Anda di halaman 1dari 7

Tipe-Tipe Makna Menurut Para Ahli

(http://vikaashariputeri.blogspot.com/2013/12/tipe-tipe-makna-menurut-para-
ahli-m-k-n.html)

Makna suatu kata merupakan bahan yang dikaji dalam ilmu semantik. Tipe-tipe makna
menurut pada ahli dapat dibedakan oleh beberapa jenis sebagai berikut:
A. Tipe-tipe makna menurut Leech
1. Makna Konseptual
Makna konseptual kadang disebut juga makna denotatif atau makna kognitif dalam pengertian
luas dianggap faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai sesuatu
yang terpadu bagi fungsi esensial terhadap suatu bahasa, tidak seperti makna yang lain. Alasan
utama untuk menempatkan sebagai prioritas pada makna konseptual adalah bahwa makna
konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit. Khususnya pada dua prinsip
struktural yaitu kontrasitif dan struktur konsitituen.
Ciri-ciri kontransitif mendasari klasifikasi bunyi dalam fonologi misalnya pada setiap penamaan
kata menerapkan satu bunyi yang membatasi secara positif dengan bentuk yang dimilikinya,
serta dengan implikasi secara negatif dengan bentuk yang tidak dimilkinya. Struktur konsituen
atau pembentuk adalah prinsip dimana unit-unit bahasa terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil
atau ditinjau secara terbalik.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang telah diacu,
melebihi diatas isinya yang murni konseptual. Sejauh itu pengertian acuan bertumpah tindih
dengan makna konseptual. Contoh kata wanita apabila dibuat definisinya dalam konseptual maka
sifat itu adalah manusia, dewasa, dan perempuan haruslah memberikan kriteria secara benar.
Sifat sebaliknya kedalam dunia nyata menjadi atribut dari acuannya. Tetapi juga sejumlah sifat
tambahan yang tidak masuk dalam kriteria itu, yang kita ketahui juga dapat jadi acuan kata
woman tersebut. Acuan tersebut tidak hanya meliputi sifat psikis (berkaki dua, memiliki rahim)
tetapi bersifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan) dan dapat diperluas
kearah-arah yang bersifat tipikal bukannya selalu ada dalam kewanitaan (pandai bicara, pandai
masak, memakai rok, gaun). Masih dapat diteruskan lagi makna konotatifnya meliputi sifat
putatif dari acuannya, disebabkan pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok atau
seluruh anggota masyarakat seperti (lemah, gampang menangis, penakut, emosional, tidak
rasional, tidak konstan).
Membicarakan konotasi akan semakin jelas bila berbicara tentang dunia nyata yang diasosiakan
dengan ungkapan ketika sesorang mendengarnya atau menggunakannya. Oleh karena itu, batas
antara makna konseptual dengan makna konotatif juga merupakan batas yang kabur tetapi
penting untuk diketahui.
3. Makna Stilistika
Berbicara tentang makna sitilistik berarti membicarakan dua aspek komunikasi yang
berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna stilistik adalah makna sebuah kata yang
menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya. Kita mengenali beberapa kata atau ucapan
sebagai suatu dialek yaitu menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan geografis
atau lingkungan sosialnya. Ciri lainya adalah bahasa menunjukkan sesuatu tentang hubungan
sosial antara penutur dengan pendengarnya, misalnya bahasa sehari-hari, kekeluargaan, bahasa
slang.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa.
Contoh: Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang disucikan atau kesucian.
Kata merah berasosiasi dengan berani.
Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan
oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiiripan
dengan sifat, keadaan, atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut.
4. Makna Afektif
Makna afektif yaitu istilah yang diapakai untuk jenis makna stilistik, sering kali secara eksplisit
diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang di pergunakan.
Misalnya seseorang yang ditegur dengan kata “Dasar anak bodoh”. Bagaimana perasaan
sipenutur terhadapnya atau dengan cara tidak langsung seperti “Bukannya tidak pandai
melainkan malas belajar”.
Faktor-faktor seperti intonasi dan gema suara dalam hal ini sangat penting. Kesan sopan pada
kalimat 2 dapat berbalik kalau diapakai nada sarkastis yang tajam, kalimat 1 dapat diubah
menjadi kalimat santai apabila intonasi suara dengan lembut.
5. Makna Refleksi
Makna refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika sesuatu
pengertian kata membentuk sebagian dari respons kita terhadap pengertian lain.
6. Makna Kolokatif
Makna kolokatif terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh
makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. Kata-kata prety dan
handsome memiliki arti kata dasar yang sama dalam arti sedap dipandang namun kedua kata itu
dapat dibedakan menurut beberapa kata benda lain yang menyertainya atau menjadi kata
sandingnya.
Melihat dari contoh kata diatas sudah barang tentu susunan kata benda itu dapat saja tertukar
misalnya handsome woman dan prety woman. Kedua bentuk itu sama-sama bisa diterima
meskipun kata-kata itu mengisyaratkan daya tarik yang berbeda yang disebabkan oleh asosiasi
kolokatif dari kedua sifat diatas.
7. Makna Tematik
Makna tematik atau makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata
pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus dan penekanan. Nilai kounikatif itu juga dipengaruhi
oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Misalnya: Apakah yang diajarkan dosen itu?
Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin mengetahui objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih menekankan
siapakah subjeknya.
B. Tipe-tipe makna menurut Harman
1. Pendekatan Referensial
Teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau
menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan
itu. Referen atau acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah
sesuatu yang ditunjuk oleh lambang.
Teori referensial atau teori korespondensi merujuk pada segitiga makna (symbol,
reference, dan referent) yang dikemukakan oleh OR. Makna adalah hubungan antara reference
dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa kata ataupun prase atau
kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak mempunyai hubungan langsung. Teori ini
menekankan hubungan langsung antara reference dengan referent yang ada di alam nyata.
Dalam pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam
kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label, makna itu hadir karena adanya
kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keseluruhannya
berlangsung secara subjektif. Terdapatnya julukan simbolik dalam kesadaran individual itu, lebih
lanjut memungkinkan manusia untuk menyusun dan mengembangkan skema konsep. Kata
pohon, misalnya, berdasarkan kesadaran pengamatan dan penarikan kesimpulan, bukan hanya
menunjuk jenis tumbuh-tumbuhan, melainkan memperoleh julukan sebagai “ciptaan”, “hidup”,
“fana”.
2. Pendekatan Ideasional
Dalam pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk
kebahasan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling
mengerti.
Dalam pendekatan ideasional, makna dianggap sebagai pemerkah ide yang memperoleh
bentuk lewat bahasa dan terwujud dalam kode. Dari adanya kegiatan “pembahasan pean” dan
“pengolahan ide”, maka dalam pendekatan ideasional, penguasaan aspek kognitif dan rekognisi
dari pemeran dalam kegiatan komunikasi, sangat penting. Aspek kognisi dan rekognisi memiliki
sasaran, baik pada aspek gramatik, hubungan antara aspek gramatik dengan unsur semantis,
maupun hubungan antara bahasa dengan dunia luar.
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa bahasa memiliki kedudukan sentral. Dengan
demikian, kesalahan penggunaan bahasa dalam proses berpikira menyebabkan pesan yang
disampaikan tidak tepat. Sebaliknya, seandainya penggunaan bahasa dalam proses berpikir sudah
benar, tetapi kode yang diwujudkan mengandung kesalahan, informasi yang diterima pun dapat
menyipang. Pada sisi lain, meskipun pembahasan pesan dan kode sudah benar, bila terjadi
gangguan penerimaan, besar kemungkinan informasi yang diterima tidak sesuai dengan pesan
yang disampaikan.
3. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral lebih menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam
mengolah pesan dan menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral terhadap
dua pendekatan sebelumnya, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah mengabaikan
konteks sosial dan situasional yang oleh kaum behavioral dianggap berperan penting dalam
menentukan makna.
C. Tipe-tipe makna menurut David Matsumoto
1. Makna Psikologis
Makna psikologis dapat juga diartikan sebagai makna konotatif dimana makna masih dalam
pikiran ataupun masih bersifat abstrak.
2. Makna Referensial
Teori referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau
menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan.
3. Makna Sosial
makna sosial merupakan makna yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan dan
menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya.
D. Tipe-tipe makna menurut Chaer
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna apa
adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar
atau makna yang konret
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang terjadi setelah proses gramatikal (Afikasi, Reduplikasi,
Kalimatisasi). Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah Makna leksikal adalah
makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal adalah makna baru yang
muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat. Contoh: kata “mobil” bermakna
leksikal nominal atau benda sedangkan makna gramatikalnya bisa menjadi alat transportasi atau
sejenis. Contoh, Saya berangkat pesta mengendarai mobil.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada didalam suatu konteks.
4. Makna Referensial
Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensnya/acuannya. Sehingga sebuah
kata dapat disebut bermakna referensial kalau ada referensinya atau acuannya.
5. Makna Non-referensial
Makna non-referensial adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Contohnya
kalau, karena, dan, atau. Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh
sebuah kata. Umpamanya, kata “Kurus” (bermakna denotatif yang mana artinya keadaan tubuh
seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal). Kata “Bunga”( bermakna denotatitif yaitu
bunga yang seperti kita lihat di taman).
7. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang
berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut.
8. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari Konteks atau
asosiasi apa pun. Kata “ikan” memiliki makna konseptual “sejenis binatang yang hidup di air”.
9. Makna Asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan
sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci
atau kesucian,
10. Makna Kata
Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar dan tidak jelas. Kata “lembaran” dan
“kertas” sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama
11. Makna Istilah
Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat
dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai pada bidang keilmuan/kegiatan tertentu
saja.
12. Makna Idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara
leksikal maupun gramatikal. Contoh, “Menjual gigi” bermakna “tertawa keras-keras”. Jadi
makna tersebutlah yang disebut makna idiomatik.
13. Makna Peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya.
Karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya,
peribahasa “Seperti anjing dan kucing yang bermakna ihwal dua orang yang tidak pernah akur.
Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersuara
memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.
Komentar
Setiap pendapat yang mengkaji tentang makna di atas menjelaskan tahapan-tahapan dan
proses dimulainya sebuah tindak tutur oleh penutur dan bagaimana cara pendengar ataupun
lingkungan sekitar dapat menanggapi sebuah tuturan dengan maksud menyampaikan pesan dan
dapat dimengerti secara utuh. Adapun teori-teori tentang makna yang telah disajikan
sebelumnya oleh beberapa ahli membedakan dan mengklasifikasi setiap makna dengan
pengertian dan istilah yang berbeda pula. misalnya Cheir membedakan kategori makna kedalam
13 jenis kategori, Leech membaginya ke dalam 7 kategori, begitupa David Matsumoto serta
Harman membagi jenis makna ke dalam 3 kategori.
David matsumoto menelaah makna kedalam perspektif psikologis yang dijabarkan oleh
Chaer dan Leech dengan istilah makna konotatif namun Harman menafsirkan jenis makna
tersebut dengan istilah ideasional yang secara umum diartikan sebagai makna yang masih
bersifat abstrak.
Berikutnya jenis makna referensial dalam pandangan Harman sejalan dengan pandangan
David Matsumoto namun Leech memberikan istilah yang berbeda yaitu makna konseptual dan
Chaer mendefinisikan jenis makna tersebut secara meluas dan memilahnya kedalam perspektif
makna referensial, makna denotatif, makna konseptual, makna grammatikal, makna leksikal,
dan makna kata. Setiap pembagian makna menurut Chaer sebenarnya telah mencakup teori
makna referensial ataupun makna konseptual yang secara umum membahas tentang prinsip
struktural yaitu kontrasitif dan struktur konsitituen.
Makna behavioristik menurut Harman diistilahkan oleh David Matsumoto dengan
sebutan makna social dan Leech mengklasifikasikan dengan istilah asosiatif yang mencakup
makna stilistik, afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik. Sedangkan makna konotatif dalam
pengelompokan makna asosiatif dijabarkan kedalam makna ideasional ataupun psikologis.
Adapun Cheir mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori yaitu makna kontekstual,
makna asosiatif, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa.
Akhirnya ditarik kesimpulan bahwa jenis makna memang sangat beragam. Keberagaman
makna tampak dari masing-masing pendapat. Hal ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam
berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga
melahirkan berbagai konsep tentang jenis-jenis makna yang mencakup makna, konotatif,
stilistika, afektif, refleksi, koloaktif, konseptual, tematik, leksikal, gramatikal, kontekstual,
referensial, non-referensial, denotatif, konotatif, asosiatif, makna kata, makna istilah, idiom, dan
peribahasa serta makna-makna lainnya yang memiliki arti secara umum sama. Sumber :
http://bibli-online.blogspot.com/2013_11_01_archive.html

Anda mungkin juga menyukai