Anda di halaman 1dari 23

DESAIN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)


PADA KELAS VIII SMP
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pembelajaran Menulis
Dosen Pengampu
Ida Zulaeha

Oleh:
HANNA
2101413050

Rombel 2

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

I.

KONSEP
1. Teks Puisi Bebas
1.1 Pengertian
Puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu.
Aturan yang dimaksud misalnya jumlah kata, jumlah baris, jumlah bait, dan
persamaan bunyi atau rima. Dalam puisi bebas, aturan-aturan itu boleh diikuti
boleh tidak, yang terpenting adalah bagaimana pikiran dan perasaan itu dapat
diekspresikan dengan pilihan kata yang tepat sehingga menghasilkan makna
yang tajam dan mendalam. Dalam menulis puisi bebas, kita bebas
mengekpresikan pengalaman-pengalaman hidup, pikiran, perasaan, imajinasi,
atau

cita-cita.

Namun,

dalam

mengekspresikan

tersebut

tetap

harus

memperhatikan estetika atau keindahan berbahasa.( Dalam Bahasa Indonesia


Wahana Pengetahuan Kelas VIII)
1.2 Struktur dan Ciri-ciri puisi
Menulis puisi dengan pilihan kata yang sesuai
1.Diksi (pilihan kata), dalam menulis puisi penyair harus cermat dalam memilih
dan mempertimbangkan kata-kata yang akan dipakainya dalam puisi agar
mampu mewakili suasana, perasaan, serta keindahan puisinya. Diksi atau pilihan
kata akan sangat menentukan keindahan dan kebermaknaan puisi. Kata-kata
dalam puisi cenderung konotatif dan kias sehingga akan memberikan nilai rasa
tertentu. Pada contoh puisi di bawah ini, pilihan kata telanjang untuk kaki-kaki
dianggap penulis lebih tepat dan puitis daripada penggunaan kata tanpa alas.
Contoh:
Menatap luas hamparan samudra
Debur-debur ombak menyapu
Tiap kaki-kaki telanjang
...
Barfield

sebagaimana

yang

dikutip

oleh

Pradopo

(1987:54)

mengemukakan bahwa kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang


sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau dimaksudkan untuk

menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis. Jadi, diksi
itu untuk mendapatkan kepuitisan dan untuk mendapatkan nilai estetik.
Contoh:
Aku
...
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
...
Pemilihan judul Aku (yang semula berjudul Semangat) mengandung
perasaan

yang

menunjukkan

kepribadian

penyair

dan

semangat

individualitasnya. Pada judul yang sebelumnya, yaitu Semangat, terkandung arti


perasaan yang menyala-nyala dan terasa ada ada sifat propagandis, berlebihlebihan, dan semangat-semangatan.
Lalu, pemilihan kata ku mau (semula ku tahu) menunjukkan
kepribadian yang kuat. Ia mau orang lain tidak bersedih, tidak merayu atas
kematiannya. Bandingkan dengan dengan kata ku tahu yang menunjukkan
(mengandung) perasaan pesimistis.
Selain diksi/pilihan kata, dalam menulis puisi juga perlu memperhatikan
hal-hal seperti gaya bahasa/majas, rima, dan citraan.
1.Gaya bahasa, dalam menyampaikan ide pada sebuah puisi sering kali penulis
menggunakan bahasa kiasan, yakni tidak secara langsung mengungkapkan
makna asli tetapi melalui perumpamaan-perumpaan dan sebagainya. Bahasa
kiasan merupakan unsur untuk mendapatkan kepuitisan. Bahasa kiasan ada
bermacam-macam, diantaranya sebagai berikut.
a.

Perbandingan (simile)

b.

Metafora

c.

Perumpamaan epos (epic simile)

d.

Personifikasi

e.

Metonimi

f.
g.

Sinekdoki
Alegori

2.Rima adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam
larik dan bait puisi. Dalam puisi bunyi bersifat estetik, merupakan unsur puisi
untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi memiliki peranan
yang sangat penting dalam puisi, yaitu untuk memperdalam ucapan,
menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas (Pradopo,
1987:22).
3.Citraan (pengimajian) adalah penggambaran mengenai objek berupa kata,
frasa, atau kalimat yang tertuang di dalam puisi. Citraan dimaksudkan agar
pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin
disampaikan oleh pengarang atau penyair. Dengan demikian, unsur citraan dapat
membantu kita dalam menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara
menyeluruh. Jenis citraan terbagi menjadi tujuh, yaitu citraan penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, pengecapan, gerak, dan perasaan (Pradopo,
1987:81).
Dalam menulis puisi, penulis tidak terikat oleh aturan-aturan tertentu. Meskipun
demikian, dalam menulis puisi, kita harus memperhatikan pilihan kata yang tepat
1) untuk mengungkapkan perasaan serta memperhatikan persajakan atau
persamaan bunyi.2) Persajakan yang baik akan menimbulkan efek keindahan.
Persajakan atau persamaan bunyi dalam puisi itu dapat berupa persamaan
konsonan (aliterasi), persamaan vokal (asonansi), persamaan bunyi akhir,
persamaan bunyi tengah, persajakan vertikal, dan persajakan horizontal.
a. Asonansi dan Aliterasi
Perhatikan kutipan puisi Chairil Anwar berikut ini!
(1) AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
...
(Deru Campur Debu)

(2) AKU
...
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
...
Pada kutipan (1) di atas dapat kamu temukan adanya persamaan bunyi u pada
kata waktuku, kumau, merayu, dan itu. Persamaan bunyi vokal seperti itu disebut
asonansi. Pada kutipan (2) dapat kamu temukan persamaan bunyi ng pada kata
binatang, jalang, dan terbuang. Persamaan bunyi konsonan seperti itu disebut
aliterasi.
b. Rima Awal dan Rima Akhir
Perhatikan kutipan berikut ini!
(1) BERKAWAN HUJAN
mungkin aku mesti berkawan hujan
membiarkan binar air datang
menyapu letih perjalanan
biar aku kuyup
mengigil dengan tubuh yang gemetar
...
Alex Nainggolan, Jakarta, 27 Desember 2006
(2) TUTUP TAHUN
kini kujadwal ulang seluruh tubuh
menginap setahun di tempurung waktu
desember tertawa
renyah dan basah dalam hujan
...
Alex Nainggolan, Jakarta, 27 Desember 2006

Pada kutipan (1) di atas kamu menjumpai persamaan bunyi di awal kata, yaitu
bunyi me pada kata membiarkan, menyapu, dan menggigil. Persamaan bunyi
atau persajakan tersebut dikenal dengan rima awal. Pada kutipan (2), kamu akan
menjumpai persamaan bunyi uh di akhir kata, yaitu pada kata seluruh dan tubuh.
Selain itu, kamu juga dapat menemukan persamaan bunyi ah pada kata renyah
dan basah. Persajakan pada akhir setiap kata seperti itu disebut rima akhir.
c. Persajakan Vertikal dan Persajakan Horizontal
Perhatikan kutipan berikut ini!
1) PELUKLAH AKU SEKALI SAJA
...
kelembutan itu tak lagi bersemai
kasih sayang sudah menjauh
sudah banyak kekerasan yang terkeraskan
sudah banyak tangis yang tak tertangisi
sudah banyak rintihan yang tak kau peduli
sudak banyak siksaan yang kau lakukan
...
Sumber: Republika, Minggu, 04 Maret 2007
2) KEINGKARAN
terlalu banyak janji tak bisa ditunaikan
terlalu banyak harapan terhamparkan
daun-daun berserakan tak tersapu
dan angin pun pergi entah ke mana
yang berdiri di sini hanya panorama
kediaman
Sumber: Republika, Minggu, 04 Februari 2007

3) DOA

kenang, kenanglah kami


teruskan, teruskan jiwa kami
menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
...
Pada kutipan (1) dan (2) di atas dapat kamu temukan persamaan bunyi bahkan
perulangan kata sudah banyak dan terlalu banyak dalam baris atau larik yang
berbeda. Persamaan bunyi yang demikian disebut dengan istilah persajakan
vertikal. Berbeda pada kutipan (3), kamu dapat menjumpai persamaan bunyi
(perulangan kata) kenang dan teruskan dalam baris atau larik yang sama.
Persamaan bunyi seperti itu disebut persajakan horizontal.
1.3 Kaidah Kebahasaan
1. Pemadatan bahasa
Sebuah puisi bukan hanya sekedar deretan kata-kata yang tidak berarti, yang
disusun menjadi kalimat dan paragraf. Bahasa puisi adalah bahasa yang
dipadatkan semedikian rupa oleh penulis. Hal itu membuat kata-kata dalam puisi
seakan bernyawa sehingga mampu menyihir pembaca.
2.Pemilihan kata khas
Penyair dapat diibaratkan seperti seseorang koki yang sedang meramu bumbubumbu agar dapat menghasilkan masakan yang lezat. Bagi penyair, bumbubumbu tersebut adalah kata-kata. Oleh karena itu, seorang penyair harus
mencicipi kata-kata yang diramunya, sehingga puisi yang ditulisnya semakin
bermakna. Faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata untuk puisi adalah
sebagai berikut : makna kias, lambang, persamaan bunyi (rima).
3.Kata konkret
Saat menulis puisi, ada keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara
lebih konkret atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat

segala hal terkesan dapat disentuh. Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.
4. Pengimajian
Penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya.
Pengimajian dapat berupa kata atau rangkaian kata-kata yang dapat memperjelas
apa yang ingin disampaikan oleh penyair karena menggugah rasa imajinasi
pembaca. Pengimajian dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1. Imaji visual, yaitu menampilkan kata atau kata-kata tertentu yang
menyebabkan hal-hal yang digambarkan penyair seperti dapat dilihat
oleh pembaca.
2. imaji auditif (pendengaran), yaitu penciptaan ungkapan oleh penyair agar
pembaca

seolah-olah

dapat

mendengarkan

suara

seperti

yang

digambarkan penyair dalam puisinya.


3. imaji taktil (perasaan), yaitu penciptaan ungkapan yang kuat oleh
penyair, sehingga mampu memengaruhi perasaan pembaca. Bahkan
perasaan pembaca dapat larut mengarungi imajinasi yang ditimbulkan
oleh puisi.
5.Irama (ritme)
Dalam puisi sering kita temui adanya pengulangan bunyi, kata, frasa, maupun
kalimat. Hal itulah yang dinamakan dengan irama atau ritme. Selain itu juga
irama dapat berarti pergantian keras-lebut-tinggi-rendang, atau panjangpendeknya kaya yang dilakukan secara berulang-ulang.
6. Tata wajah
Pada saat sekarang, tata wajah atau tipografi puisi semakin beragam. Bahkan,
sebagai penyair menganggap tata wajah sebagai unsur puisi yang paling penting.
Oleh karena itu, sering sekali terjadi inovasi dalam hal tata wajah.

II. MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

1. Pengertian
Model pembelajaran yang diterapkan dalam mengajar materi tersebut
adalah

model

pembelajaran

Langsung

(direct

instruktion).

Model

pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang


khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah
Arends (1997) dalam Trianto (2007). Pembelajaran dimulai dengan latihan
menulis kalimat, dilanjutkan dengan menyusun paragraf, kemudian menyusun
berbagai bentuk karangan ( teks puisi pada kelas VIII SMP, sehingga akan terasa
manfaat dari pembelajaran materi yang akan dibelajarkan oleh guru/pengajar.
Istilah lain model pengajaran/ pembelajaran langsung dalam Arends (2001, 264)
dalam Trianto (2007) antara lain training model, active teaching model, mastery
teaching, explicit instruction.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung (Kardi & Nur 2000: 3) dalam
Trianto (2007) adalah sebagai berikut.
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa
termasuk prosedur penilaian belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang
diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung
dengan berhasil.
2. Tujuan Model
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan

deklaratif

(dapat

diungkapkan

dengan

kata-kata)

adalah

pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah


pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Kardi dan Nur 2000: 4)
dalam Trianto

(2007).

Seringkali

penggunaan

pengetahuan

prosedural

memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan

deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua


macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan
dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
3. Sintakmatik Model
Dalam sintakmatik terdapat lima tahapan, sebagai berikut.
3.1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar termasuk memberi
motivasi.
3.2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Mendemostrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan
informasi tahap demi tahap.
3.3 Membimbing Pelatihan
Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
3.4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik,
memberi umpan balik terhadap siswa.
3.5 Memberikan kesempatan untuk pelatiahan lanjutan dan penerapan.
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjut, dengan
perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari.
4.

Sistem Reaksi Model


Dalam model ini, pendidik/ guru berperan dalam pelatih berpikir

bertingkat pada siswa atau sebagai fasilitator untuk merencanakan dan


melaksanakan. Selain itu guru juga bertugas dalam memberi dorongan kepada
peserta didik untuk melakukan aktivitas pembelajaran agar berjalan selaras
sesuai dengan materi yang diajarkan.
5. Sistem Sosial Model

Pada pembelajaran ini, guru menekankan pada kondisi peserta didik


agar dapat menciptakan situasi belajar yang bertahap sehingga pembelajaran
akan lebih bermakna dan terstruktur secara timbal balik berbagai arah.
6. Sistem Pendukung Model
Merupakan segala bentuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran ini. Hal ini berpengaruh juga
dalam penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik.
7. Dampak Instruksional Model
Merupakan hasil yang diharapkan dan dicapai dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan, baik bagi siswa maupun pendidik/ guru serta
berfungsi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Dampak Pengiring Model
Merupakan hasil yang timbal balik dari pencapaian belajar peserta
didik, yang dihasilkan dari proses pembelajaran kelas.
Gambar tentang dampak instruksional dan pengiring dari model
pembelajaran kontekstual dapat dilihat dari bagain dibawah ini.

MODEL

Pemahaman Hakikat
Materi

PEMBELAJARAN
LANGSUNG

Penguasaan Pemecahan
Masalah

Kemandirian dan
Pengarahan Diri

Proses Berpikir Melalui


Latihan

Keterangan :
: Dampak Instruksional
: Dampak Pengiring

III.

Desain

Pembelajaran

Menulis

Puisi

Bebas

Dengan

Model

Pembelajaran Langsung (Direct Instruktion) Pada Kelas VIII SMP


Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang dipilih adalah model pada memahami
dan menyusun teks ulasan dengan model pembelajaran langsung. Model
ini sangat dapat meningkatkan proses berpikir peserta didik untuk secara
bertahap menyusun teks karena dalam model ini keaktifan peserta didik
dalam berlatih adalah modal awal.
A. Sintakmatik
KEGIATAN

Tahapan/

PENGAJAR

POKOK

Memotivasi siswa

Langkah KEGIATAN
PESERTA DIDIK
Peserta

Menyampaikan

didik

Tujuan Pembelajaran

memusatkan

dan

perhatian kepada guru

Mempersiapkan

Siswa

Mendemonstrasikan
keterampilan

Mendemonstrasikan
Pengetahuan

dan

Keterampilan

Memberi

Memberi

Membimbing Pelatihan

Mengecek

pemahaman

dan memberi umpan

Memberi

pelatihan Memberi

berkelanjutan

untuk

yang

didemonstrasikan

menulis puisi

memaparkan

lanjut

didik
tugas

berupa puisi

kesempatan Melakukan

pelatihan

meniru

proses

Peserta

umpan

balikan

didik

guru
Peserta didik berlatih

Pelatihan

dan bimbingan awal

Peserta

pelatihan

mandiri

dan penerapan
Bagan Model Pembelajaran Langsung

B. Sistem Sosial
Pendidik/ guru memberikan materi pembelajaran berupa teks puisi,
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, agar terjadi kesinambungan

diantara keduanya. Sehingga pembelajaran yang berlangsung akan lebih


terkoordinir dengan baik seimbang dan selaras.
C. Prinsip Reaksi
Guru berperan sebagai perencana dan pelaksana, sekaligus sebagai
motivator yaitu memberikan dorongan terhadap peserta didik untuk berpikir
secara bertahap agar terjalin pemahaman yang deklaratif dan prosedural.
D. Prinsip Pendukung
Guru memberikan sarana contoh teks puisi , agar peserta didik dapat
lebih paham dalam memahami dan menulis teks puisi yang baru untuk
tahap selanjutnya.
E. Dampak Instruksional dan Pengiring
Gambar tentang dampak instruksional dan pengiring dari model
pembelajaran langsung dapat dari bagain dibawah ini.

MODEL
PEMBELAJARAN

Peserta Didik Memahami


Materi Yang Disampaikan
Guru Mengenai Menulis
Puisi Bebas

LANGSUNG
Peserta Didik Memahami
Penguasaan Pemecahan
Masalah

Peserta Didik Mempunyai


Kebiasaan Berpikir Melalui
Latihan Yang Terstruktur
Berkaitan Dengan Menulis
Puisi

: Dampak Instruksional
: Dampak Pengiring

Peserta Didik Mampu


Secara Mandiri Dan
Menciptakan Pengarahan
Diri

IV.

Implementasi Desain Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Dengan Model


Pembelajaran Langsung Pada Kelas VIII SMP
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis
Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas
B. KOMPETENSI DASAR
KD 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang
bebas
C. INDIKATOR
1. Siswa dapat menjelaskan hakikat puisi
2. Siswa dapat menjelaskan struktur teks puisi
3. Siswa dapat menjelaskan ciri bahasa puisi
4. Siswa dapat menuliskan puisi dengan pilihan kata yang sesuai
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat menjelaskan hakikat teks puisi
2. Peserta didik dapat menjelaskan struktur teks puisi
3. Peserta didik dapat menjelaskan ciri bahasa teks puisi
4. Pesera didik dapat menuliskan puisi dengan pilihan kata yang sesuai
E. MATERI POKOK
1. Hakikat teks puisi
2. Struktur teks puisi
3. Kaidah bahasa teks puisi
F. SUMBER/ MEDIA BELAJAR
Buku Bahasa Indonesia Cakap Berbahasa Indonesia Kelas VIII
Contoh Teks Puisi

G. STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Model Pembelajaran
: Model Pembelajaran Langsung
b. Metode Pembelajaran
: Ceramah,
Tanya Jawab, Inkuiri, Diskusi,penugasan
c. Pendekatan Pembelajaran : Konstruktivistik
H. BAHAN/ ALAT PEMBELAJARAN
Teks Puisi
Alat tulis

Laptop
LCD
I. PENGATURAN KELAS
Kelas berbentuk klasikal seperti biasa, karena siswa diminta untuk
bekerja individu dan model pembelajaran berpusat pada siswa (individu)
sehingga guru dapat menilai siswa dalam pemahaman pada masing-masing
orang.
Posisi duduk:
S

PESERTA DIDIK

GURU

J. PROSEDUR PELAKSANAAN

No
1.

Kegiatan
Kegiatan Awal
Menyampaikan

Metode
Ceramah
tujuan

dan

mempersiapkan siswa
1. Guru mempersilahkan siswa
untuk memimpin doa
2. Guru melakukan apersepsi
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
4. Guru

mengarahkan

Waktu
10Menit

pemahaman siswa tentang puisi


2.

Kegiatan Inti
( eksplorasi)

25Menit

Mendemontrasikan

pengetahuan

Inkuiri
ceramah

dan keterampilan
1. Siswa mencermati teks puisi
yang telah dibagikan
2. Siswa
diberi
penjelasan
mengenai hakikat,struktur dan
ciri bahasa teks puisi
3. siswa memberikan pendapat
terkait dengan stuktur dan ciri
bahasa teks puisi

Inkuiri
penugasan

Membimbing Pelatihan
( elaborasi)
1. Siswa membaca teks puisi
2. Siswa
mengidentifikasi
struktur dan ciri bahasa yang
terdapat dalam puisi tersebut
Tanya Jawab
3. Siswa mencoba
untuk
diskusi
menuliskan teks puisi bebas
dengan pemilihan kata yang
sesuai
Mengecek

pemahaman

dan

memberikan umpan balik


1. Siswa memaparkan tugas yang
telah dikerjakan
2. Siswa lain menanggapi hasil
pemaparan

sesuai

dengan

struktur dan kaidah kebahasaan


puisi
3. Siswa diberi masukan oleh
guru setelah memaparkan hasil

pekerjaannya

3.

Kegiatan Penutup
Memberikan kesempatan

untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan


1. Siswa
bersama
guru
menyimpulkan pembelajaran
2. Siswa bersama guru melakukan

Diskusi

refleksi terhadap kegiatan yang


sudah dilaksanakan
3. Siswa dan guru melakukan

10 menit

evaluasi terhadap pembelajaran


yang telah dilakukan
4. Siswa memimpin berdoa untuk
mengakhiri

pembelajaran

menggunakan

bahasa

Indonesia yang baik dan benar


K.PENILAIAN
1.Pengetahuan
a.Teknik Penilaian

: Tes Tulis

b.Bentuk Instrumen

: Tes Uraian

c.Instrumen

: Terlampir

d.Pedoman penskoran : Terlampir


Pengetahuan
1.jelaskan struktur yang harus ada dalam menulis puisi!
2. jelaskan kaidah kebahasaan dalam puisi!
Pedoman penskoran
No

Kriteria

Skor

Siswa dapat menjelaskan struktur dan kaidah

76-100

kebahasaan dalam menulis puisi dengan baik


dan benar
Siswa dapat menjelaskan struktur dan kaidah
kebahasaan dalam menulis puisi dengan

51-75

cukup baik dan benar


Siswa dapat menjelaskan struktur dan kaidah
kebahasaan dalam menulis puisi dengan
kurang baik dan kurang benar

26-50

Siswa tidak dapat menjelaskan struktur dan


kaidaj kebahasaan dalam menulis puisi
dengan kurang baik dan kurang benar
1-25

2.Keterampilan
a.Teknik Penilaian: Praktik
b.Bentuk Instrumen

: Proyek

c.Instrumen

: Terlampir

d.Pedoman penskoran

: Terlampir

Keterampilan
1.Buatlah puisi bebas dengan pemilihan kata yang sesuai serta struktur dan ciri
bahasa yang tepat!
Pedoman Penskoran Menulis Teks Puisi
Aspek

Rentang

Kriteria

Skor
16-20

Sangat baik-sempurna: bahasa padat dan


berisi;

Skor

singkat,

ringkas,

dan

pendek;

11-15

mengandung makna yang luas dan dalam


Cukup-baik: bahasa padat dan berisi;
singkat,

BAHASA

6-10

ringkas,

dan

pendek;

kurang

mengandung makna yang luas dan dalam


Sedang-cukup: bahasa kurang padat dan
berisi; singkat, ringkas, dan pendek; kurang

1-5

mengandung makna yang luas dan dalam


Sangat kurang-kurang: bahasa terlalu
panjang; kurang mengandung makna yang

12-15

luas dan dalam


Sangat baik-sempurna: pemilihan diksi

8-11

tepat; menggunakan pengimajian


Cukup-baik: pemilihan diksi tepat; tidak

4-7

menggunakan pengimajian
Sedang-cukup: pemilihan diksi kurang

1-3

tepat; tidak menggunakan pengimajian


Sangat kurang-kurang: pemilihan kata
asal-asalan;

tidak

menggunakan

pengimajian
STRUKTUR
FISIK
12-15

Sangat

baik-sempurna:

tema

sesuai

dengan isi; menggambarkan perasaan, nada,


8-11

dan suasana; mengandung amanat


Cukup-baik: tema sesuai ;
menggambarkan

4-7

nada,

dan

suasana; mengandung amanat


Sedang-cukup: tema sesuai dengan isi;
kurang menggambarkan perasaan, nada, dan

STRUKTUR
BATIN

perasaan,

kurang

1-3

suasana; kurang mengandung amanat


Sangat kurang-kurang: tema tidak sesuai
dengan
perasaan,

isi;

kurang

nada,

dan

mengandung amanat
Jumlah

menggambarkan
suasana;

kurang

Petunjuk Penskoran :
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skordiperole h
x 100=skorak hir
SkorMaksimal

Contoh :
Skor diperoleh 12, skor maksimal adalah 15 maka skor akhir :
12
x 100=80
15

DAFTAR PUSTAKA

.Hariningsih Dwi,Wisnu Bambang,Lestari Septi.2008. Membuka Jendela Ilmu


Pengetahuan dengan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 untuk SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Indrastuti Kussuji Novi R.R,Triningsi Erna Diah.2010.Cakap Berbahasa
Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Kemendikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas VIII.
Jakarta: Kemendikbud
Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning: Cooperative Learning: Mempraktikkan
Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Sutopo.Maryati.2008.Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Susanto Ch Sawali.2010.Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai