Anda di halaman 1dari 62

Kumpulan Makalah dan Tugas Bahasa

Indonesia
Kamis, 09 Januari 2014
Psikolinguistik

PSIKOLINGUISTIK
Karangan : Abdul Chaer

Di Susun Oleh
AMBARWATI
11011A0009

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni


Studi : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2012

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
Bab II Sejarah Perkembangan psikolinguistik
Bab III Bahasa dan Berbahasa
Bab IV Hubungan Berbahasa, Berpikir, dan Berbudaya
Bab V Teori-teori Linguistik
Bab VI Teori Pembelajaran dalam Psikologi
Bab VII Aspek Neurologi Bahasa
Bab VIII Gangguan Berbahasa
Bab IX Pemerolehan Bahasa: Beberapa Hipotesis
Bab X Pemerolehan Sintaksis
Bab XI Pemerolehan Semantik
Bab XII Pemerolehan Fonologi
Bab XIII Perkembangan Bahasa Anak
Bab XIV Pembelajaran Bahasa
Bab XV Aspek Makna Ujaran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Psikologi

Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa yunani kuno psyche dan logos.kata

psyche yang berarti jiwa,roh,atau sukma,sedangkan kata logos berarti ilmu,jadi,

psikologi secara harfiah berarti ilmu jiwaatau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.
B. Linguistik

Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil

bahasa sebagai objek kajiannya.pakar linguistik disebut linguis.namun,perlu dicatat kata

linguis dalam bahasa inggris juga berartiorang yang mahir menggunakan beberapa

bahasa,selain bermakna pakar linguistik,seorang linguis mempelajari bahasa bukan

dengan tujuan utama untuk mahair menggunakan bahasa itu,melainkan untuk mengetahui

secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa,beserta dengan berbagai aspek dan

segi yang menyangkut bahasa itu.

C. Psikolinguistik

Secara etimilogi sudah di singgung bahwa kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi

dan kata linguistik,yakni dua bidang ilmu yang berbeda,yang masing-masing berdiri sendiri

,dengan prosedur dan metode yang berlainan.namun,keduanya sama-sama menelti bahasa

sebagai objek formalnya

D. Sub disiplin psikolinguistik

Psikolinguistik telah berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa subdisiplin

psikolinguistik,diantaranya Sbb:

1. Psikolinguistik teoritis

2. Psikolinguistik perkembanagan

3. Psikolinguistik sosial

4. Psikolinguistik pendidikan

5. Psikolinguistik-neurologi (neuropsikolinguistik)

6. Psikolinguistik eksperimen

7. Psikolinguistik terapan dll.


E. Induk Disiplin Psikolinguistik

Psikolinguistik merupakan gabungan dari psikologi dan linguistik,maka muncul pertanyaan

:apa induk disiplin psikolinguistik itu,linguistik atau psikologi.beberapa pakar

berpendapat,psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu merupakan nama baru

dari psikologi bahasa (psychology of language) yang telah di kenal beberapa waktu

sebelomnya

F. Pokok bahasan psikolinguistik

Didalam kurikulum pendidikan bahasa pada lembaga pendidikan tenaga kependidikan mata

kuliah psikolinguistik di masukkan dalam kelompok mata kuliah proses belajar

mengajar,dan bukan pada kelompok mata kuliah psikolinguistik/kebahasaan.

BAB II

SEJARAH BERKEMBANGNYA

PSIKOLINGUISTIK

Pada abad awal yang silam terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan dan yang

sangat mempengaruhi perkembangan linguistik dan psikologi.yang pertama adalah aliran

emperisme yang erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme malakukan

kajian terhadap data empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis

unsur-unsur pembentukannya sampai yang sekecil-kecilnya. Oleh karena itu, aliran ini

disebut bersifat atomestik, dan lazim dikaitkan dengan asosianisme dan positivisme.

1. Psikologi dan linguistik


Dalam sejarah kajian linguistik, ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian,

diantaranya:

Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan jerman, telah mencoba mengkaji

hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia (psikologi).

Edward Safir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah

mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurutnya psikologi dapat

memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa.

2. Linguistik dalam psikologi

Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang menaruh

perhatian pada linguistik. Diantaranya:

Jhon Dewey (1859-1952), pakar psikologi berkebangsaan Amerika seorang empirisme murni.

Beliau telah mengkaji bahasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis

linguistik bahasa kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi.

Wundt (1832-1920), ahli psikologi berkebangsaan Jerman, orang pertama yang

mengembangkan secara sistematis teori mentalistik bahasa. Beliau menyatakan bahwa bahasa

adalah alat untuk melahirkan pikiran.

3. Kerja sama psikologi dan linguistik

Kerja sama secara langsung antara disiplin linguistik dan psikologi sebenarnya dimulai sejak

1860, yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang beralih menjadi ahli

linguistik, dan Moritz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi
dengan menertbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa

dari sudut linguistik dan psikologi.

4. Psikolinguistik sebagai disiplin mandiri

Secara formal kelahiran psikolinguistik ditandai dengan dibukanya satu program khusus

psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown. Sarjana pertama (Ph.D.) yang dihasilkan oleh

program ini adalah Eric Lenneberg, yang kemudian sangat besar peranannya dalam bidang

psikolinguistik.

5. Tiga generasi dalam psikolinguistik.

a. psikolinguistik generasi pertama

adalah psikolinguistik dengan para pakar yang menulis artikel dalam

kumpulan karangan berjudul Psycholinguistics.

b. Psikolinguistik generasi kedua

Menurut Mehler dan Noizet, psikolinguistik generasi kedua telah dpat mengatasi

ciri-ciri otomistik dari psikolinguistik Osgood-Sebeok. Psikolinguistik generasi kedua

berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh,

melainkan kaidah dan sistem kaidahlah yang diperoleh.

c. psikolinguistik generasi ketiga

ada tiga ciri utama psikolinduistik dalam generasi ketiga, yakni

pertama orientasi mereka kepada psiklogi, tetapi bukan psikologi perilaku.

Kedua keterlepasan mereka dari kerangka psikolinguistik kalimat dan keterlibatan dalam

psikolinguistik yang berdasarkan situasi dan konteks.

Ketiga adanya satu pergeseran dari analisis mengenai proses ujaran yang abstrak

(persepsimya) ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan perpikiran.


BAB III
BAHASA DAN BERBAHASA

1. Hakikat bahasa

Para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai satu

sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan yang

digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi

diri. (Chaer, 2994)

2. Asal usul bahasa

Menurut pendapat F. B. Condillac seorang filsuf bangsa prancis berpendapat

bahwa bahasa itu berasal dari teriakkan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri

yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat

Menurut pendapat Von schlegel, seorang ahli filsafat bangsa jerman, berpendapat

bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungkin bersumber satu bahasa. asal-usul

bahasa itu sangat berlainan tergantungan pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya

bahasa itu. Ada bahasa yang lahir dari onomatope, ada yang lahir dari kesadaran manusia dan

sebagainya.

3. Fungsi-fungsi bahasa

Ada lima fungsi bahasa menurut Kinneavy disebut fungsi ekspresi, fungsi informasi,fungsi

eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment.(Michel, 1967:51.)

4. Struktur bahasa

a. Tata bahasa
Menurut teori linguistik generatif-transformasi setiap tata bahasa suatu bahasa terdiri dari tiga

buah komponen fonologi, komponen sintaksis, dan komponen semantik.

b. Struktur dalam dan struktur luar

Menurut linguistik generatif-transformasi setaip kalimat yang kita lahirkan mempunyai

dua struktut yaitu struktur dalam dan stuktur luar.

Struktur dalam adalah struktur kalimat itu secara abstrak yang berada didalam otak penutur

sebelum kalimat itu diucapkan.

Struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan yang dapat kita dengar. Jadi

bersifat kongkrit.

c. Komponen tata bahasa

1. Komponen sintaksis

Menurut teori ini sintaksis merupakan komponen komponen sentral dalam pembentukan

kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi.

2. Komponen semantik

Teori linguistik generatif transformasi standar mengakui bahwa makna suatu kalimat sangat

tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan lainnya. Antara lain (a) makna

leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi,

cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks situasi tempat kalimat itu diucapkan, (e)

kalimat sebelum dan sesudah yang menyertai kalimat itu, dan (f) faktor-faktor lain.

3. Komponen fonologi

Komponen fonologi adalah sistem bunyi suatu bahasa. Komponen fonolgi ini, sebagai

komponen ketiga dalam tata bahasa generatif transformasi memiliki rumus-rumus fonologi

yang bertugas mengubah struktur-luar sintaksis menjadi representasi fonetik yaitu bunyi-

bunyi bahasa yang kita dengar di ucapkan oleh seorang penutur


BAB IV

HUBUNGAN BERBAHASA,BERFIKIR,DAN BERBUDAYA

1. Teori wilhelm Von Humboldt

Wilhelm von humboldt,sarjana jerman abad ke-19,menekankan adanya ketergantungan

pemikiran manusia pada bahasa.maksudnya ,pandangan hidup dan budaya suatu masyarakat

di tentukan oleh bahasa dan masyarakat itu sendiri

2. Teori sapir Whorf

Mengatakan bahwa manusia hidup didunia ini di bawah belas kasihbahasanya yang telah

menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat.

3. Teori Jean Peaget

Berbeda dengan pendapat sapir dan whorf, piaget, sarjana perancis, berpendapat justru

pikiranlah yang membentuk bahasa.tanpa pikiran bahasa tidak akan ada.pikiran yang

menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa ,bukan sebaliknya

4. Teori L.S. Vygotsky

Vygotsky sarjana bangsa rusia,berpendapat adanya satu tahap perkembanagan bahasa

sebelom adanya fikiran.dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelom adanya bahasa.

5. Teori Noam Chomsky

Mengenai hubungan bahasa dan pemikiran noam chomsky mengajukan kembali teori klsik

yang disebut hipotesisi nurani (chomsky,1957,1965,1968)


6. Teori Eric Lenneberg

Berkenan dengan masalah hubungan bahasa dan pemikiran,eric lennerberg mengajukan teori

yang di sebut teori kemampuan bahasa khusu (lennerberg,1964).

7. Teori brune

Berkenaan dengan masalah hubungan bahasa dan pemikiran,bruner memperkenalkan teori

yang di sebut teori instrumentalisme,menurut teori ini bahasa adalah alat pada manusia untuk

mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu

8. Kekontroversialan Hipotesis Sapir-Whorf

Teori-teori atau hipotesis-hipotesis yang dibicarakan di atas tampak cendrung saling

bertentangan.

Di antara teori atau hipotesis diatas, barang kali hipotesis Safir-Whorf lah yang

paling kontroversial. Hipotesis ini yang menyatakan bahwa jalan pikiran dan kebudayaan

suatu masyrakat di tentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya, banyak menimbilkan

kritik dan reaksi hebat dari para ahli filsafat, linguistik, psikologi, psikolinguistik,

antropologi, dan lain-lain. Carroll (1963:11. 9).

Untuk menguji hipotesis Sapir-Whorf itu, Farb (1974) mengadakan peneltian

terhadap sejumlah wanita Jepang yang menikah dengan orang Amerika dan tinggal di

Fransisco, Amerika. Dari penelititan itu, Farb menarik kesimpulan bahwa bahasa bukan

menyebabkan perbedaan-perbedaan kebudayaan, tetapi hanya mencermikan kebudayaan

tersebut. Bahasa jepang menceminkan kebudayaan Jepang, dan bahasa Inggris mencerminkan

kebudyaan Inggris.
Mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan, dalam teori-teori diatas kiranya

memang tampak kurang dibicarakan. Hal ini karena adanya pendapat umum di anatara

(Kuntjaraningrat, 1974, Masinambou, 1985).

Suatu permasalaha lagi dari persoalan hubungan bahasa, pemikiran, dan kebudayaan

ini adalah apa bedanya kebudayaan dengan pemikiran atau pemandangan hidup

(Weltanschaung). Bukankah kebudayaan itu sama dengan pandangan hidup? Masalah ini

sukar dijawab; para sarjanapun berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun, satu hal yang

tidak dapat disanggah oleh siapapun, bahwa kebudayaan adalah milik suatu masyarakat,

sedangkan pemikiran adalah milik perseorangan. Anggota-anggota masyarakat yang

memiliki kebudayaan yang sama sering memiliki pemikiran atau pandangan.


BAB V

TEORI-TEORI LINGUISTIK

Ada empat teori atau aliran linguistik yang sedikit banyak punya kaitan dengan masalah

psikologi, baik kognitif maupun behavioristik, dengan para tokohnya agar kita mempunyai

gambaran yang lebih menyeluruh dan komprehensif, dan bisa memahami masalah

psikolinguistik dengan lebih baik.

1. Teori Ferdinand De Saussure

Ferdinand De Saussure (1858-1913) adalah seorang linguis Swiss yang sering disebut-

sebut sebagai bapak atau pelopor Linguistik Modern karena pandangan-pandangannya yang

baru mengenai studi bahasa.

De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai satu rangkaian

hubungan antara dua orang tau lebih, seperti antara A dan B. Perilaku ini terdiri dari dua

kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga

sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara dan

pendengar.

Menurut De Saussure linguistik murni mengkaji langue, bukan parole maupun langage.

Teori linguistik De Saussure tidak mengikutsertakan parole. Alasan De Saussure mengkaji

langue adalah sebagai berikut.

1. Langue bersifat sosial sedangkan parole bersifat individual. Kedua sifat ini saling

bertentangan. Langue berada di dalam otak. Belajar langue bersifat sosial dalam pengertian

sinkronik, sedangkan parole bersifat idiosinkronik karena ditentukan secara perseorangan.

2. Langue itu bersifat abstrak dan tersembunyi di dalam otak sedangkan parole selalu

bergantung pada kemauan penutur dan bersifat intelektual.


3. Langue adalah pasif sedangkan parole adalah aktif.

Jadi, menurut De Saussure linguistik haruslah mengkaji langue karena adalah fakta sosial

sedangkan parole merupakan perlakuan individual, dan hanya merupakan embrio dari

langage.

Tanda linguistik seperti yang disebutkan dalam definisi di atas mempersatukan sebuah

konsep dengan sebuah imaji bunyi. Jadi, bukan mempersatukan nama dengan benda seperti

nama pohon dengan sebuah pohon sebagai bendanya.

2. Teori Leonard Bloomfield

Leonard Bloomfield (1887-1949) seorang tokoh lingbuistik Amerika, sebelum mengikuti

aliran behaviorisme dari Watson dan Swiss, adalah penganut paham mentalisme yang sejalan

dengan teori psikologi Wundt. Kemudian beliau menentang mentalisme dan mengikuti aliran

perilaku atau behaviorisme.

Menurut Bloomfield bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa unsur-unsur

vokal (bunyi) yang dinamakan bentuk-bentuk linguistik. Setiap bentuk adalah sebuah

kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem (bloomfield, 1933;158).

Fonem adalah satuan bunyi terkecil dan distingtif dalam leksikon suatu bahasa seperti

bunyi [u] pada kata bahasa indonesia [bakul] karena kedua kata itu [bakul] dan [bakal]. Di

sini kita lihat berbedanya bunyi [u] dari bunyi [a].

Frase adalah unit yang tidak minimum yang terdiri dari dua bentuk bebas atau lebih.

Umpanya dalam kalimat adik saya sudah mandi terdapat dua frase yaitu frase adik saya

dan frase sudah mandi

Kata adalah bentuk bebas yang minimum yang terdiri dari satu bentuk bebas dan ditambah

bentuk-bentuk yang tidak bebas. Misalnya, pukul, pemukul dan pukulan adalah kata,

sedangkan pe-, dan -an bukan kata; tetapi semuanya adalah morfem.
Kalimat adalah ujaran yang tidak merupakan bagian dari ujaran lain dan merupakan satu

ujaran yang maksimum.

Bloofield dalam analisisnya berusaha memenggal-menggal bagian-bagian bahasa itu, serta

menjelaskan hakiakt hubungan di antara bagian-bagian itu.

3. Teori John Rupert Firth

John Rupert Firth (1890-1960) adalah seorang linguis inggris yang pada tahu 1944

mendirikan linguistik deskriptif di London. Menurut Firth dalam kajian linguistik yang paling

penting adalah konteks. Tiap-tiap konteks mempunyai peranan sebagai lingkungan untuk

unsur-unsur

Tiap tingkat bahasa itu.

Sebagai linguis Firth dikenal juga sebagai tokoh analisi prosodi atau fonologi prosodi.

Menurutnya analisi prosodi dapat digunakan untuk menganalisis bahasa dan membuat

pernyataan-pernyataan yang sistematis dari analisis ini yang didasarkan pada penelitian yang

mendalam terhadap data bahasa serta menggunakan istilah-istilah dan kategori-kategori yang

sesuai.

Secara singkat bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosodi menurut teori Firth

adalah struktur kata beserta ciri-ciri khas lagu kata itu sebagai sifat-sifat abstraksi tersendiri

dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Jadi, yang termasuk kedalam fitur-fitur prosodi satu

kata adalah:

(1) Jumlah suku kata

(2) Hakikat suku katanya: terbuka tau tertutup

(3) Kualitas suku-suku kata

(4) Urutan bunyi-bunyi vokal

(5) Urutan suku-suku kata


(6) Tempat, hakikat, dan kuantitas bunyi-bunyi penting

(7) Kualitas gelap atau terang dari suku-suku kata

(8) Ciri-ciri hakiki lagu suku kata dan juga potongan kalimat tempat kata itu terdapat

4. Teori Noam Chomsky

Menurut Teori Chomsky untuk dapat menyusun tat bahasa dari suatu bahasa yang masih

hidup (masih digunakan dan ada penuturnya) haruslah ada teori umum mengenai apa yang

membentuk tata bahasa itu. Teori umum itu adalah satu teori ilmiah yang disusun

berdasarkan satu korpus ujaran yang dihasilkan oleh para bahasawan asli bahasa itu. Dengan

korpus ujaran itu dapat di tarik kesimpulan-kesimpulan umum atau kaidah-kaidah umum tata

bahasa yang dapat digunakan untuk memprediksikan semua ujaran yang daapt dihasilkan

oleh seorang penutur asli bahasa itu.


BAB VI

TEORI PEMBELAJARAN DALAM PSIKOLOGI

Teori-teori pembelajaran yang berkembang pada abad ke-20 ini, yang tampaknya saling

bertentangan dan saling melengkapi pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok besar.

1. Teori-teori Stimulus Respons

Disebut teori stimulus-respons karena teori ini memiliki dasar pandangan bahwa perilaku

itu, termasuk perilaku berbahasa, bermula dengan adanya stimulus (ransangan, aksi) yang

segera menimbulkan respons (reaksi, gerak baals).

a. Teori pembiasaan klasik dari Pavlov

Teori pembiasaan klasik ini merupakan teori pertama dalam kelompok teori stimulus-

respons. Teori ini ditemukan secara kebetulan oleh Ivan P. Pavlov (1848-1936) seorang ahli

fisiologi bangsa Rusia. Sewaktu beliau mengkaji proses pencernaan hewan, dia mendapati

bahwa sebelum seekor anjing mulai memakan makanan, air liurnya telah telah lebih dahulu

keluar. Setiap anjing yang diamati melihat makanan, air liur anjing selalu keluar. Maka

Pavlov ingin melatih anjing itu untuk mengeluarkan air liurnya sekalipun makanan tidak

diberikan.

b. Teori penghubung dari Thorndike

Teori penghung diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1919), seorang ahli

psikologi berkebangsaan Amerika. Teori ini dimulai dengan sebuah eksperimen yang disebut

trial and error. Dalam eksperimen itu Thorndike menempatkan seekor kucing di dalam

sebuah sangkar besar. Sangkar itu dapat dibuka dari dalam dengan menekan sebuah engsel.

Dalam usahanya untuk keluar kucing itu mencakar-cakar kesana kemari; lalu secara
kebetulan kakinya menginjak engsel sehingga pintu sangkarpun terbuka dan dia bisa keluar.

Eksperimen ini diulang oleh Thorndike dan kucing itu berperangai yang sama. Setelah

eksperimen itu beberapa kali dilakukan berturut-turut jumlah waktu yang diperlukan oleh

kucing untuk membuka pintu sangkar itu semakin sedikit dan akhirnya dia dapat membuka

pintu sangkar itu dengan segera tanpa harus mencakar dulu ke sana ke mari.

c. Teori Behaviorisme dari Watson

Di Amerika Serikat Watson dikenal sebagai bapak behaviorisme karena prinsip-

prinsip pembelajaran barunya berdasarkan teori stimulus-respons yang juga dalam persaingan

dengan teori struktualisme dan mentalisme Wundt. Menurut behaviorisme yang dianut oleh

Watson tujuan utama psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku;

dan dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.

d. Teori kesegaran dari Guthrie

Teori kesadaran atau kedekatan (dalam bahasa Inggris Lazim disebut temporal

contiguity atau contigous conditioning) diperkenalkan oleh Guthrie. Menurutnya kesegaran

hubungan diantara satu gabungan stimulus-respons akan memperbesar kemungkinan

berulangnya pola pasangan stimulus-respons ini. Jadi kesegaran merupakan kunci

pembelajaran dalam teori ini, dan bukannya penguatan.

e. Teori pembiasaan operan dari Skinner

Teori pembiasaan operan (sering juga disebut pembiasaan instrumental)

diperkenalkan oleh B. F. Skinner seorang ahli psikologi Amerika yang dikenal sebagai tokoh

utama aliran neobehaviorisme. Teori ini pun dikenal sebagai aliran neobehaviorisme karena

sebenarnya teori ini adalah bentuk baru dari behaviorisme.


f. Teori Pengurangan Dorongan dari Hull

Teori pengurangan dorongan atau ketegangan yang termasuk kelompok teori S-R,

diperkenalkan oleh Clark Hull (1952) yang dibentuk berdasarkan teori Pavlov. Yang

dimaksud dengan teori dorongan adalah keadaan tegang sementara yang dialami oleh

keperluan-keperluan fisik seperti keadaan lapar atau haus. Teori ini mempunyai empat

peringkat pembelajaran; (a) variabel bebas yang dapat berdiri sendiri, (b) peringkat kedua dan

ketiga berupa variabel penengah, dan (c) variabel tidak bebas.

g. Teori Mediasi dari Osgood

Teori mediasi diperkenalkan oleh Osgood (1953, 1962). Teori mediasi ini telah

merintis lahirnya teori-teori kognitif kerena mengakui adanya mediasi atau penengah diantara

rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respons).

h. Teori dua faktor dari Mouwer

Teori ini yang masih termasuk golongan teori S- R diperkenalkan oleh D. Hobart

Mouwer (1960). Teori ini disebut teori dua faktor yang disempurnakan karena menurut

Mouwer ada dua jenis pengukuhan, padahal teori sebelumnya hanay menganggap ada satu

jenis pengukuhan. Kedua jenis pengukuhan itu, menurut Mouwer, adalah:

1. Pengukuhan bertambah (incremental reinforcement)

2. Pengukuhan berkurang (decremental reinforcement)

2. Teori-teori kognitif

Yang dimaksud teori kognitif ialah pengkajaian bagaimana caranya persepsi mempengaruhi

perilaku dan bagaimana caranya pengalaman mempengaruhi persepsi. Dengan kata lain, teori
kognitif mencoba mangkaji proses-proses akal atau mental yang berlaku pada waktu proses

pembelajaran berlangsung.

Ada beberapa teori yang dikembangkan oleh masing-masing ahli sebagai berikut:

1. Teori behaviorisme dari Tolman

2. Teori medan gestalt dari Wertheimer

Dalam menjelaskan persepsi ini teori gestalt memperkenalkan lima buah hukum organisasi

sebagai berikut:

Hukum pragnanz

Hukum kesamaan

Hukum proksimiti atau kedekatan

Hukum penutupan

Hukum kelanjutan baik

3. Teori medan dari Lewin

4. Teori perkembangan kognitif dari piaget

Piaget telah mendefinisikan setiap peringkat sebagai satu struktur dari satu keseluruhan;

setiap peringkat dapat diintegrasikan oleh peringkat sebelumnya. Menurut Piaget ada empat

buah peringkat penting dalam perkembangan kecerdasan keempat peringkat itu adalah

berikut.

Tahap deria-motor

Tahap praoperasi

Tahap operasi kongkret

Tahap operasi formal

5. Teori genetic kognitif dari Chomsky

Untuk lebih memperkuat teorinya atau hipotesisnya Chomsky mengajukan hal-hal berikut.

Proses-proses pemerolehan bahasa pada semua kanak-kanak boleh dikatakan sama.


Proses pemerolehan bahasa tidak ada kaitannya dengan keserdasan.

Proses pemerolehan bahasa juga tidak dipengaruhi oleh motivasi dan emosi kanak-kanak.

Tata bahasa yang dihasilkan oleh semua kanak-kanak boleh dikatakan sama.
BAB VII

ASPEK NEUROLOGI BAHASA

1. Struktur, fungsi dan pertumbuhan otak

Otak adalah satu komponen dalam system ssunan saraf manusia. Komponen lainnya adlah

sum-sum tulang belakang dan saraf tepi.

Otak seorang bayi kerika baru dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak

orang dewasa.

Perbedaan otak manusia dengan makhluk lain seperti kera dan simpanse bukan hanay terletak

pada beratnya saja, melainkan struktur dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagan

sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan dengan

pendengaran, ujaran, dan sebagaunya. Pada otak makhluk lain tidak ada bagiab-bagian yang

berkenaan dengan ujaran itu. Sebaliknya, pada otak makhlik lain banyak bagian-bagian yang

berhubungan dengan insting; sedangkan pada otak manusia tiadak banyak. Ini berarti

perbuatan makhluk lain lebih banyak dikendalikan oleh insting: dan perbuatan manusia

bukan hanya karena insting.

2. Fungsi kebahasaan otak

Sudah dikemikakan bahwa fungsi kedua hemisfer otak mempunyai peranan yang berbeda

bagi fungsi kortikal. Fungsi bicara bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang

tidak kidal. Humosfer kiri ini disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya

dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan lebih berat lebih besar girusnya dan lebih

panjang.

Pada tahun 1848 phineas gage seorang pekerja jalan kereta api di Negara vermount, amerika

serikat, akibat ledakan bagian depan kepalanya terkena lemparan balok bantalan rel, dan
mencederainya (fromkin dan rodmanm 1974). Saat itu gage yang terkena lemparan balok itu

tidak sembuh. Namun sebulan kemudian ternyata dia sembuh dan dapat bekerja kembali dan

tidak terdapat kerusakan pada indra penglihatan maupun pengucapannya. Dia tetap dapat

berbicara dengan lancer. Berdasarkan kejadian ini dapat disimpulkan bahwa daerah

kemampuan berbahasa tidak terletak dibagian depan otak. Hal ini membantah franx josep gall

(1758-1828) yang mengatakan bahwa kemampuan memori verbal mempunyai pusat dibagian

depan otak (kusumaputro, 1981).

Hasil penelitian tentang kerusakan otak mengarah paad kesimpulan bahwa hemisfer kiri

dilibatkan dalam hubungannya dengan fungsi bahasa. Krashen mengemukakan lima alasan

yang mendasari kesimpulan itu, kelima alasan itu adalah berikut ini;

1. Hilangnya kemapuan berbahasa akibat otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan

saraf hemisfer kiri daripada hemiser kanan.

2. Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang; tetpi hemisfer kanan

dianestesia kemampuan berbahasa tetap ada.

3. Sewaktu bersaing ketika menerima masukan bahasa secara bersamadalam tes dikotik,

ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada

telinga kiri.

4. Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata

penglihatan mata kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu

daripada penglihatanmata kiri.

5. Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfer

kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripaad hemisfer kanan. Hal ini diketahui

melalui analisis gelombang otak.

3. Teori lateralisasi
Banyak pakar psikologi yang meragukan teori lateralisasi, bahwa pusat-pusat bahasa dan

ucapan berada dalam hemisfer kiri. Mereka berpendapat seluruh otak bertanggung jawab dan

terlibat dalam proses pemahaman dan produksi bahasa. Namun demikian dari bukti-bukti

eksperimen yang dilakukan terhadap otak yang normal (bukan otak yang seperti yang

dilakukan broca dan wernicke), kebenaran teori lateralisasi iitu bisa dipertimbangkan. Berikut

dikemukakan eksperimen yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi itu.

a. Tes menyimak rangkap

b. Tes stimulus elektris

c. Tes garfik kegiatan elektris

d. Tes wada

e. Teknik fisiologi langsung

f. Teknik belah dua otak

4. Teori lokalisasi

Teori lokalisasi atau lazim disebut juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa

pusat-pusat bahasa dan ucapan beraad didaerah broca dan daerah wernicke seperti sudah

disebut-sebut sebelumnya.

Adapun beberapa cara lain untuk menunjukkan teori lokalisasi ini. Antara lain sebagai

nerikut:

a. Teknik stimulus elektrik

Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulisasikan bagian-bagian tertentu permukaan

korteks dengan aliran listrik, seperti yang telah dilakukan dua ahli bedah saraf.

Mereka menemukan hanya pada tiga bagian saja yang terdapat kelainan-kelainan-kelainan

yang merusak bahasa. Ketiga tempat itu adalah berikut ini:


1. Bagian depan girus tangah sebelah bawah lobus depan kiri, yaitu bagian yang sekarang

dikenaldengan daerah broca.

2. Bagian atau medan temporo parietal posterior, yaitu yang sekarang disebut sebagai daerah

wernicke.

3. Medan motor suplementer yang terdapat pada permukaan tengah belah korteks sebelah kiri,

yaitu yang sekarang disebut dengan korteks motor.

b. Teknik perbedaan anatomi otak

Dalam berbagai literature mengenai teori lokalisasi muncul satu pertanyaan jika pusat-pusat

bahasa hanya berada pada hemisfer kiri, tentu kedua henisfer itu kiri dan kanan tidak

semetris, hemisfer kiri tentu lebih besar daripada hemisfer kanan. Benarkah?

Untuk menjawab pertanyaan ini dua orng tokoh telah menganalisis secaar terperinci 100 otak

manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun temporate

yaitu daearh dibelakang girus jauh lebih besar daripad hemisfer kiri. Bahkan perbedaan ini

dapat langsung dilihat dengan mata.

c. Cara melihat otak dengan PET (Positron emission tomoghrapy)

Dengan PET kita melihat bagian-bagian otak, terutama bagian-bagian korteks, pada waktu

bagian-bagain itu sedang berfungsi. Caranya, setengah jam sebelum kepala pasien

dimasukkan ke PET . cairan glukosa beradioaktif diinjeksikan kelengannya. Jika suatu bagian

otak bekerja aktif dia memerlukan glukosa yang banyak. Maka dengan pertolongan glukosa

ini proses-proses pemikiran yang bekerja dan memersinarerlukan glukosa akan tampak

bersinar, berwarna merah dan bergerak-gerak.

5. Hemisfer yang dominan


Pada dua dasawarsa terakhir teori atau pandangan lokalisasi banyak mendapat kritik seperti

dilontarkan Yule (1985), Whitaker (1977), san krasen (1977) sebagai akibat dari

perkembangan penelitian lebih lanjut.

Kritik terhadap teori lateralisasi dan lokalisasi sebagai hasil penelitian lebih lanjut berujung

pada lahirnya hipotesis adanya hemisferr yang dominan yang mungki pada hemisfer kiri dan

mungkin pula pada hemisfer kanan.

6. Otak wanita

Majalah femina telah menurunkan artikel berjudul otak kita, keunggulan kita dan yang

dimaksud dengan kita disisni adalah wanita. Telah dibuktikan bahwa otak wanita berfungsi

secara berbeda dengan otak pria, dan dalam beberapa hal perbedaan itu membuat wanita lebih

unggul. Dimanakah letak keunggulan otak wanita. Diantaranya:

Otak wanita lebih seimbang

Otak wanita lebih tajam

Lebih awet dan selektif

7. Peningkatan kemampuan otak: membaca dengan kedua belah otak

Menurut diane Alexander lambannya kecepatan membaca dan minimnya daya ingat

seseorang terhadap yang dibacanya adalah karena tidak terfokusnya mata pada apa yang

dibacanya. Seringkali ketika menghadapi sebuaha halaamn buku, mata lari kederetan kata

diseluruh halaman dan bukan pada satu deretan kalimat yang dibaca.

8. Pemberbahasaan hewan

Mengerti bahasa dan dapat berbahasa merupakan dua hal yang berbeda. Hewan-hewan yang

dilatih seperti dalam sirkus, memang mengerti bahasa karena dia dapat melakukan perbuatan
yang diperintah kan kepadanya, namun kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena ia

mengerti bahasa melainkan sebagai hasil dari repon yang dikondisikan.

Meskipun demikian banyak pakar yang telah mencoba mengajarkan bahasa manusia kepada

hewan primate (hewan yang secara organis dekat dengan manusia), yakni simpanse. Di antara

pakar itu adalah sebagai berikut.

a. Keith J. hayes dan Catherine Hayes

b. R. allen gardner dan Beatrice T. gardner

c. David premack dan Ann premack


BAB VIII
GANGGUAN BERBAHASA

Manusia yang normal fungsi otaknya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka

yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya tentu mempunyai kesulitan dalam

berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Jadi, kemampuan berbahasanya terganggu.

Secar medis menurut sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapat dibedakan atas

beberapa golongan diantaranya:

1. Gangguan berbicara

Nerbicara merupakan aktivitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karena itu

gangguan berbicara ini dapat dikelompokkan kedalam dua kategori.

(1) Gangguan mekanisme berbicara

Mekanisme berbicara`adalah suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan terpadu

dari pita suara, lidah,otot-otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan paru-

paru.

(a) Gangguan akibat factor pulmonal

Gangguan berbicara ini dialami oleh para penderita penyakit paru-paru.

(b) Gangguan akibat factor laringal

Gangguan pada pita suara dapat menyebabkan suara yang dihasilakn menjadi serak atau

hilang sama sekali.

(c) Gangguan akibat factor lingual

Lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih kalau digerakkan. Dalam keadaan seperti

ini maka ucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna

(d) Gangguan akibat factor resonansi


Gangguan akibat resonansi ini menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau. Pada

orang sumbing misalnay, suaranya menjadi bersengau karena rongga mulut dan rongga

hidung yang digunakan untu berkomunikasi melalui defek dilangit-langit keras, sehingga

resonansi yang seharusnya menjadi terganggu.

(2) Gangguan akibat multifaktorial

Gangguan akibat multifaktorial atau berbagai factor bisa menyebabkan terjadinya berbagai

gangguan berbicara. Antar lain adalah berikut ini

(a) Berbicara serempangan

Berbicara serempangan atau semberono adalh berbicara dengan cepat sekali, dengan

artikulasi yang rusak, ditambah dengan menelan sejumlah suku kata, sehingga apa yang

diucapkan sukar dipahami.

(b) Berbicara propulsive

Berbicara propulsive biasanya terdapat pada para penderita penyakit Parkinson (kerusakan

pada otak yang menyebabkan otot-otot menjadi gemetar)

(c) Berbicara mutis (mutisme)

Penderita gangguan mutisme ini tidak berbicara sama sekali. Sebagian dari mereka mungkin

masih dapat dianggap membisu, yakni memang sengaja tidak mau berbicara.

(3) Gangguan psikogenik

Gangguan berbicara psikogenik ini sebenarnya tidak bisa disebut sebagai suatu gangguan

berbicara. Gangguan berbicara psikogenik antara lain:

(a) Berbicara manja

Disebut berbicara manja karena ada kesan anak (orang) yang melakukannya meminta

perhatian untuk dimanjakan.


(b) Berbicara kemayu

Berbicara kemayu (istilah dari sidharta, 1989) berkaitan dengan perangai kewanitaan yang

berlebihan.

(c) Berbicara gagap

Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu

mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan

kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan.

(d) Berbicara latah

Latah sering disamakan dengan ekolalla, yaitu perbuatan membeo, atau menirukan apa yang

dikatakan orang lain; tetapi sebenarnya latah adalah sindrom yang tediri atas curah verbal

repetitive yang brsufat jorok dan gangguan lokomotorik yang dapat dipancing.

2. Gangguan berbahasa

Berbahasa berarti berkomunikasi dengan mengguanakan suatu bahasa. Bagaima kemampuan

berbahasa dikuasai manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan perkembangan manusia yang

bar lahir itu. Kanak-kanak yang lahir dengan alat artikulasi yang normal akan dapat

mendengar kata-kata dengan telinganya dengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-

kata itu. Pada mulanya ucapan tiruan itu Cuma mirip, tetapi lambat lau akan menjadi tegas

dan jelas. Proses memproduksi kata itu berlangsung sejalan dengan proses pengembangan

pengenalan dan pengertian.

3. Gangguan berpikir

Dalam sosiolinguistik ada dikatakan bahwa setiap orang mempunyai kecendrungan untuk

menggunakan perkataan-perkataa yang disukainya sehungga corak bahasanya adalah khas

bagi dirinya. Hal ini dalam sosiolinguistik disebut idiolek atau ragam bahasa perseorangan.
Dalam memilih dan menunakan unsure leksikal, sintaksis, dan semantic tertentu seseorang

menyiratkan afeksi dan nilai pribadinyapada kata-kata dan kalimat-kalimat yang dibuatnya.

Hal ini berarti memproyeksikan kepribadiannya terhadap gaya bahasanya. Oleh karena itu,

bisa disimpulkan bahwa ekspresi verbal yang terganggu bersumber dn disebabkan oleh

pikiran yang terganggu. Gangguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat

berupa hal-hal berikut:

(a) Pikun (demensia)

Penyebab pikunini antara lain karena terganggunya fungsi otak dalam jumlah besar, termasuk

menurunnya jumlah zat-zat kimia dalam otak.

(b) Sisofrenik

Sisofrenik adalah gangguan berbahasa akibat gangguan berpikir.

(c) Depresi

Orang yang tertekan jiwanya memproyeksikan penderitaanya pada gaya bahasa dan makna

curah verbalnya, itulahyang menyebabkan seseorang tertekan dan akhirnya menimbulkan

depresi.

4. Gangguan lingkungan social

Yang dimaksud dengan akibat factor lingkungan adalah seorang anak manusia, yang aspek

biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia.

Dalam sejarah tercatat sejumlah kasus anak terasing baik yang diasuh oleh hewan (serigala)

maupun yang terasingkan oleh keluarganya.

(a) Kasus kamala

Ketika baru ditemukan kamala diperkirakan berumur 8 tahun, dan adiknya berumur 2 tahun.

Kamala masih bisa hidup sampai berumur 9 tahun kemudian sedangkan adiknya tak lama

setelah ditemukan meninggal. Karena hidup ditengah serigala, ia sangat mirip dengan
serigala. Ia berlari cepat sekali dengan kaki dan tangan; mengaum-aum; lebih sering bergaul

dengan serigala, tidak bercakap satu patah katapun; dan tidak terlihat adanya mimik wajah

emosi.

(b) Kasus genie

Ketika ditemukan tahun 1970, genie berada dalam kondisi yang sangat kurang terlibat social,

primitive, terganggu secara emosional, dan tak dapat berbicara. Dia dikirik kerumah anak-

anak Los Angeles dengan diagnosis awal sebagai anak yang menderita kurang gizi yang

parah.

Ketika pertama kali mendapat perawatan genie tidak mampu menggunakan bahasa. Namun,

dari evaluasi perawatan bulan-bulan pertama didapat kesimpulan bahwa genie adalah anak

yang terbelakang dan perilakunya tidak seperti anak-anak lemah mental. Meskipun dia

mengalami gangguan secar emosional tetapi dia tidak mengalami gangguan fisik atau mental

yang dapt memperkuat keterbelakangannya. Jadi, keterbelakangannya adalah karena lamanya

tekanan psikososial dan fisik yang dialaminya.


BAB IX

PEMEROLEHAN BAHASA:

BEBERAPA HIPOTESIS

1. Hipotesis Nurani

Hipotesi nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap

pemerolehan bahasa kanak-kanak (lenneberg, 1967, Chomsky, 1970). Diantara hasil

pengamatan itu adalah berikut ini:

a. Semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya, asal saja diperkenalkan

pada bahasa ibunya itu. Maksudnya tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).

b. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya baik

anak-anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.

Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimana[un sesuai dengan jadwal yangberat

kaitannya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak.

2. Hipotesis Tabularasa

Tabularasa secara harfiah berarti kertas kosong dalam arti belum ditulis apa-apa. Lalu

hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti

kertas kosong yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.

Dalam hal ini menurut hipotesis tabularasa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang

tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupaakn hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa

linguistic yand dialami dan dinikmati oleh manusia itu

3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif

Dalam kognitifisme hipotesis kesemestaan kognitif yang diperkenalkan oleh piaget telah

digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak.


Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif diperoleh berdasarkan struktur-

struktur kognitif deriamotor. Struktur-stuktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi

dengan orang-orang sekitarnya.

Dari penjelasan diatas bisa dilihat hipotesis kesemestaan kognitif dalam psikologi sana

dengan hipotesis nurani mekanisme dalam linguistic. Perbedaannya terletak hanya pada

namanya saja karena dikemukakan oleh dua disiplin ilmu berbeda yang saling

mempengaruhi; hipotesis kesemestaan kognitif oleh psikologi sedangakan nurani mekanisme

oleh linguistic modern.

Dewasa ini seperti juga dalam linguistic dalam kognitifisme perhatian juga lebihditujukan

kepada masalh makna, serta peranannya dalam pemerolehan bahasa.


BAB X

PEMEROLEHAN SINTAKSIS

Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai

ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang

ketika berusia 2:0 tahun). Karena itu, mereka menganggap tahap holoprasis tidak berkaitan

dengan perkembangan pemerolehan sintaksis.

Jika kanak-kanak telah mencapai tahap dua atau lebih, icapan-ucapan nya juga menjadi

semakin banyak, dan mudah ditafsirkan. Oleh karena itulah penyelidik lebih cendrung untuk

memulai pengkajian pemerolehan bahasa itu pada tahap dua kata.

1. Teori tataba hasa pivot

Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh braine (1963), bellugi

(1964), brown dan fraser (1964) dan miller dan erwin (1964). Menurut kajian awal ini ucapan

dua kaat kanak-kanak ini terdiri dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-

kata itu dalam kalimat. Kedua jenis kata ini dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas

terbuka.

2. Teori hubungan tata bahasa nurani

Sejalan dengan teori-teori hubungan bahasa nurani ini (simanjuntak 1987) menyaran kan satu

teori pemerolehan sintaksis yang ditentukan oleh system generative transformasi yang telah

menjadi pengetahuan kanak-kanak.

3. Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi

Sehubungan dengan teori hubungan tatabahasa, blomm (1970) mengatakan bahwa hubungan-

hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi situasi (konteks) belumlah mencukupi
menganalisis ucapan bahasa kanak-kanak. Maka untuk dapat ucapan kanak-kanak itu

informasi situasi ini perlu diperhatikan. Brown (1973) juga memperkuat pendapat bloom ini.

4. Tori komulatif kompleks

Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang dikumpulkannya.

Menurutnya, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak0kanak ditentukan oleh komulatif

kompleks semantic morfem dan komulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh itu.

Jadi sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi morfem atau kata-kata didalam ucapa orang

dewasa.

5. Teori pendekatan semantic

Salah satu teori tata bahasa yang didasarkan pada komponen semantic diperkenalkan oleh

Fillmore (1968) yang dikenal dengan nama tata bahasa kasus. Teori ini telah digunakan oleh

bowerman (1973) dan brown (1973) sebagai dasar untuk menganalisa data-data

perkembanagn bahasa. Dalam teorinya fillmore enunjukkan bahwa transformasi-transformasi

tata bahasa tidak diatur oleh rumus-rumus sintksis, melainkan oleh hubungan semantic yang

ditandai oleh kategori-kategori kasus itu.

Perbedaan antara pendekatan semantic ini dengan teori hubungan tata bahasa nurani adalah

bahwa kalau teori tata bahasa nurani menerapkan hubungan sintaksis dalam menganalisa

struktur ucapan kanak-kanak, maka teori pendekatan semantic menemukan struktur ucaapn

itu berdasarkan hubungan-hubungan semantic. Jadi, teori hubungan tata bahasa nurani

menerapkan struktur sintaksis orang dewasa.


BAB XI

PEMEROLEHAN SEMANTIK

Salam perkembangan psikolinguistik ada beberapa teori mengenai proses pemerolehan

semantic. Diantaranya dibicarakan dibawah ini:

1. Teori hipotesis fitur semantic

Menurut beberapa ahli psikolinguistik perkembangan, kanak-kanak memperoleh makna suatu

kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantic. Data itu satu demi satu sampai semua fitur

semantic itu dikuasai seperti yang dikuasai oleh orang dewasa.

Asumsi-asumsi yang menjadi dasar hipotesis fitur-fitur semantic adalah:

a. Fitur-fitur makna yang di gunakan kanak-kanak dianggap sama dengan beberapa fitur makna

yang digunakan oleh orang dewasa.

b. Karena pengalaman kanak-kanak mengenai dunia ini dan mengenai bahasa masih sangat

terbatas bila dibandingkan dengan pengalaman orang dewasa, maka kanak-kanak hanya akan

menggunakan dua atau tiga fitur makna saja sebagai masukan leksikon.

2. Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal

Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal ini diperkenalkan oleh Mc. Neil (1970).

Menurutnya, pada waktu dilahirkan kanak-kanak telah dilengkapi dengan hubungan-

hubungan gramatikal dalam yang nurani.

Oleh karena itu, kanak-kanak pada awal proses pemerolehan bahasanya telah berusaha

membentuk satu kamus makna kalimat yaitu setiap butir leksikal dicantumkan dengan

semua hubungan gramatikal yang digunakan secara lengkap pada tahap holoprasis.

3. Teori hipotesis generalisasi


Teori hipotesis generalisasi ini diperkenalkan oleh Anglin (1975-1977). Menurut Anglin

perkembangan semantic kanak-kanak mengukuti satu proses generalisasi yakni kemampuan

kanak-kanak melihat hubungan-huubungan semantic antara nama-nama benda mulai dari

yang kongkret sampai pada yang abstrak.

4. Teori hipotesis primitif-primitif universal

Teori ini mula-mula diperkenalkan oleh postal (1966), lalu dikembangkan oleh bierwisch

(1970) dengan lebih terperinci.

Bierwisch (1970) manyatakan bahwa primitive-primitif semantic atau komponen-komponen

semantic ini mewakili kategori-kategori atau prinsip-prinsip yang sudah ada sejak awal yang

digunakan oleh manusia untuk menggolong-golongkan struktur benda-benda atau situasi-

situasi yang diamati oleh manusia itu.


BAB XII

PEMEROLEHAN FONOLOGI

Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori mengenai pemerolehan fonologi oleh

kanak-kanak sebaagi bagian dari pemerolehan bahasa-ibu seutuhnya.

1. Teori structural universal

Teori structural universal ini dikemukakan oleh jakobson (1968). Oleh karena iu sering juga

disebut teori jakobson. Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pemerolehan fonologi

berdasarkan struktur-struktur universal linguistic, yakni hokum-hukum structural yang

mengatur setiap perubaha bunyi.

Menurut jakobson, seringnya sesuatu bunyi diucapkan seorang dewasa terhadap kanak-kanak

tidak menentukan munculnya bunyi tersebut dalam ucapan kanak-kanak. Yang menetukan

urutan munculnya bunyi-bunyi adalah seringnya bunyi-bunyi itu muncul dalam bahasa-

bahasa dunia. Jika bunyi-bunyi sering muncul dalam bahasa dunia, maka bunyi-bunyi itu

akan lebih dulu muncul dalam ucapan kanak-kanak, meskipun itu jarang muncul dalam data

masukan yang didengar oleh kanak-kanak.

2. Teori generative structural universal

Teori structural universal yang diperkenalkan oleh jakobson diatas telah diperluas oleh

moskowitz (1970,1971) dengan cara menerapkan unsure-unsur fonologi generative yang

diperkenalkan oleh Chomsky dan halle (1968) yang paling menonjol adalah penemuan

konsep daan pembentukan hipotesis berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh kanak-kanak

berdasarkan data linguistic utama (DLU). Yaitu kata-kata dan kalimat yang didengarnya

seharihari.
3. Reori proses fonologi alamiah

Teori ini diperkenalkan oleh david stampe (1972, 1973),yakni satu teori yang disusun

berdasarkan teori fonologi alamiah yang juga telah diperkenalkan sejak 1965. Menurut

stampe proses fonologi alamiah kanak-kanak bersifat nurani yang harus mengalami

penindasan, pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian representasi fonemik

orang dewasa.

4. Teori prosodi-akustik

Tori ini diperkenalkan oleh waterson (1976) sesudah dia merasa tidak puas dengan

pendekatan fonemik segmental yang dikatakannya tidak memberikan gambaran yang

sebenarnya mengenai pemerolehan fonologi.

Pendekatan fonemik segmental menganggap bahwa kanak-kanak memperoleh fonologi

berdasarkan fonem, sehingga banyak bahan fonetik yang berkaitan telah dikesampingkan.

Karena kelemahan tersebut maka waterson (1971) menggunakan pendekatan non segmental,

yaitu pendekatan prosodi yang dianggap lebih berhasil. Pendekatan ini diperkuat dengan

analisis akustik sebab analisis prososdi hanya melihat dari analisis artikulasi.

5. Teori kontras dan proses

Teori ini diperkenalkan oleh ingram (1974, 1979) yakni suatu teoriyang menggabungkan

bagian-bagian penting dari teori jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori stampe;

kemudian menyelaraskan hasil penggabungan dengan teori perkembangan piaget. Menurut

ingram, kanak-kanak memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan

strukturnya sendiri; dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai
system orang dewasa semakin baik. Perkembangan fonologi ini melalui asimilasi dan

akomodasi yang terus menerus; mengubah struktur untuk menyelaraskan dengan kenyataan.
BAB XIII

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

1. Teori perkembanagn bahasa anak

Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari

pandangan, hipotesis atai teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencata

adanya tiga pandangan teori dalam perkembangan bahasa anak:

a. Pandangan nativisme

Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak

sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah

diprogramkan. Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam

pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis,

sejalan dengan yang disebut hipotesis pemberian alam.

b. Pandangan behaviorisme

Menurut kaumbehavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperolah

melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan

lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku

verbalnya. Kaum behavioris tidak hanya mengakui peranan aktif si anak dalam proses

pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu. Proses

perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lingkungannya.

c. Pandangan kognitivisme

Chomsky pernah menyinggung masalah kognitivisme dari piaget ini. Beliau menyatakan

bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapt menjelaskan struktur bahasa
yang kompleks, abstrak dank has itu. Begtiu juga limgkungan berbahasa tidak dapat

menjelaskan struktur yang muncul di dalam bahasa anak. Oleh karena itu menurut Chomsky

bahasa struktur haruslah diperoleh secara alamiah.

2. Perkembangan motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang paling tamapk, yakni

sebuah perkembangan yang betahap dari duduk, merangkak, sampai berjalan.

Motor berarti gerak dua. Dua kemampuan bergerak yang paling banyak diperhatiakn para

pakar adalah berjalan dan penggunaan tangan sebagai alat. Baik berjalan maupun

pemahaman penggunaan tangan sebagian besar tergantung pada kedewasaan.

3. Perkembangan social dan komunikasi

Sesungguhnya semenjak lahir bayi sudah disetel secara biologis untuk berkomunikasi; dia

akan tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan oleh orang disekitarnya (terutama ibunya),

daya lihat bayi yang paling baik berada pada jarak kira-kira 20 cm (8 inci) yakni jarak yang

terjadi pada waktu interaksi rutin terjadi antara bayi dan ibu, kurang lebih 70% dari waktu

menyusui sangibu memandangi bayinya dalam jarak 20 cm itu. Oleh karena itu byi akan

membalas tatapan ibunya dengan melihat mata sang ibu yang menarik perhatiannya.

Kemudian bayi juga belajar bahwa sewaktu terajadi saling tatap mata berarti ada komunikasi

antara dia dan ibunya.

4. Perkembangan kognitif

Istilah kognisi berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan

tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara

umum kata kognisi bisa dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran.
Dari sekian banyak kajian tentang proses berpikir pada anak-anak dalam usia yang berbeda-

beda. Piaget menyatakan adanya beberapa tahap perkembangan kognitif anak. Tahap-tahap

itu adalah sebagi berikut:

a. Tahap sensomotorik

b. Tahap praoperasional

c. Tahap operasional konkret

d. Tahap operasional formal


BAB XIV

PEMBELAJARAN BAHASA

Istilah pembelajaran bahasa digunakan untuk mengacu pada penguasaan bahasa, baik

yang dilakukan secar formal maupun non formal didalam masyarakat sekitar kehidupan si

pembelajar. Tampaknya pembelajaran bahasa ini lebih mengacu pada pendidikan formal.

1. Dua tipe pembelajaran bahasa

Tipe yang pertama yakni naturalistic bersifat alamiah tanpa guru dan tanpa kesengajaan.

Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat.

Tipe ke dua yakni bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan

alat-alat belajar bantu yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang diperoleh secaar

formal dalam kelas ini jauh lebih baik daripada hasil secara naturalistic.

2. Sejarah pembelajaran bahasa

Berabad-abad lamanya pembelajaran bahasa berlangsung tanpa perubahan. Perubahan yang

berarti dalam arti pandangan dan adanya inovasi baru dimulai tahun 1880.

Pada tahap ini terjadi rekonstruksi bentuk-bentuk metode langsung yang pernah digunakan

atau dikembangkan pada zaman yunani dulu.

Pada tahun 1970-1980 merupakan periode yang paling inovatif dalam pmbelajaran bahasa

kedua. Konsep dannhakikat belajar bahasa dirumuskan kembali; kemudian diarahkan kepada

pengembangan sebuah model pembelajaran yang efektif dan efesien yang dilandasi oleh teori

yang kokoh.

3. Hipotesis-hipotesis pembelajaran bahasa


Hasil yang telah dicapai oleh para pakar pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara

mantap bisa disebut sebagai teori karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu masih

lebih umum disebut sebagai hipotesis. Di antara hipotesis-hipotesis itu yng perlu

diketengahkan adalah:

a. Hipotesis kesamaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua

b. Hipotesis kontrastif

c. Hipotesis krashen

Hipotesis ini mencakup

Hipotesis pemerolehan dan belajar

Hipotesis urutan alamiah

Hipotesis monitor

hipotesis masukan

hipotesis afektif

hipotesis pembawaan

hipotesis filter afektif

hipotesis bahasa pertama

hipotesis variasi individual penggunaan monitor

d. hipotesis bahasa-antara

e. hipotesis pijinisasi

4. Factor-faktor penetu daalm pembelajaran bahasa ke dua

Melihat berbagai hipotesis yang dikemukakan sebelumnya tampaknya pembelajaran bahasa

kedua merupakan hal atau proses yang cukup rumit. Berbagai factor, variable dan kendala

menetukan berhasil tidaknya pembelajaran bahasa kedua itu, diantara factor itu adalah

sebagai berikut:
a. Factor motivasi

b. Factor usia

c. Factor penyajian formal, mencakupi:

Pengaruh terhadap kompetensi

Pengaruh terhadap kualitas performansi

Pengaruh terhadap urutan pemerolehan

Pengaruh terhadap kecepatan pemerolehan

d. Factor bahasa pertama

e. Factor lingkungan, meliputi:

Pengaruh lingkungan formal

Pengaruh lingkungan informal


BAB XV

ASPEK MAKNA UJARAN

1. Hakikat makna ujaran

Berbicara tentang makna, pertama perlu diingat adanya dua budang kajian tentang makna,

yaitu semantic dan semiotic. Bedanya kalau semantic khusus mengkaji makna bahasa sebagai

alat komunikasi verbal manusia, sedangkan semiotic mengkaji semua makna yang ada dalam

kehidupan manusia sebagai makna-makna yang dikandung oleh berbagai tanda dan lambing

serta isyarat-isyarat lainnya.

2. Makna leksikal

Makna leksikal adalah bentuk adjektifa nomina leksikon, yang berasal dari leksem. Dalam

kajian morfologi leksem lazim diartikan sebagai bentuk dasar setelah mengalami proses

gramatikalisasi akan menjadi kata. Sedangkan dalam kajian semantic leksem lazim diartiakn

sebagai satuan bahasa yang memiliki satu makna atau satu pengertian.

Ada sejumlah kasus didalam semantic yang menyangkut makna leksikal itu. Kasus-kasus itu

adalah:

a. Kasus kesinoniman

b. Kasus keantoniman

c. Kasus kehomoniman

d. Kasus kehiponiman

3. Makna gramatikal
Tampaknya makna-makna gramatikal yang dihasilkan dalam proses gramatikal ini berkaitan

erat dengan fitur makna yang dimiliki setiap butir leksikal dasar. Oleh karena itu, kita harus

memperhatikan beberapa hal.diantaranya:

a. Fitur makna

b. Makna gramatikal afiksasi

c. Makna gramatikal reduplikasi

d. Makna gramatikal komposisi

e. Kasus kepoliseman

4. Makna kontekstual

Memahami makna leksikal dan makna gramatikal belum cukup untuk memahami makan

suatu ujaran, sebab untuk dapat memahami makna suatu ujaran harus juga perlu diketahui

konteks dari terjadinya ujaran itu, atau tempat terjadinya ujaran itu. Konteks ujaran ini beruoa

konteks intra kalimat, antarkalimat, bidang ujaram, atau juga situasi ujaran

5. Ujaran taksa

Ujaran taksa adalah ujaran yang maknanya bisa ditafsirkan bermacam-macam.

a. Kekurangan konteks

Kekurangan konteks merupakan penyebab utama terjadinya ujaran taksa.

b. Ketidakcermatan struktur gramatikal

Ketidakcermatan struktur gramatikal meliputi dtruktur frase, klausa, kalimat, dan wacana.

Ketaksaan disini selain karena ketidakcermaatn konstruksi gramatikal bisa juga terjadi pada

konstruksi yang sttruktur gramatikalnya berterima tetapi berbagai kendali semantic telah

menimbulkan ketaksaan pada konstruksi itu.

c. Kekurangan tanda baca


Kekurangan tanda baca dapat menyebabkan ketaksaan hanya pada bahasa ragam tulis karena

ragam tulis tidak mempunyai intonasi yang diperlukan dalam bahasa lisa.

BAB I

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan

dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan

kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara makanistik, tetapi juga berlangsung

secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses atau

kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, studi

linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi, yang

lazim disebut psikolinguistik.

A. Psikologi

Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos.

kata psyche berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi, secara

harfiah berarti ilmu jiwa atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. dulu ketika psikologi
adalah ilmu yang mengkaji jiwa masih bisa dipertahankan. Dalam kepustakaan pada tahun

50an nama ilmu jiwa lazim digunakan sebagai padanan kata psikologi. Namun, kini istilah

ilmu jiwa tidak digunakan lagi karena bidang ilmu ini memang tidak meneliti jiwa, roh, atau

sukma, sehingga istilah itu kurang tepat.

Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi sisi

manusia dari segi yang bisa diamati. Kareba jiwa itu bersifat abstrak, sehingga tidak dapat

diamati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi secara

indrawi. Dalam hal ini jiwa atau keadaan jiwa hanya bisa diamati melalui gejala gejalanya

seperti orang yang sedih akan berlaku murung, dan orang yang gembira tampak dari gerak

geriknya yang riang atau dari wajahnya yang binar binar. Meskipun demikian, kita juga

sering mendapat kesulitan untuk mengetahui keadaan jiwa seseorang dengan hanya melihat

tingkah lakunya saja. Tidak jarang kita jumpai seseorang yang sebenarnya sedih tetapi tetap

tersenyum. Atau seseorang yang sebenarnya jengkel atau marah tetapi tetap tenang atau

malah tertawa.

Walaupun besar gerak gerik lahir seseorang belum tentu menggambarkan keadaan

jiwa yang sebanarnya, namun, secara tradisional, psikologi lazim diartikan sebagai satu

bidang ilmu yang mencoba mempelajari perilaku manusia. Caranya adalah dengan mengkaji

hakikat rangsangan, hakikat reaksi terhadap rangsangan itu dan mengkaji hakikat proses

proses akal yang berlaku sebelum reaksi itu terjadi. Para ahli psikologi belakangan ini juga

cenderung untuk menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mecoba mengkaji proses

akal manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan

pengkajian akal ini adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol perilaku

manusia.
Dalam perkembangannya, psikologi telah menjadi beberapa aliran sesuai dengan

paham filsafat yang dianut. Karena itulah dikenal adanya psikologi yang mentalistik, yang

bahavioristik, dan yang kognitifistik.

Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yang disebut psikologi kesadaran.

Tujuan utama psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji proses proses akal manusia

dengan cara mengintrospeksi atau mengkaji diri. Oleh karena itu, psikologi kesadaran lazim

juga disebut psikologi introspeksionisme. Psikologi ini merupakan suatu proses akal dengan

cara melihat kedalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.

Psikologi yang behavioristik melahirkan aliran yang disebut psikologi perilaku.

Tujuan utama psikologo perilaku ini adalah mencoba mengkaji perilaku manusia yang berupa

reaksi apabila suatu rangsangan terjadi, dan selanjutnya bagaimana mengawasi dan

mengontrol perilaku itu. Para pakar psikologi behavioristik ini tidak berminat mengkaji

proses proses akal yang membangkitkan perilaku tersebut karena proses proses akal ini

tidak dapat diamati atau diobservasi secara langsung. Jadi, para pakar psikologi perilaku ini

tidak mengkaji ide ide, pengertian, kemauan, keinginan, maksud, pengharapan, dan segala

mekanisme fisiologi. Yang dikaji hanyalah peristiwa peristiwa yang dapat diamati, yang

nyata dan konkret, yaitu kelakuan atau tingkah laku manusia.

Psikologi yang kognitifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji

proses proses kognitif manusia secara ilmiah. Yang dimaksud kognitif adalah proses

proses akal (pikiran, berpikir) manusia yang bertanggung jawab mengatur pengalaman dan

perilaku manusia. Hal utama yang dikaji oleh psikologi kognitif adalah bagaimana cara

manusia memperoleh, menafsirkan, mengatur, menyimpan, mengeluarkan, dan menggunakan

pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan bahasa.

Perbedaannya dengan psikologi kesadaran adalah bahwa menurut paham mentalisme proses

proses akal itu berlangsung setelah terjadinya rangsangan. Sedangkan menurut psikologi
kognitif proses proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam, tanpa

adanya rangsangan terlebih dahulu.kekuatan dari dalam, tanpa adanya rangsangan terlebih

dahulu. Perilaku yang muncul sebagai hasil proses akal seperti ini disebut perilaku atau

tindakan bertujuan sebagai hasil kreativitas organisme manusia itu sendiri.

Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya

yang sangat luas. Oleh karena itu, muncullah berbagai cabang psikologi yang diberi nama

sesuai dengan penarapannya. Diantara cabang cabang itu adalah psikologi sosial, psikologi

perkembangan, psikologi klinik, psikologi komunikasi, dan psikologi bahasa.

B. Linguistik

Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang

mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar linguistik disebut lingui, dalam bahasa

inggris juga berarti orang yang mahir menggunakan beberapa bahasa, selain bermakna pakar

linguistik. Seseorang linguis mempelajari bahasa bukan dengan tujuan utama untuk mahir

menggunakan bahasa itu, melainkan untuk mengetahui secara mendalam mengenai kaidah

kaidah struktur bahasa, beserta dengan berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu.

Andaikata si linguis ingin memahirkan penggunaan bahasa bahasa itu tentu juga tidak ada

salahnya. Bahkan akan menjadi lebih baik. Sebaiknya, seseorang yang mahir dan lancar

dalam menggunakan beberapa bahasa, belum tentu dia seorang linguis kalau dia tidak

mendalami teori tentang bahasa. Orang seperti ini lebih tepat disebut seorang poliglot

berbahasa banyak, sebagai dikotomi dari monoglot berbahasa satu.

Kalau dikatakan bahwa linguistik atu adalah ilmu yang objek kajiannya adalah

bahaasa, sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas

kehidupan manusia, maka linguistik itu pun menjadi sangat luas bidang kajiannya. Oleh
karena itu, kita bisa lihat adanya berbagai cabang linguistik yang dibuat berdasarkan berbagai

kriteria atau pandangan. Secara umum pembidangan linguistik itu adalah sebagai berikut :

1. Menurut objek kajian, linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar, yaitu linguistik

mikro dan linguistik makro. Objek kajian linguistik mikro adalah struktur internal

bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.

Sedangkan objek kajian linguistik makro adlah bahasa dalam hubungannya dengan

faktor di luar bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan neurologi.

Berkaitan dengan faktor faktor di luar bahasa itu muncullah bidang bidang seperti

sosiologistik, psikologistik, neurolinguistik dan etnolinguistik. Disini, linguistik

dipandang sebagai disiplin utama, sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai disiplin

bawahan.

2. Menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besaar yaitu

linguistik teoteris dan linguistik terapan. Kajian teoteris hanya ditujukan untuk

mencari atau menentukan teori teori linguistik. Hanya untuk membuat kaidah

kaidah linguistik secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan ditujukan untuk

menerapkan kaidah kaidah linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam

pengajaran bahasa, penerjemahan, penyusunan kamus, dan sebagainya.

3. Adanya yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Linguistik sejarah

mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah bahasa, baik

dengan diperbandingkan maupun tidak. Sejarah linguiatik mengkaji perkembangan

ilmu linguistik, baik mengenai tokoh tokohnya, aliran aliran teorinya, maupun

hasil hasil kerjanya.

Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang

muncoba mempelajari hakikat bahasa, atruktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh,
bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam konsep ini

tampak bahwa yang namanya psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik,

sedangkan linguistik itu sendiri dianggap sebagai cabang dari psikologi.

C. Psikolinguistik

Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistic, yakni dua bidang

ilmu yang berbeda, yang masing masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang

berlainan. Namun, keduanya sama sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya. Hanya

materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji

perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.

Meskipun cara dan tujuan berbeda, tetapi banyak juga bagian bagian objeknya yang

dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan teori yang

berlainan. Hasil kajian kedua disiplin ini pun banyak yang sama, meskipun tidak sedikit yang

berlainan. Oleh karena itulah, telah lama dirasakan perlu adanya kerja sama di antara kedua

disiplin ini untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa. Dengan kerja sama kedua disiplin itu

diharapkan akan diperoleh hasil kajian yang lebih baik dan lebih bermanfaat.

Sebagai hasil kerjasama yang baik, lebih terarah, dan lebih sistematis diantara kedua

ilmu itu, lahirlah satu disiplin ilmu baru yang disebut psikolinguistik, sebagai ilmu

antardisiplin antara psikologi dan linguistik. Istilah psikolinguistik itu sendiri baru lahir tahun

1945, yakni tahun terbitnya buku psycholinguistics : A Survey of Theory and Reserch

Problems yang disunting oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. sebeok, di Bloomington,

Amerika Serikat.

Psikolinguistik mencoba menguraikan proses proses psikologi yang berlangsung

jika seseorang mengucapkan kalimat kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi,
dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Slobin, 1974; Meller,

1964; Slama Cazahu, 1973). Maka secara teoteris tujuan utama psikolinguistik adalah

mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat

menerangkan hakikat bahasa dan pemeerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik

mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh,

digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat kalimat dalam

pertuturan itu. Dalam prakteknya psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan

linguistik dan psikologi pada masalah masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa,

pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan,

penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya; serta masalah masalah sosial lain

yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan

bangsa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Psikolnguistik

Istilah psikolinguistik baru muncul pada tahun 1954 dalam buku Thomas A. Sebeok

dan Charles E. Osgood yang berjudul Pshycolinguiatics: A Survey of Theory and Research

Problems, namun sebenarnya sejak zaman panini, ahli bahasa dari India, dan Sokrates ahli

filsafat dari Yunani, pengkajian bahasa telah dilakukan orang. Kajian mereka tidak terlepas

dari paham/aliran filsafat yang mereka anut, karena filsafat merupakan induk dari semua

disiplin ilmu.

Pada abad yang lalu terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan dan saling

mempengaruhi perkembangan linguistik dan psikologi. Yang pertama adalah aliran

empirisme yang erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme melakukan kajian

terhadap data empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis unsur

unsur pembentukannya sampai yang sekecil kecilnya. Oleh karena itu, aliran ini disebut

bersifat atomistik, dan lazim dikaitkan dengan asosianisme dan positivisme. Aliran kedua
dikenal dengan nama rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu keseluruhan dan

menyatakan bahwa faktor faktor yang ada dalam akal inilah yang patut diteliti untuk bisa

memahami perilaku manusia itu. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat holistik, dan biasa

dikaitkan dengan paham nativisme, idealisme, dan mentalisme.

Psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada

psikologi, dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik.

Dilanjutkan dengan adanya kerjasama antara pakar linguistik dan pakar psikologi,

dan kemudian muncullah pakar pakar psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.

a. Psikologi dalam Linguistik

Dalam sejarah linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian

besar pada psikologi. Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan

Jerman telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan

pemikiran manusia (psikologi). Caranya, dengan membandingkan tata bahasa dari

bahasa bahasa yang berlainan dengan tabiat tabiat bangsa bangsa penutur itu.

Von Humboldt sangat dipengaruhi oleh aliran rasionalisme. Dia menganggap bahasa

bukanlah sesuatu yang sudah siap untuk dipotong potong dan diklasifikasikan seperti

aliran empirisme. Menurut Von Humboldt bahasa itu merupakan satu kegiatan yang

memiliki prinsip prinsip sendiri.

Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkembangsaan Swiss,

telah berusaha menerangkan apa sebenarnya bahassa itu (linguistik) dan bagaimana

keadaan bahasa itu dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang

bahasa yaitu langage (bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue (bahasa

tertentu yang bersifat abstrak), dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat

konkret). Dia menegaskan objek kajian linguistik adalah langue., sedangkan objek
kajian psikologi adalah parole. Ini berarti, kalau ingin mengkaji bahasa secara lengkap,

maka kedua disiplin, yakni linguistik dan psikologi harus digunakan. Hal ini

dikatakannya karena dia menganggap segala sesuatu yang ada dalam bahasa itu pada

dasarnya bersifat psikologis.

Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika,

telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi

dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga

mencoba mengkaji hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari

kajian itu beliau berkesimpulan bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan

unsur yang menentukan struktur pemikiran manusia. Beliau juga menekankan bahwa

linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting kepada psikologi Gestalt, dan

sebaliknya psikologi Gestalt dapat membantu disiplin linguistik.

b. Linguisti dalam Psikologi

Dalam sejarah perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang

menaruh perhatian pada linguistik. John Dewey (1859-1952), pakar psikologi

berkebangsaan Amerika, seorang empirisme murni. Beliau telah mengkaji bahasa dan

perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguistik bahasa kanak kanak

berdasarkan prinsip prinsip psikologi. Umpamanya, beliau menyarankan agar

penggolongan psikologi akan kata kata yang diucapkan kanak kanak dilakukan

berdasarkan makna seperti yang dipahami kanak kanak, dan bukan seperti yang

dipahami orang dewasa dengan bentuk bentuk tata bahasa orang dewasa. Dengan

cara ini, maka berdassarkan prinsip prinsip psikologi akan dapat ditentukan

hubungan antara kata kata berkelas adverbia dan preposisi disatu pihak dengan kata

kata berkelas nomina dan adjektiva dipihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas kata
berdasarkan pemahaman kanak kanak kita akan dapat menentukan kecenderungan

akal (mental) kanak kanak yang dihubungkan dengan perbedaan perbedaan

linguistik. Pengkajian seperti ini, menurut Dewey, akan memberi bantuan yang besar

kepaada psikologi bahasa pada umumnya.

Watson (1878-1958), ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika.

Beliau menempatkan perilaku atau kegiatan berbahasa sama dengan perilaku atau

kegiatan lainnya, seperti makan, berjalan, dan melompat. Pada mulanya Watson hanya

menghubungkan perilaku berbahasa yang implisit, yakni yang terjadi didalam pikiran,

dengan yang eksplisit, yakni yang berupa tuturan. Namun, kemudian dia menyamakan

perilaku berbahasa itu dengan teori stimulus-respons yang dikembangkan oleh Povlov.

Maka, penyamaan ini memperlakukan kata kata sama dengan benda benda lain

sebagai respons dari suatu stimulus.

Weiss, ahli psikolodi behaviorisme Amerika. Beliau mengakui adanya aspek

mental dalm bahasa. Namun, karena wujudnya tidak memiliki kekuatan bentuk fisik,

maka wujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukkan. Oleh karena itu, Weiss lebih

cenderung mengatakan bahwa bahasa itu sebagai satu bentuk perilaku apabila

seseorang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya. Weiss adalah salah

seorang tokoh yang terkemuka yang telah merintis jalan kearah lahirnya

psikolinguistik. Karena dialah yang telah berhasil mengubah Bloomfield dari penganut

aliran mentalistik menjadi penganut aliran behaviorisme. Weiss juga telah

mengemukakan sejumlah masalah yang harus dipecahkan oleh linguistik dan psikologi

yang dilihat dari sudut behaviorisme. Di antara masalah masalah itu adalah sebagai

berikut :

1. Bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak terbatas

terhadap suatu stimulus.


2. Pada dasarnya perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke alam

organisasi gerak saraf.

3. Perilaku bahasa adalah sebuah alat untuk mengubah dan meragam-ragamkan

kegiatan seseorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan.

4. Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap satu respons, atau merupakan satu

respons terhadap satu stimulus.

5. Respons bahasa sebagai satu stimul pengganti untuk benda dan keadaan yang

sebenarnya memungkinkan kita untuk memunculksn kembali suatu hal yang

pernah terjadi, dan menganalisis kejadian ini dalam bagian bagiannya.

c. Kerjasama Psikologi dan Linguistik

Kerjasama secara langsung antara linguistik dan psikologi sebanarnya sudah

dimulai sejak 1860 yaitu, oleh Heyman Steintthal, seorang ahli psikologi yang beralih

menjadi ahli linguistik, dan Moriz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi

ahli psikologi dengan menrbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalh

psikologi bahasa dari sudut linguistik dan psikologi.

Dasar dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar didalam buku yang

disunting oleh Osgood dan Sebeok diatas adalah berikut ini :

1. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap

sebagai sebuah sistem elemen yang saling berhubungan erat.

2. Psokolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme)

berdasarkan bahasa yang dianggapnsebagainsatu sistem tabiat dan kemampuan

yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.


3. Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai

sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.

http://dewiku-makalahku.blogspot.com/2011/07/psikolinguistik.html

Anda mungkin juga menyukai