Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI PSIKOLINGUISTIK DALAM

PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPUH : MARIA BOTOFAR, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

LUSTI LESTARI (19541021)

TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya lah sehingga makalah ini selesai tersusun. Solawat dan salam, semoga selalu

dilimpahkan kepada nabi Muhammad saw, kepada keluarganya dan para sahabatnya, amin.

Makalah ini saya tujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Saya berharap

dengan tersusunnya makalah ini kita dapat mengetahui tentang “ IMPLEMENTASI

PSIKOLINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN ”

Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.Untuk itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan teman-teman mahasiswa, atau siapa saja. Akhir

kata, saya ucapkan terima kasih.

Kepahiang, 30 januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian implementasi

B. Pengertian psikolinguistik

C. Ruang lingkup psikolinguistik

D. Peran psikolinguistik dalam permerolehan Bahasa

E. Peranan Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa arab

F. Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang Efektif

dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam psikolinguistik dapat diamati bagaimana proses psikologi seseorang ketika

mengucapkan kata-kata dan memahami kata-kata yang didengarkannya pada waktu

berkomunikasi dan bagaimana seseorang  memperoleh kata-kata itu. Dengan demikian

psikolinguistik dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa dalam

pembelajaran.

peran pendidikan sangat dibutuhkan, khususnya melalui kegiatan pembelajaran

bahasa. Dalam konteks ini, tentu peran guru sangat diharapkan Artinya, di dalam prosedur

pengajaran bahasa, guru perlu mengetahui dan memahami teori-teori psikolinguistik dan

berupaya untuk mengaplikasikannya melalui cara pemilihan pendekatan, kaedah atau teknik

yang sesuai untuk menjadikan pengajaran bahasa lebih baik, sesuai kaidah, beretika, dan

berkesan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian implementasi ?

2. Apa Pengertian psikolinguistik ?

3. Ruang lingkup psikolinguistik

4. Bagaimana Peran psikolinguistik dalam permerolehan Bahasa ?

5. Bagaimana Peranan Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa arab ?

6. Bagaimana Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang

Efektif dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti

mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan

sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan

untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang–undang, Peraturan

Pemerintah, Keputusan Peradilan dan Kebijakan yang dibuat oleh Lembaga–Lembaga

Pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Implementasi adalah tindakan–tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat–

pejabat, kelompok–kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya

tujuan–tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone

dan Wildavsky ( 2004 ) dalam ( Nurdin dan Usman, ( 2004:70 ) mengemukakan implementasi

sebagai evaluasi. Majone dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu

sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh– sungguh berdasarkan

acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan


B. Pengertian psikolinguistik

Psikolinguistik merupakan interdisiplinantara Linguistik dan Psikologi. Karena

itu, dalam membahas pengertian Psikolinguistik, terlebih dahulu penulis akan berdasar

pada pengertian ilmu-ilmu tersebut. Psikologi berasal dari bahasa Inggris

pscychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar

kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara

etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai

ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam

kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi.

Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi

langsung menyelidiki jiwa) istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.

Secara etimologis, istilah psikolinguistik dibentuk dengan cara mengombinasikan

dua disiplin ilmu, yakni psikologi dan linguistik. Dalam pandangan tradisional, psikologi

merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji seluk-beluk stimulus, respon,

dan proses berpikir yang mendasari lahirnya stimulus atau respon. Dalam pandangan

modern, psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji proses

berpikir manusia dan segala bentuk manifestasinya yang mengatur perilaku manusia secara

umum. Berbeda dengan psikologi, linguistik merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan

untuk mengkaji seluk-beluk bahasa dari segi sejarah, struktur, kaidah, penerapan, dan

perkembangannya. Psikologi dan linguistik merupakan dua disiplin ilmu yang

berbeda. Meskipun demikian, benang merahnya ada karena keduanya menaruh perhatian

yang besar terhadap bahasa, tentu saja dengan mekanisme yang berbeda.
Proses berpikir dan bahasa merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya

berkaitan. Dalam berpikir, orang menggunakan sistem bahasa sebagai instrumen untuk (a)

mengidentifikasi apa yang dipikirkan, (b) mengurutkan butir-butir pokok pikiran, dan (c)

mengembangkan pikiran. Tanpa adanya sistem bahasa, proses berpikir tidak dapat

terealisasi. Kebalikannya, dalam berbahasa orang perlu berpikir. Tanpa berpikir, bahasa

yang dihasilkan akan kacau.

Bahasa juga berkaitan dengan perilaku manusia karena bahasa merupakan salah

satu bentuk produk perilaku atau produk tindakan. Berbahasa sama dengan bertindak atau

melakukan sesuatu. Hubungan bahasa dan perilaku bersifat saling memengaruhi. Ada fakta

yang menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi perilaku dan ada fakta yang sebaliknya,

yakni perilaku memengaruhi bahasa. Berdasarkan titik temu sebagaimana yang diuraikan di

atas, disepakati munculnya disiplin ilmu yang mengombinasikan psikologi dan linguistik,

yakni psikolinguistik.

Psikolinguistik diorientasikan untuk mengkaji proses psikologis yang terjadi pada

orang yang berbahasa. Ada perbedaan pandangan tentang status psikolinguistik. Pada satu

sisi psikolinguistik dipandang sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan pada sisi lain

dipandang sebagai subdisiplin psikologi atau linguistik. Perbedaan pandangan juga terjadi

dalam hal objek kajian psikolinguistik.


C. Ruang lingkup psikolinguistik

Psikolinguistik mencoba menganalisis objek linguistik dan objek psikologi

dengan menitikberatkan kajiannya pada bidang psikolingi. Psikolinguistik mencoba

menjelaskan bahasa dilihat dari aspek psikologi dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh

manusia. Psikolinguistik merupakan ilmu linguistik terapan (applied linguistics) yang

membahas fenomena berbahasa atau hubungan bahasa dengan akal, sebagaimana ilmu

sosiolinguistik, neurolinguistik, leksikologi, pembelajaran bahasa, semuanya membahas

kaitan bahasa dengan aspek-aspek eksternal bahasa.

Di dalam kurikulum pendidikan bahasa pada lembaga pendidikan tenaga

kependidikan, mata kuliah psikolinguistik dimasukkan dalam kelompok mata kuliah proses

belajar-mengajar, bukan pada kelompok mata kuliah linguistik/kebahasaan.

Hal ini karena pokok bahasan dalam psikolinguistik erat kaitannya denga kegiatan

proses belajar-mengajar bahasa itu, yang mencakup antara lain:

1. Hakikat bahasa, fungsi bahasa, komponen bahasa, alat-alat pemerolehan dan

pembelajaran bahasa yang dimiliki manusia.

2. Proses lahirnya suatu bahasa, pemerolehan bahasa pertama (bahasa ibu), pembelajaran

bahasa kedua, penguasaan bahasa kedua, ketiga atau banyak bahasa.

3. Aktivitas otak saat proses berbahasa berlangsung, hubungan antara bahasa dengan

pikiran dan budaya.

4. Gangguan-gangguan dan penyakit berbahasa (seperti: afasia) dan penyembuhannya.

5. Pembelajaran bahasa yang baik.


D. Peran psikolinguistik dalam Pemerolehan bahasa Bahasa

Kata pemerolehan merupakan kata baru dalam bahasa Indonesia. Kata

pemerolehan tidak sama dengan perolehan. Kata pemerolehan mengacu kepada proses,

sedangkan kata perolehan mengacu kepada hasil. Jika dipadankan kata pemerolehan ini

identik dengan kata bahasa Inggris acquisition. Oleh sebab itu, frase pemerolehan bahasa

merupakan bentuk turunan dari language acquisition. Topik tentang pemerolehan bahasa

bukan merupakan topik yang menarik sebelum berkembangnya ilmu yang disebut

Psikolinguistik pada abad ke-XX.

Jadi, konsep tentang pemerolehan bahasa relatif jauh lebih muda usianya

dibandingkan dengan pembelajaran bahasa. Ada dua teori tentang pemerolehan bahasa

yaitu: (a) Teori aliran Behaviorisme Menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak-anak itu

melalui penambahan sedikit demi sedikit. Jadi, seolah-olah pemerolahan bahasa itu bersifat

linear atau garis lurus. Makin hari makin bertambah juga sampai akhirnya lengkap seperti

bahasa orang dewasa. (b) Teori aliran Rasionalisme Dinyatakan bahwa perkembangan

bahasa anak itu mengikuti suatu pola perkembangan tertentu. Setiap pola perkembangan

bahasa itu mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula, yang mungkin saja tidak sama

dengan tata bahasa orang dewasa (tata bahasa yang sebenarnya).

Pada setiap pola perkembangan bahasa berikutnya, tata bahasa yang tidak benar

itu secara berangsur diperbaikinya menuju tata bahasa yang benar. Sebagai contoh bahwa

tata bahasa anak itu berbeda dengan tata bahasa orang dewasa, sebagaimana penelitian

Braine, yang dikutip oleh David Ingram (1989).


E. Peran psikolingistik dalam pembelajaran Bahasa arab

Bahasa Arab merupakan bahasa agama dan juga bahasa komunikasi dunia pada

zaman global saat ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa urgensi pembelajaran bahasa

Arab dianggap sangat kuat dewasa ini, baik muslim maupun non-muslim.

Tapi anggapan ini tampaknya belum dirasa perlu oleh para ulama Arabmuslim

dulu, karena umat muslim Arab maupun non-Arab mempunyai motivasi yang kuat untuk

mempelajari bahasa Arab yang berkedudukan sebagai bahasa agama Islam dan

pemerintahan. Sehingga dengan kuatnya keinginan yang mulia ini, dapat mengatasi

masalah-masalah pembelajaran yang seperti dirasakan saat ini, seperti metode, media

pembelajaran, maupun bahan bahan ajar. Hal ini berbeda dengan pembahasan tentang

bahasa atau ranah linguistik, di mana ulama muslim sangat giat membahas bidang ini ketika

Barat masih hidup dalam kegelapan dan kemunduran dalam segala lini. Oleh karena itu,

sangat mudah untuk menemukan buku-buku ilmu nahwu, ilmu sharf, ilmu aswaat, ilmu

ma‘ajim, dll yang merupakan karya ulama Arab-muslim terdahulu.

Pembelajaran bahasa Arab untuk non-Arab dewasa ini mengikuti pembelajaran

bahasa asing (foreign language education), salah satu bidang kajian dari ilmu linguistik

terapan (applied linguistics). Sebagaimana pembelajaran bahasa asing yang lain,

pembelajaran bahasa Arab juga dipengaruhi oleh teori linguistik maupun psikologi modern

yang lahir di negeri-negeri Barat seperti Amerika, Inggris, Swiss.


F. Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang Efektif

dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas ?

Pembelajaran bahasa harus mampu ditinjau dari berbagai pendekatan, salah

satunya melalui pendekatan psikolingustik. Hal ini penting karena, sesuai dengan asumsi

psikolinguistik bahwa bahasa dapat diajarkan di antaranya perlu memperhatikan

perkembangan biologis peserta didik serta ditekankan mampu melakukan latihan secara

berulang-ulang (penubian) untuk meningkatkan kreativitas berbahasa dalam berkomunikasi

(Mukalel, 2003:7-11).

Implementasinya, tentu seorang guru dituntut untuk tidak hanya menguasai ilmu

kebahasaan saja, akan tetapi perlu juga memiliki kemampuan dan kepekaan rasa yang tinggi,

sehingga mampu memahami mental peserta didik. Pemahaman atas mental siswa tentu

sangat diperlukan karena, menurut Harley serta Clark dan Clark (dalam Dardjowidjojo,

2003:7) bahwa psikolinguistik berkaitan studi dan telaah tentang proses mental dalam

pemakaian bahasa yang selalu menitikberatkan pada tiga hal utama yakni (1) komprehensi;

proses mental untuk menangkap pernyataan orang lain dan memahami maksudnya;

(2)produksi; proses mental untuk menghasilkan ujaran; dan (3) pemerolehan Bahasa.

Pendekatan psikolinguistik di dalam pengajaran bahasa ternyata sangat penting,

karena secara psikologi guru harus tetap memperhatikan suasana batin atau mood para

peserta didik pada saat belajar bahasa dan berbahasa. Implementasinya, guru harus mampu

mengayomi, mengasihi, dan tidak bersikap 'killer' di kelas. Sebaliknya, guru harus mampu

memberikan dorongan dan menumbuhkan motviasi, menciptakan kondisi pembelajaran

bahasa yang enjoy, menarik, serta menyenangkan bagi peserta didik.


Komunikasi yang perlu dibangun, misalnya pada ulasan ini akan diuraikan contoh

komunikasi yang seimbang dan diplomatis dalam frame ‘interaksi pembelajaran bahasa’.

Guru : “Sekarang, buka LKS halaman 90, bacalah hikayat yang ada di situ, lalu tentukan

tema, alur, latar, penokohan, nilai budaya, dan nilai moral, sosial yang terkandung dalam

hikayat tersebut!

Siswa : “Maaf bu…boleh usul, berhubung sisa waktu 20 menit, maka kami memohon yang

dikerjakan saat ini, unsur tema, alur, latar, dan penokohannya dulu. Ibu tidak perlu khawatir,

unsur ekstrinsiknya nanti akan kami tuntaskan di rumah…boleh, bu?”

Guru :”Baiklah…selama 20 menit ke depan kerjakan unsur intrinsiknya saja, lalu unsur

ekstrinsiknya di kerjakan di rumah, sebagai PR dan minggu depan dikumpulkan, Ok?

Siswa :”Siap, bu (serempak/senang)”

Melalui percakapan di atas, terlihat adanya interaksi yang seimbang dan

demokratis antara guru dan siswa untuk mencapai sebuah kesepakatan. Pada interaksi itu,

tampak sekali perintah guru lewat komunikasi imperatifnya yang menginginkan siswa

segera mengerjakan tugas sesuai tujuan pembelajaran yakni menemukan unsur-unsur

intrinsik dan ekstrinsik hikayat pada buku LKS.

Akan tetapi, siswa memberi tanggapan balik melalui usul, saran, dan permintaan.

Guru pun menerima usul, sepakat dan menyetujui, sehingga menunda pelaksanaan tugas

bagian ekstrinsik hikayat. Keberhasilan itu tercapai akibat kemampuan siswa dalam

mengutarakan pendapat secara berani dan objektif bahwa menemukan unsur intrinsik dan

ekstrinsik hikayat perlu proses pembacaan dan pemahaman yang lama oleh semua siswa

atau kelompok, sedangkan waktu terbatas hanya 20 menit. Bahasa yang dipakai pun bersifat

apologize sehingga terkesan santun dan menghargai, yang ditandai dengan ‘Maaf bu…’
sebagai kalimat pembuka dalam kalimat siswa itu sendiri. Melalui percakapan di atas dapat

dinyatakan bahwa guru menggunakan pendekatan psikolinguistik di dalam menjalin

interaksi pembelajaran bahasa di kelas.

Guru sangat paham akan waktu terbatas. Hal itu tentu akan membuat siswa

merasa tertekan kondisi psikologinya, sehingga boleh jadi akan mempengaruhi pula hasil

pekerjaannya. Untuk itu guru menerima usul siswa, dan para siswa pun merasa senang dan

gembira mendengar hal itu. Kondisi hati yang senang seperti itu tentu akan memberikan

ketenangan dan kenyamanan kepada siswa untuk dapat berpikir mengoptimalkan

kemampuan kognitifnya untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku

yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan bahasa,

dan pemproduksian bahasa serta proses yang terjadi di dalamnya. Contoh perilaku yang

tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika

dia memproduksi bahasa, sedangkan contoh prilaku yang tidak tampak adalah perilaku

manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang

dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya atau ketika dia

memahami bahasa. Peran Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa

sangat penting karena dengan memamahami psikolinguistik seorang guru memahami proses

yang terjadi dalam diri siswa ketika siswa menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis

sehingga manakala kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah, garu dapat

melihat dari sudut pandang psikologi sebagai alternative solusinya.


DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ut.ac.id/4811/1/PBIN4327-M1.pdf

http://odazzander.blogspot.com/2012/09/implementasi-psikolinguistik-terhadap.html

https://media.neliti.com/media/publications/256765-hubungan-psikolinguistik-dalam-pemeroleh-
49596941.pdf

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=UwO8kdBZW5AC&oi=fnd&pg=PA115&dq=pengertian+psikolinguistik&ots=7t
kLZtrjV9&sig=qRtuogB1Y61Kqp6vnIsEJ0gvFNE&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian
%20psikolinguistik&f=false

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/568/5/111801090_file%205.pdf

Anda mungkin juga menyukai