“IMBUHAN ASING”
DISUSUN OLEH:
NIM : PO7120319048
PRODI : D4 KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan pada kita
semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini
membahas tentang Imbuhan Asing.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat saya harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, saya harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu
menambah wawasan bagi semua semua orang.
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 6
3.2 Saran.................................................................................................................. 7
Daftar Pustaka...................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali kita mendengar istilah kata berimbuhan, apakah sebenarnya kata berimbuhan
itu? Apakah ada kaitannya antara kata berimbuhan, morfologi dan afiksasi yang sedang kita
bahas saat ini? Ataukah kedua hal tersebut tak saling berhungan?
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan
atau afiks adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk menghasilkan
suatu kata. Bentuk dasar dalam proses afiksasi sering pula disebut morfem bebas. Dengan
demikian, kata berimbuhan merupakan gabungan antara morfem bebas dan morfem terikat.
Morfem ialah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil. Morfem terbagi ke dalam dua jenis, yakni morfem bebas dan
morfem terikat.1 Morfem yang dapat berdiri sendiri disebut morfem bebas. Contohnya, tali,
itu, dan putus. Putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagiannya itu tidak lagitidak
disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal dan makna
gramatikal. Morfem putus disebut morfem bebas karena dapat berdiri sendiri dalam kalimat.
Demikian halnya dengan tali dan putus. Perhatikan kalimat Tali itu putus. Ketiga morfem itu
dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa memerlukan kehadiran morfem lain.
C. JENIS-JENIS AFIKSASI
1. Berdasarkan Letaknya
Ditinjau dari letak atau posisinya, afiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.11
a. Prefiks atau awalan, adalah imbuhan yang diikatkan didepan bentuk kata dasar.
Contohnya: me(N)-, ber-. di-, ter-, pe(N), per-, se-, ke-, maha-.
b. Infiks atau sisipan, adalah imbuhan yang diikatkan ditengah bentuk dasar. Contohnya: -
el-, -em-, -er-.
c. Sufiks atau akhiran, adalah imbuhan yang diikatkan dibelakang bentuk dasar. Contohnya:
-kan, -an, -i, -nya, -wan.
d. Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang bentuk dasar secara
bersamaan. Contohnya: ke-an, pe(N)-an, per-an, ber-an, se-nya. Disamping itu ada juga
yang berpendapat bahwa Konfiks adalah afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di
depan dan di belakang bentuk dasar. Konfik berfungsi sebagai suatu morfem terbagi.
Konfiks harus dibedakan dengan kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks adalah
satu morfem dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah
gabungan dari beberapa morfem. Greenberg menggunakan istilah ambifiks untuk
konfiks. Istilah lain untuk gejala tersebut adalah sirkumfiks. Istilah dan konsep konfiks
sudah lama dikenal dalam linguistik dan pernah diperkenalkan oleh Knbloch (1961) dan
Achmanova (1966) dalam Putrayasa (1998). Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia
adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an. Contohnya pada kata keadaan yang berasal
dari bentuk dasar ada dan mendapat imbuhan ke-an, demikian pula pada kata
pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan berpandangan.
Seperti dikemukakan di atas bahwa ditinjau dari letak atau posisinya, imbuhan
dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
Ada pula yang menambahkan beberapa lagi seperti di bawah ini, sebagai
tambahan pengetahuan kita atau sekedar kita ketahui sebagai referensi:
e. Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang
dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan
dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah
membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya.
Contoh berikut terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi ngopi, cabit
menjadi nyabit, soto menjadi nyoto, santai menjadi nyantai, satai menjadi nyatai.
2. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, imbuhan dapat dibedakan atas afiks asli dan afikss serapan. Contoh
afiks serapan: a-, pra-, adi-, antar-, ekstra-, eks-, non-, kontra-, pro-, pasca-, senri-, sub-, swa-,
tuna-, supra-, -isme, -isasi, -logi, -wan, -or. Contoh pemakaiannya pada kata:
amoral eksnapi semiformal sukuisme
prasejarah nonpartisan subdinas modernisasi
adidaya kontraproduktif swakarsa Sundanologi
antarkota propemerintah tunakarya hartawan
esktrakurikuler pascasarjana suprastruktur orator
3. Berdasarkan Fungsinya
Imbuhan dapat mengubah bentuk kata. Misalnya dari kata kerja menjadi kata benda atau
sebaliknya dari kata benda menjadi kata kerja. Fungsi-fungsi tersebut cenderung berbeda-beda
antara imbuhan yang satu dengan yang lainnya. Perhatikan uraian berikut!
a. Membentuk kata benda, yakni pe(N)-, pe-, per-, ke-, -isme, -sasi, -tas, pe(N)-an, pe-an,
per-an, -an, dan ke-an.
Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, komunisme, kualitas,
perairan, lautan, kepulauan.
b. Membentuk kata kerja, yakni: me(N)-, ber-, per-, ter-, di-, -kan, -i, me(N)-kan, me(N)-i,
ber-an, ter-kan, di-kan, dan di-i.
Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari, mengeringkan,
menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari.
c. Membentuk kata sifat, yakni: -i, -(w)i, -lah, -if dan -is.
Contoh: manusiawi, duniawi, ilmiah, produktif, agamis.
d. Membentuk kata keterangan, yakni: -nya, -an, dan se-nya.
Contoh: agaknya, habis-habisan, dan seindah-indahnya.
e. Membentuk kata bilangan, yakni: se- dan ke-.
Contoh: sepuluh, kedua.
4. Berdasarkan Maknanya
Menurut maknanya, imbuhan dapat dikelompokan sebagai berikut.
a. Bermakna pelaku, bidang pekerjaan
Imbuhan pembentuknya, antara lain, sebagaiberikut.
Jenis imbuhan Contoh kata
pe- pembaca, pendengar, penyair
-or orator, kontraktor, senator
-man seniman
-wan wartawan
b. Bermakna alat
Jenis imbuhan Contoh kata
pe- pemotong, pengerat, penggaris
-an timbangan, ayunan
pe(N)-an penciuman
c. Bermakna tempat
Jenis imbuhan Contoh kata
-an pangkalan, kubangan
pe(N)-an penampungan, pemandian
per-an perhentian, percetakan
d. Bermakna perbuatan
Jenis imbuhan Contoh kata
me(N)- membaca, menjual, menembak
ber- bersepeda, bernyanyi, bertamu
di- disambut, dilirik, dibuat
me(N)-kan menghidangkan, memberikan
me(N)-i menyeberangi, menjajani
di-kan diterangkan, dibiarkan, dilayangkan,
di-i disinari, dibayari, dilayani
ber-an berjatuhan, berdatangan, bergulingan
e. Bermakna keadaan, menyerupai
Jenis imbuhan Contoh kata
me(N)- menurun, menanjak, membisu
ber- berbahagia, berbaik hati
ke-an kehujanan, kanak-kanakan
f. Bermakna mempunyai sifat
Jenis imbuhan Contoh kata
pe- pemalu, pemaaf, penyantun
-an asinan, kuningan
-wan/-man rupawan, budiman
-i alami, insani
-wi manusiawi, sorgawi
-is agamis, reformis,
-iah alamiah, ilmiah
g. Bermakna jumlah
Jenis imbuhan Contoh kata
se- selembar, seribu, sedesa
ke- kedua, ketiga, keempat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan tentang afiks dan afiksasi ini banyak referensi yang didapat dari
berbagai sumber, disamping memperkaya, juga menyulitkan kami untuk menarik benang
merah tentang pokok bahasan ini. Hal ini bisa karena keterbatasan kemampuan kami
dalam menyuguhkan makalah ini. Bukan tambahan pemahamam atau kesimpulan, tetapi
makna yang makin kabur. Namun mudah-mudahan beberapa hal yang akan disampaikan
dalam bagian akhir ini akan menjadi sedikit titik tolak pengetahuan awal kita tentang
afiksasi ini. Sedangkan untuk pemahaman lebih mendalam dan refresentatif kami
serahkan sepenuhnya kepada bapak dosen pengampu dan audiens sekalian, sebagai
berikut:
Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur
yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada
satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok-pokok kata baru. Dengan istilah
lain afiks bisa kita sebut sebagai imbuhan.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan
tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari tiga
proses morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses Pemajemukkan.
B. Saran
Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam pembahasan tema afiksasi ini masih
jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya mengharapkan masukan berupa kritik & saran
yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini lebih lanjut.
Pendek kata saya mengucapkan syukur dan terimakasih atas segenap perhatian dan
bantuan dari semua pihak. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat terutama bagi
kita semua para pembaca/audien.
DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana, Sutan Takdir. Bahasa Indonesia, Jilid II. Jakarta: Pustaka Rakyat, 1963.
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, edisi ke-3. Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.
Ambari, Abdullah. Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SMP dan SLTP. Bandung:
Djatnika Bandung, 1979.
Boediono. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Untuk SD-SMP-SMU & Umum, Jakarta:
Bintang Indonesia, 1993.
Cahyani, Isah. Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia. cetakan ke-2. Jakarta:
Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012..
Pusat Bahasa Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta : Balai
Pustaka, 2005.
Ramlan, M. Prof. Dr. Morpologi Suatu Tinjauan Deskriptif, cetakan ke - 12, Yogyakarta:
CV. Karyono, 2012..
Shadily, Hasan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 1988.
Sohdis.wordpress.com/2010/08/19/hello-world/. Posted on Agustus 19, 2010 by sohdis.
Afiksasi. diakses tanggal 06 Januari 2014 jam 22.30.
Tim Redaksi Pustaka Setia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, Edisi Terbaru dan Terlengkap. Bandung: Pustaka Setia, 1982.