Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Makalah

untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik


yang dibina oleh Dr. Yusri Yusuf, M.Pd.

oleh

Selva Mindatika (2106202010008)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
PRAKATA

Makalah ini membahas mengenai psikolingusitik dalam pembelajaran bahasa. Tujuan

penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Dosen pen

gampu mata kuliah memberikan tugas penulisan makalah ini agar mahasiswa dapat membaha

s mengenai hal-hal lanjutan berkenaan dengan psikolinguistik. Menurut penulis, tugas makala

h ini dapat menambah kompetensi secara teoretis mengenai psikolinguistik, khususnya psikol

ingusitik dalam pembelajaran bahasa.

Penulis mengalami beberapa kendala dalam penyelesaian makalah ini. Akan tetapi, be

rkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat terselesaikan dengan baik. Ol

eh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yusri Yusuf, M.Pd. yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penuli

s berharap makalah ini dapat diterima untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Pe

nulis juga mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk penulisan makalah ini.

Banda Aceh, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Hakikat Psikolinguistik...............................................................................................6
2.2 Pentingnya Memelajari Psikolinguistik bagi Guru Bahasa.........................................7
2.3 Perkembangan Bahasa Anak.......................................................................................9
2.4 Hubungan antara Bahasa, Berpikir, dan Berbudaya..................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................16


3.1 Simpulan....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikolinguistik adalah sub disiplin ilmu linguistik yang mengkaji hubungan antarailmu

psikologi dan ilmu bahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa bukan hanyasecara mekanistik teta

pi juga secara mentalistik. Pembelajaran bahasa merupakan kegiatan yang panjang dan rumit.

Dalam mempelajari suatu bahasa, berbagai aspek dilibatkan. Aspek-aspek tersebut berupa asp

ek intelektual, respons fisik, maupun aspek emosional. Aspek-aspek ini sangat dibutuhkan dal

am upaya mengirim dan menerima pesan yang disampaikan melalui bahasa. Pembelajaran ba

hasa dilakukan setelah melalui tahap pemerolehan bahasa. mempelajari bahasa merupakan ke

giatan melampaui batasan-batasan bahasa pertama menuju bahasa baru. Mempelajari bahasa

baru ini juga meliuti kegiatan menggapai bahasa baru, budaya baru, dan cara baru dalam berp

ikir dan bertindak.

Secara teoretis psikolinguistik memiliki tujuan utama untuk mencari satu teori bahasa y

ang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa da

n pemerolehannya. Sama halnya dengan pemerolehan bahasa pertama, pembelajaran bahasa k

edua juga melibatkan proses psikologi. Tentu hal ini disebabkan adanya proses neurobiologis

serta psikologis yang menyebabkan manusia dapat menggunakan dan memahami bahasa. De

ngan demikian, pembelajaran bahasa kedua melibatkan ilmu multidisipliner, yakni penggabu

ngan ilmu psikologi dan linguistik. Ilmu ini selanjutnya disebut psikolonguistik. Dalam maka

lah ini akan dibahas mengenai hakikat psikolinguistik, pentingnya mempelajari psikolinguisti

k bagi guru bahasa, perkembangan bahasa anak, dan hubungan antara bahasa, berpikir, dan b

erbudaya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.


4

1) Bagaimana hakikat psikolinguistik?

2) Bagaimana pentingnya mempelajari psikolinguistik bagi guru bahasa?

3) Bagaimana perkembangan bahasa anak?

4) Bagaimana hubungan antara bahasa, berpikir, dan berbudaya?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui hakikat psikolinguistik.

2) Untuk mengetahui pentingnya mempelajari psikolinguistik bagi guru bahasa.

3) Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak.

4) Untuk mengetahui hubungan antara bahasa, berpikir, dan berbudaya.


5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Psikolinguistik

Linguistik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa. Bahasa d

alam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah sistem bunyi yang arbriter, konvensional, d

an dipergunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi. Psikolinguistik merupakan kajian

bahasa yang melibatkan dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan linguistik. Kajian linguistik

antardisiplin ini, selain merumuskan kaidah-kaidah teoretis antardisiplin, juga bersifat

terapan, yakni hasilnya digunakan untuk memecahkan dan mengatasi masalah-masalah di

dalam kehidupan praktis kemasyarakatan.

Ilmu psikolinguistik juga mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana

bahasa itu diperoleh, bahasa itu bekarja dan bahasa itu berkembang. Di dalam konsep ini

tampak bahwa psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik sedangkan linguistik

dianggap sebagai cabang dari psikologi. Sedangkan secara teoretis psikolinguistik memiliki

tujuan utama untuk mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara

psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.

Istilah psikologi, yang disebut psychologia (bahasa Latin) atau psychology (bahasa

Inggris), berasal dari bahasa Yunani psycho = ‘jiwa‘ + logos = ‗kajian, ilmu‘. Secara harfiah,

psikologi itu diartikan ilmu jiwa. Istilah ini mulai dipakai pada tahun 1530 oleh seorang

Jerman yang bernama Philipp Melanchton dalam ceramah akademisnya mengenai jiwa,

untuk membedakannya dari pneumatologi, yakni kajian jiwa manusia yang berkaitan dengan

malaikat, roh jahat, dan Tuhan. Psikologi adalah studi ilmiah mengenai perilaku manusia dan

proses- proses yang berkaitan dengan perilaku tersebut, baik perilaku individual maupun

perilaku sosial (Sukadji, 1986:13).

Berikut ini beberapa definisi psikolinguistik menurut ahli.


6

1) Menurut Hartley (1982:16), Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak

dalam memproses dan menghasilkan ujaran dan pemerolehan bahasa.

2) Osgood Osgood & Sebeok (Stern, 1983:296) menyatakan bahwa psikolinguistik secara

langsung berhubungan dengan proses penyandian dan pemahaman sandi seperti pesan

yang disampaikan oleh para pelibat komunikasi.

3) Psikolinguistik adalah pendekatan gabungan melalui psikologi dan linguistik bagi telaah

atau studi pengetahuan bahasa, bahasa dalam pemakaian, perubahan bahasa, dan hal-hal

yang berkaitan dengan itu, yang tidak mudah dicapai atau didekati melalui salah satu dari

kedua ilmu tersebut secara terpisah atau sendiri-sendiri (Lado, 1976:220).

4) Psikolinguistik merupakan suatu ilmu yang mencoba menguraikan proses psikologis yang

terjadi apabila seseorang mengucapkan kalimat-kalimat dan memahami kalimat yang

didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana cara pemerolehannya oleh

manusia (Simanjuntak, 1987:1).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan beberapa ciri

psikolinguistik. Psikolinguistik adalah sebuah ilmu multidisiplin yang merupakan sebuah

pendekatan yang menelaah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa

sebagai suatu kebutuhan berekspresi dan berkomunikasi.

2.2 Pentingnya Memelajari Psikolinguistik bagi Guru Bahasa

Kesadaran pendidik dalam memosisikan interdisiplin ilmu psikolinguistik dalam

kerangka substansial pembelajaran bahasa di kelas ialah imperatif yang tak boleh dipisahkan.

Terjadinya perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang menempatkan manusia sebagai

sumber daya yang utuh memberikan arah kebijakan mendasar dalam meletakkan kerangka

bagi pembangunan pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan pandangan ini


7

berimplikasi terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan perubahan konsep dalam

memaknai eksistensi, prinsip-prinsip dan pendekatan-pendekatan pembelajaran.

Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti

di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih

tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai. Karena itu, istilah

pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas,

pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.

Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan

yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis. Aksiomatis

artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.

Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu rancangan atau kebijaksanaan

dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang

memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang

berkaitan.

Secara praktis, proses pembelajaran yang diharapkan dengan perubahan paradigam

tadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara

menyeluruh dan terpadu. Pengembangan dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan

mampu mendukung optimalisasi pengembangan potensi peserta didik sebagaimana

diharapkan. Karena itu dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menyampaikan

materi pelajaran akan tetapi harus mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya

membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku.

Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang

hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip

pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan

penemuan tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan
8

pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar

bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan

dalam psikolinguistik. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi

bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak

dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya

dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan karya

linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa

menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode

Tata Bahasa (Grammar Method).

Machfudz mengutip penjelasan Edward M. Anthony (Allen and Robert, 1972)

menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan

secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih

bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan

dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan

perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil

belajar. Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang

berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan

secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda

untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

2.3 Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa merupakan salah satu bagian perkembangan yang krusial bagi

kehidupan anak, mengingat bahasa merupakan media komunikasi penyampai pesan seseoran

g terhadap orang lain. Kemampuan bahasa dapat disebut juga sebagai kemampuan linguistik.
9

Pada usia ini anak akan mulai mempelajari tentang lima sistem aturan dalam bahasa, seperti f

onologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatis (Santrock, 2011). Dalam termin fonolo

gi, mereka akan menjadi sangat sensitif terhadap bunyi dari bahasa yang diucapkan oleh oran

g lain, sehingga mereka akan sangat menikmati rima, puisi, pensubstitusian nama benda yang

diucapkan dengan konyol, serta bertepuk tangan pada tiap suku kata dalam kalimat (Stoel-Ga

mmon & Sosa, 2010 dalam Santrock, 2011). Sedangkan pada perkembangan dalam termin m

orfologi, mereka mulai memproduksi 2 atau lebih kata pada setiap ucapannya (Santrock, 201

1). Kemampuan tersebut berkaitan juga dengan bagaimana pemahaman mereka pada penggu

naan imbuhan (awalan, tengah, dan akhiran), kata ganti kepemilikan, preposisi, kata sandang,

serta kata keterangan pada kalimat.

Pada perkembangan semantik dan pragmatis, karakteristik perkembangan bahasa mer

eka disebut displacement. Di mana pada usia ini anak mulai menggunakan bahasa untuk menj

elaskan hal-hal yang diluar kejadian pada tempat dan waktu yang sama dengannya. Mereka m

ulai menguasai cara menjelaskan sesuatu yang akan dilakukan atau terjadi (prediksi) di masa

yang akan datang serta apa yang terjadi di masa lalu. Anak usia dini juga mulai menggunakan

bahasa yang berbeda dengan orang yang berbeda, dalam hal ini mereka mulai mempelajari ke

tepatan bahasa yang digunakan dalam berinteraksi dengan orang dengan tingkatan usia yang

berbeda (Siegal, et al., 2010). Oleh karena itu, pada tahapan usia ini, mereka perlu memperole

h stimulasi yang tepat bagi proses belajar bahasanya sehingga kemampuan bahasa mereka da

pat berkembang secara optimal.

Dalam upaya pemberian stimulasi bagi perkembangan bahasa anak usia dini, orang tu

a dan lingkungan terdekat anak memegang peranan yang sangat penting karena mereka akan

menjadi role model bagi anak dalam perkembangan bahasa mereka. Mereka akan mempelajar

i karakteristik bahasa mereka lewat percakapan orang tua maupun orang-orang yang berada d

i lingkungan terdekatnya (Sutikno, 2004).


10

Perkembangan bahasa anak mengalami beberapa tahapan umum. Tahapan-tahapan ter

sebut disebutkan oleh Lundsteen (Soepriatmadji, 2015:37) sebagai berikut.

a. Tahap Pralinguistik

 Pada usia 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok.

 Pada usia 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.

b. Tahap Protolinguistik

 Pada usia 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia

mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).

c. Tahap Linguistik

 Pada usia 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan

perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.

2.4 Hubungan antara Bahasa, Berpikir, dan Berbudaya

Kajian mengenai bahasa dalam cabang antropologi linguistik digunakan untuk menel

usuri arah perkembangan bahasa dan hubungan antarbahasa sehingga suatu suku bangsa mem

iliki corak dan ragam bahasa yang hampir serupa. Antropologi linguistik adalah ilmu pengeta

huan yang mempelajari aneka bahasa yang diucapkan manusia. Objek kajiannnya adalah daft

ar kosa kata dan pelukisan ciri-ciri serta tata bahasa dari bahasa lokal masyarakat. Untuk men

jelaskan hal itu dalam artikel ini akan dipaparkan tentang hubungan berbahasa, berpikir dan b

erbudaya.

a. Bahasa sebagai Unsur Kebudayaan

Hampir seluruh bagian dalam kehidupan manusia dilingkupi oleh bahasa sehingga ba

hasa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan budaya manusia. Segala aktivit

as yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari unsur bahasa di dala

mnya. Seorang peneliti yang akan memahami kebudayaan suatu masyarakat terlebih dahulu h
11

arus menguasai perkembangan bahasa suatu masyarakat karena melalui bahasa seseorang bis

a berpartisipasi dan memahami sebuah bahasa.

Menurut Koentjaraningrat (2004), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan

atau dengan kata lain bahasa itu di bawah lingkungan kebudayaan. Menurutnya pula,

pada zaman purba ketika manusia hanya terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang terse

bar di beberapa tempat saja di muka bumi ini, bahasa merupakan unsur utama yang

mengandung semua unsur kebudayaan manusia yang lainnya. Sekarang setelah unsur-unsu

r lain dari kebudayaan itu telah berkembang bahasa hanya merupakan salah satu uns

ur saja namun fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia.

Menurut pendapat lain, bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk b

udaya, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Sebagai prod

uk sosial dan budaya tentunya bahasa merupakan wadah untuk aspirasi sosial, kegiatan dan p

erilaku masyarakat, wadah pengungkapan budaya, termasuk teknologi yang diciptakan masya

rakat pemakai bahasa itu sebagai cipta dan karyanya. Bahasa dalam masa tertentu berperan

sebagai wadah apa yang terjadi dalam masyarakat (Sumarsono, 2007: 20).

b. Hubungan Bahasa dan Berpikir

Hubungan bahasa dan berikir diungkapkan melalui beberapa teori. Chaer (2003:51)

mengungkapkan teori hubungan abhasa dan berpikir sebagai berikut.

(1) Teori Wilhelm van Humboldt

Wilhelm van Humboldt, sarjana Jerman abad ke-15 menekankan adanya ketergantu

ngan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya suatu

masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri. Anggota-anggota masyarak

at itu sendiri tiada dapat menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan oleh bahasan

ya itu. Kalau salah seorang dari anggota masyarakat ingin mengubah pandangan hidupny
12

a, maka dia harus mempelajari dulu satu bahasa lain itu. Maka dengan demikian dia ak

an menganut cara berpikir dan juga budaya masyarakat lain.

Mengenai bahasa itu sendiri, Wilhelm van Humboldt berpendapat bahwa substansi

bahasa terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berupa bunyi- bunyi, dan bagian lainnya b

erupa pikiran-pikiran yang belum terbentuk. Bunyi-bunyi dibentuk oleh lautform dan

pikiran-pikiran dibentuk oleh ideenform atau innereform. Jadi bahasa menurut Wilhelm v

an Humboldt merupakan sintesa dari bunyi (lautform) dan pikiran (ideenform).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa bunyi bahasa merupakan bentuk l

uar, sedang pikiran adalah bentuk dalam. Bentuk luar bahasa itulah yang kita dengar,

sedangkan bentuk dalam bahasa berada dalam otak. Kedua bentuk inilah yang membelen

ggu manusia, dan menentukan cara berpikirnya. Dengan kata lain Wilhelm Van Humbol

dt berpendapat bahwa struktur suatu bahasa menyatakan kehidupan dalam otak dan pe

mikiran penutur bahasa itu sendiri.

(2) Teori Sapir-Whorf

Edward Sapir (1884-1939), linguis Amerika memiliki pendapat yang hampir sa

ma dengan Van Humboldt. Sapir mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di baw

ah belas kasih bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupan bermasyara

kat. Menurutnya, telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu masyarakat “didirikan” di

atas tabiat- tabiat dan sifat-sifat bahasa itu. Karena itulah tidak ada dua bahasa yang sam

a sehingga bisa mewakili satu masyarakat yang sama. Setiap Bahasa satu masyarakat tela

h mendirikan satu dunia tersendiri untuk penutur bahasa itu. Jadi, berapa banyak m

anusia yang hidup di dunia ini sama dengan banyaknya jumlah bahasa yang ada di duni

a ini. Dengan demikian, Sapir menegaskan bahwa apa yang kita dengar, kita lihat, kita al

ami dan kita perbuat saat ini adalah disebabkan oleh sifat-sifat/tabiat-tabiat bahasa yang

ada terlebih dahulu.


13

Menurut Benjamin Lee Worf (1897-1941), murid Sapir, sistem tata bahasa buk

an hanya alat untuk menyuarakan ide-ide, tetapi juga sebagai pembentuk ide-ide itu, pro

gram kegiatan mental dan penentu struktur mental seseorang. Dengan kata lain, bahasa

lah yang menentukan jalan pikiran seseorang. Sesudah meneliti bahasa Hopi, salah sat

u bahasa Indian di California Amerika Serikat, dengan mendalam Whorf mengajukan

satu hipotesa yang lazim disebut Hipotesa Whorf (atau Hipotesa Sapir-Whorf) mengenai

relativitas bahasa. Menurut hipotesa ini, bahasa-bahasa yang berbeda membongkar alam

ini dengan cara yang berbeda, sehingga terciptalah konsep relativitas sistem-sistem kon

sep yang tergantung kepada bahasa yang beragam itu. Tata bahasa itu bukan alat untuk

mengeluarkan ide-ide, tetapi merupakan pembentuk ide-ide itu. Tata bahasalah yang me

nentukan jalan pikiran seseorang. Berdasarkan hipotesis Sapir-Whorf itu dapatlah dikat

akan bahwa pandangan hidup bangsa-bangsa di Asia (Indonesia, Malaysia, Singapura,

Thailand, dan lain-lain) adalah sama karena bahasa- bahasa mereka memiliki struktur

bahasa yang sama. Sedangkan pandangan hidup bangsa-bangsa lain seperti China, Jepan

g, Amerika, Eropa, Afrika, Perancis, Brazil adalah berlainan karena struktur bahasanya

berlainan. Untuk menjelaskan hal itu Whorf membandingkan kebudayaan Hopi dan ke

budayaan Eropa. Kebudayaan Hopi diorganisasi oleh peristiwa-peristiwa (event), sedang

kan kebudayaan Eropa diorganisasi oleh ruang (space) dan waktu (time). Menurut ke

budayaan Hopi kalau satu bibit ditanam maka bibit itu akan tumbuh, jarak waktu dan te

mpat tumbuhnya tidaklah penting, yang penting adalah peristiwa menanamnya dan tumb

uhnya bibit itu, sedangkan menurut kebudayaan Eropa jangka wakatu itulah yang pentin

g. Menurut Whorf, inilah bukti bahwa bahasa mereka telah menggariskan realitas hidu

p dengan cara yang berlainan (Abdul Chaer, 2003: 51).

(3) Teori Noam Chomsky


14

Mengenai hubungan berbahasa dan berpikir Noam Chomsky mengajukan kembali

teori klasik yang disebut hipotesis nurani. Sebenarnya, teori ini tidak secara langsung me

mbicarakan gabungan bahasa dengan berpikir, tetapi kita dapat menarik kesimpulan

mengenai hal ini, karena Chomsky sendiri menegaskan bahwa pengkajian bahasa memb

ukakan perspektif yang baik dalam pengkajian proses mental manusia. Hipotesis nurani m

engatakan bahwa struktur bahasa-bahasa dalam adalah nurani. Artinya, rumus-rumus itu

dibawa sejak lahir. Pada waktu seorang kanak-kanak mulai mempelajari bahasa ibu dia t

elah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep, yaitu dengan struktur bahasa dal

am yang bersifat universal. Peralatan konsep ini tidak ada hubungannya dengan belajar ata

u pembelajaran.

Menurut Chomsky bahasa-bahasa yang ada di dunia ini adalah sama karena di

dasari oleh satu sistem yang universal, hanyalah pada tingkat dalamnya saja yang disebut

struktur dalam (deep structure). Pada tingkat luar (surface structure) bahasa-bahasa itu

berbeda-beda. Pada tingkat dalam, bahasa-bahasa itu terdapat rumus- rumus tata baha

sa yang mengatur proses-proses untuk memungkinkan aspek-aspek kreatif bahasa beker

ja. Chomsky mengistilahkan dengan dengan inti prooses generative bahasa (aspek kreati

f) terdapat pada tingkat dalam ini. Inti proses generative inilah yang merupakan alat sem

antik untuk menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya.

Hipotesis ini juga berpendapat bahwa struktur-struktur dalam bahasa adalah sam

a. Struktur dalam setiap bahasa bersifat otonom dan karena itu tidak ada hubungannya d

engan sistem kognisi (pemikiran dan kecerdasan).


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai psikoling

uistik. Sebuah ilmu multidisiplin yang merupakan sebuah pendekatan yang menelaah

pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa, dan perubahan bahasa sebagai suatu

kebutuhan berekspresi dan berkomunikasi disebut psikolinguistik. Penting bagi guru

bahasa mempelajari psikolinguistik karena pendekatan dalam pembelajaran bahasa

mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang

berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Perkembangan bahasa

anak meliputi tahapan pralinguistik, protolinguistik, dan linguistik. Bahasa merupakan

produk budaya yang berasal dari daya pikir masayarakat penutur suatu bahasa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 2003. Psikolinguistik, Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hartley, Anthony F.1982. Linguistics for Language Learners. London: The. Macmillan Press
Ltd.

Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pusta


ka Utama.

Lado, Robert. 1976. Language Teaching Bombay. New Delhi: Tata Mc Graw-Hill.

Machfudz, Imam, Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan
Sastra UM, 2000.

Salamun, M. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren. Tesis. 2002.

Santrock, J. W. 2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.

Siegal, M., dkk. 2010. Bilingualism Accentuates Children's Conversational Understanding.

Simanjuntak, Mangantar. 1987. Pengantar Psikolinguistik Moden. Kuala Lumpur: Dewan


Bahasa dan Pustaka.

Soepriatmadji, L. 2015. Pola Perkembangan Sintaksis Bahasa Inggris pada Anak. Dinamika
Bahasa dan Budaya (DBB) vol 10 No 2. Tersedia di https://www.unisbank. ac.id/ojs/i
ndex.php/fbib1/article/view/3749. Diakses pada tanggal 17 November 2017.

Stern, H.H, 1983. Fundamental Concept of Language Teaching. Oxford: Oxford. University


Press.

Sukadji, Sutarlinah. 1986. Pengantar Psikologi. Jakarta : PT. Karunika.

Sumarsono. (2007). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sabda.

Sutikno, S. (2004). Menuju Pendidikan Bermutu. Mataram: NTT Press.

16

Anda mungkin juga menyukai