Anda di halaman 1dari 16

MODUL

SOSIOLINGUISTIK

Refa Lina Tiawati R, M.Pd.

Ria Satini, M.P.d.


TINJAUAN MATA KULIAH

A. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini bertujuan memberikan pengetahuan, pemahaman tentang hakikat


bahasa, ragam bahasa serta prolematika bahasa yang hidup di masyarakat sebagai
dasar untuk memahami dan mengkaji pengajaran bahasa indonesia. di samping itu,
perkuliahan ini juga berisi latihan penerapan konsep-konsep sosiolinguistik di dalam
penelitian bahasa dan pembelajaran bahasa di dalam masyarakat.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


1. Sikap
S1 Bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius
S2 Menjunjung dan menginternalisasi tinggi nilai kemanusiaan dalam
menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, etika dan bahasa.
S3 Menginternalisasi nilai, norma dan etika akademik.
S4 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa.
S5 Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan
serta mendapat atau temuan orisional orang lain.
S6 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermayarakat, berbangsa,
bernegara dan kemajuan peradaban berdasarkan pancasila.
S7 Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan.
S8 Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
S9 Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan dan kewirausahaan.
S10 Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang kehaliannya
secara mandiri.
S11 Mempunyai ketulusan, komitmen, kesungguhan hati untuk mengembangkan
sikap, nilai dan kemampuan peserta didik.
2. Keterampilan Umum

Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif,


dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
KU1
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang keahliannya.
KU2 Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur
Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara
KU3 dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain
atau kritik seni, menyusun deskripsi saintifik hasil kajiannya dalam
bentuk skripsi atau laporan tugas akhir dan mengunggahnya dalam
laman perguruan tingg.
Mampu menyusun dan mendeskripsikan hasil kajiannya dalam
KU4 bentuk skripsi atau laporan tugas akhir dan mengunggahnya dalam
laman perguruan tinggi
Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks
KU5 penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan posedur
baku, analisis informasi dan data
Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
KU6 pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar
lembaganya
Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan
KU7
yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah
tanggungjawabnya
Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang
KU8 berada dibawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola
pembelajaran secara mandiri
Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan
KU9 menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah
plagiasi

3. Keterampilan Khusus

Terampil menganalisis dan menerapkan teori, konsep, pendekatan


dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; serta menghasilkan
KK1
desain pembelajaran; yang inovatif untuk pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia;
Terampil merencanakan dan melakukan kajian terhadap implementasi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia melalui pendekatan secara
KK2
terintegrasi; dan

Terampil menghasilkan layanan jasa dan produk kreatif dalam bidang


KK3 bahasa dan sastra Indonesia, serta pembelajarannya,
KK4 Terampil menjadi jurnalis media cetak, televisi dan pengajar BIPA.
Terampil berbahasa dan bersastra Indonesia, secara lisan dan tulisan
KK5 dalam konteks keseharian/umum, akademis, dan pekerjaan; serta
mampu menggunakan salah satu bahasa daerah;
Terampil mengapresiasi, mengekspresi, mengreasi karya sastra
KK6 Indonesia secara lisan dan tulis;

4. Pengetahuan

Menguasai konsep-konsep dasar kebahasaan dan kesastraan,


keterampilan berbahasa dan bersastra, pembelajaran bahasa dan
P1
sastra, penelitian bahasa dan sastra, serta penelitian pendidikan
bahasa dan sastra;
Menguasai prinsip-prinsip pedagogi dan psikologi pendidikan bahasa
P2
Indonesia
Menguasai konsep teori pengembangan pembelajaran bahasa dan
P3 sastra;

P4 Menguasai prinsip dan manajemen kewirausahaan bidang bahasa dan


sastra Indonesia, serta pembelajarannya.
Menguasai prinsip-prinsip dasar tentang Jurnalistik Media Cetak,
P5 Media Televisi dan BIPA

C. URUTAN PENYAJIAN
Modul 1 : Sosiolinguistik
1. Hakikat sosiolinguistik
2. Manfaat sosiolinguistik
3. Sosiolinguistik dan ilmu linguistik makro lain
Modul 2 : Bahasa dan komunikasi
1. Hakikat dan fungsi bahasa,
2. Komunikasi bahasa
3. Komunikasi verbal dan non verbal
Modul 3 : Bahasa dan komunikasi
1. Konsep masyarakat bahasa
2. Konteks sosial dalam bahasa
Modul 4 : Bahasa dan komunikasi
1. Kedwibahasaan atau bilingual
2. Multilingualisme
3. Diglosia
Modul 5 : Bahasa dalam konteks dan kode
1. Masyarakat tutur
2. Peristiwa tutur
3. Tindak tutur
Modul 6 : Bahasa dalam konteks dan kode
1. Alih kode
2. Campur kode,
3. Penyebab campur dan alih kode
Modul 7 : Kesopanan bahasa
1. Kesopanan dan kesantuanan dalam berbahasa
2. Penerapan dalam kehidupan
Modul 8 : Variasi bahasa dan jenis bahasa
1. Variasi bahasa
2. Ragam bahasa
3. Jenis bahasa
Modul 9 : Interferensi dan Integrasi
Modul 10 : 1. Sikap bahasa: sikap positif dan sikap negative
2. Pemilihan bahasa
Modul 11 : Bahasa standar dan non-standar
1. Bahasa standar dan bahasa non-standar
2. Perubahan, peregseran dan pemertahanan bahasa
Modul 12 : Bahasa dan kebudayaan
1. Hubungan bahasa dan kebudayaan
2. Etika berbahasa
Modul 13 : Etnografi komunikasi
1. Pengertian dan cakupan
2. Konsep-konsep dasar
D. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap kegiatan belajar.
2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada guru.

MODUL 1
HAKIKAT SOSIOLINGUISTIK
A. PENDAHULUAN
Pada bagian ini, anda akan memperoleh informasi terkait capaian pembelajaran, ruang
lingkup bahan/modul/urutan yang akan dibahas.
1. Capaian Pembelajaran
Sikap

S1 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius.

S8 Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang


keahliannya secara mandiri.
Pengetahuan
P1 Menguasai konsep-konsep dasar kebahasaan dan keterampilan berbahasa.
P2 Menguasai ilmu-ilmu dasar yang relevan dengan bidang sosiolinguistik.

Keterampilan Umun
KU1 Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam
konteks pengembangan atau implementasi ilmu sosiolinguistik
KU2 Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur dalam
mengaplikasikan konsep sosiolinguistik

Keterampilan Khusus
KK1 Mampu mengaplikasikan teori, konsep, pendekatan dalam berbahasa, baik
lisan maupun lisan.
KK2 Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis dan inovatif dalam
pengembangan dan implementasi ilmu kebahasaan yang berhubungan
dengan pemakaian di dalam masyarakat.

2. Ruang lingkup bahan modul


Modul I ini akan membahas materi mengenai karakteristik sosiolinguistik.

3. Urutan pembahasan
Modul ini akan membahas beberapa materi sebagai berikut.
a. Hakikat sosiolinguistik
b. Sosiolinguistik dan ilmu-ilmu lain
c. Manfaat sosiolinguistik
d. Masalah-masalah yang dikaji dalam sosiolinguistik

B. KEGIATAN BELAJAR 1

1. MATERI
a. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan
masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi
penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Variasi dalam kajian ini merupakan masalah pokok yang dipengaruhi atau
mempengaruhi perbedaan aspek sosiokultural dalam masyarakat. Kelahiran
Sosiolinguistik merupakan buah dari perdebatan panjang dan melelahkan dari
berbagai generasi dan aliran. Puncak ketidakpuasan kaum yang kemudian menamakan
diri sosiolinguis ini sangat dirasakan ketika aliran Transformasional yang dipelopori
Chomsky tidak mengakui realitas sosial yang sangat heterogen dalam masyarakat.
Oleh Chomsky dan pengikutnya ini, heterogenitas berupa status sosial yang berbeda,
umur, jenis kelamin, latar belakang suku bangsa, pendidikan, dan sebagainya
diabaikan sebagai faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan-pilihan
berbahasa. Berpijak dari paradigma ini Sosiolinguistik berkembang ke arah studi yang
memandang bahwa bahasa tidak dapat dijelaskan secara memuaskan tanpa melibatkan
aspek-aspek sosial yang mencirikan masyarakat.
Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah
artikel yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the
relationship of speech to social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan
dengan ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat.
Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat
cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula.
Di dalam buku Abdul Chaer dan Leoni Agustina menyebutkan beberapa defenisi
terkait pengertian Sosiolingistik.
1. Sosiolinguistik lazim didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari cirri dan
pelbagai bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi bahasa
itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana 1978:94).
2. Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan (Nababan 1984:2).
3. Sociolinguistic is the study of the characteristics of language variates, the
characteristics of their function, and the characteristics of their speakers as three
constanly interact, change and change one another within a speech community (=
sosiolinguistik adalah kajian tentang cirri khas variasi bahasa, dan pemakaian bahasa
karena ketiga unsure ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama
lain dalam satu masyarakat tutur (J.A Fishman 1972: 4).
4. Sociolinguistiyek is de studie van taal en taalgebruik in de context van
maatschapij en kultuur (=sosiolingistik adalah kajian mengenai bahasa dan
pemakaiannya dalam konteks social dan kebudayaan (Rene Appel, Gerad Hubert,
Greus Meijer 1976:10)
5. Sociolingistiek is subdisiplin van de taalkunde, die bestudert welke taal spelt
in het social verkeer (sosiolinguitik adalah subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari
factor-faktor social yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan social
(H.j. Verkuyl 1975:139).
6. Sociolinguistics is the study of language in operation, it’s purpose is to
investigate how the convention of the language use relate to other aspects of social
behavior (sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaannya, dengan tujuan
untuk meneliti bagaimana konvensi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-
aspek lain dari tingkah laku social (C. Criper dan H.G. Widdowson dalam J.P.B.
Allen dan S. Piet Corder (ed.) 1975: 156).
7. Sociolinguistics is a developing siubfield of linguistics which takes speech
variation as it’ s focus, viewing variation or it social context. Sociolinguitics is
concerned with the correlation between such social factors and linguistics variation
(sosiolingistik adalah pengembangan subbidang linguistik yang emmfokuskan
penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial.
Sosiolinguistik meneliti korelasi antara factor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa.
(Nancy Parrot Hickerson 1980:81).

Kalau disimak defenisi-defenisi itu, maka dapat disimpulkn bahwa sosiolinguistik


adalah cabang linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan
objek penelitian hubungan antara bahasa dengan factor-faktor sosial di dalam suatu
masyarakat tutur. Atau secara lebih operasional lagi seperti dikatakan fishman (1972,
1976),”…study of who speak what language to whom and when”.
Selain istilah sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa.
Banyak yang menganggap kedua istilah itu sama, tetapi banyak pula yang
menganggap berbeda. Ada yang menyatakan digunakannya istilah sosiolinguistik
karena penelitiannya dimasuki dari bidang linguistik, sedangkan istilah sosiologi
bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi (Nababan dalam
Chaer, 2010:4).

b. Hubungan Sosiolinguistik Dengan Ilmu Lain


1. Sosiologuistik dengan Linguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan


faktor sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik. Apa
yang dikaji dalam linguistik dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan
perbedaan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Apa yang dikaji
dalam linguistik, meliputi apa yang ditelaah De Saussure, kaum Bloomfieldien
Bloomfield, Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo Bloomfieldien dengan deep
structure dan surface structurenya, dipandang oleh sosiolinguis sebagai bentuk bahasa
dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami
perubahan dan perbedaan. Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur kalimat, dan
semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk mengungkap
struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan
konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji
bahasa dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu.
Sosiolinguistik mengkaji wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor
di luar bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan
oleh faktor di luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat
diperlukan pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang
dilakukan tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri.

2. Sosiolinguistik dengan Sosiologi

Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai dasar kajian (lihat kembali hubungan


antara sosiolinguistik dan linguistik) dan memandang struktur social sebagai faktor
penentu variabel. Apa yang terdapat dalam sosiologi, yang berupa fakta-fakta sosial
ditransfer ke dalam sosiolinguistik, sehingga muncullah keyakinan bahwa bahasa
berhubungan dengan strata sosial. Meskipun demikian, hubungan antara
sosiolinguistik dan sosiologi sebenarnya bersifat timbal-balik (simbiosis mutualisma).

3. Hubungan Sosiolinguistik dengan Pragmatik

Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang mempelajari tujuan dan dampak berbahasa
yang dikaitkan dengan konteks, atau penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan
topik pembicaraan, tujuan, partisipan, tempat, dan sarana. Sebagaimana
sosiolinguistik, pragmatik juga beranggapan bahwa bahasa (tuturan) tidaklah
monostyle. Pragmatik memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang
keberadaannya (baik bentuk maupun maknanya) ditentukan oleh penutur dan
ditentukan dan keberagamannya ditentukan oleh topik, tempat, sarana, dan waktu.

Fakta-fakta ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik untuk menjelaskan variasi-variasi


bahasa atau ragam bahasa. Pragmatik sangat menekankan aspek tujuan dalam
berkomunikasi, seperti yang dikemukakan oleh Searle dalam tindak tuturnya. Bahasa
akan berbeda karena adanya tujuan yang berbeda. Hal-hal ini pun dimanfaatkan oleh
sosiolinguistik dengan menekankan variasi bahasa karena (berdasarkan) fungsi bahasa
tersebut. Penggunaan bahasa dalam pragmatik juga sangat mempertimbangkan factor
interlokutor, yakni orang-orang yang terlibat dalam proses berkomunikasi dan
berinteraksi. Karenanya, kode (meminjam istilah sosiolinguistik) yang digunakan pun
berbeda. Dalam sosiolinguistik, aspek interlokutor ini dikembangkan lebih jauh
dengan faktor sosial atau dialek sosial seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, usia, jenis kelamin, hubungan sosial, dan sebagainya. Apabila tuturan “3
X 4 berapa?” akan memiliki makna dan jawaban yang berbeda. Pragmatik
memandang, perbedaan itu disebabkan faktor tempat, tujuan, dan penutur.
Sosiolinguistik memandangnya dari sudut register. Meskipun demikian, keduanya
memerlukan “pengetahuan bersama” atau common ground untuk sampai kepada
pemahaman yang sebenarnya.

4. Hubungan Sosiolinguistik dan Antropologi


Antropologi merupakan ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka
warna bentuk fisik, adat-istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Antropologi
memandang bahwa dalam budaya terkandung aspek bahasa. Dengan demikian apabila
di daerah terdapat persamaan bahasa berarti mempunyai kekerabatan budaya yang
dekat. Berarti pula, kesamaan bahasa menandai kesamaan budaya, dan bahasa dipakai
dalam proses pembentukan budaya seperti mantra, pantun berbalas, debat,
musyawarah, dan upacara-upacara adat. Antropologi membicarakan bahasa secara
garis besar guna menjelaskan aspek budaya. Sosiolinguistik berusaha untuk
memanfaatkan penggolongan masyarakat melalui budaya yang dilakukan antropologi
serta memandangnya sebagai factor pemengaruh bahasa. Sosiolinguistik berusaha
menguji ulang data linguistik yang ditemukan antropologi itu. Pandangan hidup (yang
tercermin dalam perilaku) dipakai sebagai factor penyebab variasi bahasa terutama
aspek kosakata dan struktur. Hal ini tampak antara lain dalam hipotesis Sapir-Whorf.
Antropologi mendekati objek secara naturalistik. Antropologi berusaha memasuki
“setting” penelitian dengan rapport sebelum mengadakan observasi partisipatoris.
Metode ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik guna menemukan data bahasa secara
akurat sekaligus menemukan faktor pemengaruhnya secara terperinci.

Di dalam Atropologi terdapat prinsip perkembangan dan perubahan. Prinsip ini


ditransfer ke dalam sosiolinguistik sehingga muncullah istilah kronolek, tempolek,
serta istilah-istilah tabu dalam sosiolinguistik. Antropologi juga memberikan konsep
tentang struktur kebudayaan dan transformai kebudayaan kepada sosiolinguistik. Hal
itu ditunjukkan dengan munculnya istilah grandfather (karena adanya konsep dan
penghargaan kepada kakek sebagai orang tua yang mempunyai sifat dan kedudukan
yang agung), serta simbok (sebagai orang tua yang dapat melengkapi dan member
kesempurnaan atau tombok). Kebudayaan dalam antropologi disampaikan lewat
bahasa, yang karenanya harus ada kemampuan komunikatif. Prinsip ini pun diambil
oleh sosiolinguistik. Demikian pula, pengetahuan tentang budaya diperoleh
bersamaan dengan pemerolehan bahasa, seperti sapaan, penggunaan bahasa sesuai
konteks. Melalui ini pun dapat diketahui bagaimana budaya itu hidup dalam suatu
masyarakat lengkap dengan nilai-nilai filosofi yang berkembang di dalamnya.

Bahasa dalam antropologi digunakan untuk pengungkap budaya. Dengan demikian,


apa yang dipandang penting, pastilah akan ditonjolkan. Dalam suatu masyarakat
ditemukan berbagai istilah, sesuai dengan tingkat budayanya. Di Mesir misalnya,
terdapat 500 kosakata untuk singa, 200 kata untuk ular, 80 kata untuk madu, dan 4644
kata untuk unta. Demikian pula, dalam budaya Jawa yang menonjolkan rasa (hingga
ada istilah rumangsa bisa lan bisa rumangsa) memiliki cukup banyak kosakata
ajektiva afektif, seperti sedih, susah, ngenes, nelangsa, miris, wedi, gila,

5. Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi

Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang
sebagai ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa
linguistik bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari
psikologi dalam cara berpikir manusia. Chomsky melihat bahasa sebagai dua unsur
yang bersatu, yakni competence dan performance. Competence merupakan unsur
dalam bahasa (deep structure) dan menempatkan bahasa dari segi kejiwaan penutur,
sedangkan competence merupakan unsur yang terlihat dari parole. Dengan demikian,
Chomsky memandang bahwa bahasa bukanlah gejala tunggal. namun dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan penuturnya. Chomsky juga mulai merambah wilayah makna
walaupun akhirnya mengakui bahwa wilayah makna merupakan wilayah yang paling
sulit dalam kajian linguistik. Apa yang dikemukakan Chomsky tentang struktur dalam
dan struktur luar digunakan oleh sosiolinguistik sebagai pedoman bahwa tuturan yang
Nampak sebenarnya hanyalah perwujudan dari segi kejiwaan penuturnya. Lebih lanjut
sosiolinguistik membuka diri untuk menelaah perbedaan bentuk tuturan itu. Kaitan
antara competence dan performance terlihat dari penggunaan bahasa penutur.

Orang dikatakan mempunyai kompetensi dan performansi yang baik apabila dapat
menggunakan berbagai variasi bahasa sesuai dengan situasi. Orang yang
berperformansi baik tentulah memiliki kompetensi yang baik, dan memungkinkan
penggunaan kode luas (elaborated code). Sebaliknya, orang yang kompetensinya
rendah, akan muncul kode terbatas (restricted code). Dalam psikologi perkembangan
terdapat fase perkembangan. mulai menangis (tangis bertujuan: lapar, dingin, takut),
tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan. Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan
perkembangan kebahasaannya.
Dalam sosiolinguistik, hal ini diadopsi sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia
penutur, (orang mempelajari bahasa sesuai dengan tingkat perkembangannya).
Karenanya dikenal juga variasi bahasa remaja dan manula. Dari sudut psikologi, laki-
laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan wanita. Karenanya, apa
yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer konsep ini,
sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau jenis kelamin (lihat
kembali “Bahasa dan Jenis Kelamin”).

c. Manfaat Sosiolinguistik

Pertama-tama pengetahuan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam


berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik akan memberikan pedoman kepada
kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya
bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertentu. Jika
kita adalah anak dalam suatu keluarga, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya
bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik. Jika
kita seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam atau gaya bahasa yang
berbeda pula terhadap guru, terhadap teman sekelas, atau terhadap sesama murid
yang kelasnya lebih tinggi. Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita
harus berbicara bila kita berada di dalam mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di
pasar, atau juga di lapangan sepak bola.

Sosiolinguistik juga mempunyai peranan besar. Kajian bahasa secara internal, seperti
sudah dibicarakan di atas, akan menghasilkan perian-perian bahasa secara objektif,
deskriptif, dalam wujud berbentuk sebuah buku tata bahasa. Kalau kajian secara
internal itu dilakukan secara deskriptif, dia akan menghasilkan sebuah buku tata
bahasa deskriptif. Kalau kajian itu dilakukan secara normative, dia akan menghasilkan
sebuah buku tata bahasa normative. Kedua buku tata bahasa ini mempunyai hasil
perian yang berbeda. Lalu, kalau digunakan dalam penggunaan bahasa, juga akan
mempunyai persoalan yang berbeda. Kalau dalam pengajaran digunakan buku tata
deskriptif, maka kesulitannya adalah bahwa ragam bahasa yang harus diajarkan
adalah ragam bahasa baku, padahal dalam buku tersebut terekam juga hasil perian
ragam nonbaku. Sebagai contoh konkret, silakan lihat buku pembentukan kata dalam
bahasa Indonesia karya kridalaksana (1989). Tanpa bantuan atau penjelasan
sosiolinguistik buku tersebut tidak dapat digunakan dalam pendidikan formal, sebab
prefiks nasal nge-, n-, dan ny-, serta sufiks –in, terkam juga sebagai khazanah afiks
bahasa Indonesia.

Di negara-negara yang multilingual seperti Indoneia, Malaysia, Singapura, India, Dan


Filipina muncul-muncul masalah politisi sehubungan dengan pemilihan bahasa untuk
keperluan menjalankan administrasi kenegaraan dan pembinaan bangsa. Pemilihan
bahasa mana yang harus diambil menjadi bahasa resmi kenegaraan dapat
menimbulkan ketegangan politik dan ada kemungkinan berlanjut menjadi bentrokan
fisik. Indonesia tampaknya dapat menyelesaikan masalah pemilihan bahasa nasional,
bahasa Negara, dan bahasa resmi itu dengan baik, yakni dengan memilih bahasa
melayu, yang dalam sejarahnya telah menjadi lingua franca dan telah tersebar luas di
seluruh Nusantara, meskipun jumlah penutur aslinya jauh lebih sedikit daripada
penutur bahasa daerah Sunda atau Jawa. Tak ada ketegangan politik dan bentrokan
fisik karena semunya menyadari bahwa secara sosiolinguistik bahasa Melayu
mempunyai peranan yang lebih mungkin sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi
di Indonesia.

2. LATIHAN
a. Sebutkanlah alasan kenapa penting mempelajari sosiolinguistik?
b. Apa manfaat mempelajari sosiolinguistik?
c. Jelaskanlah hubungan sosiolinguistik dengan ilmu linguistik lain?

3. RANGKUMAN
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan
masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi
penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami. Istilah
sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah artikel
yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the relationship of
speech to social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan dengan
ragam bahasa seseorang dengan status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-
kelompok yang berbeda profesi atau kedudukannya dalam masyarakat cenderung
menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula. Konferensi sosiolinguistik pertama
yang berlangsung di Universuty of California, Los Angeles, tahun 1964, telah
merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi
yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu adalah (1) identitas sosial dari
penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi, (3)
lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi,(4) analisis sinkronik dan
diakronikdari dialek-dialek sosial, (5) penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan
perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) tingkatan variasi dan ragam linguistik, dan (7)
penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik (Chaer, 2010:5). Sosiolinguistik akan
memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan
bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita
berbicara dengan orang tertentu. Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga, tentu kita
harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah
ayah, ibu, kakak, atau adik.

4. TES FORMATIF
1. Cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
penuturnya disebut?
a. Semantik
b. Psikolinguistik
c. Sosiolinguistik
d. Pragmatik
e. Linguistik umum

2. Puncak ketidakpuasan kaum yang kemudian menamakan diri sosiolinguis sangat


dirasakan ketika aliran Transformasional. Siapakah yang mempelori aliran ini?

a. Chomsky
b. Chaer
c. Agustina
d. Nababan
e. Pateda

3. Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah
artikel yang berjudul “A Projection of Sociolinguistics: the relationship of speech
to social status”. Pada tahun berapakah artikel tersebut diterbitkan?

a. 1950
b. 1951
c. 1952
d. 1953
e. 1954
4. Berikut yang bukan cabang ilmu sosiolinguistik dengan ilmu terapan lainnya
adalah?
a. Sosiolinguistik dengan linguistik
b. Sosiolinguistik dengan sosiologi
c. Sosiolinguistik dengan pragmatik
d. Sosiolinguistik dengan sosiopragmatik
e. Sosiolinguistik dengan antropologi
5. Pengetahuan sosiolinguistik dapat kita manfaatkan dalam?
a. Berhubungan
b. Berteman
c. Pendidikan
d. Berkenalan
e. Berkomunikasi

5. DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2001. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta :
Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung : Angkasa.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik. Surabaya : Ghalia Indonesia.
Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta : Erlangga.
Sumarsono. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai