Anda di halaman 1dari 7

MATERI 1 - MENGEMBANGKAN HIKAYAT DALAM BENTUK CERPEN

Menceritakan kembali isi hikayat ke dalam bentuk cerpen, di antaranya perlu


diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal.


2. Menggunakan bahasa Indonesia saat ini.
3. Menggunakan gaya bahasa yang sesuai.
4. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat (Suherli,
2016:145).

Langkah-langkah menceritakan atau menyusun kembali isi hikayat ke dalam bentuk


cerpen  siswa harus membandingkan isi dan kaidah kebahasaan hikayat dan cerpen,
kemudian mengubah isi hikayat ke dalam bentuk cerpen, dengan langkah-langkah
berikut:

1. Analisislah gagasan-gagasan pokok dalam teks hikayat


2. Gagasan-gagasan pokok tersebut menjadi sebuah sinopsis utuh.
3. Analisisilah nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat.
4. Tentukanlah tema dari sinopsisi yang telah kamu buat.
5. Buatlah poin-poin alur dan tema tertebut sehingga menjadi kerangka cerpen.
6. Kembangkanlah poin alur tersebut menjadi sebuah cerpen yang memiliki tokoh
dan setting berbeda dengan teks asal dengan tetap memerhatikan alur dan nilai
(Suherli, 2016:145). 
PENGENALAN PUISI
materi 2

1. Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau nampak dalam
bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari beberapa macam, yaitu:

(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut
sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi
erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. 

(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh
(imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan
merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan, dll.

(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan


efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif
disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis,
alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.

 Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi. Rima mencakup:

1. Onomatope adalah kata tiruan bunyi, msl "kokok" merupakan tiruan bunyi ayam,
"cicit" merupakan tiruan bunyi tikus.
2. Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi
(kata), dan sebagainya.
3. Pengulangan kata/ungkapan.

 Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan pergantian


kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi
rendah nada; ritme
 Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan
suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dng
pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis

2. Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam
penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Tema/makna (sense)

Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg dasar
mengarang, menggubah/mengarang sajak, dsb). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi
harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling)

Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.

(3) Nada (tone),

Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema
dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte,
bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah
begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah
pembaca, dll.

(4) Amanat/tujuan/maksud (itention)

Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin disampaikan


pengarang kpd pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair
menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

TIPS MEMAHAMI MAKNA PUISI

Memahami puisi memang tidak mudah. Bahasa puisi berbeda dengan bahasa yang kita
gunakan sehari-hari. Penyair sengaja memilih kata-kata yang indah, yang dapat
menimbulkan kemerduann bunyi dan sekaligus dapat menggambarkan ide yang ingin
disampaikan dengan tepat. cara menyampaikannya pun tidak secara langsung,
melainkan melalui simbol-simbol, perbandingan, perbandingan, dan kiasan-kiasan.
Selain itu, kata-kata dalam puisi amat terbatas, karena penyair "membuang" kata-kata
yang tidak terlalu penting.

Berkaitan dengan hal itu, berikut langkah-langkah cara memahami puisi.

(1) Kita mencoba "mengembalikan" kata-kata dan tanda baca yang "dibuang" oleh
penyair. Dengan kata lain, kita menambahkan kata-kata lain untuk melengkapi atau
memperjelas kata-kata dalam puisi. Kita tambahkan tanda baca untuk memperjelas
hubungan makna antar kata-kata.

(2) Kita berusaha memahami kata-kata tertentu yang digunakan sebagai simbol,
perbandingan, atau kiasan yang masih belum jelas maknanya.

(3) Kita menguraikan isi puisi dalam bentuk prosa.


contoh memparafrasakan puisi ke dalam bentuk prosa

Parafrase atau parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa ke dalam


bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali tersebut
bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membuat parafrase dari sebuah bacaan.
Untuk membuat parafrase lisan, langkah-langkahnya adalah:

1. membaca informasi secara cermat,


2. mencatat kalimat inti,
3. mengembangkan kalimat inti menjadi pokok pikiran,
4. menyampaikan pokok pikiran dalam bentuk uraian lisan dengan kalimat sendiri.

Gunakanlah sinonim, ungkapan yang sepadan, mengubah kalimat langsung menjadi


kalimat tidak langsung. Kemudian mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif, serta
menggunakan kata ganti orang ketiga untuk narasi jika kesulitan menguraikan.

Perlu diketahui, ada 2 jenis parafrase, yaitu:

 Parafrase terikat, adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan cara


menambahkan atau menyisipkan sejumlah kata pada puisi. Sehingga kalimat-
kalimat puisi mudah dipahami seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan
dalam parafrase tersebut.
 Parafrase bebas, adalah mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri.
Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak
digunakan.

Cara Memparafrasekan Puisi Menjadi Prosa

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasekan puisi menjadi prosa,
ialah :

1. Membaca atau mendengarkan pembacaan puisi dengan seksama ;


2. Pahami isi kandungan puisi secara utuh ;
3. Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi ;
4. Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan
menggunakan kalimat sendiri ;
5. Sampaikan secara lisan atau dibacakan.

contoh:

contoh puisi berjudul ‘Aku’ karya Chairil Anwar.


Aku

Kalau sampai waktuku


'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bila peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

(Chairil Anwar, DCD 1959:7)

Untuk bentuk parafrasenya sebagai berikut:

Kalau si aku meninggal, ia menginginkan jangan ada seorangpun yang bersedih, bahkan
juga kekasih atau istrinya.
Tidak perlu juga ada sedu sedan yang meratapi kematian si aku, sebab tidak ada
gunanya. Si aku ini adalah binatang jalang yang lepas bebas, yang terbuang dari
kelompoknya.

Ia merdeka tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat, bahkan meskipun ia


ditembak, peluru menembus kulitnya. Si aku tetap berang dan memberontak terhadap
aturan-aturan yang mengikat tersebut.

Segala rasa sakit dan penderitaan akan ditanggung, ditahan, diatasi hingga rasa sakit
dan penderitaan itu pada akhirnya akan hilang sendiri. Si aku akan makin tidak peduli
pada segala aturan dan ikatan, halangan, serta penderitaan.

Si aku mau hidup seribu tahun lagi. Maksudnya, si aku menginginkan semangatnya,
pikirannya, karya-karyanya akan hidup selama-lamanya.

(diparafrasekan oleh : Rachmat Djoko Pradopo).

Anda mungkin juga menyukai