Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“MELATIH PASIEN BERJALAN”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

SITI RIZKA (PO7120319047)


RISTI DEWI (PO7120319048)
MOH. RIFKI (PO7120319050)
AYU SURATNI BAHMID (PO7120319051)
YULVIANA R. LAPARANI (PO7120319052)
DELIA (PO7120319081)
ANNISA FERENINTA (PO7120319082)
NI WAYAN ANGGRIANI (PO7120319083)
DINA WAHYU INAYAH (PO7120319084)

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah yang berjudul “Melatih Pasien Berjalan” ini dapat tersusun hingga selesai.
Pembuatan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
sebagai refrensi tambahan dalam mempelajari mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................


1.2 TUJUAN ........................................................................................................................
1.3 RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI AMBULASI ..................................................................................................

2.2 TUJUAN AMBULASI ...................................................................................................

2.3 MELATIH PASIEN BERJALAN ..................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ...............................................................................................................

3.2 SARAN ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik mereka
berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan mental dan efektivitas fungsi
tubuh sangat bergantung pada status mobilitas mereka. Misalnya, saat seseorang
berdiri tegak, paru lebih muda untuk mengembang, aktivitas usus (peristaltik)
menjadi lebih efektif, dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara komplet.
Selain itu, pergerakan sangat penting agar tulang dan otot befungsi sebagaimana
mestinya.
Mobilitas, kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah , berirama, dan
terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan.
Individu harus bergerak untuk melindungi diri dari trauma dan untuk memenuhi
kebutuhan dasar mereka. Mobilitas amat penting bagi kemandirian individu yang
tidak mampu bergerak secara total sama rentan dan bergantungnya dengan
seorang bayi.
Kemampuan untuk bergerak juga mempengaruhi harga diri dan citra tubuh.
Bagi sebagian besar orang, harga diri bergantung pada rasa kemandirian atau
perasaan berguna atau merasa dibutuhkan. Orang yang mengalami gangguan
mobilitas dapat merasa tidak berdaya dan membebani orang lain. Citra tubuh dapat
terganggu akibat paralisis, amputasi, atau kerusakan motorik lain. Reaksi orang
lain terhadap gangguan mobilitas dapat juga mengubah atau mengganggu harga
diri dan citra tubuh secara bermakna. Ambulais adalah salah satu cara untuk
mencegah terjadinya gangguan mobilitas karena dengan ambulasi dapat
memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena
profunda/DVT). Mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi.
.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana mengetahui definisi ambulasi
2. Bagaimana mengetahui tujuan ambulasi
3. Bagaimana cara melatih pasien berjalan

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Dapat mengetahui definisi ambulasi
2. Dapat mengetahui tujuan ambulasi
3. Dapat mengetahui cara melatih pasien berjalan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ambulasi


Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien
pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat
tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien
(Asmadi, 2008).
Hal ini harusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua
pasien. Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibelitas.
Keuntungan dari latihan berangsur-angsur dapat di tingkatkan seiring dengan
pengkajian data pasien menunjukkan tanda peningkatan toleransi aktivitas.
Menurut Kozier 2010 ambulasi adalah aktivitas berjalan.
2.2 Tujuan Ambulasi
Sedangkan Menurut Asmadi (2008) manfaat Ambulasi adalah:
1) Mencegah dampak Immobilisasi pasca operasi meliputi :
a) Sistem Integumen : kerusakan integritas kulit seperti Abrasi, sirkulasi
yang terlambat yang menyebabkan terjadinya Atropi akut dan
perubahan turgor kulit.
b) Sistem Kardiovaskuler : Penurunan Kardiak reserve, peningkatan
beban kerja jantung, hipotensi ortostatic, phlebotrombosis.
c) Sistem Respirasi : Penurunan kapasitas vital, Penurunan ventilasi
volunter maksimal, penurunan ventilasi/perfusi setempat, mekanisme
batuk yang menurun.
d) Sistem Pencernaan : Anoreksi-Konstipasi, Penurunan Metabolisme.
e) Sistem Perkemihan : Menyebabkan perubahan pada Eliminasi Urine,
infeksi saluran kemih, hiperkalsiuria
f) Sistem Muskulo Skeletal : Penurunan masa otot, osteoporosis,
pemendekan serat otot
g) Sistem Neurosensoris : Kerusakan jaringan, menimbulkan gangguan
syaraf pada bagian distal, nyeri yang hebat.

Manfaat ambulasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah


flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi
immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus,
mempercepat pasien pasca operasi.
Ambulasi sangat penting dilakukan pada pasien pasca operasi karena
jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali tidak
melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk memulai berjalan
(Kozier, 2010).
2.3 Melatih Pasien Berjalan
Latihan berjalan sangat mendukung dalam peningkatan status fungsional
dalam meningkatkan kemandirian karena nmemberikan stessor terhadap fase
penyembuhan tulang, waktu penyembuhan tulang penting untuk melakukan
banyak mobilitas dan pengembalian kekuatan otot sangat memungkinkan,
pengembalian fungsi normal untuk beraktifitas dapat berlangsung lebih capat
dari pada penyembuhan tulang (Halstead, 2004).

Pada saat latihan, kekuatan otot pelvic akan meningkat dan memperbaiki
postur sehingga berat badan menjadi seimbang antara kanan kiri dan
keseimbangan meningkat. Selain itu, karena pasien dapat melakukan latihan ini
dalam kehidupan sehari-hari maka lebih cepat terjadi peningkatan
keseimbangan. Argumen ini diperkuat oleh Soehardi (1992). Faktor yang
mempengaruhi kecepatan pemulihan pada ekstremitas bawah disebabkan tungkai
sebagai penumpu berat badan mendapatkan stimulasi terus menerus pada waktu
berdiri dan berjalan.
Tujuan

Latihan berjalan bertujuan untuk melatih aktivitas seluruh sendi tubuh


sehingga sendi-sendi tersebut tidak kaku, dan tidak terjadi kecelakan saat tubuh
di gerakan. Menjamin keadekuatan mobilisasi sendi.

Manfaat

1. Sistem kardiovaskuler

Meningkatkan curah jantung

Memperbaiki kontraksi miokardial, menguatkan otot jantung

Menurunkan tekanan darah istirahat

Memperbaiki aliran balik vena

2. Sistem respiratori

Meningkatkan frekuensi dan kedalam pernafasan

Meningkatkan ventilasi alveolar

Menurunkan kerja pernapasan

Meningkatkan pengembangan diafragma

3. Sistem metabolik

Meningkatkan laju metabolisme basal

Meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak

Meningkatkan pemecahan trigliserida

Meningkatkan motilitas lambung

Meningkatkan produksi panas tubuh


4. Sistem musculoskeletal

Memperbaiki tonus otot

Meningkatkan mobilisasi sendi

Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

5. Toleransi aktivitas

Meningkatkan toleransi

Mengurangi kelemahan

6. Faktor psikososial

Meningkatkan toleransi terhadap stress

Melaporkan “perasaan lebih baik”

Indikasi

 Klien dengan kerusakan fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian


dan mobilitas
 Klien dengan kerusakan mobilitas yang berhubungan dengan nyeri dan
bengkak sendi.
 Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri
dan edema pada persendian.
 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan fraktur dan cedera
pada jaringan sekitar.
 Klien pasca pembedahan.
 Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhungan dengan prosedur
bedah pada sendi yang sakit.
Persiapan peralatan

1. Lokasi tempat klien melakukan latihan


2. Tempat istirahat klien apabila telah selesai melakukan latihan.

Prosedur

1. Kaji status kesehatan klien, kemampuan gerak sendi dan kemampuan


aktifitas klien, kemampuan dan kemauan klien untuk bekerja sama dalam
latihan, adanya nyeri, kekakuan, kelemahan dan bengkak, serta cek tanda-
tanda vital.
2. Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan
3. Jaga privasi klien
4. Cuci tangan
5. Lepaskan pengaman tempat tidur
6. Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang
telapak tangan perawat.
7. Berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.
8. Bantu pasien berjalan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Latihan berjalan sangat mendukung dalam peningkatan status fungsional


dalam meningkatkan kemandirian karena nmemberikan stessor terhadap fase
penyembuhan tulang, waktu penyembuhan tulang penting untuk melakukan
banyak mobilitas dan pengembalian kekuatan otot sangat memungkinkan,
pengembalian fungsi normal untuk beraktifitas dapat berlangsung lebih capat dari
pada penyembuhan tulang

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini dibuat, apabila ada kesalahan baik dalam penulisan

ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Halstead. J.A. (2004). Orthopedic Nursing : Caring for Patiens with musculoskeletal
disorders. Brocton : Western Schools.

Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA. Jakarta: EGC


Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai