• Owen Nurcholis Majid Pengertian fenomena fonemis Fenomena fonemis adalah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala proses pembentukannya.[ Salliyanti dkk. 2015. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Medan : Bartong Jaya] Beberapa gejala bahasa ternyata banyak ditemukan di dalam bahasa gaul yang digunakan remaja-remaja yaitu berupa penghilangan fonem (afaresis, sinkop, apokop), penambahan fonem (efentesis, paragog), metasis, gejala adaptasi, akronim, singkatan. Ragam Bahasa berdasarkan penutur • idiolek • dialek • kronolek • sosiolek Gejala Bahasa Penghilangan fonem penghilangan fonem • afaresis • protesis • sinkop • epentasis • apokop • paragog macam macam gejala fonemis 1. Gejala dalam Interferensi Bahasa Interferensi secara umum dapat diartikan sebagai percampuran dalam bidang bahasa. Percampuran yang dimaksud adalah percampuran dua bahasa atau saling pengaruh antara kedua bahasa.
Dikemukakan oleh Poerwadarminto dalam Pramudya (2006: 27) yang
menyatakan bahwa interferensi berasal dari bahasa inggris interference yang berarti percampuran, pelanggaran, rintangan. Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich (1968: 1) untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Weinreich (1968: 1) juga mengatakan bahwa interferensi adalah bentuk penyimpangan penggunaan bahasa dari norma-norma yang ada sebagai akibat adanya kontak bahasa karena penutur mengenal lebih dari satu bahasa. Interferensi berupa penggunaan bahasa yang satu dalam bahasa yang lain pada saat berbicara atau menulis. Poedjosoedarmo (1989: 53) menyatakan bahwa interferensi dapat terjadi pada segala tingkat kebahasaan, seperti cara mengungkapkan kata dan kalimat, cara membentuk kata dan ungkapan, cara memberikan kata-kata tertentu, dengan kata lain interferensi adalah pengaturan kembali pola-pola yang disebabkan oleh masuknya elemen-elemen asing dalam bahasa yang berstruktur lebih tinggi, seperti dalam fonemis, sebagian besar morfologis dan sintaksis, serta beberapa perbendaharaan kata (leksikal). Dalam proses interferensi, terdapat tiga unsur yang mengambil peranan, yaitu: Bahasa sumber atau bahasa donor, bahasa penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan atau importasi. Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor, sedangkan pada peristiwa yang lain bahasa tersebut menjadi bahasa resipien. Saling serap adalah peristiwa umum dalam kontak bahasa. 2. Gejala metasis bahasa gejala metasis adalah gejala yang memperlihatkan pertukaran tempat satu atau beberapa fonem. Contoh gejala metasis, seperti:sapu menjadi usap, lekuk menjadi keluk, dan berantas menjadi banteras. 3. Gejala Adaptasi Bahasa Adaptasi artinya penyesuaian. Kata-kata serapan yang diambil dari bahasa asing berubah bunyinya sesuai dengan pendengaran atau ucapan orang Indonesia. Beberapa contoh adaptasi bahasa asing (Inggris) menjadi bahasa gaul, seperti:merit dari married, plis dari please, akting dari acting, dan hepi dari happy. 4. Gejala Hiperkorek Gejala hiperkorek merupakan gejala pembentukan kata yang menunjukkan sesuatu yang salah, baik ucapan maupun ejaan (tulisan). Contoh gejala hiperkorek, seperti:zaman menjadi jaman, izin menjadi ijin, dan ijazah menjadi izazah. Kesimpulan Dari permasalahan yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Gejala bahasa adalah peristiwa yang menyangkut bentukan-bentukan kata atau kalimat dengan segala proses pembentukannya. 2. Dari segi penutur,ragam bahasa dapat dibagi atas idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. 3. Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap sebagai penyimpangan terhadap bahasa. 4. Bahasa yang digunakan oleh anak muda pada umumnya ini muncul dari kreativitas mengolah kata baku dalam bahasa Indonesia menjadi kata yang tidak baku. Thanks