Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN PSIKOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA

Disampaikan dalam Seminar Kelas


Mata Kuliah Ilm Al-Nafs Al-Lughawiy (Psikolinguistik)

Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Hj. Amrah Kasim, MA
Dr. Hj. Darmawati, M.Ag

Oleh:
Nur Fadilah Amin
NIM: 80100322033

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI DIRASAH ISLAMIYAH
KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023 M/1444 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Ruang lingkup psikolinguistik sebagaimana kita ketahui terdiri dari tiga cakupan

utama; pemerolehan bahasa, persepsi ujaran dan produksi ujaran. Pemerolehan bahasa

merupakan proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh

bahasa pertamanya atau bahasa ibunya1. Persepsi ujaran merupakan sebuah proses dimana

sebuah ujaran dimaknai dan ditafsirkan oleh seseorang2 dan produksi ujaran merupakan

sebuah proses ketika seseorang menghasilkan ujaran sebagai hasil dari pemikiran dalam

dirinya. Sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri, psikolinguistik yang menggabungkan

antara ilmu psikologi dan linguistik menjadi suatu hal yang urgen untuk dipelajari oleh

pengajar dan pembelajar bahasa, karena ilmu ini membahas tentang bagaimana bahasa

diproduksi, dipersepsi dan diperoleh, tujuannya tidak lain untuk dapat diterapkan dalam

sebuah proses pengajaran dan pembelajaran bahasa.

Pengajaran bahasa berarti sebuah proses mengajarkan bahasa kepada orang lain.

Pengajaran sendiri dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang terpadu yang

sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan sejumlah komponen pendukung,

yang berarti pengajaran bahasa merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sistematis dan

berkesinambungan dengan melibatkan sejumlah komponen pendukung untuk

meningkatkan potensi berbahasa siswa, sehingga dalam pengajaran bahasa Arab berarti

serangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan dengan melibatkan sejumlah

komponen pendukung untuk meningkatkan potensi bahasa Arab siswa.

1
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
2
Irham Irham, “Persepsi Ujaran Dalam Konteks Psikolinguistik,” GUIDING WORLD (BIMBINGAN DAN
KONSELING) 2, no. 1 (2019). Hal 2

2
Dalam pengajaran bahasa ada dua faktor penting yang menjadi pertimbangan, yang

pertama hakikat bahan pelajaran yang akan diajarkan dan yang kedua hakikat proses

belajar bahasa. Dimana siswa dijadikan sebagai subjek kegiatan dan bahasa dijadikan

sebagai objek yang akan diajarkan kepada siswa.

Untuk mengetahui bagaimana proses pengajaran bahasa dan tahapan-tahapannya,

bagaimana psikolingustik mempengaruhi proses pengajaran bahasa, selanjutnya akan

dibahas dalam tulisan ini terkait dengan konsep atau teori-teori pengajaran bahasa dan

bagaimana keterhubungan antara psikolinguistik dan pengajaran bahasa tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat kita batasi permasalahan pokok dalam tulisan

ini yaitu:

1. Bagaimana teori-teori psikolinguistik?

2. Bagaimana teori-teori pemerolehan dan belajar bahasa?

3. Bagaimana teori pengajaran bahasa?

4. Bagaimana hubungan psikolinguistik dan pengajaran bahasa?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan tujuan penulisan

makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui tentang teori-teori psikolinguistik

2. Untuk mengetahui tentang teori-teori pemerolehan dan belajar bahasa

3. Untuk mengetahui tentang teori-teori pengajaran bahasa

4. Untuk mengetahui tentang hubungan psikolinguistik dan pengajaran bahasa

3
BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum diuraikan tentang hubungan antara psikolinguistik dan pengajaran bahasa,

akan dijelaskan bagaimana teori-teori yang berkaitan dengannya, seperti teori-teori

psikolinguistik, objek kajian psikolinguistik, teori pemerolehan dan belajar bahasa dalam

psikologi. Penulis merasa perlu untuk menguraikan beberapa hal tersebut karena untuk

menjelaskan keterhubungan antara psikolinguistik dan pengajaran bahasa harus diketahui

dulu bagaimana teori-teori yang mendukung dan membangunnya.

1. Teori Psikolinguistik

Psikolinguistik sebagaimana kita ketahui merupakan gabungan dua disiplin

ilmu yang berbeda, yaitu Psikologi dan linguistik. Psikologi secara harfiah diartikan

sebagai ilmu jiwa yaitu studi ilmiah mengenai perilaku manusia dan proses-proses

yang berkaitan dengan perilaku tersebut, baik perilaku individual maupun perilaku

sosial, sedangkan linguistik secara harfiah diartikan sebagai ilmu bahasa yaitu ilmu

yang mengkaji, menelaah atau mempelajari bahasa secara umum, yang mencakup

semua bahasa, bahasa daerah, bahasa Indonesia atau bahasa asing3.

Pada awal perkembangannya disiplin ilmu ini dikenal dengan linguistic

psychology atau ada juga yang menyebut psychology of language. Tujuan

penggabungan kedua disiplin ilmu ini sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk

menemukan satu teori yang tepat tentang bagaimana sebuah bahasa bisa diterima

secara linguistik dan secara psikologis mampu memberikan penjelasan tentang

bagaimana bahasa tersebut diproduksi, dipersepsi dan diperoleh oleh manusia.

3
M Syahrun Effendi, “Linguistik Sebagai Ilmu Bahasa,” Jurnal Perspektif Pendidikan 5, no. 1 (2012).
Hal 1

4
Sehingga objek kajian psikolinguistik yaitu proses manusia berbahasa yang melibatkan

proses psikologis atau proses kognitif atau proses neurologis di dalamnya. Jadi

walaupun psikolingustik berkaitan dengan bahasa akan tetapi bahasa tidak dipelajari

sebagai satu sistem kesatuan, akan tetapi bahasa dipahami sebagai alat berpikir (fungsi

personal) dan sebagai alat komunikasi (fungsi sosial komunikasi).

Menurut Porat Antonius objek kajian psikolinguistik yaitu aspek psikologis dan

aspek fisiologis berbahasa dalam hubungan dengan pemerolehan bahasa,

perkembangan bahasa, pemahaman atau memori bahasa, dan proses produksi bahasa

sebagai alat komunikasi antarmanusia. Dengan kata lain psikolinguistik mempelajari

bahasa sabagai satu sistem perilaku, baik perilaku personal maupun interpersonal.

Artinya bahasa merupakan sebuah proses yang melibatkan perilaku mental meliputi

proses internalisasi (pemerolehan, persepsi, memori, gangguan berbahasa dan lain-

lain) dan eksternalisasi bahasa (produksi ujaran).4

Dalam perkembangannya, teori-teori dalam psikolinguistik pun berkembang

bersamaan dengan dengan keingintahuan para pakar di setiap disiplin ilmu untuk

mengetahui titik temu antara linguistik dengan psikologi atau psikologi dengan

linguistik. Pakar linguistik misalnya ada Wilhelm Von Humboldt, Ferdinand de

Saussure, Edward Sapir, Leonard Bloomfield dan Otto Jespersen, sedangkan dari

pakar psikologi ada John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson dan Weiss.5

Selanjutnya setelah dibukanya satu program khusus psikolinguistik oleh R. Brown

tahun 1953, para pakar tidak lagi merasa ahli linguistik atau ahli psikologi melainkan

sudah melabeli dirinya dengan pakar psikolinguistik, seperti contohnya Leshley,

Lenneberg, Osgood, Skinner, Chomsky, dan Miller.

4
Porat Antonius, Psikolinguistik Memahami Aspek Mental Dan Neurologis Berbahasa (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2018). Hal 11
5
Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik. Hal 12-13

5
Sebagai gambaran bagaimana teori psikolinguistik berkembang, dapat dibagi

tiga tahapan, psikolinguistik generasi pertama, kedua dan ketiga:

a. Teori Psikolinguistik generasi pertama

Pada generasi pertama dapat disebut beberapa nama seperti Osgood dan

Sebeok, Bloomfield, dan Skinner.

C Osgood dan T. Sebeok


•Osgood dan Sebeok memandang bahwa bahasa merupakan suatu sistem
respon yang bersifat langsung dan tidak langsung terhadap stimulus
verbal atau non verbal. Ada orientasi stimulus-respons (aksi-reaksi) di
dalamnya yang merupakan bagian dari proses psikologi.

Leonard Bloomfield
•Bahasa adalah salah satu bentuk perilaku. dimana bahasa dapat ditangkap
melalui pancaindera yaitu indra pendengaran. Berperilaku
(Berperi=berkata, laku=perbuatan) atau bahasa adalah verbal behavior

B.F Skinner
• Berbahasa haruslah diartikan sebagai suatu runtunan respons operan
terkondisikan terhadap stimulus tersembunyi yang internal dan ekstrenal
• Dianggap sebagai tokoh utama psikolinguistik generasi pertama

Secara garis besar, psikolinguistik generasi pertama ini lebih didominasi oleh

aliran behaviorisme yang memandang bahwa bahasa merupakan salah satu wujud

tingkah laku manusia yang dinyatakan secara verbal dan semua proses berbahasa

manusia diperoleh melalui proses belajar.

b. Teori Psikolinguistik generasi kedua

Psikolinguistik generasi kedua mencoba memberikan penjelasan lebih banyak

terkait proses berbahasa dan masalah berbahasa. Pakar utamanya yaitu Noam Chomsky

dan George Miller. Noam Chomsky dikenal sebagai tokoh penganut aliran kognitif

dalam proses berbahasa. Berbeda dengan generasi pertama, psikolinguistik generasi

kedua memandang bahwa proses berbahasa itu bukanlah butir-butir bahasa yang

6
diperoleh melainkan kaidah dan sistem kaidahlah yang diperoleh. Sehingga ada

pendapata yang mengatakan bahwa generasi kedua ini adalah anti psikologi, mengapa?

Karena yang dijelaskan tidak fokus pada proses-proses psikologi akan tetapi lebih

kepada manifestasi ujaran dari bentuk-bentuk linguistik. Berikut beberapa pernyataan

Miller dan Chomsky terkait dengan psikolinguistik:6

Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang,
dan tidak semua ciri-ciri yang terang dalam ujarannya mempunyai
representasi fisik

Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang


ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang
menyangkut antar hubungan simbol-simbol atau lambang-lambang.
Respons yang terpenggal-penggal terlalu menyederhanakan manka
secara keseluruhan

Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan-satuan interaksi


anatara makna kata yang terdapay dalam kalimat tersebut.
Kalimatkalimat itu tersusun secara hierarkis, tetapi belum cukup
menjelaskan wujud luar linguistik.

Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan tidak


terbatas jumlahnya. Pengetahuan seseorang akan bahasa harus
dikaitkan dengan kemampuan seseorang menyusun bahasa dalam
sisitem sintaksis dan semantik

Harus dibedakan antara pendeksripsian bahasa denga pendeskripsian


pemakaian bahasa. Seorang ahli psikolinguistik harus merumuskan
model-model pengejawantahan bahasa yang dapat meliputi
pengetahuan kaidah bahasa

Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan


berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung apada
intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.

6
Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik. Hal 23-24

7
Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik generasi kedua ini lebih menekankan

pada aspek linguistik, Noam Chomsky lebih banyak membahas tentang proses

berbahasa melalui uraian-uraian linguistik, tentang bagaima proses kognitif seorang

manusia mengeluarkan bahasa, sehingga orientasi linguistik masih lebih menonjol

dibandingkan orientasi psikologis dalam berbahasa. Ketujuh pendapat di atas juga

dikatakan hanya sebagai jawaban dari psikolinguistik generasi pertama.

c. Teori Psikolinguistik generasi ketiga

Pada generasi ketiga ini, dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap apa yang ada

pada psikolinguistik generasi kedua. Dalam bukunya Two Problems for the New

Psycholinguistics, G. Werstch mengemukakan beberapa pendapatnya terkait

psikolinguistik baru, yang kemudian menjadi penciri dari teori psikolinguistik generasi

ketiga:7

2. Keterlepasan mereka dari


kerangka “psikolinguistik
kalimat”, dan lebih
mengarah pada
“psikolnguistik situasi dan
konteks”
1. Orientasi mereka kepada
psikologi, tetapi bukan
psikologi perilaku. Seperti 3. Adanya pergeseran dari
yang diungkapkan Fresse analisis proses ujaran yang
dan Al Vallon (Prancis) dan abstrak ke satu analisis
psikolog Uni Soviet, telah psikologis mengenai
terjadi proses serempak dari komunikasi dan pikiran.
informasi psikologi dan
linguistik.

G.
Werstch

7
Suci Sundusiah, “Sejarah Perkembangan Psikolinguistik” (Bandung: UPI, n.d.),
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/SUCI_SUNDU
SIAH/artikel_ilmiah/SEJARAH_PERKEMBANGAN_PSIKOLINGUISTI1.pdf. Hal 9

8
Dari penjelasan ketiga generasi teori psikolinguistik tersebut di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa manusia dalam berbahasa itu berkaitan dengan beberapa

hal:

a. Bahasa adalah bagian dari tingkah laku

b. Bahasa diproduksi melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak unsur

seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik

c. Dalam berbahasa, proses linguistik dan psikologi terjadi secara bersamaan yang

memperhitungkan situasi dan konteks

d. Dalam berbahasa, ada pelibatan unsur komunikasi dan berpikir.

2. Teori Pemerolehan dan Belajar Bahasa

Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan kata acquisition yaitu proses

penguasaan yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa

ibunya atau bahasa pertamanya sedangkan istilah pembelajaran dipakai untuk padanan

kata learning yang berarti sebuah proses yang dilakukan di dalam kelas dalam sebuah

tatanan formal dan diajar oleh seorang guru.8 Merujuk pada literatur-literatur yang ada,

teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa sangat banyak dan beraneka ragam, untuk

dapat memahami teori-teori tersebut perlu didalami prinsip-prinsip psikologi yang

mendasarinya.

Pada dasarnya teori pemerolehan dan pembelajaran menurut pakar psikologi

dapat dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama yang mengikuti aliran psikologi

behaviorisme dan yang kedua yang mengikuti psikologi kognitifisme. Berikut

gambaran singkat teori-teori pemerolehan bahasa dalam psikologi:9

8
Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Yayasan Obor
Indonesia, 2003. Hal 225
9
Nazri Syakur, Proses Psikologik Dalam Pemerolehan Dan Belajar Bahasa (Seri Psikolinguistik)
(Yogyakarta, 2008).

9
• Teori Tabularasa
• Teori Perilaku verbal
Aliran • Teori Mediasi atau antara
Behaviorisme • Teori Perantaian Respons

• Teori Nativis
• Teori Fungsional atau kesemestaan
Aliran kognitif
Kognitifisme

Berikut gambaran teori belajar menurut pakar psikologi dalam buku yang ditulis

oleh Nazri Syakur10:


Aliran Kognitifisme
Aliran Behaviorisme

Teori belajar pengkondisian Teori Belajar Insight


Klasik

Teori Belajar Kognitif


Teori belajar pengkondisian Piaget
Operan
Teori Belajar
Teori Belajar Kondisioning pemrosesan Informasi
Berdasar Kontigitas

10
Syakur, Proses Psikologik Dalam Pemerolehan Dan Belajar Bahasa (Seri Psikolinguistik).

10
Sedangkan menurut Abdul Chaer dalam bukunya, ada dua proses yang

berlangsung bagi kanak-kanak dalam memperoleh bahasa pertamanya yaitu proses

kompetensi dan performansi, kompetensi yaitu proses yang terjadi dengan tidak sadar,

sedangkan performansi merupakan hasil dari kompetensi yang terbentuk ketika kanak-

kanak mampu memahami dan memproduksi kalimatnya sendiri. Lanjutnya belum ada

teori pasti dalam pemerolehan bahasa, sehingga masih disebut sebagai hipotesis

gambaran hipotesis pemerolehan bahasa tersebut sebagai berikut:11

Hipotesis Nurani

Hipotesis Tabularas

Hipotesis Kesemestaan Kognitif

Sedangkan teori-teori pembelajaran bahasa menurut Abdul Chaer sebagai

berikut:12

Teori Pembiasaan
Klasik Pavlov

Teori Penghubungan Teori Behaviorisme


Aliran Kognitifisme

Thorndike Purposif Tolman


Aliran Behaviorisme

Teori Behaviorisme Teori Medan Gestalt


Watson Werheimer

Teori Kesegeraan
Guthrie Teori Medan Lewin

Teori Pembiasaan
Operan Skinner Teori Perkembangan
Kognitif Piaget
Teori Pengurangan
Dorongan Hull Teori Genetik Kognitif
Chomsky
Teori mediasi Osgood

Teori dua faktor


Mouwer

11
Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik.
12
Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik.

11
Berikut akan dipaparkan secara singkat beberapa teori-teori tersebut, sebagai

gambaran bagaimana teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa saling berkaitan:13

•Teori ini beranggapan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan


sama seperti kertas kosong yang nantinya akan diisi dengan
Teori/ Hipotesis pengalaman-pengalaman yang ditemui. Seorang anak
memperoleh bahasanya dengan cara menghafal dan
Tabularasa menirukan pola-pola kalimat dan dengan proses pemberian
pajanan kata (language exposure) maka ia akan mampu
membuat kalimat atau kata lainnya.

• Teori ini beranggapan bahwa pemerolehan bahasa terjadi


Teori/ Hipotesis karena adanya alat pemerolehan bahasa atau LAD (Language
Acquisition Device) yang dimiliki oleh manusia sejak lahir
Nurani sehingga setiap manusia memiliki kemampuan memperoleh
bahasa.

Teori/ Hipotesis • Teori ini beranggapan bahwa bahasa diperoleh berdasarkan


struktur-struktur kognitif deriamotorik. struktur-struktur ini
Kesemestaan diperoleh anak-anak melalui interaksi dengan benda-benda
Kognitif atau orang-orang di sekitarnya.

Berikut penjelasan mengenai beberapa teori pembelajaran bahasa menurut aliran

behaviorisme:

13
Emy Dkk Sudarwati, Pengantar Psikolinguistik (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017). Hal 37-38

12
• Teori ini ditemukan secara kebetulan oleh Ivan Pavlov.
• Pavlov beranggapan bahwa pembelajaran merupakan
rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan.
• Kemampuan seseorang untuk membentuk respons-respons
Teori Belajar yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis sistem yang
Pengkondisian digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaan-perbedaan
Klasik yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar.
Respons yang dibiasakan ini dapat diperkuat
denganulangan yang teratur dan intensif, maka bagi Pavlov
respons yang dibiasakan adalahunit dasar pembelajaran
yang paling baik. (S--R)
• Teori ini diperkenalkan oleh Burrhus Frederic Skinner.
• Skinner beranggapan bahwa perilaku sebagai hubungan
antara stimulus, respon dan penguatan (S--R--R)
Teori Belajar
Pengkondisian • Menurut Skinner perilaku berbahasa seseorang (manusia) d
Operan apat diprediksikan dan dikendalikan dengan cara
mengamati dan memanipulasi lingkungan fisiknya
sehingga perilaku berbahasa seseorang merupakan hasil
dari stimulus dari luar dan penguatan dari stimulus tersebut.

• Teori ini ditemukan oleh Edward L. Thorndike


• Thorndike beranggapan bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistem saraf
Teori Belajar
dan tidak ada hubungannya dengan insight
Penghubungan
(connectionism • Maksud dariyang dihubungkan-hubungkan dalam sistem
theory) saraf adalah peristiwa-peristiwa fisik dan mental dalam
proses pembelajaran, yakni segala hal yang
dirasakandengan pikiran, serta segala rangsangan dan gerak
balas yang ada
• Teori ini diperkenalkan oleh Edwin Ray Ghutrie.
• Ghutrie beranggapan bahwa pembelajaran
tidak berlangsung secara perlahan-lahan atau berangsur-
Teori Belajar
angsur, tetapi secara coba-tunggal (single-trial)
Kondisioning
berdasar Kontigitas/ • Menurut Ghutrie pembelajaran coba-tunggal ini
Teori Belajar memerlukan pengaturan keadaan sedemikian rupa sehingga
Kesegeraan stimulus-stimulus yang diberikan haruslah menimbulkan
respon-respon yang betul. sehingga kesalahan-kesalahan
harus dihilangkan agar stimulus menimbulkan respon yang
betul.

Berikut penjelasan mengenai beberapa teori pembelajaran bahasa menurut aliran

Kognitivisme:

13
• Tokoh-tokoh teori ini yaitu Max wertheimer, Wolfgang
Kohler, Kurt koffka dan Kurt Lewis
• Teori ini sebagai respon dari teori connectionisme
Thorndike
• Menurut teori ini disamping pengalaman, perlu juga
Teori Belajar adanya kemampuan melihat hubungan-hubungan
Insight/ Medan keseluruhan di antara elemen-elemen situasi , dan
Gestalt membentuk satu organisasi dari hubungan-hubungan
tersebut.
• Setiap keseluruhan lahir sebagai bentuk yang
menggambarkan satu latar belakang dan persepsi membuat
satu organisasi yang segera dari keduanya.

• Teori ini diperkenalkan oleh Piaget


• Pembelajaran bahasa merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan kognitif secara
Teori Belajar
keseluruhan dan khususnya sebagai bagian dari hasil
Perkembangan
perkembangan intelek dan sebagai lanjutan pola-pola
Kognitif
perilaku sederhana
• Proses belajar bahasa terjadi berdasarkan tahapan-tahapan
perkembangan kognitif seseorang sesuai umurnya.

• Tokoh-tokoh teori ini yaitu Atkinson dan Shriffin


• Teori ini sebagai respon dari teori connectionisme
Thorndike
• Fokus utamanya yaitu ingatan (penyimpanan dan
Teori Belajar pemanggilan kembali informasi), yaitu bagaimana
Pemrosesan informasi disimpan di dalam ingatan.
Informasi
• Terbagi kedalam dua model tingkatan pemrosesan; model
pemrosesan informasi bertahap dan model tingkatan
pemrosesan

• Teori ini diperkenalkan oleh Noam Chomsky


• Teori ini beranggapan bahwa otak manusia dilengkapi
dengan struktur bahasa universal atau LAD.
• Tidak setuju dengan teori Skinner
Teori Belajar • Dalam proses belajar bahasa kedua mengandalkan otak
Genetik Kognitif atau akal karena menganggap bahwa berbahasa harus
melalui proses pengajaran
• Tidak mungkin menguasai suatu bahasa jika tidak
mengetahui dengan baik apa sebenarnya bahasa sebagai
benda yang diperoleh itu.

14
Dari penjelasan mengenai teori-teori pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa

yang diuraikan di atas dapat kita lihat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara

pandangan behaviorisme dan kognitivisme dalam mengemukakan teori pemerolehan

bahasa dan pembelajaran bahasa, menurut aliran behaviorisme pemerolehan bahasa

pertama sama dengan pemerolehan bahasa kedua sedangkan menurut aliran kognitivistime

memandang pemerolehan bahasa pertama agak berbeda dengan belajar bahasa kedua.

Beberapa argumen selalu diangkat untuk mengusulkan metode atau prosedur

pembelajaran bahasa kedua/asing berdasarkan pemerolehan bahasa pertama:14

a. Di dalam pembelajaran bahasa, orang harus berlatih dan berlatih seperti seorang anak

kecil belajar bahasa pertamanya. Dia selalu mengulang sesuatu terus menerus. Dalam

tahap belajar bahasa, dia selalu mempraktikkan bahasa sepanjang waktu. Seperti itulah

yang mesti dilakukan ketika belajar bahasa kedua/asing.

b. Belajar bahasa utamanya adalah persoalan peniruan. Seseorang harus menjadi peniru,

persis seperti anak kecil, meniru segala sesuatu.

c. Pertama-tama, latihan (mengucapkan) bunyi-bunyi individual, kemudian kata,

kemudian kalimat. Inilah urutan alami karena hal itu benar-benar (dapat dilakukan)

ketika belajar bahasa asing.

d. Perhatikanlah perkembangan bahasa anak kecil. Pertama dia mendengar, kemudian

berbicara. Pemahaman selalu mendahului pengungkapan. Oleh karena itu inilah urutan

yang benar di dalam penyampaian keterampilan di dalam bahasa asing

e. Seorang anak kecil terus mendengar dan berbicara tapa seorang pun berpikir

membuatnya membaca atau menulis. Membaca dan menulis adalah tahap lanjut

perkembangan bahasa. Urutan alami pembelajaran bahasa pertama dan asing adalah

mendengar, berbicara, membaca dan menulis.

14
Syakur, Proses Psikologik Dalam Pemerolehan Dan Belajar Bahasa (Seri Psikolinguistik). Hal 54

15
f. Seseorang tidak pernah menerjemahkan ketika mash kecil. Jika ia sendiri mampu

belajar bahasa tapa penerjemahan, maka ia seharusnya juga mampu belajar bahasa

asing dengan cara yang sama.

g. Seorang anak kecil hanya menggunakan bahasa. Dia tidak belajar kaidah. Seseorang

tidak memberitahunya tentang kata kerja dan kata benda, namun dia belajar bahasa

dengan sempurna. Demikian pula halnya penggunaan konseptualisasi kaidah tidak

diperlukan di dalam pembelajaraan bahasa asing

Sedangkan menurut aliran kognitivisme memandang pemerolehan bahasa pertama

agak berbeda dengan belajar bahasa kedua/asing: Hal itu didasarkan pada hal-hal berikut:

a. Perbandingan Tidak Wajar

Membandingkan pemerolehan bahasa pertama oleh kanak-kanak dengan

belajar bahasa kedua/asing oleh remaja atau orang dewasa, merupakan kerja yang

kurang wajar dan terlalu menyederhanakan persoalan karena perbandingan mau tidak

man akan melibalkan dua peubal (dua manusia yang belajar dan dua situasi belajar)

sekaligus. Bila dilakukan, menurut Brown, orang merasa perilu mendekati

perbandingan dengan pertama-tama mempertimbangkan perbedaan antara kanak-

kanak dengan orang dewasa di satu sisi, dan membandingkan pemerolehan bahasa

pertama oleh seorang anak dengan belajar bahasa kedua oleh seorang dewasa di sisi

lain. Hal ini melibalkan upaya menarik kias tidak saja antara situasi belajar bahasa

pertama dengan bahasa kedua. melainkan juga antara kanak-kanak dengan orang

dewasa dan yang demikian itu merupakan perbandingan yang tidak logis.

b. Perbedaan kanak-kanak dengan remaja/dewasa

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi biologik dan psikologik, dan

perbedaan kognisi dan afeksi antara anak-anak dan dewasa. Perbedaan yang tak

terbantahkan antara anak dan orang dewasa adalah perbedaan umur. Umur dalam

16
kaitannya dengan pemerolehan bahasa selalu meniadi bahan perbincangan menarik.

Perbincangan berpusat pada apakah memang ada yang disebut dengan masa emas

(critical periode) bagi pemerolehan bahasa, suatu masa hidup tertentu secara biologis

di mana bahasa dapat dipelajari dengan mudah dan selanjutnya akan secara bertahap

menjadi sulit. Hipotesis masa emas mengklaim adanya semacam daftar waktu

(timetable). Konsep ini hususnya berkaitan dengan pemerolehan bahasa pertama,

Selain bukti dari argumen-argumen Noam Chomsky dan Lenneberg seperti yang telah

dikemukakan pada tori nativis, bukti lain adalah temuan-temuan terakhir neuro-psiko-

linguistik dan biologi bahasa yang menunjukkan bahwa sewaktu lahir, kanak-kanak

telah dilengkapi dengan bagian otak yang khusus untuk bahasa dan berbahasa yang

disebut "pusat bahasa dan ujaran".

Telah dikatakan bahwa kepekaan pemerolehan akan berangsur berkurang

sejalan dengan bertambahnya umur. Hal itu terjadi antara lain karena adanya

perkembangan pada otak dan sekaligus pada tugasnya yang berkaitan dengan

pemerolehan bahasa. Otak manusia adalah protoplasma yang paling kompleks yang

pernah dikenal di alam semesta ini. Inilah satu-satunya organ yang sangat berkembang

sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat oleh tubuh yang shat dan

lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak dapat berfungsi aktif dan reaktif

selama lebih dari seratus tahun. Beratnya kurang dari 1.5 kg, tetapi selnya berjumlah

satu triliun, 10 % di antaranya atau seratus miliar merupakan sel aktif yang ada sejak

lahir. Bandingkan misalnya denga lalat yang memiliki seratus ribu sel otak aktif, tikus

lima juta dan seekor kero memiliki sepuluh miliar.15

15
Syakur, Proses Psikologik Dalam Pemerolehan Dan Belajar Bahasa (Seri Psikolinguistik). Hal 109-
110

17
3. Teori Pengajaran Bahasa

Menurut Hidayat ada dua faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam

pengajaran bahasa, yakni: hakikat bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan hakikat

proses belajar bahasa. Artinya, pengajaran bahasa tersebut harus menjawab pertanyaan

“Apa bahan pelajaran yang akan diajarkan? Dan bagaimana proses pengajarannya?”.

Berikut akan diuraikan tiga model tahapan-tahapan pengajaran bahasa16:

a. Pengajaran Bahasa Model Sporsky

Pengajaran bahasa menurut Model Sporsky ditandai oleh serangkaian

kegiatan merumuskan asumsi-asumsi untuk pengajaran bahasa di kelas. Kegiatan

itu diawali dengan merumuskan asumsi yang bersumber dari: (1) hakikat bahasa,

(2) hakikat belajar bahasa,dan (3) hakikat penggunaan bahasa. Hakikat tersebut

merujuk kepada sejumlah teori landasan yang relevan. Hal itu dijelaskan bahwa

hakikat bahasa, hakikat penggunaan bahasa dan hakikat belajar bahasa dapat

didasarkan kepada teori bahasa, teori penggunaan bahasa, teori belajar, dan teori

belajar bahasa, serta teori-teori yang lain, misalnya: teori psikologi, psikolinguistik,

sosiolinguistik dan linguistik umum. Untuk melihat hubungan dari masing-masing

teori tersebut, Anda dapat melihat bagan berikut:

16
Dian Indihadi, Teori Landasan Pengajaran Bahasa (Bandung, 2007).

18
Menurut model ini, pengajaran bahasa dikembangkan berdasarkan

pertimbangan (asumsi) dari sejumlah teori landasan. Untuk itu, tahap awal yang

perlu dilaksanakan adalah mempelajari sejumlah teori yang relevan, kemudian

merumuskan bahan pelajaran dan prosedur pengajarannya. Pelaksanaan

pembelajaran di kelas merupakan wujud penerapan dari hasil perumusan di awal

kegiatan.

b. Pengajaran Bahasa Model Ingran

Pengajaran bahasa model Ingran ditandai oleh serangkaian kegiatan

merumuskan asumsi-asumsi untuk kegiatan pengajaran di kelas. Adapun

kegiatannya memiliki persamaan dengan model Sporsky namun model Ingran lebih

difokuskan pada perumusan prosedur pengajaran. Untuk penentuan prosedur

pengajaran di kelas, ada sejumlah tahap yang harus dilampaui. Kegiatan pengajaran

diawali dengan merumuskan perencanaan, misalnya: menentukan silabus,

pendekatan, tujuan, metode, teknik serta metodologi (prosedur pembelajaran).

Perumusan hal tersebut didasarkan pada hasil penelusuran terhadap prinsip-prinsip

belajar bahasa serta mempertimbangkan teori landasan dari ilmu dasar, linguistik,

19
psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi dan sosiologi. Hubungan dan tahap

kegiatan menurut model ini dapat dijelaskan dalam bagan berikut:

c. Pengajaran Bahasa Model Mackey

Pengajaran bahasa menurut model Mackey ditandai oleh serangkaian

kegiatan merumuskan asumsi-asumsi dari sejumlah kebijaksanaan yang dijadikan

sumber perumusan asumsi, yakni: (1) kebijaksanaan pemerintah, (2) kebijaksanaan

pendidikan, dan (3) kebijaksanaan bahasa. Dari pertimbangan itu, kegiatan

dilanjutkan pada perumusan kurikulum, metode, bahan ajar dan pengajaran. Untuk

melaksanakan pembelajaran di kelas, guru harus mempertimbangkan kurikulum,

metode dan bahan ajar serta kondisi masyarakat (sosiokultural). Hubungan masing-

masing komponen dalam pengajaran itu dapat dilihat dalam bagan berikut:

20
Bertolak dari model tersebut, pengajaran bahasa dapat dikembangkan sesuai

dengan tuntutan nyata di lapangan. Sebagai pelaksananya, guru dapat mengadakan

penyesuaian-penyesuaian, terutama penyesuaian yang mempertimbangkan potensi

siswa. Menurut Goodman, children born into bilingual or multilingual settings

come to understand all the language of their surroundings and to speak the ones

they need to. Anak (siswa) lahir dalam masyarakat yang bilingual atau multilingual,

ternyata anak memiliki potensi menguasai bahasa-bahasa yang berada dalam

lingkungan mereka selama diberikan kesempatan untuk menggunakan bahasa-

bahasa tersebut. Hal itu dapat terjadi karena, menurut Halliday, anak terlibat

langsung dalam aktivitas berbahasa, yakni: learning language, learning about

language, and learning through language. Jadi, pengajaran perlu dikembangkan

dengan mempertimbangkan sejumlah teori landasan, asumsi, kondisi masyarakat,

kondisi siswa, serta kebijaksanaan yang dipandang relevan.

21
d. Hubungan Psikolinguistik Dan Pengajaran Bahasa

Dari penjelasan teori-teori sebelumnya dapat kita lihat keterhubungan antara

psikolingustik dengan pengajaran atau pembelajaran bahasa. Dari teori-teori

pembelajaran dalam psikologi kita bisa melihat bawa dua aliran besar memberikan

pendapatya masing-masing terkait bagaimana seseorang belajar, dalam teori linguistik

dijelaskan bagaimana struktur bahasa, fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.

Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan hubungan antara psikolinguistik dan

pengajaran bahasa yaitu:

1. Bahwa dalam pengajaran bahasa ada pelibatan aspek-aspek psikologi dan

linguistik.

2. Dalam pengajaran bahasa berarti ada proses pemerolehan bahasa yang sedang

terjadi, yaitu pemerolehan bahasa kedua meliputi kompetensi dan performansi,

seorang pembelajar bahasa akan melalui tahapan-tahapan seperti pemerolehan

bahasa pertama.

3. Seorang pembelajar bahasa akan mengalami tiga tahapan berbahasa, pemerolehan

bahasa, persepsi ujaran dan produksi ujaran, dimana ketiga tahapan tersebut

merupakan objek kajian psikolinguistik

4. Tahapan pemerolehan bahasa kedua sama dengan pemerolehan bahasa pertama

5. Pengajaran bahasa akan berhasil jika ada pengkondisian lingkungan yang didukung

oleh dorongan berbahasa dari pembelajar, baik dorongan bersifat internal maupun

eksternal.

6. Pelibatan proses psikologi dalam pengajaran bahasa, memiliki peran yang penting,

dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

22
Pengajaran
Psikolinguistik
Bahasa

Psikologi Belajar
Teori Psikologi
bahasa

Teori Belajar dan


Teori pemerolehan
pembelajaran
bahasa
bahasa

Teori
Teori linguistik
Bahasa/linguistik

Pemerolehan bahasa bersifat natural sedangkan pengajaran bersifat

pengkondisian. Pengajaran bahasa melalui proses formal di kelas merupakan suatu hal

yang kompleks karena melibatkan banyak unsur, ada pengetahuan tentang teori

psikologi, belajar, linguistik dan psikologi pembelajaran, psikologi bahasa dan lain-

lain. Dimana dalam pengajaran bahasa, seseorang harus bisa mempertimbangkan teori-

teori tersbeut untuk mengjarkan bahasa pada orang lain. misalnya dalam sebuah

pengajaran bahasa Arab formal di kelas, seorang guru dan siswa akan terikat dalam

sebuah sistem, dimana seorang guru harus mengetahui psikologi siswa sebelum

mengajar dan siswa harus dalam keadaan siap menerima proses pembelajaran agar

dapat memahami apa yang akan diajarkan oleh gurunya.

23
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Teori Psikolingusitik dibagi menjadi tiga generasi, Secara garis besar, psikolinguistik

generasi pertama ini lebih didominasi oleh aliran behaviorisme yang memandang

bahwa bahasa merupakan salah satu wujud tingkah laku manusia yang dinyatakan

secara verbal dan semua proses berbahasa manusia diperoleh melalui proses belajar.

Psikolinguistik generasi kedua ini lebih menekankan pada aspek linguistik, Noam

Chomsky lebih banyak membahas tentang proses berbahasa melalui uraian-uraian

linguistik, tentang bagaima proses kognitif seorang manusia mengeluarkan bahasa,

sehingga orientasi linguistik masih lebih menonjol dibandingkan orientasi psikologis

dalam berbahasa.

2. Teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa dibagi kedalam dua kelompok yaitu

menurut aliran behaviorisme dan aliran kognitifisme. Menurut Nazri Syakur teori

pemerolehan bahasa Aliran Behaviorisme yaitu 1) Teori Tabularasa, 2) Teori Perilaku

verbal, 3) Teori Mediasi atau antara, 4) Teori Perantaian Respons, sedangkan teori

pemerolehan bahasa menurut aliran kognitifisme yaitu 1) Teori Nativis, 2) Teori

Fungsional atau kesemestaan kognitif. Sedangkan teori pembelajaran bahasa dari

Aliran Behaviorisme yaitu: 1) Teori belajar pengkondisian Klasik, 2) Teori belajar

pengkondisian Operan, 3) Teori Belajar Kondisioning Berdasar Kontigitas dan menurut

Aliran Kognitifisme yaitu 1) Teori Belajar Insight, 2) Teori Belajar Kognitif Piaget, 3)

Teori Belajar pemrosesan Informasi. Berbeda dengan Nazri Syakur, Abdul Chaer

membedakan teori pemerolehan bahasa yaitu Hipotesis Nurani, Hipotesis Tabularasa

dan Hipotesis Kesemestaan Kognitif sedangkan teori pembelajaran bahasa dari aliran

behavioristik: 1) Teori Pembiasaan Klasik Pavlov, 2) Teori Penghubungan Thorndike,

24
3) Teori Behaviorisme Watson, 4) Teori Kesegeraan Guthrie, 5) Teori Pembiasaan

Operan Skinner, 6) Teori Pengurangan Dorongan Hull, 7) Teori mediasi Osgood, 8)

Teori dua faktor Mouwer, sedangkan dari Aliran Kognitifisme yaitu: 1) Teori

Behaviorisme Purposif Tolman, 2) Teori Medan Gestalt Werheimer, 3) Teori Medan

Lewin, 4) Teori Perkembangan Kognitif Piaget, 5)Teori Genetik Kognitif Chomsky.

3. Teori pengajaran bahasa terbagi tiga yaitu: 1) Pengajaran Bahasa Model Sporsky, 2)

Pengajaran Bahasa Model Ingran, 3) Pengajaran Bahasa Model Mackey

4. Hubungan Psikolingusitik dan pengajaran bahasa yaitu: 1) Bahwa dalam pengajaran

bahasa ada pelibatan aspek-aspek psikologi dan linguistik. 2) Dalam pengajaran bahasa

berarti ada proses pemerolehan bahasa yang sedang terjadi, yaitu pemerolehan bahasa

kedua meliputi kompetensi dan performansi, seorang pembelajar bahasa akan melalui

tahapan-tahapan seperti pemerolehan bahasa pertama. 3) Seorang pembelajar bahasa

akan mengalami tiga tahapan berbahasa, pemerolehan bahasa, persepsi ujaran dan

produksi ujaran, dimana ketiga tahapan tersebut merupakan objek kajian

psikolinguistik. 4) Tahapan pemerolehan bahasa kedua sama dengan pemerolehan

bahasa pertama. 5) Pengajaran bahasa akan berhasil jika ada pengkondisian lingkungan

yang didukung oleh dorongan berbahasa dari pembelajar, baik dorongan bersifat

internal maupun eksternal. 6) Pelibatan proses psikologi dalam pengajaran bahasa,

memiliki peran yang penting

25
DAFTAR PUSTAKA

Antonius, Porat. Psikolinguistik Memahami Aspek Mental Dan Neurologis Berbahasa.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018.

Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Effendi, M Syahrun. “Linguistik Sebagai Ilmu Bahasa.” Jurnal Perspektif Pendidikan 5,


no. 1 (2012).

Indihadi, Dian. Teori Landasan Pengajaran Bahasa. Bandung, 2007.

Irham, Irham. “Persepsi Ujaran Dalam Konteks Psikolinguistik.” GUIDING WORLD


(BIMBINGAN DAN KONSELING) 2, no. 1 (2019).

Sudarwati, Emy Dkk. Pengantar Psikolinguistik. Malang: Universitas Brawijaya Press,


2017.

Sundusiah, Suci. “Sejarah Perkembangan Psikolinguistik.” Bandung: UPI, n.d.


http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONE
SIA/SUCI_SUNDUSIAH/artikel_ilmiah/SEJARAH_PERKEMBANGAN_PSIKO
LINGUISTI1.pdf.

Syakur, Nazri. Proses Psikologik Dalam Pemerolehan Dan Belajar Bahasa (Seri
Psikolinguistik). Yogyakarta, 2008.

26

Anda mungkin juga menyukai