ii
KATA PENGANTAR
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Psikolinguistik. Sholawat serta
salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW. yang kita nanti – nantikan syafa’atnya di yaumul kiyamah nanti. Amin.
Tiada Gading yang Tak Retak, tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini
kecuali Allah SWT. Begitu juga tugas makalah ini, masih banyak kekurangannya,
kalaupun terdapat kelebihan itu semua atas kehendak Allah SWT. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sehingga penulis dapat memperbaiki tugas makalah dan penulis mohon maaf
apabila terdapat kata-kata yang tidak berkenaan di hati para pembaca. Semoga
tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikolingustik merupakan teori antara psikologi dan linguistik. Teori
tersebut sangat berbeda tetapi teori tersebut berhubungan dalam meneliti bahasa
sebagai objek formal. Sedangkan kegiatan berbahasa bukan hanya secara
mekanistik tetapi juga secara mentalistik. Di dalam kata psikologi membahas ilmu
yang mengkaji jiwa manusia yang bersifat abstrak sedangkan kata linguistik
membahas tentang bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu teori psikolinguistik
dapat menguraikan proses – proses psikologi yang berlangsung jika seseorang
mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan
kemampuan berbahasa tersebut bisa diperoleh dari manusia.
Ilmu psikolinguistik juga mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa,
bagaimana bahasa itu diperoleh, bahasa itu bekarja dan bahasa itu berkembang. Di
dalam konsep ini tampak bahwa psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari
linguistik sedangkan linguistik dianggap sebagai cabang dari psikologi.
Sedangkan secara teoretis psikolinguistik memiliki tujuan utama untuk mencari
satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat
menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
Lalu, dalam prakteknya psikolinguistik dapat menerapkan pengetahuan
linguistik dan psikologi pada masalah – masalah dalam bahasa seperti penyakit
bertutur (afasia, gagap, cedal dsb). Dengan demikian, kerja sama antara psikologi
dan linguistik setelah berlangsung belum cukup dalam menerangkan hakikat
bahasa tetapi membutuhkan bantuan ilmu bahasa yang lain seperti neurofisiologi,
neuropsikologis, neurolinguistik dsb. Maka meskipun digunakan istilah
psikolinguistik, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu saja yang diterapkan
tetapi juga hasil penelitian dari ilmu – ilmu lain pun dimanfaatkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, hal-hal yang perlu di pelajari adalah :
Bagaimana penjelasan mengenai bahasa dan berbahasa?
Apa penjelasan psikologi dalam linguistik dan linguistik dalam psikologi?
Apa gangguan berbahasa?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Dapat mengetahui arti dari bahasa dan berbahasa. Dapat mengetahui tentang
psikologi dalam linguistik dan linguistik dalam psikologi. Dapat mengetahui
tentang gangguan-gangguan dalam berbahasa.
D. Manfaat Penulisan
Dapat memberikan sekilas pengetahuan dari ilmu psikolinguistik.
Dapat memberikan referensi dalam perkulihaan psikolinguistik.
Dapat memberikan pengalaman terhadap mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa ada dua konsep yaitu struktur dan sistem. Struktur ( tata
bahasa ) adalah pengetahuan suatu bahasa mengenai bahasanya. Untuk
mempelajari suatu bahasa di dalam struktur terdapat tiga komponen yang harus
dipelajari, yaitu komponen fonologi, komponen sintaksis dan komponen
semantik. Maka, untuk memahami ketiga komponen tersebut perlu dipahami
drngan konsep struktur dalam dan struktur luar. Untuk lebih jelas dalam
memahami dua konsep tersebut ada bagan sebagai berikut :
C. Gangguan Berbahasa/Bicara
Pada pembahasan diatas telah dikemukakan bahwa proses berbahasa dimulai
dari enkode semantik, enkode gramatika dan enkode fonologi. Dapat dikatakan
berbahasa adalah proses pengeluaran pikiran dan perasaan (dari otak) secara lisan
dalam bentuk kata-kata. Manusia dikatakan normal apabila fungsi otak dan alat
berbicaranya normal tetapi mereka yang mengalami kelainan fungsi otak dan alat
berbicaranya akan terganggu dalam proses produktif dan reseptif.
D. Pemerolehan Bahasa
Dalam gangguan berbahasa terbagi menjadi dua, yaitu gangguan akibat
faktor medis dan faktor lingkungan sosial. Menurut Sidharta gangguan berbahasa
dibedakan tiga golongan, yaitu gangguan berbicara, berbahasa dan berpikir.
Dalam gangguan berbicara terdapat gangguan mekanisme berbicara akibat
kelainan yang seperti, pulmonal (paru-paru), laringal (pita suara), lingual (lidah)
dan resonantal (rongga mulut dan kerongkongan).
Selain itu, ada juga gangguan akibat multifaktorial yang terdiri dari, berbicara
serampangan (cepat), propulsif (kerusakan otak dan terjadi kaku), mutis
(membisu). Adapun juga gangguan akibat psikogenik yang menyebabkan
seseorang memiliki kelainan seperti, berbicara manja, kemayu, gagap dan
latah. Gangguan tersebut tidak hanya karena terjadi kelainan tetapi ada juga yang
keturunan dari keluarga.
Di dalam bab ini akan membahas tentang seorang anak kecil yang
memiliki kekurangan dalam berbicara seperti cadel. Orang yang memiliki
kekurangan berbicara seperti cadel disebabkan karena ada gangguan pada lidah
ataularingal. Penyakit ini disebut dengan penyakit Ankyloglossia yang terjadi
karena tali lidah pendek dan tebal dan menyebabkan bentuk lidah seperti jantung
waktu dijulurkan. Pada anak yang mempunyai penyakit Ankyloglossia waktu
sudah beranjak dewasa akan sulit mengucapkan huruf “R” dan “S” dalam
berbicara. Selain itu, anak akan sulit mengunyah makanan dan sulit mendapatkan
asupan gizi yang kurang karena pergerakan lidah terbatas. Penyakit ini bisa juga
dari keturunan dari oarng tua atau waktu anak masih bayi mendengar orang
tuanya berbicara seperti cedal dan anak akan mengikuti kebiasaan orang tuanya
waktu beranjak dewasa.
Anak yang saya amati adalah anak yang cedal karena faktor dari
keturunan. Ia tidak bisa mengucapkan “R” menjadi “L” dan “S” menjadi “T”
dalam berbicara. Orang yang mendengarkan dia berbicara sangat sulit karena
berbeda dalam pengucapan seperti orang yang normal. Seharusnya, waktu
berumur 3-4 tahun anak diajarkan berbicara dengan mengucapkan semua
konsonan yang baik tetapi sulit karena perkembangan tubuh anak berbeda-beda.
Selain itu, penyakit ini timbul beberapa faktor penyebab, yaitu :
Faktor Kurangnya Koordinasi Bibir dan Lidah.
Faktor Kelainan Fisiologis.
Faktor Psikologis.
Faktor Lingkungan.
Untuk mencegah terjadinya kecadelan harus berlatih berbicara dengan benar dan
jangan selalu menghilangkan konsonan tertentu dalam berbicara. Dengan ini, anak
akan merasa malu karena berbeda dengan anak-anak lainnya dan ini konsentrasi
anak pada saat bersekolah akan terganggu.dalam masalah ini peran orang tua
sangat penting karena harus bisa membangun kepercayaan diri anak supaya tidak
minder.
BAB V
PENUTUP