Anda di halaman 1dari 14

Gejala Fonemis

• Muhammad Ilhans Maulana


• Owen Nurcholis Majid
Pengertian fenomena fonemis
Fenomena fonemis adalah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan
kata atau kalimat dengan segala proses pembentukannya.[ Salliyanti dkk. 2015.
Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Medan : Bartong Jaya] Beberapa gejala
bahasa ternyata banyak ditemukan di dalam bahasa gaul yang digunakan
remaja-remaja yaitu berupa penghilangan fonem (afaresis, sinkop, apokop),
penambahan fonem (efentesis, paragog), metasis, gejala adaptasi, akronim,
singkatan.
Ragam Bahasa berdasarkan penutur
• idiolek
• dialek
• kronolek
• sosiolek
Gejala Bahasa
Penghilangan fonem penghilangan fonem
• afaresis • protesis
• sinkop • epentasis
• apokop • paragog
macam macam gejala fonemis
1. Gejala dalam Interferensi Bahasa
Interferensi secara umum dapat diartikan sebagai percampuran dalam
bidang bahasa. Percampuran yang dimaksud adalah percampuran dua bahasa
atau saling pengaruh antara kedua bahasa.

Dikemukakan oleh Poerwadarminto dalam Pramudya (2006: 27) yang


menyatakan bahwa interferensi berasal dari bahasa inggris interference yang
berarti percampuran, pelanggaran, rintangan.
Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich
(1968: 1) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa
tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan
oleh penutur yang bilingual.
Weinreich (1968: 1) juga mengatakan bahwa interferensi
adalah bentuk penyimpangan penggunaan bahasa dari
norma-norma yang ada sebagai akibat adanya kontak
bahasa karena penutur mengenal lebih dari satu bahasa.
Interferensi berupa penggunaan bahasa yang satu dalam
bahasa yang lain pada saat berbicara atau menulis.
Poedjosoedarmo (1989: 53) menyatakan bahwa interferensi
dapat terjadi pada segala tingkat kebahasaan, seperti cara
mengungkapkan kata dan kalimat, cara membentuk kata dan
ungkapan, cara memberikan kata-kata tertentu, dengan kata lain
interferensi adalah pengaturan kembali pola-pola yang disebabkan
oleh masuknya elemen-elemen asing dalam bahasa yang
berstruktur lebih tinggi, seperti dalam fonemis, sebagian besar
morfologis dan sintaksis, serta beberapa perbendaharaan kata
(leksikal).
Dalam proses interferensi, terdapat tiga unsur yang mengambil
peranan, yaitu: Bahasa sumber atau bahasa donor, bahasa
penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan atau importasi.
Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu
peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor, sedangkan pada
peristiwa yang lain bahasa tersebut menjadi bahasa resipien. Saling
serap adalah peristiwa umum dalam kontak bahasa.
2. Gejala metasis bahasa
gejala metasis adalah gejala yang memperlihatkan
pertukaran tempat satu atau beberapa fonem. Contoh
gejala metasis, seperti:sapu menjadi usap, lekuk menjadi
keluk, dan berantas menjadi banteras.
3.  Gejala Adaptasi Bahasa
Adaptasi artinya penyesuaian. Kata-kata serapan yang
diambil dari bahasa asing berubah bunyinya sesuai dengan
pendengaran atau ucapan orang Indonesia. Beberapa
contoh adaptasi bahasa asing (Inggris) menjadi bahasa
gaul, seperti:merit dari married, plis dari please, akting dari
acting, dan hepi dari happy.
4. Gejala Hiperkorek
Gejala hiperkorek merupakan gejala pembentukan kata
yang menunjukkan sesuatu yang salah, baik ucapan
maupun ejaan (tulisan). Contoh gejala hiperkorek,
seperti:zaman menjadi jaman, izin menjadi ijin, dan ijazah
menjadi izazah.
Kesimpulan
Dari permasalahan yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gejala bahasa adalah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata
atau kalimat dengan segala proses pembentukannya.
2. Dari segi penutur,ragam bahasa dapat dibagi atas idiolek, dialek, kronolek,
dan sosiolek.
3. Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa.
4. Bahasa yang digunakan oleh anak muda pada umumnya ini muncul dari
kreativitas mengolah kata baku dalam bahasa Indonesia menjadi kata yang
tidak baku.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai