Anda di halaman 1dari 42

EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

EVALUASI KEMAMPUAN RESEPTIF DAN PRODUKTIF BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA

MAKALAH
Disusun Oleh:

Awalia Rizki Mardatilla (06021381924065) M.Rais Rafif (06021381924044)

Arnold Prayoga (06021281924025) Nurjannah (06021381924056)

Dhiya Nabilah Putri (06021281924017) Regita Islamiyah (06021281924024)

Ega Prasetya (06021181924002) Sholehudin (0819014431)

Imelda Eriza (06021281924009) Uli Amrina (06021281924026)

Indah Dian Yusmalia (06021381924045)

Kelompok 2

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nurhayati, M.Pd.
Dr. Latifah Ratnawati, M.Hum

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami untuk dapat menyelesaikan
tugas makalah “Evaluasi Kemampuan Reseptif dan Produktif Bahasa dan Sastra
Indonesia” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra”.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat sedikit kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan
makalah ini. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, 29 Agustus 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Definisi Kemampuan Reseptif ................................................................. 3
2.2 Jenis-Jenis Tes Kemampuan Reseptif ..................................................... 3
2.3 Bentuk Soal Tes Kemampuan Reseptif .................................................... 8
2.4 Definisi Kemampuan Produktif…………………………………………9
2.5 Jenis-Jenis Tes Kemampuan Produktif .................................................. 10
2.6 Bentuk Soal Tes Kemampuan Produktif dan Rubrik Penilaian………...18
2.7. Definisi Penilaian Portofolio .................................................................. 29
2.8. Jenis-Jenis Penilaian Portofolio .............................................................. 30
2.9. Bentuk Penilaian Portofolio ................................................................... 34
BAB III ................................................................................................................. 38
PENUTUP ............................................................................................................. 38
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 38
3.2 Saran ....................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam penyusunan program pembelajaran, tentunya akan ada tujuan yang
ingin dicapai dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Salah satu hal
penting yang perlu diperhatikan adalah kegiatan evaluasi dan penilaian. Evaluasi
merupakan sarana yang sangat diperlukan bagi pemelajar maupun pengajar untuk
mengukur kemampuan diri secara objektif, khususnya pada hasil belajar siswa.
Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk
menilai hasil belajar melainkan dapat dinilai dari kegiatan pengajaran.
Kemampuan guru dalam mengevaluasi peserta didik bagian dari tugas dan
tanggung jawab dalam melaksanakan pengajaran. Mengevaluasi pembelajaran
termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.

Pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia aspek penilaian diukur dari
empat keterampilan berbahasa yaitu, (1) kemampuan menyimak (mendengarkan),
(2) kemampuan berbicara, (3) kemampuan membaca, dan (4) kemampuan
menulis. Kemampuan menyimak mengacu pada konsentrasi yang penuh pada saat
pembelajaran berlangsung. Hal ini tentunya menjadi faktor penting dalam
memahami sebuah pemaparan yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta
didik. Kemampuan berbicara mengacu pada kemampuan peserta didik untuk
mengungkapkan atau mengekspresikan dirinya dalam pembelajaran pidato,
bermain peran, dan mendeklamasikan puisi. Kemampuan membaca menjadi tolak
ukur seseorang untuk memahami sebuah konsep melalui pemahaman dan
penalaran untuk berpikir kritis. Kemampuan menulis mengacu pada
pengaktualisasi pemikiran melalui kata-kata dan kalimat sehingga menjadi sebuah
tulisan.

1
Keterampilan yang telah disebutkan diatas dikelompok mejadi
kemampuan reseptif yang terdiri dari keterampilan menyimak dan membaca, dan
keterampilan produktif yang terdiri dari keterampilan berbicara dan menulis.
Maka dari itu, pada makalah ini akan kami jelaskan hakikat tes kemampuan
reseptif dan tes kemampuan produktif dalam mengukur hasil belajar bahasa dan
sastra Indonesia peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Definisi Kemampuan Reseptif?


1.2.2 Apa Definisi Kemampuan Produktif?
1.2.3 Apa Definisi Penilaian Portofio?
1.2.4 Apa saja jenis jenis tes?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa definisi kemampuan keseptif.


1.3.2 Untuk mengetahui apa definisi kemampuan produktif.
1.3.3 Untuk mengetahui apa definisi penilaian portofio.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja jenis jenis tes.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kemampuan Reseptif

Kemampuan reseptif (decode) merupakan proses yang berlangsung pada


pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna
yang disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat artikulasi dan diterima
melalui alat pendengar (Chaer, 2003: 45-46). Secara sederhana, kemampuan
reseptif merupakan kemampuan penerima isyarat bahasa. Dalam proses
tersebut diharapkan orang lain dapat dan mampu menanggapi pesan atau
maksud dengan baik, sehingga lawan tutur dapat menanggapi dan merespon
maksud dari penutur.

2.2 Jenis-Jenis Tes Kemampuan Reseptif


1. Tes Kemampuan Menyimak

a. Hakikat Tes Kemampuan Menyimak

Menurut (Tarigan, 2015) kegiatan menyimak adalah suatu proses


mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Aspek-aspek yang diukur dalam tes menyimak adalah hal-hal yang
menjadi indikator keberhasilan menyimak berupa: bunyi-bunyi bahasa,
makna kata, pemahaman kalimat. Faktor non kebahasaan berupa pemahaman
terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara. Di dalam isi pesan terdapat
unsur sosial budaya yang harus dipahami oleh para penyimak.
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes
untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung

3
oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video. Pemahaman itu dapat
mengacu pada pemahaman secara umum seperti topik yang dibahas atau
sekedar garis besar isinya, atau bagian-bagian yang lebih terinci termasuk
pelaku, lokasi, waktu, dan beberapa aspek yang menonjol. Pemahaman lewat
menyimak dapat pula berkaitan dengan hal-hal yang lebih mendalam sifatnya,
yang tidak terbatas pada hal-hal yang secara tegas dan langsung
terungkapkan. Pemahaman semacam itu hanya dapat diperoleh dengan
menghubung-hubungkan bagian wacana tertentu, atau mengambil kesimpulan
dan implikasi berdasarkan pemahaman terhadap bagian-bagian
wacananya.semua itu merupakan penjabaran dari apa yang seharusnya
dipahami seseorang ketika menyimak suatu wacana yang dikomunikasikan
secara lisan untuk didengarkan.
b. Bahan Kebahasaan Tes Kemampuan Menyimak
Kemampuan menyimak dapat diartikan sebagai kemampuan
menangkap dan memahami bahasa lain. oleh karena itu, bahan
kebahasaan yang sesuai tentulah berupa wacana, berhubung sebuah
wacana pastilah memuat informasi. Untuk tes kemampuan menyimak,
pemilihan bahasan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik
dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan jenis-jenis wacana.
1) Tingkat kesulitan wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditinjau dari faktor kosakata
dan struktur yang dipergunakan. Jika kosakata yang
dipergunakan sulit, bermakna ganda dan abstrak, jarang
dipergunakan, ditambah lagi struktur kalimatnya yangkompleks,
wacana termasuk dalam kategori tinggi tingkat kesulitannya.
Wacana yang baik untuk dipergunakan dalam tes kemampuan
menyimak adalah wacana yang tidak terlalu sulit, atau
sebaliknya terlalu mudah.
2) Isi dan cakupan wacana
Isi dan cakupan wacana biasanya juga mempengaruhi tingkat
kesulitan wacana, jika isi wacana itu tidak sesuai minat dan

4
kebutuhan, atau tidak sesuai pula dengan bidang yang dipelajari
siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana yang
bersangkutan. Wacana yang akan diteskan hendaknya berisi hal-
hal yang bersifat netral sehingga sangat dimungkinkan adanya
kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu. Sebaliknya,
hendaklah menghindari wacana yang berisi suatu pandangan
atau keyakinan golongan tertentu karena akan menimbulkan
adanya perbedaan pendapat atau paling tidak lebih dari satu
jawaban yang benar.
3) Jenis-jenis wacana
Adapun jenis-jenis dan bentuk wacana yang sering digunakan
dlam tes kemampuan menyimak adalah sebagai berikut.
a) Pertanyaan atau pernyataan yang singkat
b) Dialog
c) Ceramah
2. Tes Kemampuan Membaca

a. Hakikat Tes Kemampuan Membaca

Membaca adalah segenap proses yang dilakukan untuk memahami,


merespon, mengkritisi, dan mereproduksi pesan atau informasi yang
terkandung dalam bahasa tulis. Tes membaca merupakan tes
keterampilan bahasa yang terintegratif. Dikatakan demikian karena tes
ini memadukan sejumlah konponen yang dijadikan sasaran tes.
Komponen tersebut meliputi isi bacaan, bahasa bacaan, dan komposisi
bacaan. Menurut Syihabuddin dikutip dari jurnal (Kartini, 2018)
bentuk-bentuk ujian yang dapat diteskan adalah sebagai berikut;
1) Menentukan makna kata yang dibaca
2) Menentukan makna kata di dalam konteks kalimat
3) Menentukan inti dari isi (arti) sebuah kalimat
4) Menangkap ide pokok dari suatu paragraf

5
5) Menangkap beberapa pokok dari suatu wacana (prosa atau
puisi)
6) Menarik kesimpulan dari suatu wacana (prosa atau puisi).
b. Pemilihan Bahan Tes Membaca
Kemampuan membaca diartikan sebagai kemampuan untuk
memahami informasi yang disampaikan. Tes kemampuan
membaca dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa
memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh
karena itu, bacaan atau wacana yang diujikan hendaklah yang
mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami.
Secara umum wacana yang layak diambil sebagai bahan tes
kemampuan membaca tidak berbeda halnya dengan tes kompetensi
kebahasaan, dan secara khusus juga tidak dibedakan dengan tes
kemampuan menyimak. Menurut Syihabuddin dikutip dari jurnal
(Kartini, 2018) hendaknya pemilihan wacana dipertimbangkan dari
segi tingkat kesulitan, panjang pendek, isi wacana, dan jenis atau
bentuk wacana.
1) Tingkat Kesulitan Wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh
kekompleksan kosa kata dan struktur. Semakin sulit dan
kompleks kedua aspek akan semakin sulit wacana yang
bersangkutan. Menurut Nurgiyantoro dikutip dari jurnal
(Kartini, 2018) menentukan tingkat kesulitan wacana dapat
dilihat dari; 1) jumlah kosa kata yang dipergunakan antara 250,
400, 700, atau 1.400; 2) teknik cloze. Wacana yang akan
diketahui tingkat kesulitannya, diteskan dalam bentuk cloze
testi. Jika rata-rata jawaban betul siswa lebih dari 75% wacana
yang bersangkutan dinyatakan mudah, sebaliknya jika rata-rata
kurang dari 25%, wacana itu tergolong sulit bagi siswa yang
bersangkutan
2) Isi wacana

6
Isi wacana yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat
perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian
siswa. Isi wacana dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai
pada diri siswa, misalnya menyediakan bacaan yang berkaitan
dengan sejarah perjuangan bangsa, pendidikan moral pancasila,
kehidupan beragama, berbagai karya seni, berbagai ilmu
pengetahuan popular, dan sebagainya.
3) Panjang pendek wacana
Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang.
Beberapa wacana yang pendek lebih baik daripada sebuah
wacana yang panjang. Dengan wacana yang pendek, kita dapat
membuat soal tentang berbagai hal, jadinya lebih komprehensif.
Di samping itu, secara psikologis siswa pun lebih senang pada
wacana yang pendek, Karena tidak membutuhkan waktu banyak
untuk membacanya dan wacana pendek tampaknya lebih
mudah.
4) Bentuk-bentuk wacana
Wacana yang dipergunakan sebagai bahan tes kemampuan
membaca, bisa berupa wacana yang berbentuk prosa (narasi),
dialog (drama), ataupun puisi.
c. Tingkat Tes Kemampuan Membaca
Penekanan tes kemampuan membaca adalah kemampuan
untuk memahami informasi yang terkandung dalam wacana.
Kegiatan ini memahami informasi itu sendiri sebagai suatu
aktivitas kognitif dapat dilakukan atau dibuat secara berjenjang,
sebagaimana ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S.
Bloom dikutip dari buku (Ibrahim, dan Yanti, 2017) adalah; 1.
Tingkatan ingatan (C1); 2. Tingkat pemahaman (C2); 3. Tingkat
penerapan (C3); 4. Tingkat analisis (C4); 5. Tingkat sintesis (C5);
dan 6. Tingkat evaluasi (C6).

7
2.3 Bentuk Soal Tes Kemampuan Reseptif

1. Tes Kemampuan Menyimak


Cermatilah kutipan dialog secara audio berikut!

"Begini Pak, kami orang tua Fitri, Windi, dan Agus. Kami ingin meminta surat
pindah sebab anak kami malu tidak naik kelas."

Kalau tidak naik kelas, mengapa malu, Pak?"

Karena anak kami tidak pernah tinggal kelas dan selama ini tidak ada keluarga
kami yang tinggal kelas, Pak. Kami rela memberikan kenang-kenangan kepada
sekolah lho, Pak. Sekali lagi jika sekolah mau menaikkan anak kami."

"Maaf, Pak. Sekali lagi saya tidak bisa. Ini sudah keputusan rapat dewan guru."

"Kalau begitu, ya terpaksa anak kami, kami tarik dari sekolah ini."

Karakter orang tua siswa yang negatif sesuai audio adalah...

A. Menentang keputusan dewan guru dan memaksakan kehendak agak mereka


naik kelas.

B. Berusaha memberikan kenang-kenangan kepada kepala sekolah karena


anaknya naik kelas.

C. Ingin menyumbangkan sesuatu kepada sekolah yang telah mendidik anak-anak


mereka sampai selesai

D. Tidak menghadiri rapat orang tua siswa tatkala menerima laporan pendidikan.

E. Memaksa kepala sekolah mengeluarkan surat pindah.

Berdasarkan soal diatas, dapat diketahui jawaban yang benar adalah A. Saat
menyimak audio berdasarkan tingkat kesulitan dan isi cakupan wacana. Pada soal
ini berjenis dialog antara orang tua siswa dan guru. Setelah menyimak dari
percakapan itu orang tua siswa berusaha menentang keputusan dewan guru dan
terkesan membujuk guru agar anaknya naik kelas.

8
2. Tes Kemampuan Membaca
Cermati paragraf berikut.

Sekarang, investasi yang menguntungkan adalah investasi emas. Emas sangat


bernilai tinggi karena tidak dapat dibuat oleh manusia. Selain itu, kesediaan emas
juga semakin hari semakin sedikit. Hal ini membuat emas sangat bernilai dan
trend-nya cenderung untuk naik. Meskipun kadang juga bergejolak turun, itu
hanyalah sesaat dan pada akhirnya naik kembali. Boleh dikatakan, hampir setiap
tahun nilai jual emas semakin tinggi.

Makna kata investasi yang digunakan dalam paragraf tersebut adalah...


A. Penghematan dilakukan agar menjaga keborosan.
B. Pengaturan pengeluaran untuk penghematan keluarga.
C. Pemutaran modal untuk memperoleh keuntungan.
D. Penyimpanan barang yang tidak menyebabkan kerugian.
E. Penyimpanan kekayaan agar terhindar dari pemborosan.

Berdasarkan soal diatas, dapat diketahui bahwa jawabannya adalah C. Setelah


memahami paragraf yang berupa pernyataan. Setelah menelisik isi wacana bisa
dikatakan bahwa emas yang diinvestasikan agar kehidupan manusia di masa
depan dapat memperoleh keuntungan karena harga emas yang cenderung naik..

2.4 Definisi Kemampuan Produktif


Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat
verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa sendiri adalah
proses menyampaikan informasi dalam komunikasi itu. Proses berbahasa adalah
proses mental yang sering terjadi pada waktu kita berbicara ataupun berproses
mental yang menjadi dasar pada kita mendengar, mengerti mengingat dapat
diterangkan dengan suatu sistem kognitif yang ada pada manusia.
Berbahasa produktif adalah keterampilan atau mampu membuat kode-
kode kebahasaan yang bermakna dalam komunikasi baik lisan maupun tertulis.
Berbahasa merupakan gabungan berurutan antara dua proses dari aspek-aspek

9
tersebut. Pertama, proses produktif artinya proses yang berlangsung pada diri
pembicara yang dihasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. Kedua,
proses reseptif artinya proses yang disampaikanoleh pembicara melalui alat-alat
artikulasi dan diterima melalaui alat-alat mendengar.Proses rancangan berbahasa
produktif dapat dibagi menjadi tiga tahapan yakni:
1. Enkode sematik, yaitu proses penyusunan ide, gagasan, atau konsep
2. Enkode gramatikal, yaitu penyusunan konsep atau ide dalam bentuk
satuan gramatikal.
3. Enkode fonologi, yaitu penyusunan bunyi dari kode tersbebut yang
kemudian dilontarkan kepada lawan bicara dengan pemahaman.

2.5 Jenis-Jenis Tes Kemampuan Produktif

1. Tes Keterampilan Berbicara

a. Hakikat Tes Keterampilan Berbicara


Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia
belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk
dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus
menguasai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Di samping
itu, diperlukan juga penguasaan masalah dan atau gagasan yang akan
disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa kawan bicara
(Ibrahim dan Yanti , 2017).
Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap
lambang bunyi baik untuk keperluan menyampaikan maupun
menerima gagasan. Lambang yang berupa tanda-tanda visual seperti
yang dibutuhkan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak
diperlukan. Itulah sebabnya orang yang buta huruf pun dapat
melakukan aktivitas berbicara secara baik, misalnya para penutur asli.
Penutur yang demikian mungkin bahkan tidak menyadari kompetensi

10
kebahasaannya, tidak “mengerti” sistem bahasanya sendiri. Kenyataan
itu sekali lagi membuktikan bahwa penguasaan bahasa lisan lebih
fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan
berbicara seharusnyalah mendapat perhatian yang cukup dalam
pembelajaran bahasa dan tes kemampuan berbahasa.
Dalam situasi yang normal, orang melakukan kegiatan berbicara
dengan motivasi ingin menemukan sesuatu kepada orang lain, atau
karena ingin memberikan reaksi terhadap sesuatu yang didengarnya.
Pembicaraan dalam situasi yang demikian, kejelasan penuturan tidak
semata-mata ditentukan oleh ketepatan bahasa (verbal) yang
dipergunakan saja, melainkan amanat dibantu oleh unsur-unsur
paralinguistik seperti gerak-gerakan tertentu, ekspresi wajah, nada
suara, dan sebagainya, suatu hal yang tidak ditemui dalam komunitas
tertulis. Situasi pembicaraan (serius, santai, wajar, tertekan) dalam
banyak hal juga akan memengaruhi keadaan dan kelancaran
pembicaraan.
b. Bentuk Tugas Kompetensi Berbicara
Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta
didik untuk mengukur kompetensi berbicaranya dalam bahasa target.
Apapun bentuk tugas yang dipilih haruslah yang memungkinkan
peserta didik untuk tidak saja mengekspresikan kemampuan
berbahasanya, melainan juga mengungkapkan gagasan, pikiran,
perasaan, atau menyampaikan informasi. Dengan demikian, tes
tersebut bersifat fungsional, di samping dapat juga mengungkap
kemampuan peserta didik berbicara dalam bahasa yang bersangkutan
mendekati pemakaiannya secara normal. Selain itu, pemberian tugas
hendaklah juga dilakukan dengan cara yang menarik menyenangkan
agar peserta uji tidak merasa tertekan dan dapat mengungkapkan
kompetensi berbahasanya secara normal dan maksimal.
1) Berbicara Berdasarkan Gambar

11
Untuk mengungkapkan kemampuan berbicara pembelajar dalam
suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang
baik. Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan
anak-anak usia sekolah dasar ataupun pembelajar bahasa asing pada
tahap awal. Akan tetapi, rangsang gambarpun dapat pula dipergunakan
pada pembelajar yang kemampuan berbahasanya telah (lebih) tinggi
tergantung pada keadaan gambar yang dipergunakan itu sendiri. Burt
dkk (Oller, 1979:47-48, 304-314) menyusun gambar-gambar menarik
yang dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan berbicara peserta
didik yang potensial untuk tes yang berkadar pragmatik. Gambar yang
dimaksud kemudian disebutnya sebagai the Bilingual Syntax measure.
Rangsang gambar yang dapat dipakai sebagai rangsang berbicara
dapat dikelompokkan ke dalam gambar objek dan gambar cerita.
Gambar objek merupakan gambar tentang objek tertentu yang berdiri
sendiri seperti binatang, kendaraan, pakaian, alam dan berbagai objek
yang lain yang kehadirannya tidak memerlukan bantuan objek gambar
lain. Gambar cerita adalah gambar susun yang terdiri dari sejumlah
panel gambar yang saling berkaitan yang secara keseluruhan
membentuk sebuah cerita.
2) Berbicara Berdasarkan Rangsangan Suara
Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim
dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman
yang sengaja dibuat untuk maksud itu. Program radio yang dimaksud
dapat bermacam, misalnya siaran berita, sandiwara, atau program-
program lain yang layak. Jika program siaran radio yang dipilih
waktunya tidak berkesesuaian dengan waktu pembelajaran di sekolah,
kita dapat merekam program itu dan menghadirkannya dalam bentuk
rekaman. Atau, kita sengaja menugasipeserta didik untuk
mendengarkan siaran tertentu pada radio tertentu pada jam tertentu
untuk kemudian menceritakannya di sekolah.
3) Berbicara Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara

12
Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan
gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan suara di atas.
Namun, wujud visual yang dimaksud sebenarnya lebih dari sekedar
gambar. Selain wujud gambar diam, ia juga berupa gambar gerak dan
gambar aktivitas. Contoh rangsang yang dimaksud yang paling banyak
dikenal adalah siaran televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman
sejenis. Siaran televisi juga dapat direkam untuk kemudian dibawa di
kelas, misalnya karena jika siaranyang diperlukan tidak berkesuaian
waktu dengan jam pembelajaran di sekolah. Siaran televisi yang dipilih
dapat berupa siaran berita, sinetron, acara flora dan fauna, dan lain-lain
yang di dalamnya terkandung unsur pendidikan atau unsur penting
lainya.

Tugas bentuk ini terlihat didominasi dan terkait dengan kompetensi


menyimak, namun juga terdapat bentuk-bentuk lain yang memerlukan
pengamatan dan pencermatan seperti gambar, gerak, tulisan, dan lain-
lain yang terkait langsung dengan unsur suara dan secara keseluruhan
menyampaikan suatu kesatuan informasi. Tugas menonton siaran
televisi dapat langsung di kelas atau di rumah dengan menunjuk pada
siaran tertentu.

4) Bercerita

Tugas ini dalam jenis asesmen otentik berupa tugas menceritakan


kembali teks atau cerita (retelling texts or story). Jadi, rangsang yang
dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca,
berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman
(pengalaman bepergian, pengalaman berlomba, pengalaman
berseminar), dan lain-lain. Sebagai bagian asesmen otentik, penilaian
kinerja bercerita juga praktis dilakukan lewat pembuatan rubrik.
Rubrik dapat dibuat sendiri oleh guru berdasarkan bahan tugas yang
diberikan, misalnya tugas menceritakan kembali isi buku cerita (fiksi)
yang dibaca.

13
5) Wawancara

Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pembelajar yang


kompetensi berbahasa lisannya, bahasa target yang sedang
dipelajarinya, sudah cukup memadai sehingga memungkinan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu. Kegiatan
wawancara dalam rangkaian tes kompetensi berbahasa lisan termasuk
ke dalam jenis asesmen autentik dan bukan sekedar kegiatan untuk
mengetahui informasi tertentu tentang jati diri peserta uji.

Kegiatan wawancara dilakukan oleh dua (beberapa) orang penguji


dalam praktik yang sering terjadi di sekolah hanya seorang penguji
terhadap peserta didik atau calon tertentu selama jangka waktu
tertentu, misalnya minimum sepuluh menit untuk seorang calon.
Wawancara dimaksudkan untuk menilai kompetensi berbahasa peserta
uji lewat pertanyaan tentang berbagai masalah keseharian.

Pewawancara hendaknya mengusahakan agar calon tetap tenang,


tidak merasa tertekan, tidak merasa seperti sedang diuji, sehingga
bahasa yang diungkapkan dapat mencerminkan kemampuan yang
sebenarnya. Biasanya, kesadaran calon bahwa ia sedang diuji akan
memengaruhi mentalnya sehingga bahasanya pun akan berpengaruh
pula, misalnya tidak lancar, sering terjadi kesalahan atau bahkan
mungkin tidak dapat berbicara. Oleh karena itu, pada awal dimulainya
wawancara, penguji sebaiknya menanyakan hal-hal yang mudah
dijawab calon agar tumbuh keberanian dan rasa percaya dirinya.

Masalah yang ditanyakan dalam wawancara dapat menyangkut


berbagai hal, tetapi hendaknya disesuaikan dengan tingkat pengalaman
peserta uji misalnya usia, sekolah, dan kemampuan berbahasa. Alat
penilaian yang dipergunakan perlu disiapkan sebelum wawancara
dimulai. Pewawancara perlu menyiapkan seperangkat alat dan teknik
penilaian yang disepakati bersama. Penilaian itu sendiri diberikan

14
setelah wawancara selesai. Akan tetapi, selama berlangsung
wawancara, penguji telah mencatat dalam hati nilai masing-masing
komponen yang dinilai sesuai dengan kemampuan peserta didik. Ada
beberapa model penilaian wawancara, misalnya model the foreign
service institute atau model yang kita kembangkan sendiri. Kedua
model tersebut di bawah ditunjukan.

6) Berdisuksi dan Berdebat


Tugas berbicara yang dimasukkan dalam bagian ini adalah
berdiskusi, berdebat, berdialog, dan berseminar. Berdiskusi, berdebat,
dan berdialog merupakan tugas-tugas berbicara yang paling tidak
melibatkan dua orang pembicara. Bahkan, dalam berseminar lazimnya
diikuti banyak peserta walau belum tentu semuanya mau dan dapat
berbicara. Situasi pembicaraan dalam kegiatan berdiskusi, berdebat, dan
berdialog dapat formal, setengah formal atau nonformal, sedang dalam
berseminar mesti formal. Dalam penulisan ini berbagai tugas berbicara
tersebut diandalkan berlangsung dalam situasi formal, maka bahasa
yang dipergunakan juga karena harus formal.
Berbagai tugas berbicara tersebut baik dilakukan para peserta didik
di sekolah dan terlebih lagi para mahasiswa untuk melatih kemampuan
dan keberanian berbicara. Selain itu, tugas-tugas tersebut juga baik dan
strategis sebagai latihan beradu argumentasi. Dalam aktivitas itu,
peserta didik berlatih untuk mengungkapkan gagasan, menanggapi
gagasan-gagasan kawannya secara kritis serta mempertahankan gagasan
sendiri dengan argumentasi secara logis dan dapat dipertaggung
jawabkan. Untuk maksud itu semua, sudah tentu kemampuan dan
kefasihan berbicara dalam bahasa yang bersangkutan sangat
menentukan.
7) Berpidato

Dilihat dari segi kebebasan peserta didik memilih bahasa untuk


mengungkapkan gagasan, berpidato memunyai persamaan dengan

15
tugas bercerita. Untuk melatih kemampuan peserta didik
mengungkapkan bahasan dalam bahasa yang tepat dan cermat, tugas
berpidato baik untuk diajarkan dan diujikan di sekolah. Ujian
berbahasa lisan dengan tugas berpidato pun tinggi kadar
keautentikannya.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran dan tes bahasa di sekolah,


tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi. Misalnya, peserta
didik bersimulasi sebagai kepala sekolah berpidato dalam upacara
bendera, menyambut tahun baru, hari sumpah pemuda, dan
sebagainya. Kompetensi berbahasa lisan yang berupa aktivitas
berpidato cukup populer di sekolah dan perguruan tinggi, terbukti
dengan seringnya diselenggarakannya lomba berpidato antarpeserta
didik atau mahasiswa. Ada beberapa cara untuk menilai tugas
berpidato. Cara pertama adalah mengembangkan alat evaluasi sendiri
dengan membuat rubrik penilaian, sedang yang kedua kita dapat
mengadopsi model yang dikembangkan orang.

2. Tes Kemampuan Menulis


Tes kemampuan menulis, sebagaimana halnya dengan tes
kemampuan berbicara, cukup potensial untuk dijadikan tes yang
bersifat pragmatik. Pada umumnya, aktivitas orang menghasilkan
bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi produktivitas bahasa
itu sendiri, melainkan karena ada sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Dengan kata lain, bahasa hanya merupakan sarana, dan gagasan apa
yang ingin dikomunikasikan lebih penting daripada sarana bahasa itu
sendiri.
a. Bentuk-Bentuk Tugas Kemampuan Menulis
1. Tugas menyusun alinea.
2. Menulis berdasarkan rangsang visual.
3. Menulis berdasarkan rangsang suara.
4. Menulis dengan rangsang buku.

16
5. Menulis laporan.
6. Menulis surat.
7. Menulis berdasarkan tema tertentu.
8. Teknik penilaian hasil karangan
Kategori-kategori pokok dalam penilaian meliputi:
1. Kualitas dan ruang lingkup isi.
2. Organisasi dan penyajian isi.
3. Gaya dan bentuk bahasa.
4. Mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan
kebersihan.
5. Respon efektif guru terhadap karya tulis.
6. Tingkat tes kemampuan menulis.
b. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Ingatan
Tes kemampuan menulis pada tingkat ingatan, seperti halnya tes
kemampuan berbicara, lebih bersifat teoritis. Artinya, tes lebih
berhubungan dengan teori atau pengetahuan tentang menulis yang
sering diajarkan sebelum siswa disuruh praktik menulis. Pengetahuan
yang dimaksud misalnya yang berhubungan dengan masalah definisi,
pengertian, konsep, fakta, dan istilah-istilah yang biasa ditemui dalam
pelajaran menulis.
c. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Pemahaman
Tes pada tingkat ini juga lebih bersifat teoritis, belum menugasi
siswa untuk menghasilkan karya tulis secara sungguh-sungguh.
Artinya, menghasilkan karangan yang baik gagasan maupun bahasanya
berasal dari siswa. Tes yang ditanyakan kepada siswa masih berkaitan
dengan pengetahuan tentang selukbeluk tugas menulis, tetapi lebih dari
sekedar yang bersifat mengingat saja.
d. Tes Kemampuan Menulis Tingkat Penerapan
Tes pada tingkat ini telah menuntut siswa untuk benar-benar
menghasilkan karya tulis. Dalam tes tingkat penerapan siswa telah

17
diminta untuk mengemukakan gagasan sendiri sekaligus dengan
bahasa sebagai sarananya.
e. Catatan Tes Kemampuan Menulis Tingkat ke Atas
Tes kemampuan menulis pada tingkat analisis, sintesis, dan
evaluasi juga menghendaki siswa untuk praktik menghasilkan karya
tulis. Pemberian tugas menulis tentu saja dapat dilakukan dengan
memberikan penekanan pada aspek tertentu, yaitu analisis, sintesis,
atau evaluasi. Jika penekanan pada tingkat analisis, tugas yang
diberikan hendaklah yang lebih banyak memaksa siswa untuk
menganalisis suatu kasus atau masalah. Demikian juga dengan
penekanan pada tingkat sintesis dan evaluasi.
2.6 Contoh Soal Kemampuan Produktif dan Rubrik Penilaian Evaluasi
Produktif

Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif produktif adalah kemampuan


yang menuntut kegiatan untuk menyampaikan bahasa kepada orang lain, baik
secara tertulis maupun lisan. Penyampaian bahasa dapat berarti penyampaian
gagasan, pikiran, perasaan, pesan, atau informasi oleh pihak penutur
(Nurgiyantoro, 2010). Tes untuk mengukur kompetensi berbicara siswa sebaiknya
adalah tes yang memungkinkan siswa tidak hanya mengekspresikan kemampuan
berbahasanya, melainkan juga untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, atau
menyampaikan informasi. Pemberian tugas berbicara dapat berdasarkan rangsang
gambar, berbicara dengan rangsang suara, berbicara berdasarkan rangsang visual
dan suara, bercerita, wawancara, berdiskusi, dan berpidato (Nurgiyantoro, 2010).

Rubrik adalah alat penilaian untuk penilaian subjektif. Rubrik merupakan


satu set kriteria dan standar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang
digunakan untuk menilai prestasi pelajar di atas kertas, projek, eseai, dan tugas
lain. Standar rubric dapat menilai berdasarkan kriteria tertentu, membuat
pemarkahan dengan lebih mudah. Dalam hal ini tujuan dari penilaian rubrik yakni
siswa diharapkan secara jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan
untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua pihak “guru dan siswa” akan

18
mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang
diharapkan.

2.6.1. Contoh Soal Kemampuan Produktif

1. Tes Kompetensi Berbicara

Bentuk tes yang dipilih haruslah yang memungkinkan peserta didik untuk
tidak saja mengekspresikan kemampuan berbahasanya, melainan juga
mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau menyampaikan informasi.
Dengan demikian, tes tersebut bersifat fungsional, di samping dapat juga
mengungkap kemampuan peserta didik berbicara dalam bahasa yang
bersangkutan mendekati pemakaiannya secara normal. Selain itu, pemberian tugas
hendaklah juga dilakukan dengan cara yang menarik menyenangkan agar peserta
uji tidak merasa tertekan dan dapat mengungkapkan kompetensi berbahasanya
secara normal dan maksimal.

A. Berbicara Berdasarkan Gambar

Oller dalam Ibrahm: 2017 menyatakan bahwa menyusun gambar-


gambar menarik dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan berbicara
peserta didik yang potensial untuk tes yang berkadar pragmatik. Rangsang
gambar yang dapat dipakai sebagai rangsang berbicara dapat
dikelompokkan ke dalam gambar objek dan gambar cerita.
1) Objek Gambar
Gambar objek adalah gambar yang masing-masing memiliki nama
satu kata dan merupakan gambar-gambar lepas yang antara satu
dengan yang lain kurang ada kaitannya. Gambar objek dapat
dijadikan rangsang berbicara unuk peserta didik tingkat awal,
misalnya taman kanak-kanak, atau pembelajar bahasa asing tingkat
pemula yang masih dalam tahap melancarkan lafal bahasa dan
memahami makna kata.
Contoh Soal:

19
1.

a. Sebutkan nama-nama hewan pada gambar.


b. Hewan apa yang memiliki telinga yang lebar dan besar?
2.

a. Sebutkan jenis transportasi pada gambar.


b. Jika kita ingin pergi ke luar kota atau luar negeri
transportasi apa yang kita gunakan agar cepat sampai?
c. Jenis transportasi mana yang menggunakan bahan bakar
bensin?

2) Gambar Cerita
Gambar cerita adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah
cerita. Ia mirip komik, atau mirip buku gambar tanpa kata
(wordless picture books), yaitu buku-buku gambar cerita yang alur
ceritanya disajikan lewat gambargambar,atau gambar-gambar itu
sendiri menghadirkan cerita. Dilihat dari sifat alamiah gambar
cerita tersebut, ia terlihat potensial untuk dijadikan bahan rangsang
berbicara. Gambar cerita berisi suatu aktivitas, mencerminkan

20
maksud atau gagasan tertentu, bermakna, dan menunjukkan situasi
konteks tertentu. Jadi, pada intinya gambar cerita itu sudah
menunjukkan makna tertentu. Maka, tugas berbicara berdasarkan
rangsang gambar cerita tidak lain adalah tugas menceritakan makna
gambar itu atau menjawab pertanyaan yang terkait.

Contoh soal:

a. Urutkan gambar dan buatlah cerita dari gambar tersebut.


b. Apa yang diberikan Ibu kepada anaknya?
c. Mengapa Ibu memindahkan kue dari lemari ke dalam kulkas?

Untuk menilai kompetensi berbicara peserta didik, kita dapat membuat dan
menggunakan rubrik yang sengaja disiapkan. Komponen penilaian harus
melibatkan unsur bahasa dan kandungan makna. Guru juga perlu mencatat
kesalahan-kesalahan kebahasaan yang dilakukan peserta didik untuk diperbaiki.
Rubrik penilaian yang dimaksudkan dicontohkan sebagai berikut.

21
B. Berbicara Berdasarkan Rangsangan Suara
Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim dipergunakan
adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman yang sengaja dibuat
untuk maksud itu. Program radio yang dimaksud dapat bermacam, misalnya
siaran berita, sandiwara, atau program-program lain yang berkaitan.

Contoh soal:
1. Simak rekaman siaran berita berikut ini.
Contoh berita yang didengarkan:

Komisi pemilihan umum kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menggelar


pemilihan ulang pada sabtu, 12 Desember 2020. Sebanyak 549 pemilh di
TPS 3 memilih ulang. Panwaslu kabupaten Poso mengatakan pemilihan
ulang dilakukan setelah ada masyarakat yang menerima lebih dari satu
surat suara. Penyelenggaraan pemilihan ulang ini dilaksanakan dengan
penjagaan ketat dari aparat kepolisian sehingga berjalan dengan aman
dan lancar.
a. Tuliskan poin-poin penting dari berita yang anda dengar.
b. Susun poin-poin tersebut menjadi sebuah paragraf dengan bahasa
anda sendiri dan ceritakan di depan kelas.

Setelah itu, siswa diminta untuk menceritakannya kembali di depan


kelas. Kinerja peserta didik kemudian dinilai dengan menggunakan
rubrik penilaian. Guru juga bisa bertanya mengenai isi berita
menggunakan unsur 5w+1H, seperti berikut ini:

c. Apa isi berita tersebut?

22
d. Kapan dan di mana terjadinya peristiwa yang diberitakan?
e. Mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi?
f. Bagaimana akhir dari peristiwa tersebut?

C. Berbicara Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara


Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan
antara berbicara berdasarkan gambar dan suara di atas. Gambar ini berupa
gambar gerak dan gambar aktivitas.

Contoh soal:
1. Perintah: Tontonlah video berikut ini (video berisikan kehidupan fauna)
a. Tulislah poin-poin penting dari video tersebut.
b. Susun poin-poin penting tersebut menjadi paragraf yang memberikan
informasi. Lalu, ceritakan di depan kelas.

Guru juga dapat memberikan soal yang menggunakan unsur 5W+1H, lalu
siswa menjawabnya secara langsung.

a. Apa isi video tersebut?


b. Bagaimana cara mereka bertahan hidup?

23
c. Kapan mereka tidur dan bangun?
d. Di mana habitat mereka?
e. Mengapa mereka tinggal di daerah tersebut?

Penilaian yang dilakukan dapat menggunakan rubrik seperti pada contoh


penilaian berdasarkan rangsang suara dan atas dengan sedikit penambahan
komponen.

D. Bercerita
Tugas ini dalam jenis asesmen otentik berupa tugas menceritakan
kembali teks atau cerita (retelling texts or story). Jadi, rangsang yang
dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca,
berbagai cerita (fiksi dan cerita lama), berbagai pengalaman
(pengalaman bepergian, pengalaman berlomba, pengalaman
berseminar), dan lain-lain.

Contoh Soal:
1. Ceritakan kembali novel atau cerita yang sudah anda baca.
2. Ceritakan pengalaman yang tak terlupakan bagi anda.

Kemudian siswa membagikan hasil ceritanya kepada guru sebagai


penilaian.

24
Rubrik dapat dibuat sendiri oleh guru berdasarkan bahan tugas yang
diberikan, Di bawah dicontohkan rubrik penilaian tugas bercerita
berdasarkan buku cerita yang dibaca.

. Wawancara

E. Wawancara
Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pembelajar yang
kompetensi berbahasa lisannya, bahasa target yang sedang
dipelajarinya, sudah cukup memadai sehingga memungkinan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu. Kegiatan
wawancara dalam rangkaian tes kompetensi berbahasa lisan termasuk
ke dalam jenis asesmen autentik dan bukan sekedar kegiatan untuk
mengetahui informasi tertentu tentang jati diri peserta uji.
Contoh evaluasi produktif terkait materi wawancara dapat dilihat
pada soal di bawah ini.
Lakukanlah kegiatan wawancara dengan salah satu siswa yang ada
di kelas XII IPA dengan berpedoman pada hal berikut!
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa
dirumah
Bentuk : Bebas

25
Responden : Siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi
Nama siswa :……………….
Kelas :……………….
Jenis kelamin :……………….
Pertanyaan, jawaban siswa, komentar dan kesimpulan hasil
wawancara:
1. Kapan dan berapa lama anda belajar di rumah?
2. Bagaimana anda mempersiapkan diri untuk balajar secara efektif?
3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa
yang anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
Untuk menilai kompetensi berbicara peserta didik, kita dapat
membuat dan menggunakan rubrik yang sengaja disiapkan.Komponen
penilaian harus melibatkan unsur bahasa dan kandungan makna.
Rubrik penilaian yang dimaksudkan dicontohkan sebagai berikut.
No Aspek yang Dinilai Tingkatan
. Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5
1 Keakuratan dan keaslian gagasan
2 Kemampuan berargumentasi
3 Keruntutan penyampaian gagasan
4 Ketepatan kata
5 Ketepatan kalimat
6 Ketepatan stile penuturan
7 Kelancaran
8 Pemahaman
Jumlah skor

F. Berdiskusi dan Berdebat


Contoh evaluasi diskusi menurut (Suherli, Suryaman, Septiaji, & Istiqomah,
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK, 2016)
a. Diskusi
Diskusikan pertanyaan berikut dengan teman sebelahmu atau sebangkumu.
1. Apa perbedaan antara skripsi dan tesis? Jelaskan!
2. Apa arti dari rasional yang terdapat dalam ciri kebahasaan karya ilmiah?

26
b. Debat
Lakukan debat dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
1. Pembicara I dari kelompok afirmasi menyampaikan argumentasi pembuka
(Pemahaman topik, permasalahan, analisis) secara umum yang
menunjukkan bahwa mereka mendukung mosi.
2. Pembicara I dari regu oposisi menyampaikan argumentasi pembuka
(Pemahaman topik, permasalahan, analisis) secara umum yang
menunjukan mereka tidk setuju dengan mosi.
3. Pada babak pertama ini tidak diperkenankan melakukan interupsi.
4. Peserta II dari regu afirmasi menyampaikan dan memperkuat argumentasi
yang disampaikan pembicara I.
5. Peserta II dari regu oposisi menyampaikan dan memperkuat argumentasi
yang disampaikan pembicara I.
6. Peserta III dari regu afirmasi menyampaikan dan memperkuat argumentasi
yang disampaikan pembicara I dan II sekaligus menyampaikan kesimpulan
terhadap mosi.
7. Peserta III dari regu oposisi menyampaikan dan memperkuat argumentasi
yang disampaikan pembicara I dan II sekaligus menyampaikan kesimpulan
terhadap mosi.
8. Tim Lawan dapat melakukan interupsi dimulai pada Pembicara II, dua
menit setelah pembicara memaparkan argumentasi. Dengan maksimal dua
kali interupsi & waktu 30 detik pada satu kali interupsi. Interupsi dilarang
pada 1 menit terakhir.
9. Pemberian interupsi harus atas seizin moderator.
10. Waktu yang diberikan kepada setiap regu maksimal lima menit.

Contoh rubrik penilaian diskusi dan debat:

No Aspek yang Dinilai Tingkatan


. Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5
1 Keakuratan dan keaslian gagasan

27
2 Kemampuan berargumentasi
3 Keruntutan penyampaian gagasan
4 Pemahaman
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan kalimat
7 Ketepatan stile penuturan
8 Kelancaran
Jumlah skor

G. Berpidato

Praktikkan pidato persuasif di depan kelas dengan tema hari


kartini. Setiap siswa diperbolehkan menggunakan alat pendukung
ataupun properti lainnya.
Untuk menilai kompetensi berbicara peserta didik, kita dapat
membuat dan menggunakan rubrik yang sengaja disiapkan.Komponen
penilaian harus melibatkan unsur bahasa dan kandungan makna.
Rubrik penilaian yang dimaksudkan dicontohkan sebagai berikut.

No Aspek yang Dinilai Tingkatan


. Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5
1 Keakuratan dan keaslian gagasan
2 Kemampuan berargumentasi
3 Keruntutan penyampaian
gagasan
4 Ketepatan kata
5 Ketepatan kalimat
6 Ketepatan stile penuturan
7 Kelancaran
8 Kebermaknaan penuturan
Jumlah skor

B. Bentuk Tes Kemampuan Menulis


Contoh soal tes kemampuan menulis menurut (Suherli, Suryaman,
Septiaji, & Istiqomah, 2017) dalam buku bahasa Indonesia kelas XI
SMA/MA/SMK/MAK dapat dilihat dari soal berikut.

28
Lakukan kegiatan berikut!
a. daftarlah topik yang berkaitan dengan kegiatan belajar di sekolahmu.
b. usunlah topik tersebut menjadi teks eksplanasi.
c. kembangkan lah kerangka itu menjadi sebuah karangan eksplanasi dengan
memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang benar.
Rubrik penilaian dari evaluasi di atas dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

2.7.Definisi Penilaian Portofolio


Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan
dari report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap.
Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang
dilakukannya. Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen
seseorang , kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang

29
bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Portofolio dapat diartikan sebagai wujud benda fisik, sebagai suatu proses
sosial pedagogis, maupun sebagai adjective (Budimansyah, 2002). Jika
disandingkan dengan konsep penilaian dikenal istilah penilaian berbasis
portofolio. Hal senada dikemukakan oleh Surapranata dan Hatta (2004)
bahwa portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil belajar atau karya
peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar
peserta didik dari waktu ke waktu dan dari satu mata pelajaran ke mata
pelajaran yang lain. Portofolio secara sederhana dapat juga diartikan sebagai
bukti-bukti pengalaman belajar peserta didik yang dikumpulkan sepanjang
waktu, misalnya satu semester atau satu tahun.

2.8.Jenis-Jenis Penilaian Portofolio


Fosters dan Masters berpendapat dikutip dari (Tim Pusat Penilaian
Pendidikan, 2019) penilaian portofolio dapat dibedakan ke dalam tiga
kelompok, yaitu: portofolio kerja (working portfolio), portofolio
dokumentasi (documentary portfolio), dan portofolio pilihan (show
portfolio). Berikut penjelasan dibawah ini.
1. Portofolio Kerja
Portofolio kerja (working portfolio) merupakan semua koleksi hasil
kerja pada suatu mata pelajaran atau kompetensi pada periode waktu
tertentu. Pada dunia pendidikan portofolio kerja siswa pada kompetensi
menulis misalnya meliputi semua tulisan siswa baik yang berupa catatan,
draf awal, draf setengah jadi, draf sebelum final dan tulisan akhir.
Portofolio kerja siswa untuk kompetensi Bahasa indonesia kelas VII
misalnya dapat berupa hasil ulangan atau kuis, laporan suatu tugas,
refleksi atau hasil penilaian diri siswa, dan jurnal atau catatan harian
siswa.
Portofolio kerja mempunyai fungsi formatif dan diagnostik. Untuk
siswa portofolio kerja sebagai bahan refleksi siswa; untuk guru sebagai
masukan guru untuk membantu siswa mengidentifikasi kelemahan,

30
kelebihan, dan merancang strategi untuk membantu siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Keberhasilan portofolio kerja bergantung pada kemampuan untuk
merefleksikan dan mendokumentasikan kemajuan dalam proses belajar
mengajar baik dari sudut pandang siswa maupun sudut pandang guru.
Portofolio kerja harus memungkinkan siswa untuk melakukan “refleksi
diri”, yaitu siswa mampu belajar tentang diri mereka sendiri sebagai
pemikir, dan mengembangkan kemampuannya dalam hal-hal khusus.
Portofolio kerja memungkinkan siswa untuk melihat dan mengevaluasi
langsung perkembangan yang terjadi pada siswa, dan juga untuk melihat
keefektifan proses belajar mengajar yang ia lakukan. Portofolio kerja yang
baik akan menunjukkan pencapaian program pengajaran yang optimum
selain juga dapat merupakan masukan bagi guru. Portofolio kerja
merupakan hal yang utama dalam kurikulum dan merupakan alat untuk
penilaian formatif.
Kerjasama yang efektif antara guru dan siswa merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam portofolio kerja. Guru harus meyakinkan siswa
bahwa apa yang dilakukan siswa harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan, sehingga perkembangan siswa dapat dipantau dari
waktu ke waktu. Hal yang paling penting adalah untuk menemukan
sesuatu yang seimbang antara siswa dan guru untuk mengontrol isi
portofolio.

2. Portofolio Dokumentasi
Portofolio dokumentasi (documentary portfolio) adalah koleksi hasil
kerja siswa pada suatu mata pelajaran pada satu periode waktu tertentu,
yang khusus digunakan untuk penilaian. Tidak seperti portofolio kerja
yang berisi semua hasil kerja, baik yang setengah jadi maupun sudah jadi;
portofolio dokumentasi hanya berisi hasil kerja pilihan terbaik yang
diajukan untuk dinilai.

31
Tujuan utama portofolio dokumentasi adalah untuk penilaian, oleh
karena itu guru harus mampu menentukan hasil kerja siswa yang
dipandang secara tepat merepresentasikan prestasi siswa. Namun dalam
proses seleksi dianjurkan agar siswa memilih dan menyatukan semua
pekerjaan mereka dalam dokumentasi portofolio. Siswa diminta untuk
menulis pengantar yang menjelaskan alasan mereka memasukkan pilihan
karya mereka. Guru kemudian dapat memasukkan tambahan hasil kerja
siswa seperti hasil tes.
Portofolio dokumentasi tidak hanya berisi produk hasil kerja siswa,
tetapi juga memuat informasi mengenai proses dalam menghasilkan
produk tersebut. Portofolio dokumentasi untuk menulis bahasa Inggris
misalnya, berisi hasil akhir tulisan siswa dan juga draf serta komentar
siswa dalam proses menghasilkan tulisan tersebut. Draf dan komentar
pilihan siswa untuk memberikan bukti proses yang dilalui siswa dalam
menghasilkan karya tersebut. Dengan ini, guru dapat menilai seberapa
baik siswa dalam merencanakan, menulis, dan melakukan refleksi.
Bila target kompetensi bersifat sangat luas, maka hasil kerja yang
diperlukan sebagai bukti juga sangat luas. Sebagai contoh, target
kompetensi yang mencakup tidak hanya keterampilan dan pengetahuan,
tetapi juga sikap atau aspek non-kognitif siswa, maka portofolio
dokumentasi juga perlu memuat bukti perilaku dan usaha siswa seperti
inisiatif, kerjasama, ketekunan dalam mengerjakan tugas dan partisipasi
dalam kegiatan di kelas.
Portofolio dokumentasi dapat berfungsi sebagai penilaian sumatif
sekaligus formatif. Berfungsi sebagai sumatif dalam arti menunjukkan
hasil atau capaian siswa pada suatu mata pelajaran atau kompetensi
tertentu. Berfungsi sebagai formatif dalam arti hasil penilaian portofolio
dokumentasi yang memberi informasi mengenai capaian siswa digunakan
oleh guru untuk membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kegunaan portofolio dokumentasi sebagai sumber bukti capaian siswa
pada suatu mata pelajaran tergantung pada sejauh mana isi portofolio

32
merepresentasikan ketercapaian tujuan pembelajaran, dan sejauh mana isi
portofolio menunjukkan kekuatan dan kelemahan siswa pada mata
pelajaran tersebut. Untuk itu beberapa hal perlu mendapat perhatian dalam
pengembangan portofolio dokumentasi.
Partisipasi siswa dalam proses seleksi memberikan kesempatan kepada
mereka untuk merefleksikan kerja mereka. Jika kriteria untuk portofolio
dokumentasi telah disetujui bersama antara siswa dan guru, maka siswa
telah terlibat dalam proses penilaian portofolio.
Portofolio dokumentasi berisi bukti hasil kerja siswa dengan berbagai
metode asesmen. Portofolio tersebut dapat terdiri dari hasil tes tertulis,
hasil penilaian praktik, dan tugas projek. Untuk menilai isi portofolio yang
beragam ini kriteria yang digunakan juga dapat berbeda-beda. Untuk
menilai komposisi ciptaan siswa, kriteria penilaian yang digunakan
misalnya keaslian, kelengkapan komposisi, dan ketepatan notasi dalam
komposisi. Namun untuk bukti performa siswa yang lain digunakan
kriteria yang lain. Contoh lain untuk mata pelajaran bahasa Indonesia,
portofolio mungkin terdiri dari hasil tes tertulis, tulisan siswa dan video
presentasi siswa. Kriteria penilaian berbeda perlu disiapkan untuk jenis
karya berbeda.
3. Portofolio Pilihan
Portofolio pilihan (showcase fortfolio) digunakan untuk menunjukkan
hasil terbaik yang dihasilkan oleh siswa pada suatu mata pelajaran atau
kompetensi tertentu. Tidak seperti portofolio dokumentasi yang memuat
bukti proses dalam menghasilkan produk, portofolio pilihan hanya berisi
produk yang telah selesai. Portofolio pilihan tidak memuat bukti proses
pekerjaan, perbaikan, dan penyempurnaan produk.
Portofolio pilihan digunakan untuk tujuan sumatif seperti seleksi,
sertifikasi, maupun penilaian kelas. Untuk portofolio yang digunakan pada
konteks high stakes (mempunyai implikasi besar kepada siswa) isu
validitas, termasuk isu keaslian, yaitu apakah hasil kerja yang ditampilkan

33
memang benar hasil kerja siswa, perlu menjadi perhatian. Demikian pula
isu reliabilitas, antara lain konsistensi antarpenilai menjadi penting.
Portofolio pilihan dirancang untuk menilai hasil kerja siswa yang
terbaik dalam kompetensi tertentu. Kebermanfaatan portofolio pilihan
untuk tujuan penilaian sumatif tergantung kepada dua hal: 1) relevansi isi
portofolio dengan kompetensi yang diukur; 2) keaslian produk atau hasil
kerja siswa
Agar penilaian memberi informasi yang valid maka isi portofolio
hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
dinilai. Sebagai contoh apabila suatu tugas portofolio dimaksudkan untuk
menilai kompetensi Matematika, maka isi portofolio hendaknya tidak
fokus mengukur kompetensi membaca.
Dalam menentukan hasil kerja apa yang masuk dalam portofolio pilihan
hendaknya juga berdasar pertimbangan bahwa hasil kerja siswa tersebut
menambah informasi tentang capaian siswa terhadap tujuan pembelajaran
atau target kompetensi. Bila informasi mengenai capaian siswa sudah
dapat diperoleh dari suatu hasil karya, memasukkan hasi karya sejenis
tidak akan mempunyai nilai tambah.
Penilaian menjadi tidak bermakna apabila yang dinilai bukan hasil karya
siswa yang menjadi target penilaian. Guru perlu memperhatikan apakah
hasil pekerjaan itu merupakan karya sendiri atau kelompok? Apakah hasil
tersebut secara signifikan merupakan hasil bantuan dari orang lain
sehingga tidak menggambarkan prestasi atau kinerja siswa? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut penting untuk penilaian portofolio dengan tujuan
sumatif karena nilai yang diberikan harusnya mencerminkan prestasi
siswa, bukan hasil karya orang lain.

2.9.Bentuk Penilaian Portofolio


1. Pengumpulan Portofolio
Guru kelas VI akan melakukan penilaian portofolio untuk
melengkapi blangko penilaian yang telah disiapkan. Setelah melalui

34
diskusi dengan para siswa diperoleh keputusan bahwa siswa harus
mengumpulkan portofolio.
Berkas-berkas portofolio yang dikumpulkan siswa adalah hasil
pekerjaan siswa sendiri yang telah dilaksanakan selama belajar di kelas
VI. Berkas-berkas tersebut di antaranya:
1.) Gambar peta ASEAN (tugas individu materi IPS semester 1)
2.) Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudera Ancol
(tugas individu semester 2)
3.) Maket lalu lintas (tugas kelompok, materi IPA tentang rangkaian
listrik seri dan paralel, sem 2)
2. Penilaian Portofolio
1) Gambar Peta ASEAN
Kriteria yang akan digunakan untuk penilaian gambar peta:

NO KRITERIA SKOR KETERANGAN


1 Kebersihan gambar Bersih = 3
Agak kotor = 2
Kotor = 1

2 Kerapian gambar Rapi = 3


Agak rapi = 2
Tidak rapi = 1
3 Memenuhi syarat peta Syarat terpenuhi = 3
Kurang terpenuhi = 2
Tidak terpenuhi = 1

4 Memenuhi komponen Memenuhi = 3


peta
Kurang = 2
Tidak memenuhi = 1

TOTAL SKOR Skor maksimal = 12

35
NILAI

Nilai = Skor yang diperoleh x 100


12

2) Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudera Ancol

Kriteria yang digunakan untuk penilaian laporan kegiatan karya wisata ke


Gelanggang Samudera Ancol:

NO KRITERIA SKOR KETERANGAN


1 Tata bahasa dan tanda Tepat = 3
baca yang digunakan
Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
2 Pemilihan kosakata dan Tepat = 3
keterpaduan kalimat.
Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1

3 Kelengkapan laporan Lengkap = 3


Kurang lengkap = 2
Tidak lengkap = 1
4 Sistematika laporan Sistematis = 3
Kurang sistematis = 2
Tidak sistematis = 1
5 Kerapian tulisan Rapi = 3
Kurang rapi = 2
Tidak rapi = 1

TOTAL SKOR Skor maksimal = 12


NILAI

36
Nilai = Skor yang diperoleh x 100
15
3.) Maket lalu lintas

Kriteria penilaian maket lalu lintas:

NO KRITERIA SKOR KETERANGAN


1 Ketepatan pemilihan bahan Tepat = 3
dasar maket
Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
2 Ketepatan pemilihan Tepat = 3
asesoris
Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1

3 Kerapian Rapi = 3
Kurang rapi = 2
Tidak rapi = 1

4 Kebersihan Bersih = 3
Kurang bersih = 2
Tidak bersih = 1
5 Fungsi alat Bekerja dengan baik = 3
(alat bekerja dengan baik) Ada gangguan ketika
diuji coba = 2
Tidak bekerja = 1

TOTAL SKOR Skor maksimal = 12


NILAI

Nilai = Skor yang diperoleh x 100

37
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evaluasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu unsur
penting dalam mengantarkan peserta didik mampu berbahasa dan bersastra
Indonesia. Kemampuan berbahasa dan bersastra, meliputi empat keterampilan
berbahasa yang dinilai sebagai kemampuan berbahasa yaitu, (1) kemampuan
menyimak, (2) kemampuan berbicara, (3) kemampuan membaca, dan (4)
kemampuan menulis. Tujuan evaluasi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan reseptif, produktif, dan kesastraan.
Selain itu, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi,
metode, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian.

3.2 Saran

Pengetahuan tentang evaluasi pembelajaran terkait dengan kemampuan reseptif,


produktif, jenis-jenis tes dan penilaian, sangatlah berguna nantinya oleh
mahasiswa yang akan menjadi calon pendidik. Oleh karena itu, dengan adanya
makalah ini semoga bisa menambah sedikit pengetahuan para pembaca. Kritik
dan saran sangat kami harapkan agar lebih baik lagi di tugas tugas selanjutnya.

38
DAFTAR PUSTAKA

Albantani, A. M. (n.d.). Proses Berbahasa produktf dan reseftif.


Ibrahim, Nini dan Prima Gusti Yanti. (2017). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Perguruan Tinggi dan Umum. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Kartini, A. (2018). Tes Keterampilan Membaca. Jurnal Pendidikan Bahasa dan


Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah, 111-115.

Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.


Yogyakarta: BPFE
Tarigan, H. G. (2015). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: CV Angkasa.

39

Anda mungkin juga menyukai