PEMBAHASAN
1
Henry Guntur Taringan, Psikolinguistik, (Bandung: Angkasa. 2006), hlm. 3.
2
Cazacu Tatlana Slama, Introduction to Psycholinguistics, (Paris: Mouton. 2003), hlm.
39.
3
4
3
Kholid A. Harras dan Andika Dutha Bachari, Dasar-Dasar Psikolinguistik, (Bandung:
UPI Press. 2009), hlm. 6-7.
6
c. Prinsip linguistik
Dari sudut prinsip linguistik, kita dapat melihat hubungan antara
psikolinguistik dengan pembelajaran bahasa dari kaitan metode pembelajaran
8
bahasa dengan teori linguistik. Teori linguistik adalah teori yang mengkaji analisa
bahasa, di mana ada dua aliran besar yaitu: strukturalisme dan transformatif-
generatif. Strukturalisme menganggap asal bahasa adalah ucapan-ucapan yang
dalam perjalanannya dirumuskan dengan tujuan memudahkan pembelajaran
bahasa. Sehingga pembelajaran bahasa mestinya diajarkan dengan teknik
peniruan, pembiasaan, pengulangan, sebagaimana pandangan behaviorisme.
Sedangkan transformative-generatif menganggap kaidah merupakan jembatan
yang menghubungkan antara penutur dengan pendengar, sehingga keduanya harus
menguasainya agar komunikasi seimbang. Oleh karena itu, teori ini berpandangan
bahwa pembelajaran bahasa hendaknya memfokuskan kepada penguasaan kaidah
bahasa, agar mampu berkomunikasi nantinya.
Adapun manfaat psikolinguistik dalam pembelajaran Bahasa Arab antara
lain sebagai berikut:
a. Dapat mengetahui kemampuan masing-masing individu dan perbedaan
daya serap dalam belajar bahasa.
b. Dapat mendeskripsikan bahwa apa yang diajarkan guru bahasa adalah
kemampuan berbahasa, khususnya kemampuan berbicara yang
merupakan ungkapan jiwa.
c. Dapat mengetahui problematika pengajaran bahasa dari sisi kemampuan
perolehan bahasa pada masing-masing anak didik, kajian yang
berhubungan dengan kemampuan anak dan kesulitan berbahasa, seperti
lamban berbicara (delayed speech), tertahan (dysphasia), berkata menyiut
(lisping), dan berkata gagap (stammering).6
6
Karim Zaki Husamuddin, Usul Turatsiyah Fi Ilmu Al-Lughah, (Mesir: Maktabah Anglo.
2005), hlm. 104.
9
mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan
konferensi interdisipliner. Secara formal, istilah psikolinguistik digunakan sejak
tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok dalam karyanya yang
berjudul Psycholinguistics: A Survey of Theory and Research Problems. Sejak itu
istilah tersebut sering digunakan.
Psikologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu psychology. Kata pscychology
berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa,
ruh, sukma, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi berarti
ilmu jiwa. Pengertian psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika psikologi masih
berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada
tahun 50-an, ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan psikologi. Kini dengan
berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa psikologi langsung
menyelidiki jiwa), istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi. Ketika psikologi
melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri
pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium
pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. Para ahli, di antaranya William
James (1842-1910) menyatakan bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan
mengenai kehidupan mental.7
7
Muhammad Thoriqussu’ud, Pengantar Psikolinguistik, (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Surabaya. 2004), hlm. 5-6.
10