Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah
ini, dengan judul “ ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH AKIBAT
KEANEKARAGAMAN BUDAYA ”.
Makalah ini berisikan tentang keberagaman budaya di Indonesia, Membahas
pengertian keberagaman budaya dalam masyarakat, faktor - faktor yang mempengaruhi
terjadinya keberagaman budaya di Indonesia, serta solusi singkat beberapa masalah akibat
keanekaragaman budaya,
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun penguasaan materi, mengingat akan kemampuan
penulis yang tebatas Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak - pihak yang
telahmembantu dalam menyelesaikan penelitian ini,

Cikaum, Februari 2013

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL Hal


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Keberagaman Suku Bangsa 4
2.2 Keberagaman Bahasa 5
2.3 Keberagaman Agama 6
2.4 Keberagaman Seni dan Tradisi 7
2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebeagaman Agama 9
2.6 Alternatif Pemecahan Masalah 11
2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar 12
Budaya
2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar 13
Budaya
BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku
bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan,
bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku – suku bangsa yang ada di
Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku – suku itu juga memiliki
persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan
sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu
masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat
di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku
bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal
cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika
terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku
bangsa yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan
suku bangsanya (primodialisme).
Itu menyebabkanpertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara
(disintegrasi). Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya
ditandai oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada
perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat
perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement).
Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi
politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui
kemudian bukan faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan
antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan
tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia yang secara
absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang
berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat
produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan
kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas identitas sosial budaya

1
dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar
masyarakat yang mengalami perbedaan.
Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju
integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi antar
masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor sejarah lah yang
mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai nasib dan
kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal
Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang
sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang menjadi poros dan tujuan bersama
untuk menuju integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.

1.2 Perumusan Masalah


a. Keberagaman suku bangsa ?
b. Keberagaman bahasa ?
c. Keberagaman agama ?
d. Keberagaman kesenian dan tradisi ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengumpulkan nilai tugas IPS,
b. Mengetahui cara membuat makalah yang benar,
c. Menambah pengalaman dalam menyusun makalah sesuai aturan.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Mendapat nilai tugas mata pelajaran IPS dalam membuat makalah,
b. Mempelajari tentang keberagaman budaya di Indonesia,
c. Mengerti bagaimana menyikapi keberagaman,
d. Tahu bagaimana menghormati keberagaman budaya,
e. Membagi pengalaman dengan pembaca tentang keberagaman budaya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keberagaman Suku Bangsa


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang
majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku
bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat, kesenian, kekerabatan, bahasa,
dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memang
berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain
hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan
kekeluargaan.
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku
bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap
kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta
mencintai kesenian dan adat istiadat. Suku – suku bangsa yang tersebar di Indonesia
merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor
geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. perbedaan
suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari
ciri-ciri berikut ini :
a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut,
b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa
Madura,
c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara
kematian,
d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari
Saudati,
e. Kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal,
f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
Cara menyikapi keberagaman suku bangsa di Indonesia seperti berikut ini :
a. Menerima suku bangsa lain dalam pergaulan sehari – hari.
b. Menambah pengetahuan kita tentang suku – suku lain. Mempelajari suku lain
tidak harus datang ke daerah tempat tinggal mereka.
c. Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan suku-suku bangsa lain.
Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan martabat yang sama.

3
2.2 Keberagaman Bahasa
Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau
mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan
bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa
Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28
Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara
resmi diakui keberadaannya. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan
sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Indonesia dengan luas kawasan 1.904.556 km² dan menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat yang dikeluarkan tanggal 20 Julai
2007 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 222 juta jiwa
yang berasal dari berbagai etnis. Dengan keragaman etnis dan suku, di Indonesia
terdapat sekitar 706 bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa daerah khususnya
dalam berkomunikasi tidak resmi dengan ahli keluarga maupun masyarakat.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari
bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara (Bapak
Pendidikan Indonesia) dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa
Tengah, “jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang
soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah
ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan alam
baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh
Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe
haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan
Indonesia”, atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954
di Medan, Sumatera Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju.
Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan
pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”. Bahasa Indonesia merupakan bahasa
dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui
penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan asing.
Menurut Bambang Kaswanti Purwo, laju kepunahan bahasa di Indonesia
sebagai negara kedua di dunia yang memiliki bahasa paling banyak yaitu 706 bahasa
setelah Papua Nugini yaitu 867 bahasa cukup memprihatinkan. Dari jumlah tersebut,
ada 109 bahasa (di luar Papua) yang punya penutur kurang dari 100.000 orang,
seperti Tondano di Sulawesi, Tanimbar di Nusa Tenggara, Ogan di Sumatera Selatan,
serta Buru di Maluku.
“Malahan ada satu bahasa di Nusa Tenggara Timur, yakni Maku’a, yang
jumlah penuturnya tinggal 50 orang. Hampir separuh dari bahasa di Indonesia

4
tersebar di wilayah Papua dan sangat terancam kepunahannya karena jumlah
penutur terus berkurang.”
Sementara itu, berdasarkan data UNESCO, setiap tahun, ada 10 bahasa di
dunia yang punah dan di era yang serba modern ini diperkirakan laju kepunahan
bahasa akan lebih cepat lagi. Satu abad lalu, tercatat ada lebih dari 6.000 bahasa di
dunia. Kini hanya tinggal 600 hingga 3.000 bahasa, hampir separuhnya memiliki
penutur kurang dari 10.000 orang, dan seperempatnya lagi kurang dari 1.000 orang.
“Padahal, salah satu syarat bagi upaya pelestarian bahasa adalah jika penuturnya
mencapai 100.000 orang.”

2.3 Keberagaman Agama


Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Sila pertama Pancasila
berbunyi “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Pada tahun 2010, kira-kira 85,1% dari
240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5%
Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha.
Berikut Adalah Enam (6) agama utama di Indonesia :
a. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,
dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas
Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan
Sumatera. Pada abad ke-12, sebagian besar pedagang orang Islam dari India
tiba di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Hindu yang dominan beserta
kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan Sriwijaya, mengalami kemunduran,
dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang
lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan
Sumatera.
b. Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda
(VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik
dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di
Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-20, yang
ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di
Indonesia, seperti di wilayah barat Papua. Pada 1965, ketika terjadi perebutan
kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang
tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh
sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu
pertumbuhan anggota. Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas

5
penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua, Ambon,dan Sulawesi Utara dengan
90%,91%,94% dari jumlah penduduk.
c. Hindu
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad 1 M, bersamaan
waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan
sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai
berkembang. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan
selama 16 abad penuh.
d. Buddha
Buddha tiba di Indonesia pada abad 6 M. Sejarah Buddha di Indonesia
berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha telah
dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya dan
Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas
perdagangan yang mulai pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara
India dan Indonesia. Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia,
mencakup candi Borobudur di Magelang dan patung atau prasasti dari sejarah
Kerajaan Buddha yang lebih awal.
e. Katolik
Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18 Kristen Katolik tiba di Indonesia
saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang
berdagang rempah-rempah. Agama Katolik mulai berkembang di Jawa Tengah
ketika Frans van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman
Katolik kepada rakyat setempat.
f. Khonghucu
Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para
pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang
Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain,
Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang
individual, lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama
masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan
sosial.

2.4 Keberagaman Kesenian Dan Tradisi


Tuhan telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup berupa tumbuhan,
manusia, dan hewan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan telah diberi karunia
akal untuk berfikir, berkreasi, dan sebagainya. Dengan akal manusia dapat
mengembangkan berbagai kemampuan untuk menciptakan karya yang bernilai

6
tinggi. Salah satu karya manusia adalah seni. Tahukah anda apa yang dimaksud
dengan seni?
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, seni adalah kemampuan akal untuk
menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Dengan demikian seni adalah suatu hasil
karya manusia yang mempunyai keindahan dan dapat dinikmati serta dirasakan oleh
manusia.
Berikut ini merupakan contoh kesenian yang ada di Indonesia :
1. Banten : Debus
2. DKI Jakarta : Ondel-ondel, Lenong
3. Jawa Barat : Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung
4. Jawa Tengah : Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang, Ketoprak,
5. Jawa Timur : Ludruk, Reog, Wayang Kulit
6. Bali : Wayang Kulit, Janger
7. Riau : Makyong
8. Kalimantan : Mamanda
Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku – suku bangsa di
Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang
dihasilkan oleh seniman-seniman dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia,
antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain.
Benda-benda karya seni yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung
Asmat dan patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan
lain-lain. Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera mata yang sangat
digemari turis mancanegara.
Tradisi dalam bahasa latin traditio yang berarti “diteruskan“ atau kebiasaan,
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Sedangkan
pengertian keberagaman tradisi adalah Keanekaragaman kebiasaan yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Berikut ini merupakan contoh tradisi di Indonesia :
1. Tradisi ‘Siraman’ di Jawa
Upacara adat jawa bagi para calon pengantin untuk membersihkan diri dan hati
sehingga semakin mantap dalam melangsungkan pernikahan esok harinya.
2. Tradisi ‘Balimau’ di Sumatra Barat
Tradisi untuk menyambut bulan suci rahmadan, balimau memiliki makna
mandi disertai keramas yang melambangkan pembersihan diri sebelum
berpuasa.

7
3. Tradisi ‘Pasola Sumba’ di Sumba
Upacara adat yang dilakukan untuk memohon restu kepada dewa agar panen di
tahun tersebut berhasil dengan baik.
4. Tradisi ‘Rambu Solo’ di Toraja
Upacara kematian sebagai tanda penghormatan terakir kepada mendiang yang
telah meninggal.

2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebergaman Budaya


Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
masyarakat Indonesia. Merupakan tantangan karena apabila tidak dikelola dan
ditangani dengan baik maka keberagaman budaya akan dapat mendorong timbulnya
persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang, keragaman budaya itu bila
dibina dan diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu kekuatan atau potensi
dalam melaksanakan pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini diuraikan masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari
keberagaman budaya.
Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa yang
dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu,
keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun, di
sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan konflik
sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena itu, kemampuan untuk
mengelola keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah terjadinya perpecahan
yang mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia
umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti
konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan
lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan
hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang
mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik horizontal.
Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh kebijakan-
kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu
kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi
Tengah konflik bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998
yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda
Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi
konflik yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan
pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkanterbakarnya

8
permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia. Selanjutnya, permukiman
Kristen melakukan tindakan balasan.
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu munculnya
konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi justru akan
menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh karena itu,
bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu diperhatikan.
Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara Dayak dan
Madura sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam menyikapi
keanekaragaman tersebut melalui bilik info di berikut ini.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat majemuk
dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan budaya itu akan
berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan antar budaya, jika tidak benar-
benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragam suku bangsa
dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar budaya. Hal itu terbukti dari
timbulnya berbagai kerusakan sosial, seperti yang terjadi di Jakarta, Bandung,
Tasikmalaya, Situbondo, Ambon, Poso, Sambas, Aceh, Papua (Irian Jaya), dan
daerah-daerah lainnya.
Peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh
kecemburuan Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan
agama antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa Sambas merupakan contoh
konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku bangsa anara suku Dayak
(penduduk asli) dengan suku Madura (penduduk pendatang). Peristiwa Aceh dan
Papua (Irian Jaya) merupakan contoh konflik sosial yang disebabkan perbedaan
kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi
(penduduk asli) dengan suku bangsa Madura (penduduk pendatang) merupakan
akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai budaya akibat pengaruh
globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali diwarnai oleh
peristiwa kerusuhan sosial, seperti peristiwa Tanjung Priuk dan prasasti. Konflik
sosial tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang cukup banyak. Warga
masyarakat yang tidak berdosa banyak yang menjadi korban amuk massa. Konflik
sosial akibat keberagaman budaya mempunyai dampak negatif yang amat luas dan
kompleks.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman sosial
budaya, antara lain sebagai berikut :

9
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit
diatasi , menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok serta
rendahnya daya beli masyarakat;
b. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga menghambat
jalannya roda pemerintah dan pelaksanaan pembangunan;
c. Menimbulkan konflik ssantar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas
sosial, sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme, terorisme,
sekularisme, primordialisme, separalisme, dan sebagainya;
d. Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga terjadi
perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata dan lembaga sosial,
perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan struktur pemerintahan, dan
sebagainya.

2.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan
kerusuhan sosial. Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah
kita dalam mengatasi masalah sosial akibat keberagaman budaya. Ahli-ahli ilmu
sosial juga telah memberikan teori-teori pemecahan masalah akibat konflik sosial
budaya. Namun pengaruh pemecahan masalah tersebut, tidak langsung dirasakan
hasilnya oleh masyarakat. Sungguh cerdas pujangga Mpu Tantular. Sesaat setelah
melihat keanekaragaman masyarakat yang ada di dalam masyarakat Kerajaan
Majapahit, ia membuat sebuah rumus sosial yang bisa mempersatukan seluruh
perbedaan yang ada di masyarakat. Bahkan, rumus yang ia kemukakan itu bisa
dijadikan acuan dalam menghadapi permasalahan yang muncul sebagai akibat
keanekaragaman.
Ia kemudian kita ketahui menulis sebuah kitab Sutasoma, yang di dalamnya
tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Kamu tentu mengetahui
apa arti dari kalimat ini. Tetapi pelajaran yang terpenting dari potongan sejarah ini
adalah bahwa keanekaragaman bukanlah merupakan penghambat bagi tercapainya
persatuan, kesatuan, dan kerukunan masyarakat. Fakta sejarah memang
membuktikan bahwa kehidupan agama di Kerajaan Majapahit berjalan dengan sangat
harmonis antara agama Hindu Siwa, Buddha, dan lainnya, bahkan hingga masuknya
pengaruh agama Islam. Sebagai bukti adalah adanya kebijakan dari raja Majapahit
saat membebaskan raja-raja bawahan di pesisir pantai utara Jawa untuk menganut
agama Islam.
Itu terjadi pada abad-abad yang silam. Bagaimana cara mengatasi
permasalahan yang muncul sebagai akibat dari keanekaragaman dan perubahan
kebudayaan yang ada di masyarakat? Setidaknya ada dua potensi yang bisa dijadikan

10
dasar pijakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di
masyarakat yang multikultural seperti Indonesia.
a. Menggunakan Kearifan Lokal
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di Indonesia.
Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional, juga menjadi pemicu
munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar terjadinya perang antarsuku
atau konflik sosial antaretnis di Indonesia. Ada banyak alasan yang
mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah ternyata banyak suku bangsa yang
mempunyai mekanisme atau cara di dalam menyelesaikan permasalahan itu.
Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah Baliem, bisa jadi merupakan
contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi dalam upaya
mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di
Indonesia.
b. Menggunakan Kearifan Nasional
Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi di
antara etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah adalah
cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita merasakan betapa
sulit merangkai nilai persatuan untuk sama-sama menghadapi bangsa penjajah.
Hingga ketika kita mulai menyadarinya di tahun 1928. Saat itu kita mengakui
Indonesia sebagai identitas bersama, yang mampu mengatasi sejumlah
perbedaan kebudayaan di antara suku bangsa yang ada. Nasionalisme
Indonesia pun terbentuk dalam wujud pengakuan bahasa, tanah air, dan
kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda
semakin menampakkan hasilnya.
c. Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila disepakati
sebagai dasar negara dan petunjuk atau arah kehidupan bangsa. Kompleksitas
keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun bisa diakomodasi
bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh para founding fathers kita
pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru. Disebut negara nasional
karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang bisa hidup
berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a. Melestarikan kebudayaan daerah
b. Mewariskan kebudayaan daerah
c. Tidak melupakan atau meninggalkan kebudayan daerah

11
2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya
a. Memelihara Kebudayaan Nasional
b. Menghidupkan Budaya Nasional
c. Memoerkaya Budaya Nasional
d. Membina Ketahanan Kebudayaan Nasional
e. Menyebarluaskan Dan Memenfaatkan Kebudayaan Nasional

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya
dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia mempunyai
kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam tersebut. Di
samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut, wawasan kita
akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil. Kita dapat menjadi
bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa
keanekaragaman kebudayaan tersebut.

3.2 Saran
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita yang
terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar.
Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa
adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional, kebudayaan
daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai kedudukan
yang sangat penting.Untuk menyikapi keberagaman yang ada kita harus saling
menghormati antara satu denan yang lain agar tercipta kedamaian, tidak ada perpecahan di
antara kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia

http://aprilia180490.wordpress.com/2010/05/29/keanekaragaman-suku-bangsa-di-
indonesia/

http://robiartea.blogspot.com/2012/07/makalah-pkn-keanekaragaman-suku-bangsa.html

http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/29/keragaman-suku-bangsa-di-indonesia/

http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/03/bahasa-indonesia-dan-keberagaman-bahasa/

http://ganiasmoro.blogspot.com/2011/10/fakta-keragaman-bahasa-indonesia.html

http://www.jpnn.com/read/2012/08/31/138263/Keragaman-Bahasa-Bisa-Picu-
Disintegritas-

http://apachemask.wordpress.com/2010/12/16/keberagaman-dan-perkembangan-seni-di-
indonesia/

http://coreei7.blogspot.com/2012/08/bab-v-keberagaman-budaya-di-indonesia.html

14

Anda mungkin juga menyukai