Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
DosenPengampu :
Disusun oleh :
Tingkat 2C
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Perawatan Post Op Section Caesarea. Makalah ini menguraikan pengertian dan cara
Perawatan Post Section Caesarea.
Pembaca dapat memahami makalah ini dari Bab I Pendahuluan, Bab II
Pembahasan, sampai Bab III Penutup. Agar lebih menarik, makalah ini kami susun
berdasarkan tinjauan pustaka dari beberapa literatur yang kami peroleh baik dari
buku, maupun internet.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada dosen pengampu, orang
tua, teman kelompok, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui
operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5
% pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan
oleh mode, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi
yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan
anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel
dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul
21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan
letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu
sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5%.
Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau
adaptasi fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh,
perubahan pada periode post partum terdiri dari immiediate post partum, early
post partum, dan late post partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi
psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan letting go. Selain itu juga
terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan
ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya
jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga memudahkan kuman
untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi.
Dengan demikian klien dan keluarga dapat menerima info untuk menghadapi
masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan prosedur sebelum
operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan pada ibu yang akan
dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea.
Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
menyusun makalah dengan judul Perawatan Post Sectio Caesarea.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Sectio Caesarea ?
2. Apa saja jenis-jenis Sectio Caesarea ?
3. Bagaimana etiologi Sectio Caesarea ?
4. Bagaimana pathway Sectio Caesarea ?
5. Apa saja komplikasi Sectio Caesarea ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Post op Sectio Caesarea ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis Post SC ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Sectio Caesaria
2. Mengetahui jenis-jenis Sectio Caesarea
3. Mengetahui etiologi Sectio Caesarea
4. Mengetahui pathway Sectio Caesarea
5. Mengetahui komplikasi Sectio Caesarea
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Post op Sectio Caesarea
7. Mengetahui Penatalaksanaan Medis Post SC
8. Mengetahui perawatan luka Sectio Ceisaria
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh
lebih sempurna.
3. Seksio ekstraperitoneum
Metode ini disempurnakan oleh A. Doderlein Frank, Kustner, Latzko dan
Selheim. Tujuannya untuk melindungi kavitas peritonei dari infeksi.
Penggunaaanya terutama direkomendasikan untuk gravida yang terinfeksi.
Setelah dinding dan vasia abdomen dinsisi, muskulus rektus dipisahkansecara
tumpul. Terlihat kubah vesika urinaria dan plika vesikouterina. Sekarang
vesikla urinaria diretraksi kearah bawah sementara lipatan peritoneum
dipotong kearah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus. Jadi
sekarang uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
Karena kesanggupan kita saat ini untuk melawan infeksi makam seksio
ekstraperitoneum telah menjadi tidak penting. Telah tumbuh minat lagi untuk
mengusulkannya pada koriamionitis (imik dan preklinis).
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Source image : http://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/perssc-amp-
embriotomi diakses pada tangal 17 september 2016 pukul 18.45 wib
Gambar 1.3
Source image : http://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/perssc-amp-
embriotomi diakses pada tangal 17 september 2016 pukul 18.48 wib
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. (Manuaba, 2002)
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
2) Presentasi muka
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
4) Letak Sungsang
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
1. Elektroensefalogram (EEG)
Gambar 1.4
Source image : http://www.penggagas.com di akses pada tanggal 17
September 2016 pukul 19.00 wib
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
10
Gambar 1.5
Source image : http://www.penggagas.com diakses pada tanggal 17
September 2016 pukul 19.10 wib
Gambar 1.6
Source image : http://www.penggagas.com diakses pada tanggal 17
September 2016 pukul 19.13 wib
5. Uji laboratorium
11
c. Panel elektrolit
e. AGD
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
Menurut Gitarja dan Hardian, (2008), sejumlah kondisi fisik memang dapat
mempengaruhi penyembuhan luka. Misalnya adanya sejumlah besar lemak
subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada
orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Jaringan
lemak kekurangan persediaan darah yang adekuat untuk menahan infeksi
bakteri dan mengirimkan nutrisi dan elemen-elemen selular untuk
penyembuhan. Apabila jaringan yang rusak tersebut tidak segera mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan maka proses penyembuhan luka juga akan terhambat.
Djalinz (1992), status gizi sangat penting untuk proses penyembuhan luka
pasca operasi. Perbaikan status gizi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung gizi yang seimbang. Diit yang diberikan untuk
pasien pasca bedah adalah diit Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP). Setiap rumah sakit pasti sudah memiliki
takaran menu/standar makanan yang harus diberikan kepada setiap pasien
termasuk makanan untuk pasien yang menjalani operasi.
A. Kesimpulan
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/kegagalan proses
persalinan normal (Dystasia). Seperti disproporsi kepala panggul, Disfungsi
uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, His lemah / melemah dan pada
anak seperti Janin besar. Gawat janin, Letak lintang dan Hydrocephalus.
B. Saran
Perawat hendaknya memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya
menjaga kebersihan diri setelah dilakukan operasi SC agar tidak terjadi infeksi
pada luka operasinya. Selain itu pendidikan kesehatan tentang status gizi
(konsumsi) juga diperlukan pada pasien post operasi SC karena gizi yang baik
sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC