Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“IMBUHAN ASING”

Dosen Pengajar : Al-Afandi, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

NAMA : RISTI DEWI

NIM : PO7120319048

PRODI : D4 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2019/2020


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan pada kita
semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini
membahas tentang Imbuhan Asing.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat saya harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.

Akhirnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, saya harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu
menambah wawasan bagi semua semua orang.
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian afiksasi........................................................................................ 3

2.2 fungsi dan makna afiksasi............................................................................. 4

2.3 jenis jenis afiksasi........................................................................................ 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 6

3.2 Saran.................................................................................................................. 7

Daftar Pustaka...................................................................................................... 8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seringkali kita mendengar istilah kata berimbuhan, apakah sebenarnya kata berimbuhan
itu? Apakah ada kaitannya antara kata berimbuhan, morfologi dan afiksasi yang sedang kita
bahas saat ini? Ataukah kedua hal tersebut tak saling berhungan?

Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan
atau afiks adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk menghasilkan
suatu kata. Bentuk dasar dalam proses afiksasi sering pula disebut morfem bebas. Dengan
demikian, kata berimbuhan merupakan gabungan antara morfem bebas dan morfem terikat.

Morfem ialah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil. Morfem terbagi ke dalam dua jenis, yakni morfem bebas dan
morfem terikat.1 Morfem yang dapat berdiri sendiri disebut morfem bebas. Contohnya, tali,
itu, dan putus. Putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagiannya itu tidak lagitidak
disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal dan makna
gramatikal. Morfem putus disebut morfem bebas karena dapat berdiri sendiri dalam kalimat.
Demikian halnya dengan tali dan putus. Perhatikan kalimat Tali itu putus. Ketiga morfem itu
dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa memerlukan kehadiran morfem lain.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan afiksasi?

2. Apa saja fungsi dan makna afiksasi?

3. Apa saja jenis jenis afiksasi?


1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari afiksasi


2. Untuk mengetahui fungsi dan makna afiksasi
3. Untuk mengetahui jenis jenis afiksasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AFIKSASI
Pada kesempatan diskusi yang lalu telah disampaikan oleh kelompok pemakalah
terdahulu dan dikupas tuntas oleh dosen kita yaitu pembahasan tentang morfem, morf dan
alomorf, demikian juga pembahasan tentang morfofonemik. Dalam kesempatan kali ini akan
kami kemukakan pembahasan tema yang ketiga mata kuliah Kebahasaan yaitu tentang
afiksasi.
Telah berulang – ulang dikemukakan istilah afiks, tetapi sampai sekarang belumlah
dijelaskan benar apakah afiks itu. Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam
suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki
kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok-pokok kata
baru, misalnya pada contoh kata makanan.2
Kata tersebut terdiri dari dua unsur, ialah makan yang merupakan kata dan –an yang
merupakan satuan terikat. Maka morfem –an diduga merupakan afiks.
Sebelum –an ditetapkan sebagai afiks, harus diteliti lebih jauh apakah –an itu mampu
melekat pada satua-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Pada kata
makanan, minuman, timbangan, gambaran dst, jelaslah bahwa –an mampu melekat pada
satuan-satuan lain, dan dengan demikian maka –an dapat dipastikan sebagai afiks.
Akan tetapi lain halnya pada kata bertemu yang terdiri dari morfem ber- dan temu.
Baik morfem ber maupun temu, keduanya bukan satuan bebas, jika demikian unsur
manakah yang merupakan afiks? Apakah keduanya merupakan afiks? Dalam kasus seperti
ini maka yang dipandang sebagai afiks adalah unsur yang kemungkinan melekatnya lebih
banyak. Maka jelas morfem ber- adalah afiks karena memiliki kemampuan melekat lebih
banyak pada satuan-satuan lainnya.
Afiksasi berasal dari kata afiks yang mendapat sufiks serapan/asing –isasi sehingga
terbentuklah kata afiksasi. Sufiks –isasi pada kata tersebut bermakna proses atau hal-hal
yang berhubungan dengan3. Sufiks –isasi tersebut pada pengimbuhannya mengalami salah
satu proses dari tiga proses morfofonemik yang telah kita pelajari terdahulu yaitu proses
hilangnya fonem4. (dalam hal ini fonem –is) sehingga kata yang terbentuk bukanlah kata
afiksisasi(afiks + -isasi) tapi menjadi kata afiksasi( afiks+ -asi).
Untuk lebih akuratnya pembahasan ini, marilah kita simak definisi afiks dan afiksasi
sebagai berikut:
Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan itu bentuk
tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Misalnya pembentukan afiks ber-
pada kata berjalan. Satuan yang dilekati afiks atau yang menjadi dasar bagi satuan yang
lebih besar itu di sini disebut bentuk dasar. Bentuk dasar berjalan ialah jalan, bentuk dasar
bersusah payah adalah susah payah. Bentuk dasar berperikemanusiaan ialah
perikemanusiaan. Dalam proses pembubuhan afiks(afiksasi), bentuk dasar merupakan salah
satu dari unsur yang bukan afiks.5
Ada bentuk dasar yang berdiri sendiri sebagai kata seperti pada pakaian dalam kata
berpakaian, jalan dalam kata berjalan. Tetapi ada juga bentuk dasar yang tidak berdiri
sendiri sebagai kata dalam penggunaan bahasa, misalnya temu dalam bertemu, alir dalam
mengalir, aliran, sandar dalam bersandar, sandaran, kejut dalam terkejut.
Bagaimana bentuk dasar itu dapat ditentukan? Penentuan bentuk dasar tidak terlepas
dari adanya prinsip hirarki dalam bahasa.6 Bentuk dasar dalam pembubuhan afiks tentu
merupakan salah satu dari unsur yang bukan afiks. Pada kata berpakaian, tentu bentuk
dasarnya adalah salah satu dari unsur, ialah ber- dan pakaian. Karena ber- merupakan afiks,
maka bentuk dasarnya adalah pakaian. Pada kata mengambilkan, maka bentuk dasarnya
mungkin mengambil, mungkin juga ambilkan, tetapi bukan ambil.
Disamping uraian tentang pengertian atau definisi afiksasi yang telah dikemukakan di
atas, perlu juga kami sampaikan beberapa referensi dari sumber lainnya, untuk memperkaya
pengetahuan kita, sebagai berikut :
1. Affix(kb): Bubuhan atau imbuhan. Seperti dalam kalimat: suffixes and prefixes are
affixes: akhiran dan awalan adalah bubuhan/imbuhan. Affixation(kb): afiksasi/(proses)
pengimbuhan.
2. Afiks: Imbuhan atau bentuk terikat (morfem terikat) yang apabila ditambahkan pada kata
dasar atau bentuk dasar akan mengubah makna gramatikal (terdiri atas perfiks, infiks dan
sufik). Afiksasi: proses atau hasil penambahan imbuhan atau afiks pada kata dasar atau
bentuk dasar.7
3. Afiks: Bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan
mengubah makna gramatikal. Afiksasi: proses atau hasil pembentukan afiks.8
4. Afiks: Bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan
mengubah makna gramatikal (yaitu: prefiks, infiks, dan sufiks).9
5. Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di
akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata baru yang
artinya berhubungan dengan kata yang pertama. Imbuhan digolongkan berdasarkan posisi
penambahannya sebagai berikut: awalan, sisipan, akhiran, konfiks.
6. Afiks atau imbuhan adalah bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk merumuskan
kata yang terdiri atas prefix (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran) dan konfiks
(gabungan afiks).

B. FUNGSI DAN MAKNA AFIKSASI


Seperti telah dikemukakan di atas bahwa afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu-
satuan, baik satuan itu bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata. Kata
baru atau satuan-satuan baru yang dibentuk sebagai hasil dari proses ini bisa berubah makna,
baik makna semantik maupun makna gramatikal seperti yang dikemukan oeh Prof. Dr. M.
Ramlan,10 sebagai berikut:
1. Fungsi Gramatik sebuah proses pengimbuhan (afiksasi) dikatakan memiliki fungsi
gramatik yaitu apabila proses ini dapat mengubah fungsi ketatabahasaan, seperti pada kata
makan dan minum yang termasuk golongan verbal(kata kerja) setelah mendapat afiks –an kata
tersebut berubah menjadi golongan nominal (kata benda). Pendek kata fungsi gramatik afiksasi
adalah bila proses tersebut mengubah jenis kata, misalnya dari asal kata benda berubah menjadi
kata kerja, atau dari kata kerja menjadi kata benda dan sejenisnya.
2. Fungsi Semantik sebuah proses pengimbuhan (afiksasi) dikatakan memiliki fungsi
semantik yaitu apabila proses ini dapat mengubah makna leksikal kata. Seperti pada kata sepeda,
setelah melekat afiks ber- pada kata itu, berubahlah arti leksikalnya menjadi bermakna
mempunyai atau menggunakan sepeda. Atau dengan kata lain fungsi semantik afiksasi ini adalah
bila proses tersebut mengubah makna asal dari leksikalnya atau makna baku pada kamus bahasa,
seperti contoh di atas.
Jadi fungsi gramatik afiksasi berkaitan erat dengan mengubah jenis kata. Sedangkan fungsi
semantik afiksasi berkaitan erat dengan perubahan makna kata pada leksikalnya.

C. JENIS-JENIS AFIKSASI
1. Berdasarkan Letaknya
Ditinjau dari letak atau posisinya, afiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.11
a. Prefiks atau awalan, adalah imbuhan yang diikatkan didepan bentuk kata dasar.
Contohnya: me(N)-, ber-. di-, ter-, pe(N), per-, se-, ke-, maha-.
b. Infiks atau sisipan, adalah imbuhan yang diikatkan ditengah bentuk dasar. Contohnya: -
el-, -em-, -er-.
c. Sufiks atau akhiran, adalah imbuhan yang diikatkan dibelakang bentuk dasar. Contohnya:
-kan, -an, -i, -nya, -wan.
d. Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang bentuk dasar secara
bersamaan. Contohnya: ke-an, pe(N)-an, per-an, ber-an, se-nya. Disamping itu ada juga
yang berpendapat bahwa Konfiks adalah afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di
depan dan di belakang bentuk dasar. Konfik berfungsi sebagai suatu morfem terbagi.
Konfiks harus dibedakan dengan kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks adalah
satu morfem dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah
gabungan dari beberapa morfem. Greenberg menggunakan istilah ambifiks untuk
konfiks. Istilah lain untuk gejala tersebut adalah sirkumfiks. Istilah dan konsep konfiks
sudah lama dikenal dalam linguistik dan pernah diperkenalkan oleh Knbloch (1961) dan
Achmanova (1966) dalam Putrayasa (1998). Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia
adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an. Contohnya pada kata keadaan yang berasal
dari bentuk dasar ada dan mendapat imbuhan ke-an, demikian pula pada kata
pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan berpandangan.
Seperti dikemukakan di atas bahwa ditinjau dari letak atau posisinya, imbuhan
dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
Ada pula yang menambahkan beberapa lagi seperti di bawah ini, sebagai
tambahan pengetahuan kita atau sekedar kita ketahui sebagai referensi:
e. Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan
dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah
membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya.
Contoh berikut terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi ngopi, cabit
menjadi nyabit, soto menjadi nyoto, santai menjadi nyantai, satai menjadi nyatai.
2. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, imbuhan dapat dibedakan atas afiks asli dan afikss serapan. Contoh
afiks serapan: a-, pra-, adi-, antar-, ekstra-, eks-, non-, kontra-, pro-, pasca-, senri-, sub-, swa-,
tuna-, supra-, -isme, -isasi, -logi, -wan, -or. Contoh pemakaiannya pada kata:
amoral eksnapi semiformal sukuisme
prasejarah nonpartisan subdinas modernisasi
adidaya kontraproduktif swakarsa Sundanologi
antarkota propemerintah tunakarya hartawan
esktrakurikuler pascasarjana suprastruktur orator
3. Berdasarkan Fungsinya
Imbuhan dapat mengubah bentuk kata. Misalnya dari kata kerja menjadi kata benda atau
sebaliknya dari kata benda menjadi kata kerja. Fungsi-fungsi tersebut cenderung berbeda-beda
antara imbuhan yang satu dengan yang lainnya. Perhatikan uraian berikut!
a. Membentuk kata benda, yakni pe(N)-, pe-, per-, ke-, -isme, -sasi, -tas, pe(N)-an, pe-an,
per-an, -an, dan ke-an.
Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, komunisme, kualitas,
perairan, lautan, kepulauan.
b. Membentuk kata kerja, yakni: me(N)-, ber-, per-, ter-, di-, -kan, -i, me(N)-kan, me(N)-i,
ber-an, ter-kan, di-kan, dan di-i.
Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengeringkan,
menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari.
c. Membentuk kata sifat, yakni: -i, -(w)i, -lah, -if dan -is.
Contoh: manusiawi, duniawi, ilmiah, produktif, agamis.
d. Membentuk kata keterangan, yakni: -nya, -an, dan se-nya.
Contoh: agaknya, habis-habisan, dan seindah-indahnya.
e. Membentuk kata bilangan, yakni: se- dan ke-.
Contoh: sepuluh, kedua.
4. Berdasarkan Maknanya
Menurut maknanya, imbuhan dapat dikelompokan sebagai berikut.
a. Bermakna pelaku, bidang pekerjaan
Imbuhan pembentuknya, antara lain, sebagaiberikut.
Jenis imbuhan Contoh kata
pe- pembaca, pendengar, penyair
-or orator, kontraktor, senator
-man seniman
-wan wartawan
b. Bermakna alat
Jenis imbuhan Contoh kata
pe- pemotong, pengerat, penggaris
-an timbangan, ayunan
pe(N)-an penciuman
c. Bermakna tempat
Jenis imbuhan Contoh kata
-an pangkalan, kubangan
pe(N)-an penampungan, pemandian
per-an perhentian, percetakan
d. Bermakna perbuatan
Jenis imbuhan Contoh kata
me(N)- membaca, menjual, menembak
ber- bersepeda, bernyanyi, bertamu
di- disambut, dilirik, dibuat
me(N)-kan menghidangkan, memberikan
me(N)-i menyeberangi, menjajani
di-kan diterangkan, dibiarkan, dilayangkan,
di-i disinari, dibayari, dilayani
ber-an berjatuhan, berdatangan, bergulingan
e. Bermakna keadaan, menyerupai
Jenis imbuhan Contoh kata
me(N)- menurun, menanjak, membisu
ber- berbahagia, berbaik hati
ke-an kehujanan, kanak-kanakan
f. Bermakna mempunyai sifat
Jenis imbuhan Contoh kata
pe- pemalu, pemaaf, penyantun
-an asinan, kuningan
-wan/-man rupawan, budiman
-i alami, insani
-wi manusiawi, sorgawi
-is agamis, reformis,
-iah alamiah, ilmiah
g. Bermakna jumlah
Jenis imbuhan Contoh kata
se- selembar, seribu, sedesa
ke- kedua, ketiga, keempat
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pembahasan tentang afiks dan afiksasi ini banyak referensi yang didapat dari
berbagai sumber, disamping memperkaya, juga menyulitkan kami untuk menarik benang
merah tentang pokok bahasan ini. Hal ini bisa karena keterbatasan kemampuan kami
dalam menyuguhkan makalah ini. Bukan tambahan pemahamam atau kesimpulan, tetapi
makna yang makin kabur. Namun mudah-mudahan beberapa hal yang akan disampaikan
dalam bagian akhir ini akan menjadi sedikit titik tolak pengetahuan awal kita tentang
afiksasi ini. Sedangkan untuk pemahaman lebih mendalam dan refresentatif kami
serahkan sepenuhnya kepada bapak dosen pengampu dan audiens sekalian, sebagai
berikut:
Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur
yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada
satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok-pokok kata baru. Dengan istilah
lain afiks bisa kita sebut sebagai imbuhan.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan
tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari tiga
proses morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.

B. Saran
Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam pembahasan tema afiksasi ini masih
jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya mengharapkan masukan berupa kritik & saran
yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini lebih lanjut.
Pendek kata saya mengucapkan syukur dan terimakasih atas segenap perhatian dan
bantuan dari semua pihak. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat terutama bagi
kita semua para pembaca/audien.
DAFTAR PUSTAKA

Alisyahbana, Sutan Takdir. Bahasa Indonesia, Jilid II. Jakarta: Pustaka Rakyat, 1963.
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi ke-3. Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.
Ambari, Abdullah. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SMP dan SLTP. Bandung:
Djatnika Bandung, 1979.
Boediono. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Untuk SD-SMP-SMU & Umum, Jakarta:
Bintang Indonesia, 1993.
Cahyani, Isah. Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. cetakan ke-2. Jakarta:
Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012..
Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta : Balai
Pustaka, 2005.
Ramlan, M. Prof. Dr. Morpologi Suatu Tinjauan Deskriptif, cetakan ke - 12, Yogyakarta:
CV. Karyono, 2012..
Shadily, Hasan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 1988.
Sohdis.wordpress.com/2010/08/19/hello-world/. Posted on Agustus 19, 2010 by sohdis.
Afiksasi. diakses tanggal 06 Januari 2014 jam 22.30.
Tim Redaksi Pustaka Setia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, Edisi Terbaru dan Terlengkap. Bandung: Pustaka Setia, 1982.

Anda mungkin juga menyukai