Anda di halaman 1dari 7

IRAMA DAN INTONASI

MEMBACA PUISI
KELOMPOK 6
1. INDAH K. KALE DARA (1801010051)
2. YUMIGER MISSA (1801010088)
3. YOHANES DONBOSKO D. LEIN (1801010068)
4. TERESIA F. BOTA KOTEN (1801010067)
5. MIFTAHUL HODA MALANG (1801010089)
6. DON YUSTUS RONALDO DACOSTA (1701010072)
Menurut Ampera (2010:29) membaca puisi berarti membaca dengan
irama berdasarkan hasil penghayatan terhadap puisi yang dibaca.
Seseorang pembaca puisi yang baik, harus dapat memahami diri penyair
melalui karya yang tercipta. Untuk menyelami diri penyair, seseorang
pembaca puisi dapat melakukan cara berikut:
Seorang membaca puisi harus memahami situasi sebuah puisi.
Seseorang yang membaca puisi harus memahami bagaimana latar
belakang penciptaan puisi tersebut dan apa arti isinya, apakah puisi itu
berisi kegembiraan atau kesedihan. Ketika membaca puisi, pembaca
puisi tersebut hendaknya mampu menyampaikan isi hati penyair dengan
utuh dan jelas-jelasnya.
Selain itu seseorang pembaca hendaknya mampu menciptakan keharuan
dihati pendengar seperti keharuan dihayati penyair sewaktu menciptakan
puisi.
Membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil
sastra (puisi) dengan bahasa lisan (Aftarudin, 1984: 24).
Membaca puisi sering diartikan sama dengan deklamasi.
Membaca puisi dalam bentuk deklamasi merupakan bagian
dari membaca indah. Dalam hal ini membaca yang
menggunaan unsur gerak, berupa unsur yang memberikan
kesan keindahan dalam pembacaan tetaplah kegiatan yang
memperhatikan secara teknis suatu bacaan. Jadi, membaca
indah berupa membaca puisi atau deklamasi merupakan
kegiatan membaca yang memperhatikan teknis membaca
yang baik dan menggunakan gerak berupa alat bantu puitis
yang seirama dengan bacaan (puisi) yang dibacakan.
Makna deklamasi lebih berkaitan dengan membaca yang
menekankan unsur keindahan dalam membawakannya.
Deklamasi membutuhkan kemampuan yang lengkap dalam
pemahaman bacaan dan teknik membaca yang baik.
Setelah itu, barulah dipadukan dengan kemampuan
menggunakan unsur gerak sebagai alat bantu puitis yang
seirama dengan bacaan.
Cara mengucapkan puisi itu tidak boleh seenaknya saja,
tapi harus tunduk kepada aturan-aturannya: di mana harus
ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan,
harus berhenti, di mana harus dilambatkan atau dilunakkan,
di mana harus diucapkan biasa, dan sebagainya
IRAMA DAN INTONASI
Irama puisi yaitu pergantian panjang-pendek, turun-naik, keras
lembut ucapan bunyi bahasa yang teratur. Irama yang
menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan
terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angann (imaji)
yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-
tekanan pada kata. Intonasi adalah naik-turunnya lagu kalimat.
Perbedaan intonasi dapat menghasilkan jenis kalimat yang
berbeda, yakni kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah,
atau kalimat seru. Penggunaan intonasi dalam puisi sangat
penting agar pembacaan tidak monoton sehingga pendengar
pun lebih tertarik. Intonasi juga berguna dalam memperjelas
atau membedakan maksud/pesan setiap lariknya.
Intonasi dibagi menjadi tiga, yaitu (1) dinamika, yakni tekanan keras
lembutnya ucapan pada kata tertentu yang dianggap penting; (2) nada,
yakni tekanan tinggi rendahnya suara; (3) tempo, yakni tekanan cepat
lambatnya pengucapan suku kata atau kata.
Pembaca dituntut memiliki keterampilan mengucapkan intonasi kata
atau frasa sesuai dengan suasananya seperti: gembira, terkejut, marah,
biasa, berdoa, sedih, kecewa, dsb. Pengucapan dalam situasi gembira,
terkejut, dan marah pasti dengan intonasi tekanan yang kuat, nada tinggi,
dan tempo cepat. Sebaliknya, pengucapan dalam situasi biasa, doa, sedih,
kecewa pasti menggunakan intonasi tekanan lembut, nada rendah, dan
tempo lambat. Selain itu, pembaca juga harus mampu membedakan
intonasi kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan,
kalimat ajakan, kalimat seruan, kalimat peringatan, dan kalimat ancaman.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai