KELAS S3K
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti – nantikan syafa’atnya
diakhirat nanti.
Makalah ini kami susun dengan maksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber dan pihak. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu kami sangat
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
i|BAHASA INDONESIA
DAFTAR ISI
ii | B A H A S A I N D O N E S I A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan
sesama anggota masyarakat lain. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan
itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif.
Kalimat yang jelas dan baik akan dengan mudah dipahami orang lain secara
tepat. Kalimat yang demikian dapatlah dikatakan sebagai kalimat yang efektif.
Sebuah kalimat efektif haruslah secara tepat dapat mewakili pikiran dan
keinginan penulis atau pembicara. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang tepat.
Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses
penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan dan diterima itu mungkin
berupa ide, gagasan, pesan, pengertian, dan informasi. Kalimat dikatakan
efektif kalau mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu
berlangsung dengan sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau
maksud yang disampaikannya itu tergambar dengan lengkap dalam pikiran
penerima, persis seperti yang diutarakan penyampai.
Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah
kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau
penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran
pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Hal ini disebabkan oleh antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang
dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan
itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena
1|BAHASA INDONESIA
kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik
untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
2|BAHASA INDONESIA
A. Pengertian Kalimat Efektif
(Hikmat & Solihati, 2013, hal. 44) menyatakan “Kalimat dikatakan efektif
apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun
pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu
mengirim suatu pesan, pesan tersebut harus memenuhi syarat sebagai kalimat
yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antar
bagainya logis, dan ejaannya harus benar”.
Menurut fuad (2009:58) kalimat efektif adalah kalimat yang disusun secara
sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh penulis terhadap
pembacanya. Menurut Akhadiah (1997:16) menyebutkan kalimat juga memliki
kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca yang identik dengan apa yang dipikirkan pembicara
atau penulis.
Dari penjelasan di atas mengindentifikasikan bahwa kalimat dikatakan
efektif apabila gagasan yang disampaikan oleh penulis dari kalimat tersebut
dapat diterima secara utuh dan tepat oleh pembaca. Kalimat efektif juga kalimat
yang tidak berlebih – lebihan yang artinya kalimat terssebut lugas, hemat, dan
apa adanya.
1. Subjek (S)
3|BAHASA INDONESIA
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata atau frasa benda (nominal), klausa, atau
frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini :
Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada atau tidak
jelas pelaku atau bendanya.
4|BAHASA INDONESIA
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang melarang masuk pada
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang
memandikan pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban
itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah Predikat. Kata
meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Lalu kata
sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu,
cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam
keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta,
belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa
5|BAHASA INDONESIA
baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat
(g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki Predikat karena tidak
ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status
pelaku atau bendanya antara lain :
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat
normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai Predikat.
Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi
lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa
atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal
sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). Karena tidak ada
informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh Predikat,
maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung Predikat. Karena itu, rangkaian
kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan
kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Objek pada
umumnya diisi oleh nomina,frasa nominal, atau klausa. Letak Objek selalu
di belakang Predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut
wajib hadirnya Objek, seperi pada contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
6|BAHASA INDONESIA
melengkapi Predikat pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan Objek. jika
Predikat diisi oleh verba intransitif, Objek tidak diperlukan. itulah sebabnya
sifat Objek dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. verba intransitive
mandi, rusak, pulang yang menjadi Predikat dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi
b. Komputerku rusak
c. Tamunya pulang
Contoh pertama :
Contoh kedua :
4. Pelengkap (pel)
(Putri, 2016, hal. 10) menyatakan “Pelengkap (Pel) atau komplemen
adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Letak Pelengkap
umumnya di belakang Predikat yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh Objek, dan jenis kata yang mengisi Pelengkap dan Objek
juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun,
antara Pelengkap dan Objek terdapat perbedaan”. Perhatikan contoh di
bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan pancasila.
S P O
7|BAHASA INDONESIA
b. Banyak orpospol berlandaskan pancasila
S P Pel
Posisi kalimat aktif (a) dan (b) yang pelengkap dan Objeknya sama-
sama diisi oleh nomina pancasila. Jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa
hanya kalimat (a) yang menempatkan pancasila sebagai Objek. Ubahan
kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
S P O
Posisi pancasila sebagai pelengkap pada kalimat (b) tidak bisa dipindah
ke depan menjadi Subjek dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah
kalimat yang tidak gramatikal.
8|BAHASA INDONESIA
dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nomimal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa”. Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam – macam Ket dalam kalimat, para ahli
membagi keterangan atas sembilan macam yaitu seperti yang tertera pada
tabel di bawah ini:
Jenis keterangan dan contoh pemakaiannya
No Jenis keterangan Posisi penghubung Contoh pemakaian
1 Tempat Di Di kamar, di kota
Ke Ke surabaya, ke rumahnya
Dari Dari manado, dari sawah
Pada Pada permukaan
2 Waktu - Sekarang, kemarin
Pada Pada pukul 5 hari ini
Dalam Dalam 2 hari ini
Se- Sepulang kantor
Sebelum Sebelum mandi
Sesudah Sesudah makan
Selama Selama bekerja
Sepanjang Sepanjang perjalanan
3 Alat Dengan Dengan pisau, dengan mobil
4 Tujuan Supaya/ agar Supaya/ agar kamu faham
Untuk Untuk kemerdekaan
Bagi Bagi masa depan
Demi Demi orang tuamu
5 Cara Secara Secara hati – hati
Dengan cara Dengan cara damai
Dengan jalan Dengan jalan berunding
6 Kesalingan - Satu sama lain
7 Similatif Seperti Seperti angin
Bagaikan Bagaikan seorang dewi
9|BAHASA INDONESIA
Laksana Laksana bintang di langit
8 Penyebab Karena Karena perempuan itu
Sebab Sebab kegagalannya
9 Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama Bersama orang tuanya
Beserta Beserta saudaranya
10 | B A H A S A I N D O N E S I A
Tiwi baru saja pulang dari Bandung. Sedangkan Idah dan Ike baru saja
berangkat ke sukabumi.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”.
Contoh (kalimat yang salah):
Kampus UHAMKA yang terletak di jalan Tanah Merdeka, Jakarta
Timur.
2. Koherensi yang baik dan kompak
Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak
adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur – unsur (kata
atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu.
a. Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan
pola kalimat.
Contoh:
(Kalimat yang baik): adik memakan ikan kembung tadi pagi.
(Kalimat yang tidak baik): ikan memakan kembung adik tadi pagi.
b. Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah mempergunakan
kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
Contohnya (kalimat yang kurang padu):
Sejak lahir, manusia memiliki jiwa untuk melawan kepada kekejaman
alam, atau kepada pihak lain karena merasa dirinya kuat (tanpa
kepada)
c. Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian dua
kata yang maknanya tumpang tindih.
Contohnya (kalimat yang tumpang tindih):
Banyak para penjahat yang mencoba melarikan diri. (seharusnya cukup
banyak penjahat atau para penjahat saja).
d. Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah,
telah, akan, belum, dst)
Contoh:
- Saya sudah membuat suasana menjadi kondusif (baik)
-Suasana saya sudah buat menjadi kondusif (salah)
11 | B A H A S A I N D O N E S I A
3. Penekanan
Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan intonasi, gerak-gerik dan
sebagainya untuk memberi tekanan pada sebuah kata, sedangkan dalam
bahasa tertulis hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Namun, penekanan
kata dalam kalimat dapat menggunakan cara-cara seperti dibawah ini:
a. Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat.
Contoh: kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan
lagi soal ini.
1) Soal ini, kami berharap kita bicarakan pada kesempatan lain.
2) Pada kesempatan lain, kami berharap persoalan ini bisa kita
bicarakan
3) Harapam la,i pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi
soal ini.
4) Pembicaraan soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan ini.
b. Mempergunakan repetisi kata/frasa
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting
dalam sebuah kalimat.
Contoh: Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang,
kemajuan kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran
berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama.
c. Pertentangan kata/frasa
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu
gagasan. Kita bisa mengatakan secara langsung hal-hal berikut dengan
konsekuensi bahwa tidak terdapat penekanan:
Contoh: Anak itu bukan rajin dan jujur, tetapi curang dan licik.
d. Partikel Penekanan
Didalam bahasa indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi
untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-
partikel yang dimaksud adalah: lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata
bahasa disebut imbuhan.
Contoh:
12 | B A H A S A I N D O N E S I A
Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
Kami pun turut dalam kegiatan itu.
4. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.
Jika repetisi lebih banyakl menekankan kesamaan bentuk, maka variasi
justru menghindari agar tidak terlalu monoton. Untuk itu dalam variasi
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Variasi sinonim kata
Contoh: Seribu armada AS di kerahkan menyerang pasukan palestina.
b. Variasi panjang pendeknya kalimat
Contoh:
Sastra menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan hati.
Kegelisahan tentang cinta, keprihatinan tentang tatanan hidup,
kehancuran sistem politik serta sebagai sarana media satir.
Pada kalimat di atas terkandung 22 kata.
c. Variasi menggunakan kata me- dan di-
Contoh:
Pemerintah DKI Jakarta fokus untuk membangun rumah susun, dengan
cara mengoptimalkan sumber daya yang ada.
d. Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat.
Contoh:
Guru diharapkan mempunyai banyak wawasan tentang sastra, agar
si murid mendapat pelajaran tentang sastra yang mendalam dan
menyeluruh.
1) Diharapkan seorang guru untuk mempunyai banyak wawasan
tentang sastra, agar si murid mendapatkan pelajaran tentang sastra
yang mendalam dan menyeluruh.
2) Wawasan tentang sastra yang luas diharapkan dipunyai oleh guru
agar si murid mendapat pelajaran sastra yang mendalam dan
menyeluruh.
13 | B A H A S A I N D O N E S I A
3) Pelajaran sastra yang mendalam dan menyeluruh kepada murid
diharapkan bisa diberikan oleh guru yang mempunyai banyak
wawasan tentang sastra.
5. Paralelisme
Contoh:
14 | B A H A S A I N D O N E S I A
Definisi atau batasan yang tepat merupakan kunci dari ciri berfikir
yang logis, dan dengan demikian juga menjadi ciri-ciri menulis yang
logis.
1) Definisi berupa sinonim kata
Contoh: - Pendidikan = pengajaran
- Kemerdekaan = kebebasan
2) Definisi berdasarkan etimologi
Contoh: Referendum: Referendum berasal dari kata re + ferre
yang ‘membawa kembali’. Referendum berarti suatu yang harus
dibawa kembali, hal yang diajukan kembali (untuk
dipertimbangkan, disetujui dan sebagainya).
3) Definisi formal atau rill, atau disebut juga definisi logis
Definisi formal (rill atau definisi logis) adalah suatu cara untuk
membatasi pengertian suatu istilah dengan membedakan genusnya
dan membedakan diferensiasinya.
Pokok kelas/genus
1) Gergaji adalah semacam alat pemotong
2) Permadani adalah semacam alat penutup lantai.
b. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pernyataan yang mengatakan bahwa apa
yang benar mengenai beberapa hal yang semacam, adalah benar atau
berlaku pula untuk kebanyakan dari peristiwa atau hal yang sama.
Contohnya:
15 | B A H A S A I N D O N E S I A
D. Struktur Kalimat Efektif
(fitrah, 2013, hal. 22) menyatakan “Struktur kalimat efektif haruslah benar.
Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang
menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu
memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang
strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah. Jadi, kalimat efektif selalu memiliki
struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang
pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam
hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-
aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan.
Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Misalnya, Anda akan menyatakan
“Saya menulis surat buat papa”. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain,
bila dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menulis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak
jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan
oleh pemakai bahasa.
16 | B A H A S A I N D O N E S I A
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis
atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud
oleh penulis atau pembicaranya.
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi: subjek (S), prediket (P), objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
17 | B A H A S A I N D O N E S I A
Syarat kalimat efektif yaitu : Kesatuan gagasan, Koherensi yang
baik dan kompak, Penekanan, Variasi, Paralelisme, Penalaran dan logika.
B. SARAN
1. Bagi para pendidik Para pendidik sebaiknya memahami dengan
seksama dan benar tentang Bahasa Indonesia yang memiliki berbagai
ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi
komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik
dengan peserta didik.
2. Bagi calon pendidik Para calon pendidik sebaiknya memahami dan
mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah
ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan
dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3. Bagi lembaga sekolah Lembaga sekolah sebaiknya memberikan dan
menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang
tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
fitrah, T. (2013, Oktober 02). Dipetik November 14, 2019, dari MAKALAH BAHASA
INDONESIA Penggunaan Kalimat Efektif Dalam Bahasa Indonesia:
https://independent.academia.edu/TuahFitrah
Hikmat, A., & Solihati, N. (2013). Bahasa Indonesia. Jakarta: Pt Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Putri, L. (2016, Oktober 25). Dipetik November 14, 2019, dari MAKALAH BAHASA
INDONESIA "KALIMAT EFEKTIF":
https://independent.academia.edu/LiemphawatyPutri
18 | B A H A S A I N D O N E S I A