Anda di halaman 1dari 7

DEBAT

PENGERTIAN DEBAT

Setelah anggota suatu kelompok mempergunakan teknik diskusi untuk mencapai


penyelesaian yang paling baik terhadap suatu masalah, maka mereka pun memakai prinsip-
prinsip debat untuk mempengaruhi orang lain di luar kelompok untuk menerima usul yang
terpilih itu. Teknik yang satu tidak dapat digantikan oleh yang lainnya. Keduanya mempunyai
bidang masing-masing yang tidak dapat dipertukarkan.

Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan dan kontroversi.
Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang
didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau alternatif, dan ditolak, disangkal oleh
pihak lain yang disebut penyangkalan atau negatif. Biasanya ada dua tim yang masing-
masing mempunyai tiga orang anggota. Setelah batasan setiap istilah ditentukan, maka kedua
tim tersebut mempersiapkan laporan-laporan singkat mereka yang ada kaitannya dengan
masalah-masalah yang bersangkutan. Pembicara pertama mengemukakan kasus bagi
afirmatif  serta menyatakan masalah-masalah yang harus di perhatikan oleh kedua
rekannya. Begitupula pihak negatif pun membuat persiapan yang sama. Seorang
pembicara, penangkis atau penyangkal pun dipilih dari pihak, dan setelah pidato-pidato resmi
disajikan, para pembicara penangkas pun mengemukakan sangkaln-sangkalan mereka. Suatu
persiapan yang matang jelas sangat diperlukan.

Diskusi terlukis dengan jelas di dalam pertimbangan-pertimbangan mendalam yang


dilakukan oleh suatu komite yang menangani tugas pengkajian serta penganjuran suatu
kebijaksanaan bagi seluruh kelompok atau organisasi orang tua. Debat terlukis dengan jelas
dalam pembicaraan-pembicaraan atau pidato-pidato yang pro dan kontra dalam organisasi
yang lebih besar sebelum diadakan pemilihan atau pemungutan suara dilangsungkan,
menentukan kebijaksanaan yang mana yang akan diterima. Pada dasarnya debat merupakan
suatu latihan atau praktek persengketaan atau kontroversi.

PENGGUNAAN DEBAT
Dalam masyarakat demokratis, debat memegang peranan penting dalam:
Ø  Perundang-undangan.
Amandemen-amandemen dapat diketengahkan dan debat perlu tidaknya mengenai
amandemen-amandemen akan mendahului tindakan yang akan diambil terhadapnya. Kalau
dalam perdebatan kedua belah pihak mengemukakan suatu analisis yang lengkap mengenai
kegunaan dan kelemahan rencana undang-undang itu, maka para pembuat undang-undang
(legislator) haruslah siap melaksanakan pemungutan suara (voting) terhadap masalah itu.

Ø  Politik.
Selama kampanye-kampanye politik berlangsung, debat-debat bersama memudahkan para
pemilih atau pemberi suara mendengar para calon yang bertentangan saling mempertahankan
pendapat dan menyerang kelemahan lawan.

Ø  Bisnis.
Dewan pimpinan dan komite-komite eksekutif dalam suatu perusahaan, disamping diskusi,
mempergunakan juga debat untuk memperoleh keputusan dalam berbagai kebijakan.

Ø  Hukum.
Dalam kantor-kantor pengadilan, kehidupan seseorang sering kali tergantung pada debat yang
terjadi antara pihak penuntut dan pembela, dimuka dewan juri atau hakim, hak-hak milik,
hak-hak penduduk, tuntutan-tuntutan kerugian, dan banyak lagi masala h kewarganegaraan
yang membutuhkan keputusan hakim.

Ø  Pendidikan.
Pada beberapa kampus perguruan tinggi di universitas, debat telah menjadi suatu sarana
penting untuk memperkenalkan komunitas atau masyarakat tersebut dengan masalah-masalah
yang hangat diperbincangkan dalamkehidupan sehari-hari. Debat yang demikian bermanfaat
sekali apabila dibarengi oleh komentor-komentor yang terperinci, analitis oleh suatu panel
yang terdiri dari tiga atau empat orang ahli dan dilanjutkan dengan forum tanya jawab.
(Mulgrave, 1954 :64-65)

JENIS-JENIS DEBAT
Berdasarkan bentuk maksud dan metodenya debat diklasifikasikan menjadi: (a). Debat
parlementer/majelis; (b). Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran
pemeriksaan terdahulu; dan (c). Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan.
Ketiga tipe ini dipergunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, namun debat
parlementer merupakan ciri-ciri badan legislatif. Debat pemeriksaan ulangan adalah suatu
teknik yang dikembangkan di kantor-kantor pengadilan dan debat formal berdasarkan pada
konversi-konversi debat bersama secarapolitis (Mulgrave, 1954 :650).
a.       Debat Majelis atau Debat Parlementer.
Maksud dan tujuan debat majelis adalah untuk memberi dan menambah dukungan
bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan dan
pendapatnya, berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat izin dari
majelis. Pembatasan-pembatasan waktu berdebat dapat diatur oleh tindakan parlementer
majelis itu.

b.      Debat Pemeriksaan Ulangan


Debat ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit dan menuntut persiapan yang
lebih matang dari pada gaya perdebatan formal.Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Ø  Pembicara afirmatif yang pertama menyampaikan pidato resminya. Segera setelah itu, dia
diperiksa dengan teliti oleh pembicara negatifyang pertama.
Ø  Setelah tujuh menit pemeriksaan, sang penanya diberi kesempatan selama empat menit
untuk menyajikan kepada para pendengar pengakuan-pengakuan apa yang telah diperolehnya
dengan pemeriksaan ulang itu. Dia dibatasi pada apa-apa yang telah diperolehnya secara
aktual dengan pengakuan-pengakuan itu, dan tidak diperkenankan memperkenalkan fakta-
fakta atau argumen-argumen baru.
Ø  Selanjutnya, anggota pembicara negatif yang kedua mengemukakan kasus negatif, dan
seterusnya diteliti ulang oleh pembicara afirmatif yang kedua. Teknik ini memang agak sulit
dan menuntut keterampilan berbahasa yang tinggi yang ada hubungannya dengan pokok
permasalahannya.
Maksud dan tujuan debat ini adalah mengajukan serangkaian pertanyaan yang satu dan
lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya menunjang posisi
yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya. Setiap pertanyaan haruslah
disampaikan dengan tepat dan jawabanya haruslah singkat, lebih disukai ya atau tidak. Batas
waktu dari setiap pembicara telah ditetapkan sebelumnya, biasanya 8-15 menit perorang.

c.       Debat Formal
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk
mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau membantah
suatu usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-pembicara
konstruktif dan bantahan.
SYARAT-SYARAT SUSUNAN KATA PROPOSIS
Proposisi atau usul menentukan ruang lingkup dan pembatasan-pembatasan suatu perdebatan.
Bergantung kepada tipe debat yang dilaksanakan, maka suatu usul mungkin merupakan
suatu emosi, suatu resolusi, atau suatu rancangan undang-undang yang akan diputuskan oleh
suatu majelis parlementer. Sang pembicara hendaklah meneliti agar usulnya sudah jelas
memenuhi tuntutan-tuntutan atau syarat-syarat tersebut, yaitu:

1)      Kesederhanaan
Usul-usul yang rumit dan berbelit menyebabkan analisis yang sukar. Semakin
sederhana suatu pernyataan maka semakin bergunalah bagi perdebatan yang sedang
berlangsung.
2)      Kejelasan
Pernyataan-pernyataan yang samar-samar dan tidak jelas menimbulkan beragam
penafsiran yang timbul dalam perdebatan yang membingungkan.
3)      Kepadatan
Kata-kata hendaklah dipergunakan sedikit dan sepadat mungkin. Terlalu bertele-
tele atau panjang lebar akan mengakibatkan suatu usul menjadi tidak praktis dan
menyebabkan salah pengertian.
4)      Susunan kata afirmatif
Usul yang negatif seakan-akan dapat memutar balikkan posisi-posisi afirmatif dan
negatif. Susunan kata suatu usul hendaklah bersifat afirmatifatau mengiyakan jangan bersifat
negatif atau meniadakan.
5)      Pernyataan Deklaratif
Suatu pernyataan yang tegas lebih disukai, lebih baik daripada suatu pertanyaan. Pertanyaan
pada umumnya dipergunakan bagi diskusi karena maksud dan tujuannya adalah menyelidiki.
Pernyataan diperlukan bagi debat karena maksud dan tujuan adalah untuk menyokong dan
membela.
6)      Kesatuan
Sebuah gagasan tunggal sudah cukup bagi satu perdebatan. Misalnya usul “Badan pembuat
undang-undang haruslah mengadakan pemilihan wajib dan haruslah membuat regristrasi
tetap” mengandung dua pokok perdebatan yang berbeda: “pemilihan wajib” dan “registrasi
tetap”.
7)      Usul Khusus
Usul-usul yang bersifat umum akan mengakibatkan perdebatan-perdebatan yang terpencar
dan tidak memuaskan.
8)      Bebas dari Prasangka
Bahasa yang berprasangka akan memperkenalkan asumsi-asumsi atau pelanggaran yang tidak
tepat ke dalam usul.
9)      Tanggung jawab untuk memberikan bukti yang memuaskan terhadap afirmatif
Susunan kata usul hendaknya dibuat sebaik dan secepat mungkin sehingga pembicara
afirmatif akan menganjurkan serta menyokong suatu perubahan.

POKOK-POKOK PERSOALAN
Untuk memperoleh pokok-pokok persoalan yang menarik serta merangsang bagi
suatu perdebatan, pembicara sepatutnya mempertimbangkan masak-masak mengapa usul atau
proposisi yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan pada saat ini.
Pembicara haruslah membatasi secara tegas dan tepat segala istilah yang terdapat pada
proposisi tersebut. Dia harus menentukan dengan tegas apa yang harus diakui/diterima,
dilepaskan, atau dikeluarkan karena tidak ada hubungannya dengan masalah yang
dikemukakan. Masalah-masalah utama akan membuahkan pokok-pokok persoalan dasar
dalam perdebatan dan selanjutnya membimbing ke arah pokok-pokok persoalan tambahan.

Terhadap usul-usul yang ada kaitanya dengan kebijaksanaan, biasanya tiga persediaan pokok
persoalan dapat dimanfaatkan, yaitu:
a.       Apakah diperlukan suatu perubahan.
b.      Apakah usul itu menawarkan terbaik yang mungkin dibuat.
c.       Apakah usul itu memberikan kerugian-kerugian yang lebih besar ketimbang
keuntungan-keuntungan yang diharapkan.

PERSIAPAN LAPORAN SINGKAT


Hal ini dimaksudkan untuk merekam bentuk kalimat uraian mengenai usul yang
diajukan oleh pembicara. Laporan singkat dapat mencerminkan yang sewajarnya, maka
seorang pembicara pun telah mengetahui setiap aspek masalah yang berhubungan dengan
masalah lainnya. Pembicara hendaklah mempersiapkan laporan singkat afirmatif dan negatif
untuk mengetahui kasus bagi kedua belah pihak.

1.      Bentuk dan pengembangan laporan


Laporan singkat hendaknya mempergunakan simbol-simbol yang tetap dengan susunan:
angka-angka romawi, huruf-huruf kapital, huruf-hurufarab, dan huruf-huruf non kapital.
Dalam pendahuluan hubungan maju langkah demi langkah dari umum ke khusus menuju
penalaran-penalaran terhadap fakta-fakta. Segala pernyataan haruslah diserasikan dengan
baik.

2.      Bagian-bagian laporan
Suatu laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a)      Pendahuluan
Yang biasanya terdiri dari:
 alasan pengadaan diskusi.
 asal usul masalah.
 batasan istilah-istilah.
 masalah yang diakui.
 hal-hal yang tidak relevan.
 pendirian-pendirian utama pihak afirmatif.
 pokok-pokok permasalahan.

b)      Isi
Isi laporan membuat argumen-argumen dan fakta-fakta penunjang bagi pihak afirmatif dan
negatif. Argumen utama merupakan jawaban-jawaban terhadap pokok-pokok persoalan.
Untuk menguji hubugan setiap argumen kata sebab atau karena dapat disisipkan di belakang
setiap pernyataan dalam isi laporan.

c)      Kesimpulan
Kesimpulan laporan mengikhtiarkan secara berurutan argument-argumen utama dalam
bentuk “anak kalimat sebab“ atau “klausa selagi” yang diikuti atau “maka dengan demikian”.
Bagian afirmatif dan negatif masing-masing mempunyai kesimpulan sendiri, yang jelas
bertentangan satu dan lainnya.

PERSIAPAN PIDATO DEBAT


Para anggota debat haruslah mempersiapkan dua jenis pidato yang berbeda yaitu:
1.      PidatoKonstruktif
Setiap anggota debat haruslah merencanakan suatu pidato konstruktif yang diturunkan dari
argument-argumen dan fakta-fakta dalam laporannya serta disesuaikan dengan kebutuhan-
kebutuhan para pendengarnya maupunargumen-argumen yang timbul dari para
penyanggahnya.
Pidato-pidato hendaklah tetap bersifat fleksibel pada pendahuluan sanggahan kalau perlu dan
juga bagi kesinambungan penyesuaian terhadap argumen-argumen yang dikemukakan
oleh oposisi. Karena waktu yang tersedia bagi pembicara atau pidato debat memang terbatas,
masalah yang dipilih serta usul yang diajukan dalam pengembangan kasus merupakan
pertimbangan-pertimbangan penting, merupakan konsiderasi-konsiderasi utama. Hal-hal yang
harus ditekankan, fakta-fakta yang paling persuasif, minat serta kepercayaan umum atau
khusus para pendengar yang dapat dimanfaatkan, serta susunan ide-ide yang akan dapat
menimbulkan daya pikat yang paling kuat.
Untuk menemui serta memenuhi segala tuntutan bagi persiapan pidatonya, pembicara debat
hendaklah menelaah baik masalah-masalah yang bersifat argumentatif maupun yang
persuasif. Di mana akan menemui segala hal yang perlu sekali bagi persiapan pidato, dalam
pembuktian kasusnya, dalam penemuan oposisi, dan dalam menarik perhatian serta
meyakinkan para pendengar.

2.      Pidato Sanggahan
Dalam pidato sanggahan tidak diperkenankan adanya argument-argumen konstruktif yang
baru. Akan tetapi fakta-fakta tambahan demi memperkuat yang telah dikemukakan dapat
diperkenalkan dalam mengikhtisarkan kasus tersebut.

Pidato sanggahan tidak dapat dikatakan baik dan sempurna kalau ternyata gagal
memperlihatkan kekuatan kasus tersebut secara keseluruhan. Sang pembicara hendaknya
mengakhiri serta menyimpulkan pembicaraannya dengan cara mengarahkan kembali
perhatian para pendengar kepada pokok-pokok persoalan utama dalam perdebatan itu dan
dengan jalan memperlihatkan secara khusus bagaimana pembuktiannya menjawab masalah-
masalah tersebut secara lebih memuaskan ketimbang yang dilakukan oleh kasus penentang
atau oposisinya itu.

SIKAP DAN TEKNIK BERDEBAT


Para anggota debat yang tidak berpengalaman sering kali menimbulkan kebencian
para pendengar karena sikap mereka yang suka bertengkar, suka bercekcok, dan menganggap
dirinya selalu benar. Seorang pedebat haruslah bersifat rendah hati, wajar, ramah, dan sopan
tanpa kehilangan kekuatan dalam argumen-argumennya. Dia harus menghindarkan
pernyataan yang berlebih-lebihan terhadap kasusnya dan mempergunakan kata-kata dan
ekspresi-ekspresi yang samar-samar yang tidak di kehendaki oleh fakta-fakta nya.

Dalam hal ini mereka menghadapi kemungkian dan bukan kepastian mereka harus
yakin bahwa tidak mengemukakan sesuatu yang tidak ingin dan tidak dapat diterima oleh
para pendengar. Para anggota debat tidak mengizinkan diri mereka berbuat marah karena
adanya sindiran tajam ataupun tuduhan tidak langsung dari para lawan mereka. Sikap tenang
dan santai serta sopan santun terhadap para lawan dan para pendengar akan menimbulkan
kesan yang paling baik.

Pada setiap peristiwa pembicara harus mengingat bahwa tujuan utamanya adalah


komunikasi langsung dan persuasif dengan para pendengarnya. Harus dijaga benar-benar
agar tujuan utama ini jangan tersingkir oleh hal-hal kecil yang tidak penting sama sekali.

KEPUTUSAN
Dalam suatu badan legislatif, keputusan terhadap suatu perdebatan diadakan dengan
cara pemungutan suara atau voting, resolusi, atau rancangan undang-undang. Dalam kantor
pengadilan keputusan yang diambil oleh hakim atau juri. Dalam perdebatan-perdebatan yang
berhubungan dengan pendidikan, keputusan mempunyai jenis yang beraneka ragam.
Beberapa perdebatan diadakan tanpa suatu keputusan resmi di antaranya:
1.           Jenis-jenis keputusan pada perdebatan antar perguruan tinggi.
Pada perdebatan antar perguruan tinggi, keputusan dapat diambil dengan cara pemungutan
suara dari pendengar, suatu komite hakim atau juri maka seorang hakim juga dapat
menyajikan suatu kritik yaitu:
a.          Keputusan oleh para pendengar. Apabila suatu pemungutan suara dilemparkan
kepada para pendengar, maka kepeda mereka dapat diminta untuk mengemukakan pendapat
terhadap usul itu sendiri setelah mempertimbangkan argumen pada kedua belah pihak, atau
kegunaan perdebatan, ataupun keduanya.
b.         Keputusan oleh para hakim. Karena para pendegar belum tentu merupakan orang
yang ahli dalam teknik pengambilan keputusan mengenai manfaat perdebatan lebih baik
keputusan seorang hakim yang ahli dalam teori perdebatan. Mereka mungkin mengadakan
perundingan untuk mecapai suatu keputusan.
c.          Keputusan dengan kritik. Pada masa akhir ini telah sering diadakan keputusan dengan
kritik. Seorang ahli mengenai argumentasi dan perdebatan diundang untuk memberikan suatu
keputusan mengenai perdebatan itu dan suatu keputusan mengenai karya para pendebat.
Diapun dapat mengomentari aspek dasar dan penampilan.

2.           Perdebatan tanpa keputusan resmi


Diskusi itu akan memperlihatkan sampai di mana taraf dan kemampuan para pendengar dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan akan mencerminkan butir-butir yang belum dibuat
jelas, serta argumen-argumen yang tidak ditunjang secara memuaskan. Banyak perguruan
tinggi yang lebih mengutamakan perdebatan tanpa keputusan karena mereka ingin
memusatkan perhatian terhadap pemberitahuan atau pelaporan kepada para pendengar saja.

3.           Pentingnya keputusan
Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap penataan perdebatan hendaknya memilih
hakim-hakim yang berwenang dan tidak berprangsangka sehingga keputusan yang diambil
benar-benar jujur, adil dan tepat sasaran. Penekanan yang berlebihan akan mengubah
program perdebatan dan membuatnya menjadi pertandingan belaka.

TURNAMEN DEBAT
Turnamen debat mempunyai beberapa nilai yang berhubungan dengan pendidikan.
Sebagai latihan tunggal suatu program debat memberi keuntungan yang tidak sedikit. Tetapi
tujuan dari suatu masa perdebatan hal itu akan mengarah pada tujuan yang salah. Bahayanya
ialah para pastisipan beranggapan bahwa keputusan yang memenangkannya
merupakan kriteria utama keberhasilan.
1.      Prosedur turnamen debat
Prosedur yang lazim di suatu turnamen debat ialah turut mengundang beberapa lembaga
untuk mengirimkan suatu tim afirmatif dan suatu tim negatif. Bagi perdebatan mengenai
sebuah suatu tema, pasangan-pasangan yang berdebat sebaiknya adalah kelipatan empat,
contohnya kita analogikan 16, masing-masing tim berarti mempunyai 16 perdebatan pada
putaran pertama. Selanjutnya pada putaran kedua 16 tim pendebat dieliminasi oleh seorang
hakim yang akhirnya didapatkan tim yang tersisih dan yang melanjutkan ke putaran kedua.

2.      Masalah-masalah dalam turnamen debat


Yang menjadi masalah pokok turnamen debat ini adalah menemukan sejumlah hakim yang
cukup berwenang untuk memberi keputusan-keputusan yang akan mendapat respek. Masalah
lain adalah daya tahan dari semua yang bersangkutan mewajibkan perdebatan yang
berkesinambungan selama beberapa jam mengenai suatu masalah. Ketika para anggota debat
beranggapan tujuan utama karir berbicara mereka selaku mahasiswa tingkat prasarjana,
perdebatan itu hendaklah mempertimbangkannya serta menyesuaikannya dengan tujuannya.

NORMA-NORMA DALAM BERDEBAT DAN BERTANYA


1.      Norma-norma dalam berdebat
Semua pembicara hendaknya memiliki:
a.       Pengetahuan mengenai pokok pembicaraan.
b.      Kemampuan menganalisis.
c.       Pengertian mengenai prinsip-prinsip argumentasi.
d.      Apresiasi terhadap kebenaran fakta-fakta.
e.       Kecakapan menemukan buah pikiran.
f.        Keterampilan dalam membuktikan kesalahan.
g.       Keterarahan, kelancaran dalam penyampaian pidato (Mulgrave, 1954:75).

2.      Norma-norma bertanya
a.       Mengetahui yang akan didiskusikan sebelum bertanya.
b.      Bersungguh-sungguh dalam mencari informasi.
c.       Janganlah kita ingin menguji pembicara.
d.      Singkat dan tepat.
e.       Tidak terlalu berbelit-belit.
f.        Hindarkan pertanyaan dari prasangka emosional.
g.       Pertanyaan mempunyai tujuan tertentu yaitu mencari penjelasan dan fakta-fakta yang
telah dikemukakan pembicara.
h.       Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan khusus.
i.         Hindarkan cara berfikir yang tidak masuk akal dengan tidak untuk mendemonstrasikan
keterampilan kita sendiri (powers,1951:311).

Narator 

Terima kasih atas kehadiran rekan rekan pada siang ini, kita akan membahas terkait plus
minus penggunaan internet di lingkungan sekolah. Group A adalah tim yang mendukung
penggunaan internet dan tim B yang menolak. 

A : Internet adalah jendela dunia, semua ilmu pengetahuan ada di dalamnya, tidak seharusnya
internet dibatasi, terutama bila banyak manfaatnya. 

B : Internet memang banyak manfaatnya, tapi banyak juga sisi negatifnya, seperti
membuang2 waktu untuk hal yang tidak penting seperti browsing di social media.

A : Saya setuju memang ada sisi negatifnya, tapi itu bukan salah internetnya, lebih ke arah
pengendalian diri agar tidak browsing ke hal2 yang negatif. 

B : Ya tapi hal itu susah dikendalikan karena pada jaman saat ini banyak sosial media yang
sangat pandai melakukan promosi sehingga membuat kita lupa akan manfaat sesungguhnya
dari internet. 

tim netral:
Internet memang memberikan dampak positif dan negatif, meski demikian apa yang
akan kita dapat dari internet tergantung dari kita menggunakannya. 

Anda mungkin juga menyukai