Anda di halaman 1dari 19

TEORI MODEL KEPERAWATAN COMMUNITY AS PARTNER

OLEH :

KEREN ARISTHA LAIA

170204068

DOSEN PENGAJAR:

Ns.RINCO SIREGAR, M.KEP

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah yang berjudul Teori Model Keperwatan Community As Partner
Dapat Diselesaikan.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang keperawatan, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kelompok dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari individual maupun yang datang dari luar. Namun
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari tuhan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.

Team kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritikannya supaya
kedepannya akan lebih baik dari sebelumnya.

Medan, 27 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANGANTAR ..........................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................

2.1 Konsep Keperawatan Community As Partner ..............................................................

2.2 Konsep Teori .................................................................................................................

2.3 Konsep Model ...............................................................................................................

2.4 Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan .........................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model Community as Partner menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditu-jukan kepada


penekanan penurunan stressor dengan cara memperkuat garis perta-hanan diri, baik yang bersifat
fleksibel, normal, maupun resisten dengan komunitas sebagai sasaran pelayanan. Stressor
merupakan tekanan rangsangan yang menghasil-kan ketegangan sehingga berpotensi
menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem yang berasal dari luar komunitas atau dari dalam
komunitas. Stressor memasuki garis pertahanan normal maupun fleksibel sehingga menimbulkan
gangguan dalam ko-munitas yang disebut derajat reaksi. Derajat reaksi ini dapat dilihat dari angka
kema-tian dan kesakitan, pengangguran, dan lain-lain. Stressor dan derajat reaksi menjadi bagian
dari diagnosis keperawatan, misalnya masalah berupa pola makan (derajat reaksi) pada penderita
Diabetes mellitus karena proses penyembuhannya yang membu-tuhkan waktu lama dan
membutuhkan diet yang ketat (stressor) (Anderson dan McFarlane, 2007). Community as Partner
merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk menurunkan stressor yang mencakup:
keseimbangan sistem, sebuah komunitas se-hat, dan termasuk di dalamnya pemeliharaan
kesehatan komunitas serta promosi ke-sehatan komunitas (Anderson dan McFarlane, 2007).
Notoatmodjo (2005) menyata-kan bahwa promosi kesehatan merupakan upaya memasarkan,
menjual, memperke-nalkan, pesan-pesan atau program-program kesehatan sehingga masyarakat
dapat menerima atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, dan masyarakat berperila-ku hidup
sehat. Berdasarkan pengertian promosi kesehatan di atas dapat disimpul-kan bahwa promosi
kesehatan merupakan upaya yang dilakukan melalui penyam-paian pesan-pesan kesehatan kepada
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan individu atau kelompok dalam mempertahankan,
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya sehingga dapat terwujudnya kesehatan yang
optimal dan sesuai harapan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep keperawatan komunitas

Keperawatan komunitas adalah suatu sintesa ilmu dan praktik kesehatan masyarakat, yang
diimplementasikan melalui penggunaan proses keperawatan yang sistematis, dirancang untuk
mempromosikan kesehatan dan mencegah penyakit pada kelompok populasi (Clark, 1999).
Dimana sebagai pelayanan keperawatan profesional diberikan komprehensif ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkuangan (bio, psiko,
sosio, mental dan spiritual) mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

Pada praktik keperawatan komunitas itu sendiri rangkaian prosesnya dimulai dari awal tahap
pengkajian sampai evaluasi, dimana diharapkan terjadi alih peran sehingga peran perawat yang
lebih banyak berangsur-angsur berkurang digantikan meningkatnya kemandirian masyarakat
sebagai klien seperti terlihat pada gambar.

Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatan dapat dicapai


dengan pengorganisasian masyarakat karena peran serta masyarakat didalamnya akan meningkat
oleh karena itu, dalam proses keperawatan komunitas ada tahap-tahap yang perlu dilaksanakan
perawat (Depkes RI, 1993), yaitu:

1. Tahap pesiapan: Memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari serta bekerjasama dengan masyarakat.

2. Tahap pengorganisasian: persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian pola dalam


masyarakat dilanjutkan dengan pemilihan ketua kelompok dan pengurus inti.

3. Tahap pendidikan dan pelatihan kelompok masyarakat: kegiatan pertemuan teratur dengan
kelompok masyarakat, melakukan pengkajian, membuat program berdasarkan masalah atau
diagnosa keperawatan, melatih kader kesehatan yang akan membina masyarakat dilingkungannya
dan pelayanan keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat.

4. Tahap formasi kepemimpinan : memberi dukungan latihan dan pengembangan keterampilan


kepemimpinan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan
kegiatan pemeliharaan kesehatan.

5. Tahap koordinasi intersektoral: kerjasama dengan sector terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat.

6. Tahap akhir: supervise bertahap, evaluasi serta umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok
kerja berikutnya.

2.2 Tujuan Keperawatan Komunit


Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care ) terhadap individu, keluarga, dan keluarga
dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health general community ) dengan
mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi
keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengindentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan maslah tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi

2. Fungsi Keperawatan Komunitas


1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakt mendapatkan pelayan yang optimal sesuai dengan kebutuhannnya di bidang
kesehatan.
3) Memeberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang
efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak,2006).

2.3 PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu :
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak,
2009).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan
kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007)
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya
termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
(Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2009).
5. Otonomi Klien
Otonomi klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2009).

2.3 Konsep Model

2.3.1 Pengertian

Model community as partner (Anderson & McFarlane, 2011) didasarkan pada model
yang dikembangkan oleh Neuman dengan menggunakan pendekatan manusia secara utuh
dalam melihat masalah pasien. Model community of client dikembangkan oleh Anderson dan
McFlarlane untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut dinamakan model
“community as partner” untuk menekankan filosofi dasar dari perawatan kesehatan
masyarakat
Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat memberikan sebuah
kerangka kerja bagi model community as partner yang didefinisikan sebagai berikut:
1. Individu
Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau sebuah agregat.
Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan (populasi total) atau agregat
(lansia, dewasa, remaja, anak, perawat) mencerminkan individu.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan masyarakat dan
sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam komunitas dapat terjadi dimana
masyarakat tinggal, pekerjaan, suku bangsa dan ras, cara hidup, serta faktor lain yang
umumnya dimiliki masyarakat.
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-hari, bukan
tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang menekankan pada
sumber sosial dan personal sebagai kemampuan fisik.
4. Keperawatan
Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan upaya pencegahan
(prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan primer yang bertujuan pada
menurunkan kemungkinan yang berhadapan dengan stressor atau memperkuat bentuk
pertahanan, pencegahan sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis
pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada deteksi dini
dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan tersier yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembalikan status kesehatan.

Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu berfokus pada
komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam roda assessment. Fokus sentral
tersebut berhubungan dengan masyarakat pada komunitas sebagai intinya dan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1. Model Community as Partner (Anderson & McFarlane, 2011).

Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas untuk


membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang akan menjadi pedoman
dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane (2011) mengatakan bahwa dengan
menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda
pengkajian komunitas dan proses keperawatan.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner (Anderson & McFarlane,
2011) terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti
yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri
dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi
demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota masyarakat,
penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan
subsistem ini terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.

Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis pertahanan yang


normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai selama ini. Garis normal
pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai imunitas yang tinggi, angka mortalitas
infant yang rendah, atau tingkat penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga
meliputi pola koping yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan
kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai sebuah garis putus-
putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal, merupakan daerah (zona) penyangga
(buffer) yang menggambarkan sebuah tingkat kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari
respon sementara terhadap stressor. Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan
lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial. Kedelapan
subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk mengingatkan bahwa subsistem tersebut
saling mempengaruhi (Anderson & McFarlane, 2011).

2.3.2 Teori keperawatan dan model


Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian
komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri

(1) inti komunitas (the community core),

(2) subsistem komunitas (the community subsystems), dan

(3) persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi
penuh dalam meningkatkan kesehatannya.

Sumber: Anderson McFarlan,:Community as Partner

1. Data inti

a) Demografi

Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun perempuan. Data diperoleh
melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan
pasien yang berobat.

b) Statistik vital

Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka kematian balita.
Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari
Puskesmas atau Kelurahan.

c) Karakteristik penduduk

Variabel karakteristik penduduk meliputi :

- Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat mengobservasi ketika
ada program posyandu.

- Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa kesedihan karena
anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun
akan terhambat atau sulit untuk berkembang.
- Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan tidak memberikan
tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.

- Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi penyebab anak
mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua yang kurang mampu
dalam hal ekonomi.

2. Sub sistem

a) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap penurunan daya
tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, selain faktor untuk menjamin mendapatkan
makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi
salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.

b) Sistem kesehatan

Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1
posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali,
namun untuk ketersedian posbindu belum ada.

c) Ekonomi

Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang berpenghasilan
bervariasi untuk setiap keluarga.

d) Keamanan dan transportasi

Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk dimaanfaatkan oleh
masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan layanan
kesehatan.
Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan
dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.

e) Kebijakan dan pemerintahan

Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang sudah dilakukan,
kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi
masyarakat dalam

f) Komunikasi

Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk, khususnya komunikasi
formal dan informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam
penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.

g) Pendidikan

Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang pengertian tentang
penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan
,serta cara mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD bahkan tidak
sekolah.

h) Rekreasi

Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat partisipasi atau
kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi yang ada.

3. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh, mungkin dipengaruhi
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai
suatu penyakit

2.3.3 Aplikasi Asuhan


Perawat komunitas dalam pengaplikasi asuhan keperawatan di mulai dari tahap persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi.Adapun proses asuhan melalui tahapanpengkajian kesehatan
komunitas.Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal
komunitas, mengidentifikasi faktor positif dan negative yang berbenturan dengan masalah
kesehatan dari masyarakat,hingga sumber daya yang dimiliki komunitas,dengan tujuan merancang
strategi promosi kesehatan. Pada tahap pengkajian didahului dengan sosialisasi program
perawatan kesehatan komunitasserta program apa saja yang akan dikerjakan bersama–sama
dalamkomunitas. Sasaran dari sosialisasi adalah tokoh masyarakat baik formal maupun non
formal,kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen dimasyarakat (PKK, karang taruna,
dan lainnya). Kumpulan data sekunder dan wawancara dengan orang pentingdi komunitasyang
dipilih merupakan metode yang dapat membantudalam menentukan kebutuhan atau masalah
kesehatan yang mungkin mempunyai risiko tinggi pada komunitas.Pengkajian di lakukan kepada
objek kumpulan individu/keluarga di komunitas merupakan “Core“ dari asuhan keperawatan
komunitas. Demografi, populasi, nilai-nilai, keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat
kesehatannya, serta dipengaruhi pula oleh delapan sub sistem: fisik dan lingkungan perumahan,
pendidikan , keselamatan dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan
pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.Metode yang digunakan dalam pengkajian
meliputi: wawancara, interviu, forum komunitas (forkom), focus group discussion (FGD), dan
kuisioner(Anderson,2006). Setelah data pengkajian terkumpul,maka data dikembangkan dan
merumuskan diagnose keperawatan komunitas.Rumusan diagnosakesehatan komunitas
berdasarkan diagnosakomunitas (problem, karakteristik komunitas, etiologi,
manifestasi).Diagnosa yang ada disusun urutannya sesuai dengan prioritas. Kriteria urutan
termasuk: kemungkinan dilaksanakan, hubungan dengan biaya, sumber-sumber, minat dari
komunitas, tingkat ancaman bahaya pada kesehatan, risiko atau kemungkinan berisiko apa yang
dapat dikurangi.Setelah didapatkan urutan diagnosa masalah kesehatan komunitas, maka perawat
membuat perencanaanatau planning of action (POA), dan proses implementasi.Pada tahap ini
perawat mengidentifikasi “recipient community” (komunity yang menerima) dan “target
comunity” (komunitas yang menjadi target) dari intervensi.Perencanaannya meliputi menentukan
tujuan umum (goal) dan tujuan khusus (objektive), pendekatan teoritis untuk berubah yang dipakai
bersama target komunitas, misalnyasocial planning, social action, locality development. Proses
implementasi yang telah dilaksanakan dilakkan evaluasi.Evaluasi dilaksanakan untuk melihat hasil
kelompok kerjakesehatan komunitas dengan mengukur pencapaian tujuan sesuai criteria,
dimanacriteria evaluasi dapat mengevaluasi dampak program lebih efektif, hasil lain yang
diobservasi secara langsung berhubungan dengan intervensi, kelompok akan merumuskan kembali
urutan prioritas dari diagnosa komunitas, dan perawat komunitas membuat rekomendasi apa yang
kelompok sarankan untuk berkelanjutan dari program ini.

STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Dalam Efendi Ferry dan Makhfudli (2009) dijelaskan strategi intervensi keperawatan
komunitas antara lain :
1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari
pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,
penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan
penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual
tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)


Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain
dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran
dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan
kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak
ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu,
kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan
lebih cepat.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Peran perawat komunitas dalam pencapaian target , yaitu dengan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas,dilakukan
melalui peningkatan kesehatan(promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua
tingkat pencegahan (levels of prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan
melaksanakan atau memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama,
berbasis institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh
program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik
aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu didinkes dan
puskesmas.

Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa determinan utama dari derajat kesehatan masyarakat
tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. Peran perawat komunitas
dalam pencapaian, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berperan yaitu dengan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin

1.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan
khusus pada mata kuliah keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and practice in nursing,
3rd.ed, Philadelpia: Lippincott

Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Conceptsand practice,
4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health nursing,
Standford, Connecticut: Appleton & Lange George B. Julia , Nursing Theories- The base for
professional Nursing Practice ,3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.

Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas

Anda mungkin juga menyukai