PEMBELAJARAN
DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga makalah ini selesai tersusun. Solawat dan salam, semoga selalu
dilimpahkan kepada nabi Muhammad saw, kepada keluarganya dan para sahabatnya, amin.
Makalah ini saya tujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Saya berharap
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan teman-teman mahasiswa, atau siapa saja. Akhir
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian implementasi
B. Pengertian psikolinguistik
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
pembelajaran.
bahasa. Dalam konteks ini, tentu peran guru sangat diharapkan Artinya, di dalam prosedur
pengajaran bahasa, guru perlu mengetahui dan memahami teori-teori psikolinguistik dan
berupaya untuk mengaplikasikannya melalui cara pemilihan pendekatan, kaedah atau teknik
yang sesuai untuk menjadikan pengajaran bahasa lebih baik, sesuai kaidah, beretika, dan
berkesan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian implementasi
sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan
untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang–undang, Peraturan
dan Wildavsky ( 2004 ) dalam ( Nurdin dan Usman, ( 2004:70 ) mengemukakan implementasi
Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu
sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh– sungguh berdasarkan
itu, dalam membahas pengertian Psikolinguistik, terlebih dahulu penulis akan berdasar
pscychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar
kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai
ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam
kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi.
Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi
dua disiplin ilmu, yakni psikologi dan linguistik. Dalam pandangan tradisional, psikologi
merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji seluk-beluk stimulus, respon,
dan proses berpikir yang mendasari lahirnya stimulus atau respon. Dalam pandangan
modern, psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji proses
berpikir manusia dan segala bentuk manifestasinya yang mengatur perilaku manusia secara
umum. Berbeda dengan psikologi, linguistik merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan
untuk mengkaji seluk-beluk bahasa dari segi sejarah, struktur, kaidah, penerapan, dan
berbeda. Meskipun demikian, benang merahnya ada karena keduanya menaruh perhatian
yang besar terhadap bahasa, tentu saja dengan mekanisme yang berbeda.
Proses berpikir dan bahasa merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya
berkaitan. Dalam berpikir, orang menggunakan sistem bahasa sebagai instrumen untuk (a)
mengidentifikasi apa yang dipikirkan, (b) mengurutkan butir-butir pokok pikiran, dan (c)
mengembangkan pikiran. Tanpa adanya sistem bahasa, proses berpikir tidak dapat
terealisasi. Kebalikannya, dalam berbahasa orang perlu berpikir. Tanpa berpikir, bahasa
Bahasa juga berkaitan dengan perilaku manusia karena bahasa merupakan salah
satu bentuk produk perilaku atau produk tindakan. Berbahasa sama dengan bertindak atau
melakukan sesuatu. Hubungan bahasa dan perilaku bersifat saling memengaruhi. Ada fakta
yang menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi perilaku dan ada fakta yang sebaliknya,
yakni perilaku memengaruhi bahasa. Berdasarkan titik temu sebagaimana yang diuraikan di
atas, disepakati munculnya disiplin ilmu yang mengombinasikan psikologi dan linguistik,
yakni psikolinguistik.
orang yang berbahasa. Ada perbedaan pandangan tentang status psikolinguistik. Pada satu
sisi psikolinguistik dipandang sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan pada sisi lain
dipandang sebagai subdisiplin psikologi atau linguistik. Perbedaan pandangan juga terjadi
menjelaskan bahasa dilihat dari aspek psikologi dan sejauh yang dapat dipikirkan oleh
membahas fenomena berbahasa atau hubungan bahasa dengan akal, sebagaimana ilmu
kependidikan, mata kuliah psikolinguistik dimasukkan dalam kelompok mata kuliah proses
Hal ini karena pokok bahasan dalam psikolinguistik erat kaitannya denga kegiatan
2. Proses lahirnya suatu bahasa, pemerolehan bahasa pertama (bahasa ibu), pembelajaran
3. Aktivitas otak saat proses berbahasa berlangsung, hubungan antara bahasa dengan
pemerolehan tidak sama dengan perolehan. Kata pemerolehan mengacu kepada proses,
sedangkan kata perolehan mengacu kepada hasil. Jika dipadankan kata pemerolehan ini
identik dengan kata bahasa Inggris acquisition. Oleh sebab itu, frase pemerolehan bahasa
merupakan bentuk turunan dari language acquisition. Topik tentang pemerolehan bahasa
bukan merupakan topik yang menarik sebelum berkembangnya ilmu yang disebut
Jadi, konsep tentang pemerolehan bahasa relatif jauh lebih muda usianya
dibandingkan dengan pembelajaran bahasa. Ada dua teori tentang pemerolehan bahasa
yaitu: (a) Teori aliran Behaviorisme Menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak-anak itu
melalui penambahan sedikit demi sedikit. Jadi, seolah-olah pemerolahan bahasa itu bersifat
linear atau garis lurus. Makin hari makin bertambah juga sampai akhirnya lengkap seperti
bahasa orang dewasa. (b) Teori aliran Rasionalisme Dinyatakan bahwa perkembangan
bahasa anak itu mengikuti suatu pola perkembangan tertentu. Setiap pola perkembangan
bahasa itu mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula, yang mungkin saja tidak sama
Pada setiap pola perkembangan bahasa berikutnya, tata bahasa yang tidak benar
itu secara berangsur diperbaikinya menuju tata bahasa yang benar. Sebagai contoh bahwa
tata bahasa anak itu berbeda dengan tata bahasa orang dewasa, sebagaimana penelitian
Bahasa Arab merupakan bahasa agama dan juga bahasa komunikasi dunia pada
zaman global saat ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa urgensi pembelajaran bahasa
Arab dianggap sangat kuat dewasa ini, baik muslim maupun non-muslim.
Tapi anggapan ini tampaknya belum dirasa perlu oleh para ulama Arabmuslim
dulu, karena umat muslim Arab maupun non-Arab mempunyai motivasi yang kuat untuk
mempelajari bahasa Arab yang berkedudukan sebagai bahasa agama Islam dan
pemerintahan. Sehingga dengan kuatnya keinginan yang mulia ini, dapat mengatasi
masalah-masalah pembelajaran yang seperti dirasakan saat ini, seperti metode, media
pembelajaran, maupun bahan bahan ajar. Hal ini berbeda dengan pembahasan tentang
bahasa atau ranah linguistik, di mana ulama muslim sangat giat membahas bidang ini ketika
Barat masih hidup dalam kegelapan dan kemunduran dalam segala lini. Oleh karena itu,
sangat mudah untuk menemukan buku-buku ilmu nahwu, ilmu sharf, ilmu aswaat, ilmu
bahasa asing (foreign language education), salah satu bidang kajian dari ilmu linguistik
pembelajaran bahasa Arab juga dipengaruhi oleh teori linguistik maupun psikologi modern
satunya melalui pendekatan psikolingustik. Hal ini penting karena, sesuai dengan asumsi
perkembangan biologis peserta didik serta ditekankan mampu melakukan latihan secara
(Mukalel, 2003:7-11).
Implementasinya, tentu seorang guru dituntut untuk tidak hanya menguasai ilmu
kebahasaan saja, akan tetapi perlu juga memiliki kemampuan dan kepekaan rasa yang tinggi,
sehingga mampu memahami mental peserta didik. Pemahaman atas mental siswa tentu
sangat diperlukan karena, menurut Harley serta Clark dan Clark (dalam Dardjowidjojo,
2003:7) bahwa psikolinguistik berkaitan studi dan telaah tentang proses mental dalam
pemakaian bahasa yang selalu menitikberatkan pada tiga hal utama yakni (1) komprehensi;
proses mental untuk menangkap pernyataan orang lain dan memahami maksudnya;
(2)produksi; proses mental untuk menghasilkan ujaran; dan (3) pemerolehan Bahasa.
karena secara psikologi guru harus tetap memperhatikan suasana batin atau mood para
peserta didik pada saat belajar bahasa dan berbahasa. Implementasinya, guru harus mampu
mengayomi, mengasihi, dan tidak bersikap 'killer' di kelas. Sebaliknya, guru harus mampu
komunikasi yang seimbang dan diplomatis dalam frame ‘interaksi pembelajaran bahasa’.
Guru : “Sekarang, buka LKS halaman 90, bacalah hikayat yang ada di situ, lalu tentukan
tema, alur, latar, penokohan, nilai budaya, dan nilai moral, sosial yang terkandung dalam
hikayat tersebut!
Siswa : “Maaf bu…boleh usul, berhubung sisa waktu 20 menit, maka kami memohon yang
dikerjakan saat ini, unsur tema, alur, latar, dan penokohannya dulu. Ibu tidak perlu khawatir,
Guru :”Baiklah…selama 20 menit ke depan kerjakan unsur intrinsiknya saja, lalu unsur
demokratis antara guru dan siswa untuk mencapai sebuah kesepakatan. Pada interaksi itu,
tampak sekali perintah guru lewat komunikasi imperatifnya yang menginginkan siswa
Akan tetapi, siswa memberi tanggapan balik melalui usul, saran, dan permintaan.
Guru pun menerima usul, sepakat dan menyetujui, sehingga menunda pelaksanaan tugas
bagian ekstrinsik hikayat. Keberhasilan itu tercapai akibat kemampuan siswa dalam
mengutarakan pendapat secara berani dan objektif bahwa menemukan unsur intrinsik dan
ekstrinsik hikayat perlu proses pembacaan dan pemahaman yang lama oleh semua siswa
atau kelompok, sedangkan waktu terbatas hanya 20 menit. Bahasa yang dipakai pun bersifat
apologize sehingga terkesan santun dan menghargai, yang ditandai dengan ‘Maaf bu…’
sebagai kalimat pembuka dalam kalimat siswa itu sendiri. Melalui percakapan di atas dapat
Guru sangat paham akan waktu terbatas. Hal itu tentu akan membuat siswa
merasa tertekan kondisi psikologinya, sehingga boleh jadi akan mempengaruhi pula hasil
pekerjaannya. Untuk itu guru menerima usul siswa, dan para siswa pun merasa senang dan
gembira mendengar hal itu. Kondisi hati yang senang seperti itu tentu akan memberikan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan bahasa,
dan pemproduksian bahasa serta proses yang terjadi di dalamnya. Contoh perilaku yang
tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan menulis atau ketika
dia memproduksi bahasa, sedangkan contoh prilaku yang tidak tampak adalah perilaku
manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga menjadi sesuatu yang
dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau ditulisnya atau ketika dia
sangat penting karena dengan memamahami psikolinguistik seorang guru memahami proses
yang terjadi dalam diri siswa ketika siswa menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis
http://repository.ut.ac.id/4811/1/PBIN4327-M1.pdf
http://odazzander.blogspot.com/2012/09/implementasi-psikolinguistik-terhadap.html
https://media.neliti.com/media/publications/256765-hubungan-psikolinguistik-dalam-pemeroleh-
49596941.pdf
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=UwO8kdBZW5AC&oi=fnd&pg=PA115&dq=pengertian+psikolinguistik&ots=7t
kLZtrjV9&sig=qRtuogB1Y61Kqp6vnIsEJ0gvFNE&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian
%20psikolinguistik&f=false
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/568/5/111801090_file%205.pdf