serebral meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan dari serebral blood flow dan dengan demikian
semakin mempertinggi tekanan intra kranium. Terjadi lonjakan tekanan intra

4
kranium sejenak ketika batuk, mengejan dan akan semakin memperberat nyeri
kepala. Pada anak dengan usia dibawah 10-12 tahun, nyeri kepala dapat hilang
sementara dan biasanya nyeri kepala terasa di daerah bifrontal serta jarang di
daerah yang sesuai dengan lokasi tumor. Pada tumor di daerah fossa posterior,
nyeri kepala terasa dibagian belakang dan leher.

b. Muntah

Sering terjadi pada 1/3 penderita dengan gejala tumor otak danbiasanya disertai
dengan nyeri kepala. Muntah tersering adalah akibat tumor di fossa posterior.
Muntah tersebut dapat bersifat proyektil atau tidak dan sering tidak disertai
dengan perasaan mual serta dapat hilang untuk sementara waktu.

c. Kejang

Umumnya dijumpai pada 20-50% kasus tumor otak, dan merupakan gejala
permulaan pada lesi supratentorial pada anak sebanyak15%. Pertumbuhan tumor
sendiri mempengaruhi frekuensi kejang yang terus meningkat. Pada tumor di
fossa posterior kejang hanya terlihat pada stadium yang lebih lanjut. Schmidt dan
Wilder (1968) mengemukakan bahwa gejala kejang lebih sering terjadi pada
tumor yang letaknya dekat korteks serebri dan jarang ditemukan jika tumor
terletak dibagian yang lebih dalam dari himisfer, batang otak dan difossa
posterior.

d. Edema papil

Tekanan tinggi intrakranial akan menyebabkan oklusivena sentralis retina,


sehingga terjadilah edem papil. Barley dkk mengemukakan bahwa papil edema
ditemukan pada 80% anak dengan tumor otak.

Gejala lain yang ditemukan:

a. Apabila peningkatan tekanan intra kranial berlanjut dan progresif


berhubungan dengan penggeseran jaringan otak maka akan terjadi sindroma
herniasi dan tanda-tanda umum Cushing’ s triad (hipertensi, bradikardi,
respirasi ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat membantu melokalisasi
level cedera.

5
b. Kelainan atau gangguan neurologis seperti didapatkan gejala perubahan
tingkat kesadaran; gelisah, iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi
motorik. Gejala neurologis fokal, dapat ditemukan sesuai dengan lokalisasi
tumor:
 Tumor lobus frontalis

Karakteristik dari tumor lobus frontalis adalah ditemukannya gangguan


fungsi intelektual. Ada 2 tipe perubahan kepribadian:

- apatis dan masa bodoh

- euforia

Tetapi lebih sering ditemukan adalah gabungan dari kedua tipe tersebut.
Bila masa tumor menekan jaras motorik maka akan menyebabkan
hemiplegic kontralateral. Tumor pada lobus yang dominan akan
menyebabkan afasiamotorik dan disartri.

 Tumor lobus parietalis

Tumor pada lobus parietalis dapat menyebabkan bangkitan kejang umum


atau fokal, hemianopsia homonim, dan apraksia. Bila tumor terletak pada
lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia sensorik atau afasia sensorik
motorik, agrafia dan finger agnosia.

 Tumor lobus temporalis

Tumor yang letaknya dibagian dalam lobus temporalis dapat menyebabkan


hemianopsia kontra lateral, bangkitan psikomotor atau bangkitan kejang
yang didahului oleh auraol faktorius, atau halusinasi visual dari bayangan
yang kompleks. Tumor yang letaknya pada permukaan lobus dominan dapat
menyebabkan afasia sensorik motorik atau disfasia.

 Tumor lobus oksipitalis

Tumor lobus oksipitalis umumnya dapat menyebabkan kelainan lapangan


pandang kuadrantik yang kontralateral atau hemianopsia dimana makula

6
masih baik. Dapat terjadi bangkitan kejang yang didahului oleh auraberupa
kilatan sinar yang tidak berbentuk.

 Tumor fossa posterior

Tumor pada ventrikel IV dan serebelum akan menggangu sirkulasi cairan


serebrospinalis sehingga memperlihatkan gejala tekanan tinggi intrakranial.
Keluhan nyeri kepala, muntah dan papil edem akan terlihat secara akut,
sedangkan tanda-tanda lain dari serebelum akan mengikuti kemudian.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Computerized Tomography / CT SCAN
CT Scan merupakan pemeriksaan yang aman dan tidak invasif serta
mempunyai ketepatan yang tinggi. Tujuan utama penggunaan ct scan adalah
mendeteksi perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space
occupying lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan struktur otak.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat mendeteksi tumor dengan jelas dimana dapat dibedakan antara
tumor dan jaringan sekitarnya. MRI dapat mendeteksi kelainan jaringan
sebelum terjadinya kelainan morfologi.

c. Cerebral angiography

Tindakan angiography ini dilaksanakan dengan memasukan kateter ke


dalam pembuluh darah besar (biasanya melalui arteri femoralis) dan
memasukan zat kontras setelah kateter mencapai arteri karotis. Tindakan ini
berguna untuk mendeteksi adanya penyempitan ataupun sumbatan pada
pembuluh darah pada daerah cerebral.

1.7 Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama dari penatalaksanaan PTIK adalah :

1. Menjamin pasokan oksigen dan nutrisi serebral yang adekuat dengan cara
memelihara TPO dan oksigenasi anteriol dan menghindari hipoglikemi
serta hiperglikemi.

7
2. Mencegah terjadinya peningkatan metabolisme otak.

Hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan tujuan di atas adalah :

1. Hindari faktor pencetus TIK seperti kejang, demam, nyari, penggunaan


SSP (ketakamin, hiperkapnea dan hipotensi), batuk muntah, atau
mengejan, hipotensi atau hipertensi, hopoglikemia atau hiperglikemia dan
hiponatremia.
2. Menghilangkan penyebab primer misalnya evakuasi massa intrakranial,
operasi pintas untuk hidrosefalus, atasi edema serebral dan dilatasi
serebrovaskuler.
3. Menurunkan tekanan intrakranial dengan cara memposisikan kepala lebih
tinggi dan dengan memberikan obat antara lain ; glukokortikoid, diuretika,
pembatasan cairan, barbiturat, lidokain, drainasse likuor, operasi
dekompresi dan hipotermia.

Manitol

Manitol bertujuan untuk menurunkan TIK karena manitol bekerja pada


bagian sawar darah otak yang relatif dapat mengurangi volume intrakranial. Pada
kaus TTIK yang gawat diberikan manitol per infus dengan dosis 0,50-1,50 g/kg
BB diberikan dengan di guyur, dan kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,25-0,50
g/kg BB setiap 4-6 jam untuk memelihara TIK tetap aman dengan syarat
osmolaritas serum tidak melebihi 320 mOsm. Ada beberapa hal ang harus
diwaspadai dalam penggunaan manitor antara lain :

1. Vasodilatasi sistemik dan serebral apabila diberikan dosis besar


2. Hipovolemia intravaskuler
3. Gangguan elektrolit serum
4. Hiperosmotik
5. TTIK berulang (rebound phenomenon) pada penghentian pemberian
mendadak
6. Eksaserbasi perdarahan inrakranial yang aktif
7. Dalam dosis tinggi dapat beresiko hipovolemi, hemokonsentrasi,
hiperglikemi, hiperglikemia, asidosis metabolik dan gagal gin

8
Hiperventilasi

Hiperventilasi diberikan dengan sasaran tercapainya PaCO2 25-35 mmHg.


Tindakan ini dapat dengan cepat menurunkan aliran dan volume darah serebral
dan juga menurunkan CSS sehingga dengan cepat dapat menurunkan TIK.
Hiperventilasi sangat efektif diberikan pada pasien yang terpasang ETT. Pasien
yang diberikan hiperventilasi aliran darahnya akan kembali normal dalam waktu
1-2 jam. Hal hal yang perlu diwaspadai antaralain :

1. Komplikaasi dari intubasi endotrakheal lama


2. Hipotensi
3. TTIK paradoksal akibat peningkatan vena serebral
4. Alkalosis
5. Penurunan aliran darah serebral
6. Afinitas hemoglobin meningkat
7. Asidosis likuor paradoksal dengan peningkatan aliran darah serebral
8. Turunnya nilai ambang kejang

Krtikosteroid

Kortikosteroid bertujuan mennurunkan edema vasogenik terutama edema


yang disebabkan oleh tumor dengan begitu TIK juga turun. Diberikan
deksametason 4-20 mg intravena setiap 6 jam. Pengguan kortikosteroid dalam
kasus trauma masih kontroversial. Beberapa efek yang dapat timbul antaralain ;
penurunan sistem kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemi, hipokalemi, alkalosis
metabolik, retensi cairan, penyembuhan luka yang terlambat, psikosis, miopatia,
ulserasi lambung, dan hipertensi.

Furosemida

Diberikan 10-20 mg intravena dan obat diuretika lainnya bertujuan untuk


mengurangi edema dan produksi CSS, diuretika hanya efektif untuk TTIK yang
akut. Efek samping yang timbul antaralain ; hipovolemi, azotemia, alkalosis
metabolik, abnormalitas elektrolit, netrotoksik, dan ontotoksik.

9
Posisi kepala

Posisi kepala elevesi 30-45 derajat (posisi semi fowler) untuk


melancarkan drainase vena serebral tetapi ADO masih relatif tetap.

Retriksi cairan

Pembatan cairan bertujuan untuk menurunkan kesuluruhan cairan tubuh


dan mempertahankan osmolalitas serum yang tinggi. Dapat diberikan melalui
intravena separuh sampai dua per tiga kebutuhan yang biasanya.

Barbiturat

Barbiturat dapat menurunkan aliran darah otak, menurunkan metabolisme


otak, dan menegah aktifitas kejang. Pada keadaan akut diberikan 1-4 mg/kg BB
atau metoheksitalyang diberikan secara bolusintravena dan selanjutnya diberikan
berulang khusunya pada pasien yang terpasang intubasi.

Efek yang dapat timbul adalah turunnya kesadaran sehingga keadaan


neurologisnya terganggu, depresi nafas dan hipotensi, gangguan pencernaan,
depresi termoregulasi.

Lidokain

Diberikan 0,5-1,5 mg/kk BB intravena dapat menurunkan TIK melalui


penurunan metabolisme dan penurunan aliran darah otak. Pada dosis tinggi dapat
menibulkan kejang. Penggunaan lidokain ditujukkan pada pasien akut dengan
hemidinamik dan beresiko tinggi diberikan barbiturat.

Drainase Likuor

Ditujukkan pada kasus hidrosefalus dengan TTIK akut yang tidak


memberikan respons terhadap modalitas terapi lain.

Operasi Dekompresi

Merupakan operasi membuka tulang kepala dan durameter, sehingga TIK


juga kan turun, terjadi dekompresi dan menciptakan perfusi serebral yang adekuat.
Alternatif lain adalah tindakan operasi reseksi jaringan otak yang mengalami
edema (dekompresi internal) yang dimana dalam hal ini tulang kepala dapat

10
ditutup kembali. Operasi dekompresi ditujukkan khusus kepada pasien yang tidak
berespns terhadap terapi lain.

11
BAB II
PROSES KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register,
tanggal masuk rumah sakit, alasan berobat ke fasilitas kesehatan serta
harapan pasien. Identitas pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial
dapat menyerang semua umur, mayoritas menyerang wanita pada usia
subur serta mengalami obesitas.

2. Keluhan Utama
Umumnya keluhan utama yang dirasakan pasien dengan peningkatan TIK
adalah nyeri di kepala.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai
dengan dibawa ke rumah sakit. Seperti pada klien dengan peningkatan
tekanan intrakranial mengalami nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu, mual
dan muntah dan terkadang klien mengalami kejang.
Upaya yang telah dilakukan keluarga klien dalam kaitannya usaha untuk
mengurangi keluhan yang terjadi baik yang rasional maupun irrasional
seperti diberikan obat.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan penyakit yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau
penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit
yang diderita klien saat ini. Contoh: Klien memiliki riwayat hipertensi 5
tahun yang lalu dan didiagnosis gagal jantung.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit

12
menular akibat kontak langsung maupun tak langsung antar anggota
keluarga. Peningkatan tekanan intrakranial tidak berasal dari penyakit
keturunan tetapi peningkatan tekanan intrakranial diakibatkan oleh
gangguan pada sistem neurologi.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme : pasien dengan peningkatan tekanan
intrakranial mengalami mual dan muntah sehingga menyebabkan
gangguan pola nutrisi dan metabolisme.
b. Pola aktivitas : pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial akan
mengalami gangguan pada pola aktivitas karena rasa nyeri pada bagian
kepala yang sering terjadi secara berulang-ulang.
c. Pola istirahat : nyeri pada bagian kepala yang sering terjadi secara
berulang-ulang dapat menggangu kenyamanan pola istirahat/tidur pasien.
d. Pola kognitif dan persepsi sensori : pola ini mengenai pengetahuan
terhadap penyakit yang diderita pasien.
e. Pola konsep diri : bagaimana persepsi pasien terhadap pengobatan dan
perawatan yang akan dilakukan.
f. Pola hubungan peran : peran keluarga sangat dibutuhkan dalam merawat
dan mengobati pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan
keterbatasan gerak kemungkinan pasien tidak bisa melakukan peran baik
dalam keluarganya.
g. Pola mekanisme koping : keluarga perlu memberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi pasien.
h. Pola nilai dan kepercayaan : keluarga selalu optimis dan berdoa agar
penyakit pada pasien dapat sembuh dengan cepat.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis.
b. Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg, hipertermi.

13
c. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing.
d. Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan pendarahan.
e. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar
f. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam bergerak karena proses
perjalanan penyakit dan nyeri yang dirasakan secara berulang-ulang.
g. Sistem Integumen : terdapat edema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
h. Abdomen : terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan
distensi abdomen, bising usus.
i. Pemeriksaan GCS
GCS adalah pengkajian neurologi yang paling umum dan terdapat tiga
komponen pemeriksaan yaitu membuka mata, respon verbal dan respon
motorik. Nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 3. Pemeriksaan GCS tidak
dapat dilakukan jika klien diintubasi sehingga tidak bias berbicara, mata
bengkak dan tertutup, tidak bisa berkomunikasi, buta, afasia, kehilangan
pendengaran,dan mengalami paraplegi/paralysis. Pemeriksaan GCS
pertama kali menjadi nilai dasar yang akan dibandingkan dengan nilai hasil
pemeriksaan selanjutnya untuk melihat indikasi keparahan. Penurunan
nilai 2 poin dengan GCS9 atau kurang menunjukkan injuri yang serius
(Black&Hawks,2005).
j. Tingkat kesadaran
Perubahan pertama pada klien dengan gangguan perfusi serebral adalah
perubahan tingkat kesadaran. Pengkajian tingkat kesadaran berlanjut dan
rinci perlu dilakukan sampai klien mencapai kesembuhan maksimal
(Black&Hawks,2005).
k. Respon pupil.
Pupil diperiksa tampilan dan respon fisiologisnya. Pupil yang terpengaruh
biasanya pada sisi yang sama (ipsilateral) dengan lesi otak yang terjadi,
dan deficit motorik dan sensorik biasanya pada sisi yang berlawanan

14
(kontralateral). Pemeriksaan pupil meliputi :kesamaan ukuran pupil,ukuran
pupil, posisi pupil (ditengah atau miring), reaksi terhadap cahaya,bentuk
pupil (pupil oval bukti awal peningkatan TIK), akomodasi pupil
(Black&Hawks,2005).
l. Gerakan mata.
Gerakan mata normalnya bersamaan. Jika bergerak tidak bersamaan
(diskonjugasi),catat dan segera laporkan.
m. Tanda– tanda vital.
Tanda-tanda vital diperiksa setiap 15 menit sampai keadaan klien stabil.
Suhu tubuh diukur setiap 2 jam. Pola nafas klien dikaji dengan cermat. Jika
TIK meningkat dan herniasi terjadi dimedulla, maka Chusingresponse
dapat terjadi,sehingga respon ini perlu juga diperiksa.
n. Pemeriksaan saraf kranial.
Pemeriksaan ini misalnya berupa memeriksa gerakan ekstraokular,
pemeriksaan otot wajah.
o. Pemeriksaan radiografi
 CT scan
 Foto polos kepala
 MRI
 Angiografi serebral
Selain pemeriksaan diatas, pengkajian menyeluruh terhadap semua data-
data lain dari klien tetap diperlukan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap,
sehingga dapat disusun rencana keperawatan dengan akurat dan tepat.tepa

15
2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


tekanan intrakranial.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, mual dan muntah.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala akibat akibat
tekanan intracranial.

2.3 Intervensi dan Implementasi


Tujuan dan Kriteria
NO Dx Intervensi Implementasi
Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengobservasi
perfusi perawatan selama klien, tingkah
tingkat klien,
jaringan 3x24 jam klien akan laku, fungsi
tingkah laku,
serebral memiliki tekanan motorik/sensorik,
fungsi
berhubungan perfusi serebral (CPP) pupil setiap 1-2
motorik/sensorik,
dengan minimal 50 lebih 60 jam sekali dan
pupil setiap 1-2
peningkatan atau adekuat dengan sebagaimana
jam sekali dan
tekanan kriteria hasil : kebutuhan.
sebagaimana
intrakranial
1. Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda- kebutuhan.
membaik (GCS: tanda vital setiap
2. Memonitor tanda-
E4 M6 V5). 15 menit sampai
tanda vital setiap
2. Tidak kaku kuduk. dengan 1 jam dan
15 menit sampai
3. Tidak terjadi sebagaimana
dengan 1 jam dan
kejang. kebutuhan:
sebagaimana
4. TD dalam batas perubahan
kebutuhan:
pernafasan

16
normal (bayi merupakan tanda perubahan
85/54 mmHg, awal dari pernafasan
toddler 95/65 peningkatan merupakan
mmHg, sekolah tekanan intakranial tanda awal dari
105-165 mmHg, dan peningkatan
remaja 110/65 hipoksia/hiperkapn tekanan
mmHg). ia. intakranial dan
5. Tidak terjadi hipoksia/hiperkap
3. Monitor nilai
muntah progresif. nia.
analisa gas darah
6. Tidak sakit kepala.
arteri untuk 3. Memonitor nilai
7. GDA normal( >
ketidaknormalan analisa gas darah
95%)
asam basa dan arteri untuk
penurunan saturasi ketidaknormalan
oksigen. asam basa dan
penurunan
4. Hiperventilasi
saturasi oksigen.
sebelum
penghisapan 4. Melakukan
sekret; batasi hiperventilasi
penghisapan sebelum
sekret 10-15 penghisapan
detik untuk sekret; batasi
mengurangi kadar penghisapan
CO2, untuk sekret 10-15
meningkatkan detik untuk
kadra oksigenasi mengurangi kadar
dan mencegas CO2, untuk
hipoksia. meningkatkan
kadra oksigenasi
5. Monitor
dan mencegas
peningkatan
hipoksia.
tekanan
intrakranial setiap 5. Memonitor

17
15 menit sampai peningkatan
dengan 1 jam dan takanan
sebagaimana intrakranial setiap
kebutuhan. 15 menit sampai
dengan 1 jam dan
6. Pertahankan
sebagaimana
aliran vena yang
kebutuhan.
keluar dari otak
dengan 6. Mempertahankan
meninggikan aliran vena yang
bagian kepala keluar dari otak
tempat tidur. dengan
meninggikan
7. Monitor
bagian kepala
pemasukan dan
tempat tidur.
pengeluaran,
elektrolit dan berat 7. Memonitor
jenis untuk pemasukan dan
menetapkan pengeluaran,
kemungkinan elektrolit dan
ketidakseimbanga berat jenis untuk
n cairan yang menetapkan
mendukung kemungkinan
terjadinya edema ketidakseimbanga
serebral. n cairan yang
mendukung
8. Berikan cairan
terjadinya edema
dengan jumlah
serebral.
terbatas
(1400cc/24jam) 8. Memberikan
untuk mencegah cairan dengan
edema serebral. jumlah terbatas
(1400cc/24jam)
9. Intruksi untuk
untuk mencegah

18
tidak melakukan edema serebral.
aktivitas yang
9. Mengintruksi
dapat meningkatan
untuk tidak
intratoraks dan
melakukan
intra abdomen
aktivitas yang
(misalnya
dapat
mengedan, latihan
meningkatan
isometric, fleksi
intratoraks dan
panggul, batuk).
intra abdomen
10. Observasi tingkat (misalnya
kenyamanan klien mengedan,
(sakit kepala, latihan isometric,
mual, muntah) fleksi panggul,
dimana merupakan batuk).
indikasi adanya
10. Mengobserva
peningkatan
si tingkat
tekanan
kenyamanan klien
intrakranial.
(sakit kepala,
11. Berikan obat- mual, muntah)
obatan sesuai dimana
dengan intruksi merupakan
(misalnya pelunak indikasi adanya
feses, antiemetik, peningkatan
analgesik) evaluasi tekanan
efektifitasnya. intrakranial.

12. Berikan steroid 11. Memberikan


untuk mencegah obat-obatan
edema serebri sesuai dengan
sebagaimana intruksi (misalnya
intruksi. pelunak feses,
antiemetik,

19
13. Kelola asuahan analgesik)
keperawatan yang evaluasi
diberikan untuk efektifitasnya.
memberikan waktu
12. Memberikan
istirahat yang
steroid untuk
optimal bagi klien.
mencegah edema
14. Gunakan teknik serebri
aseptik dan sebagaimana
antiseptik secara intruksi.
optimal pada
13. Mengelola
setiap mengganti
asuhan
selang atau
keperawatan yang
balutan.
diberikan untuk
15. Laporkan segera memberikan waktu
pada dokter bila istirahat yang
ada perubahan optimal bagi klien.
neorologi
14. Menggunakan
(misalnya tanda-
teknik aseptik dan
tanda vital).
antiseptik secara
16. Lakukan tindakan optimal pada
sesuai kebijakan setiap memgganti
institusi untuk selang atau
mengatasi balutan.
peningkatan
15. Melaporkan
tekanan
segera pada
intrakranial
dokter bila ada
sebagaimana
perubahan
intruksi :
neorologi
pemberian
(misalnya tanda-
diuretik, mengatasi
tanda vital).
keadaan

20
hiportemia, 16. Melakukan
mempersiapkan tindakan sesuai
klien untuk kebijakan institusi
pembedahan untuk mengatasi
peningkatan
tekanan
intrakranial
sebagaimana
intruksi :
pemberian
diuretik,
mengatasi
keadaan
hiportemia,
mempersiapkan
klien untuk
pembedahan.

2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik 1. Mengajarkan


rasa nyaman tindakan keperawatan relaksasi dengan teknik relaksasi
nyeri selama 3 x 24 jam, menarik nafas dengan menarik
berhubungan nyeri berkurang panjang. nafas panjang.
dengan sampai hilang dengan 2. Observasi 2. Mengobservasi
peningkatan kriteria hasil : penyebab penyebab
tekanan timbulnya nyeri timbulnya nyeri
1. Klien mampu
intrakranial. (takut, marah, (takut, marah,
mengontrol nyeri
cemas) cemas)
(tahu penyebab
3. Monitor 3. Memonitor
nyeri, mampu
karakteristik nyeri karakteristik nyeri
menggunakan
melalui respon melalui respon
teknik
verbal dan verbal dan
nonfarmakologi

21
untuk mengurangi hemodinamik. hemodinamik.
nyeri, mencari 4. Observasi adanya 4. Mengobservasi
bantuin) gambaran nyeri adanya gambaran
2. Melaporkan bahwa yang dialami klien nyeri yang dialami
nyeri berkurang meliputi klien meliputi
dengan tempatnya, tempatnya,
menggunakan intensitas, durasi, intensitas, durasi,
manajemen nyeri kualitas dan kualitas dan
3. Mampu mengenali penyebarannya. penyebarannya.
nyeri (skala, 5. Observasi tanda – 5. Mengobservasi
intensitas, frekuensi tanda vital sebelum tanda – tanda
dan tanda nyeri) dan sesudah vital sebelum dan
4. Menyatakan rasa pemberian obat sesudah
nyaman narkotik pemberian obat
6. Berikan analgetik narkotik
untuk mengurangi 6. Memberikan
nyeri analgetik untuk
7. Tingkatkan mengurangi nyeri
istirahat 7. Tingkatkan
8. Kolaborasikan istirahat
dengan dokter jika 8. Mengkolaborasika
ada keluhan dan n dengan dokter
tindakan jika ada keluhan
mengatasi nyeri dan tindakan
tidak berhasil mengatasi nyeri
tidak berhasil
3 Ketidakseimb Setelah dilakukan 1. Kaji pemenuhan 1. Mengkaji
angan nutrisi tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pemenuhan
kurang dari selama 3x24 jam, klien kebutuhan
kebutuhan diharapkan kebutuhan 2. Kaji penurunan nutrisi klien
tubuh nutrisi klien terpebuhi nafsu makan klien 2. Mengkaji
berhubungan secara adekuat dengan 3. Kaji berat badan penurunan nafsu

22
dengan intake kriteria hasil : dan tinggi klien makan klien
yang tidak 4. Jelaskan 3. Mengkaji berat
1. Adanya
adekuat, pentingnya badan dan
peningkatan berat
mual dan makanan bagi tinggi klien
badan
muntah. proses 4. Menjelakan
2. Berat badan ideal
penyembuhan pentingnya
sesuai dengan
5. Dokumentasikan makanan bagi
tinggi badan
masukan oral proses
3. Tidak ada tanda-
selama 24 jam, penyembuhan
tanda malnutrisi
riwayat makanan, 5. Mendokumenta
4. Keluhan mual,
jumlah kalori yang sikan masukan
muntah dan
tepat (intake). oral selama 24
anorexia berkurang
6. Ciptakan suasana jam, riwayat
sampai hilang.
makan yang makanan,
5. Nafsu makan klien
menyenangkan jumlah kalori
meningkat
7. Berikan makanan yang tepat
dengan jumlah (intake).
sedikit dan 6. Menciptakan
bertahap suasana makan
8. Kolaborasi dengan yang
ahli gizi untuk menyenangkan
membantu 7. Memberikan
memilih makanan makanan
yang dapat dengan jumlah
memenuhi sedikit dan
kebutuhan gizi bertahap
selama sakit 8. Mengkolaborasi
kan dengan ahli
gizi untuk
membantu
memilih
makanan yang

23
dapat memenuhi
kebutuhan gizi
selama sakit
4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Bantu pasien 1. Membantu
aktifitas b.d perawatan selama melakukan gerak pasien
kelemahan 3x24 jam pasien aktif maupun melakukan
meningkatkan pasif gerak aktif
ambulan atau 2. Ajarkan pasien maupun pasif
aktivitas Kriteria untuk 2. Mengajarkan
hasil: mempertahankan pasien untuk
postur tegak pada mempertahanka
1. Pasien mampu
saat duduk, n postur tegak
mempertahankan
berdiri maupun pada saat
posisi
saat berjalan duduk, berdiri
2. Pasien mampu
3. Instruksikan maupun saat
mempertahankan
pasien untuk berjalan
dan meningkatkan
istirahat tirah 3. Menginstruksik
kekuatan fungsi
baring atau jika an pasien untuk
tubuh sendiri tubuh
mampu duduk, istirahat tirah
jika perlu atur baring atau jika
jadwal periode mampu duduk,
istirahat agar jika perlu atur
pola tidur di jadwal periode
malam hari tidak istirahat agar
terganggu pola tidur di
4. Jamin malam hari
lingkungan yang tidak terganggu
aman seperti 4. Menjamin
pegangan di lingkungan
toilet, naikan di yang aman
kursi, serta seperti
penggunaan kursi pegangan di

24
roda toilet, naikan di
5. Lakukan kursi, serta
kolaborasi penggunaan
dengan ahli kursi roda
fisioterapi 5. Melakukan
kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji pola tidur 1. Mengkaji pola
pola tidur perawatan selama pasien tidur pasien
b.d nyeri 3x24 jam klien dapat 2. Kondisikan 2. Mengkondisikan
kepala akibat menyesuaikan pola suasana suasana
tekanan tidur dengan lingkungan yang lingkungan yang
intrakranial kebutuhan istirahatnya tenang dan tenang dan
kondusif kondusif
Kriteria hasil :
3. Beri minum air 3. Memberikan
1. Pasien hangat kepada minum air hangat
mengatakan pasien sebelum kepada pasien
tidurnya cukup tidur sebelum tidur
2. Pasien 4. Ajarkan pasien 4. Mengajarkan
mengatakan untuk melakukan pasien untuk
tidurnya nyenyak relaksasi sebelum melakukan
karena nyeri di tidur untuk relaksasi sebelum
kepala berkurang mengurangi nyeri tidur untuk
5. Beri obat mengurangi nyeri
analgesik 5. Memberikan obat
analgesic

2.4 Evaluasi
Dx 1

25
S: Pasien mengatakan sakit kepala mulai hilang.

O: Terpasang Oksigen 3 L/menit, RR: 24x/menit, Irama normal, Nadi: 80x/menit

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjut intervensi no 5,6,14
Dx 2
S : Klien menyatakan nyeri berkurang

O : Skala nyeri bekurang menjadi 3 dari skala nyeri (1-5)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi nomor 6, 7 dan 8

DX 3
S : Klien mengatakan tidak mual
O : Berat badan klien bertambah
A : Masalah teratasi
P : Hentikan internesi, lakukan terminasi

DX 4

S : pasien merasa lelah untuk melakukan aktifitas fisik

O : Pasien tidak mampu melakukan aktifitas, seperti berjalan

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

DX 5

S : pasien mengatakan nyeri kepala sehingga sulit tidur

O : pasien tampak gelisah di tempat tidur

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensI

26
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) merupakan tekanan atau hubungan
volume di antara kranium dan isi kubah kranium. Ketidakmampuan mengatur dan
menstabilkan tekanan intrakranial diakibatkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial, sebagai akibat dari trauma kepala, edema serebral, abses dan infeksi,
lesi, dan bedah intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial memerlukan
penanganan darurat dan terapi. Ketidakmampuan mengatur dan menstabilkan
tekanan intrakranial diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, sebagai
akibat dari trauma kepala, edema serebral, abses dan infeksi, lesi, dan bedah
intrakranial.
Peningkatan tekanan intrakarnial ini secara umum dapat disebabkan oleh 4
faktor, yaitu peninggian cerebral blood volume, edema serebri, obstruksi aliran
CSS (cairan serebro spinal) dan efek massa. Peningkatan TIK ini dapat
menyebabkan pemburukan derajat kesadaran, disfungsi pupil, abnormalitas visual,
nyeri kepala, muntah, perubahan tekanan darah dan denyut nadi, perubahan pola
pernafasan, perubahan suhu badan, serta papil udema. Salah satu komplikasi dari
peningkatan TIK ini yaitu herniasi batang otak. Penatalaksanaan kasus ini
diantaranya yaitu dengan pemberian terapi obat dan pembedahan. Pemantauan
tekanan intrakranial paling banyak digunakan untuk pencegahan dan kontrol
terhadap peningkatan TIK.

4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita juga harus tahu konsep dasar suatu penyakit
sehingga kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dan tepat
dengan penyakit yang dialami klien. Mahasiswa maupun tenaga kesehatan
diharapkan dapat lebih memahami asuhan keperawatan pada peningkatan tekanan
intra cranial dan dapat mengaplikasikannya dengan benar.

27
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

http://www.academia.edu/9778118/ASUHAN_KEPERAWATAN_GAWAT_DA
RURAT_II_TEKANAN_INTRA_KRANIAL (diakses tanggal 26 juni 2021)

http://health.detik.com/readpenyakit/556/peningkatan-tekanan-intrakranial
(diakses tanggal 26 juni 2021)

https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/manajemen-tik.pdf (diakses
tanggal 26 juni 2021)

https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/konsep-ct-scan-mri.pdf diakses
pada tanggal 26 juni 2021

https://nardinurses.files.wordpress.com/2008/02/pemeriksaan-cerebral-
angiography.pdf diakses pada tanggal 1 Maret 2015

28

Anda mungkin juga menyukai