Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Post partum/masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta

lahir, dan pada peroide ini asuhan masa nifas sangat diperlukan untuk selalu

memantau keadaan ibu dan bayi, karena pemantauan yang kurang maksimal

dapat menyebabkan ibu dan bayi mengalami berbagai masalah komplikasi.

Jika ditinjau dari penyebab kematian para ibu, perdarahan, infeksi, hipertensi

pada kehamilan, partus macet dan aborsi merupaka penyebab kematian pada

ibu dan bayi. Infeksi merupakan penyebab kematain terbanyak nomor dua

setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan

memeberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada

ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkannya karena

bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.

Dengan demikian, angka kesakitan dan angka kematian bayi pun akan

meningkat. (Sulistyawati, 2009)

WHO dalam Cunningham (2012) di seluruh dunia terdapat kematian

ibu sebesar 500.000 jiwa /tahun dan kematian bayi khususnya neonates

sebesar 10.000.000 jiwa/tahun. Di Amerika Serikat, emboli, perdarahan,

hipertensi dan infeksi menyumbang 65% kematian ibu setelah pertengahan

kehamilan.

1
Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran

hidup, angka kematian bayi (AKB) sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Angka

kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN

dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/100.000 kelahiran

hidup yang jauh di atas angka kematian ibu di Filipina yang mencapai

170/100.000 kelahiran hidup, Thailand 44/100.000 kelahiran hidup. (Padila,

2014)

Di Sulawesi utara angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB) masih tinggi. Berdasarka data Dinas Kesehatan Sulawesi Utara tahun

2015 angka kematian ibu sebanyak 73 orang dan angka kematian bayi

sebanyak 246 bayi. (https://dinkessulut.wordpress.com)

Berdasarkan data statistika medikal record di RSUP. Prof. DR. R. D.

Kandou Manado di ruangan Irina D bawah dari buku register januari sampai

dengan april 2017 jumlah pasien yang bersalin dan dirawat di irina D bawah

adalah sebanyak-pasien, dengan jumlah persalinan normal-pasien.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat

proposal dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum” di Irina

D bawah RSUP. Prop. DR. R. D Kandou Manado.

2
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang ditas rumusan masalah dalam proposal ini

yaitu bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada ibu post partum di Irina

D bawah RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada ibu post

partum, yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi di Irina D bawah RSUP. Prof

.DR. R. D. Kandou Manado.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yaitu :

a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi pada ibu post partum di Irina D bawah RSUP. Prof.

DR. R. D. Kandou Manado.

b. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan paraktek dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu di Irina D bawah RSUP.

Prof. DR. R. D Kandou Manado.

c. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor penunjang dalam

melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum di Irina D bawah

RSUP. Prof. DR. R. D Kandou Manado.

3
D. Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan yaitu :

1. Untuk institusi pendidikan

Dapat menjadi pedoman yang sistematis dalam proses belajar mengajar

tentang asuhan keperawatan ibu post partum.

2. Untuk rumah sakit

Sebagai bahan masukan agar dapat dimanfaatkan oleh perawat terlebih

khusus dalam pelksanaan asuhan keperawatan pada ibu post partum.

3. Untuk penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pelayan

kesehatan khususnya dalam penerapan asuhan keperawatan pada ibu post

partum.

E. Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah menggunakan metode

deskriptif yaitu suatau metode pemecahan masalah yang menggambarkan

keadaan yang terjadi pada saat sekarang, melalui pengumpulan data yang

dilakukan dalam pengkajian meliputi :

1. Wawancara : Wawancara adalah pengumpulan data melalaui tanya

jawab yang dilakukan pada dilakukan pada pasien,

keluarga, perawat.

4
2. Observasi : Observasi ilakukan dengan cara pengamatan secara

langsung pada ibu/pasien untuk memeperoleh

data/masalah kesehatan.

3. Dokumentasi : Dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang

berhubungan dengan kasus yang di dapat status

pasien yang ada di rumah sakit

4. Kepustakaan : Kepustakaan merupakan suatau kegiatan yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur-

literatur, catatan-catatan, buku atau laporan-laporan

yang ada kaitanya dengan post partum dan penerapan

asuhan keperawatan post partum.

F. Sistematika penulisan

Adapun sistematika penulisan yaitu :

BAB I : Sistematika penulisa ini terdiri dari pendahuluan, yang

meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka mencakup konsep dasar yang berisi konsep

dasar post partum yang terdiri dari pengertian tahap periode

post partum, adaptasi post partum. Konsep dasar nifas yang

terdiri dari pengetian, tahap masa nifas, anatomi dan

5
fisiologi, perubahan psikologi, perawatn masa nifas, nasehat

yang perlu diberi saat pulang, pemeriksaan penunjang,

komplikasi, penatalaksanaan. Konsep asuhan keperawatn

yang berisi pengkajian, diagmosa, intrvensi, implementasi

dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep dasar post partum

1. Pengertian

Pengertian post partum/masa nifas menurut beberapa ahli atau pendapat

yaitu :

a. Post partum/masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung

dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke

keadaan sebelum hamil. (Padila, 2014)

b. Post partum/masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan

bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatanya kembali yang

umunya memerlukan waktu 6-18 minggu. (Nugroho, dkk, 2014)

c. Post partum/masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai

setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali

seperti kekeadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2012)

d. Post partum/masa nifas adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu

sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang

umunya berlangsung kuarang dari 24 jam. (Saifudin, 2012)

e. Post partum/masa nifas adalah masa waktu antara waktu kelahiran

palasenta dan membran yang menadai berakhirnya periode intra

7
partum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita

tersebut ke kondisi tidak hamil. (Anggraini, 2011)

2. Tujuan perawatan masa nifas

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan

pengawasan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar

dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah

(Nugroho, 2014) :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrinnig secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nurtisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta

perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana

e. Mendapatkan kesehatan emosi

3. Adaptasi post partum/masa nifas

Adapun adaptasi post partum adalah sebagai berikut ( Padila, 2014) :

a. Periode kira-kira 6 minggu setelah kelahiran bayi, selama tubuh

beradaptasi ke keadaan sebelum hamil.

b. Dimulai dari kala IV persalinan

8
c. Masa transisi menjadi orang tua

d. Pendekatan bergeser berorientasi pada perawatan wanita sakit ke sehat

e. Pemulangan dini, sediakan discharge planning

f. Terkait erat dengan social budaya

4. Tahapan post partum/masa nifas

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap yaitu (Sulistyawati, 2014) :

a. Puerperium dini, suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial, suatu masa dimana kepulihan dari organ-

organ reproduksi selama kurang lebih 6 minggu.

c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau

waktu persalinan mengalami komplikasi.

5. Anatomi dan fisiologi

Organ reproduksi wanita terbagi dua yaitu organ reproduksi eksterna dan

interna (Sukarni dan Margaret, 2013) :

a. Struktur organ eksterna

1) Mons pubis

Lapisan lemak anterior shmpisis os pubis. Pada masa puberitas

daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

9
2) Labia mayora

Lapisan lemak lanjutan mons pubis kea rah bawah dan belakang,

banyak mengandung plekus vena. Homlog embriologik dengan

skrotum pada pria. Lingkungan rotundum uteri berakhir pada atas

labia mayora. Dibagian bawah perineum, labia mayora menyatu

pada (commisura posterior).

3) Labia minora

Lapisan jaringan tipis labia minora, tidak mempunyai folikel

rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung

serabut saraf.

4) Klitoris

Terdiri dari caput/glans klitoris yang terlatak dibagian suverior

vulva, dan corpus klitoridis yang tertanam di dalam dinding

anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria.

Terdapat juga reseptor endrogen pada klitoris. Banyak pembuluh

darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitiv.

5) Vestibulum

Daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet batas

lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenitalia. Terdapat 6

lubang orificium urethra externum, intoritus vagina, duktus

glandulae bahrtolini kana-kiri, dan duktus skene kanan-kiri, antara

fourchet dan vagina terdapat fossa hymen yang abnormal misalnya

10
primer tidak belubang (hymen imporvorate) menutup total lubang

vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul dirongga

genitalia interna.

6) Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi bawah usus. Batas

otot-otot diagfragma pelvis (m. perinealis transverses profunda, m.

constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m levator

ani, antara anus dan vagina. Perineum merenganag pada

persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk

memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

7) Hymen

Terdiri dari jaringan lkat kolagen dan elastis. Lapisan tipis ini yang

menutupi sebagian besar dari liang senggama, ditenggahnya

terdapat lubang agar supaya kotoran menstruasi dapat mengalir

keluar. Bentuk dari hymen masing-masing wanita berbeda-beda,

ada yang berbentuk seperti bulan sabit, lubangnya ada yang

seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan

koitus pertama kali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian

posterior.

11
Gambar 1 organ reproduksi eksterna wanita

(http://www.gambar.organwanita/.com)

b. Organ interna wanita

1) Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan

uterus dibah tubah uterine dan terikat di sebelah belakang oleh

ligamentum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan

sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-

14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan volikel d graf

dan mengeluarkan ovum. Ketika di lahirkan, wanita memiliki

cdangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovarium, bila

habis menapous. Ovarium mempunyai tiga fungsi, memproduksi

ovum, memproduksi hormone estrogen dan horomon.

12
2) Tuba fallopii

Tuba fallopii merupakan tubula-muscular, dengan panjang 12 cm

dan diameternya antara 3-8 mm, fungsi tuba sangat penting yaitu

untuk menagkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai

saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat

terjadinya konsepsi dan tempat perrtumbuhandan perkembangan

hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap

melakukan implntasi.

3) Uterus

Merupakan jaringan otot kuat di pelvis minor antara kandungan

kemih dan rektum. Dinding belakng dan depan bagian atas

tertutup peritoneum sedangkan bagian bawah berhubungan

dengan kandung kemih. Vaskularisasi uterus beasal dari arteri

uterin yang merupakan cabang utama dari arteri iliaka interna,

bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng terbagi atas tiga,

korpus uteri, fundus uteri, serviks uteri. Untuk mempertahankan

posisisnya uterus di sangga beberapa ligamentum, jaringan ikat

dan para metrium ukuran uterus tergantung dari usia wanita

parietal. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, multipara 8-

9 cm dan > lebih dari 80 gram pada wanita hamil uterus dapat

menahan beban sebesar 5 liter.

13
4) Dinding uterus

Dinding uterus terbagi tiga lapisan : endometrium, miometrium,

dan sebagian lapisan peritonem parietalis.

5) Vagina

Merupakan saluran muskulo-membranneus yang

menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya

merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus

levator ani, oleh karena itu dapat di kendalikan. Vagina terletak

antara kandung kemih dan rektum panjang bagian depanya sekitar

9 cm dan dinding depanya sekitar 11 cm. bagian vagian yang

menonjol kedalam disebut portio. Portio uteri membagi puncak

(ujung) menjadi : forniks anterior, forniks dekstra, forniks

posterior, forniks sinistra.

6) Serviks

Bagian terbawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat

perlekatan serviks uteri dan vagina, serviks menjadi supra vagina

yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang

serviks sekitar 2,5 cm sampai 3 cm, 1 cm menonjol kedalam

vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh

jaringan iakat vibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan

jaringan elastis.

14
Gambar 2 organ interna wanita

(http://www.gambar.organwanita/.com)

6. Perubahan fisik

Perubahan fisik pada ibu post partum antara lain (Nugroho, dkk, 2014) :

a. Sistem kardiovaskuler

1) Curah jantung menigkat

2) Tekanan darah menurun ringan, karena penurunan tekanan intra

pelvis

3) Nadi bradikardi sampai hari ke 6-10

4) Status darah pada eksteremitas bawah, resiko thromboplebitis.

5) Faktor pembekuan darah menigkat resiko thromboemboli

b. Sistem urologi

1) Diuresis pada awal periode pasca partum

15
2) Penurunan sensasi kandung kemih

c. Sistem endokrin

Saat plasenta lahir terjadi penurunan hormon estrogen dan

progesteron, kadar terendah dicapai pada kira-kira 1 minggu pasca

partum.

d. Sistem pencernaan

Gangguan defekasi : konstipasi karena masih ada efek progesteron,

penurunan tekanan otot abdomen, kurang cairan dan rasa nyeri pada

luka episiotomy atau rupture perineum.

e. Sistem integument

1) Suhu menigkat sampai 380C terjadi karena kelelahan dan

diporesisi/diuresis pada 24 jam pertama.

2) Hiperpigmentasi berkurang

f. Sistem musculoskeletal

Dinding abdomen merengang, tampak longar dan lembek distasis

otot rekti abdominis.Perubahan pusat berat saat hamil terjadi

hipermobilitas sendi. Stabilitasi sendi lengkap dapat tercapai pada 6-8

minggu paska partum.

g. Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupaka alat yang keras, karena

kontraksi dan retraksi otot-ototnya, perubahan uterus setelah

melahirkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

16
Tabel 1.1 perubahan uterus setelah melahirkan

Diameter

Berat bekas Keadaan


Involusi TFU
uterus melekat serviks

plasenta

Setelah

plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 cm Lembut

lahir

Pertengahan
Dapat
1 minggu pusat 500 gr 7,5 cm
dilalui 2 jari
simpisis

Dapat

2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1

jari

Seperti Hampir

6 minggu hamil 2 50 gr 2,5 cm kembali

minggu normal

8 minggu Normal 30 gr 0 Normal

h. Infolusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung

pembuluh darah besar yang tersunbat oleh thrombus. Luka bekas

17
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena di lepaskan

dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium ini tumbuh dari

pingir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.

i. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah

yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak di perlukan lagi

peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi

dalam masa nifas.

j. Perubahan pada serviks dan vagina

Beberapa hari setelah ostium eksternum dapat di lalui oleh dua

jari, pada akhir minggu pertama dapat di lalui satu jari saja. Karena

hyperplasia ini dan karena retraksi dari serviks, robekan serviks

jadi sembuh. Vagina yang sangat rengang wakru persalinan,

lambat mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke tiga post

partum rugae mulai nampak kembali.

Rasa sakit yang di sebut after pain (meriang atau mules-mules)

disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung tiga sampai

empat hari paska persalinan. Perlu diberika pengertian pada ibu

mengenai hal ini dan bila terlalu menggangu analgesik.

k. Lokhia

Lokhia adalah cairan yang dikeluarka dari uterus melalui

vagina dalam masa nifas. Lokhia bersifat alkalis, jumlahnya lebih

18
banyak dari darah menstruasi. Lokhia ini berbau anyeir dalam

keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lokhia dapat

dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya :

1) Lokhia rubra warna merah dan hitam terdiri dari sel desidua,

verniks kaseosa, rambut lanugo sisa mekonium, sisa darah dan

keluar mulai hari pertama sampai hari ke tiga.

2) Lokhia sanginolenta

Berwarna putih bercampur merah, mulai hari ke tiga-hari ke

tujuh.

3) Lokhia serosa

Berwarna kekuningan dari hari ke tujuh sampai hari ke empat

Belas

4) Lokhia alba

berwarna putih setelah hari ke 14

l. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena di renggang

begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligament fascia

dan diagfragma pelvis yang merenggang pada waktu partus setelah

bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak

jarang uterus jatuh kebelakang menjadi retroleksi karena

ligamentum rondutudum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali

sebaiknya dengan latihan-latihan paska persalinan.

19
m. Ginjal

Aktivitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari

volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak

dari aktivitas ini terjadi pada hari pertama post partum.

n. Oksitoksin

Oksitoksin di sekresi oleh kelenjar hipofisis posterior dan

bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga

persalinan aksi oksitoksi menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah

itu oksitoksin bereaksi untuk ke stabilan kontraksi uterus,

memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah

perdarahan, pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya

isapan bayi menstimulasi ekskresi oksitoksin dimana keadaan ini

membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran ASI. Setelah

plasenta lahir sirkulasi HCG, estrogen, progesterone dan hormone

laktogen plasenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan

perubahan fisiologi pada ibu nifas.

o. Prolaktin

Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang di sekresi

oleh galndula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara

dan merangsang produksi ASI pada wanita yang menyusui kadar

prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium di tekan.

Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari

20
ke 14 sampi 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan

FSH di sekresi kelenjar hipofisis anterior untuk bereaksi pada

ovrium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron

dalam kadar normal, perkembangan normal folikel d graf, ovulasi

dan menstruasi.

p. Laktasi

Laktasi dapat di artikan dengan pembentukan dan pengeluaran

air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makan pokok makan yang

terbaik dan bersifat alamia bagi bayi yang di sediakan oleh ibu

yang baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi

bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen

dan progesteron merangsang pertumbuhan kelenjar susu

sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar,

kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah placenta lahir maka

LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.

Lobus posterior hypofisis mengeluarkan oxytoxin yang

merangsang pengeluaran asi. Pengeluaran asi adalah reflex yang

ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi.

Rangsangan ini menuju ke hypofisis dan menghasilkan oxytoxin

yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susu.

Pada hari ketiga post partum, buah dada menjadi besar, keras

dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan jika

21
aerrola mammae dipijat, keluarlah cairan putih dari putting susu.

Air susu ibu kurang lebih mengandung protein 1-2% , lemak 3-5%,

gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal yang mempengaruhi susunan

air susu adalah diit, berat badan.

q. Tanda- tanda vital

Tabel perubahan tanda-tanda vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal

Tekanan darah <140/90 Tekanan darah


Tanda-tanda
mmHg, mungkin bias >140/>90mmHg
vital
naik dari tingkat disaat

persalinan 1-3 hari post

partum.

Suhu tubuh : <380C Suhu : >380C

Denyut nadi : 60 Denyut nadi :

-100x/mnt >100x/mnt

7. Perubahan psikologi

Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu

(Sulistyawati, 2012) :

a. Periode taking in

Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa

ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan

22
bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang

tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling

memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.

b. Periode taking hold

Berlangsung pada hari ke 3-4 post partum. Ibu berusaha

bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk

menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu

berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya misalnya buang

air kecil atau buang air besar.

c. Periode letting go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu

mengambil tanggung jawab terhadap bayi. Sedangkan stress

emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan

yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga

nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut

dengan post partum blues di mana terjadi pada hari ke 3-5 pada

post partum.

8. Perawatan masa nifas

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif

untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang

melelahkan. Di mana perawatan post partum meliputi

23
(Nugroho, dkk, 2014) :

a. Mobilisasi fisik

b. Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat tidur

terlentang selama 8 jam paska persalinan. Kemudian boleh miring

ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli.

Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan

hari keempat atau kelima diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas

memiliki varian tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka-luka. Keuntungan dari mobilisasi dini adalah

melancarkan pengeluaran lokhia, mengurangi infeksi purperium,

mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat

gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran

peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme.

c. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama

sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat

memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih

terjamin.

d. Perawatan payudara

Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras, kering, sebagai persiapan untuk

24
menyusui bayinya, karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.

Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui banyinya karena

dapat membantu proses involusi serta kolostrum mengandung zat

antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.

e. Pemeriksaan umum

Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara

lain adalah kesadaran, keluhan yang terjadi setelah persalinan.

f. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus pada ibu masa nifas meliputi :

1) Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu

2) Fundus uteri : Tinggi fundus uteri kontraksi uterus

3) Payudara : Putting susu, pembengkakan

pengeluaran ASI

4) Luka jahitan episiotomy : Apakah baik atau

terbuka, apakah ada tanda

tanda infeksi.

9. Nasehat yang perlu diberikan saat pulang adalah

Nasehat yang perlu diberikan saat ibu pulang yaitu : (Padila, 2014)

a. Diit

Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada

pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus

25
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,

sayuran dan buah-buahan.

b. Pakaian

Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga

payudara tidak tertekan, daerah perut tidak perlu diikat terlalu

kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam

sebaiknya yang menyerap, sehingga lokhia tidak menimbulkan

iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang

setiap saat terasa penuh dengan lokhia, saat buang air kecil ataupun

setiap buang air besar.

c. Perawatan vulva

Pada klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum

maupun di dalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan

sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air

besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lokhia berbau

atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah

BAK cebok kearah belakang, ganti pembalut setiap kali basah atau

setelah BAB atau BAK, setiap kali cebok memakai sabun dan luka

bias diberi betadin.

26
d. Miksi

Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8

jam post partum. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena

spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme

dan oleh iritasi muskulus spincter ani selama persalinan bila

kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya

dilakukan kateterisasi.

e. Defekasi

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila

belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan

obat laksans peroral atau per rectal atau belum berhasil lakukan

klisma.

f. Kembalinya datang bulan dan menstruasi

Dengan member asi kembalinya menstruasi sulit di perhatikan

dan bersifat individu. Sebagian besar kembalinya menstruasi

setelah 46 bulan.

g. Cuti hamil

Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak

mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan

sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan

h. Mempersiapkan metode KB

Pemeriksaan postpartum merupakan waktu yang tepat untuk

27
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau

menghentikan kehamilan. Oleh karena itu pengunaan metode KB

dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah

kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat di mulai

minggu setelah melahirkan.

10. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada ibu post partum (Sukarni & Margaret,

2013) :

a. Laporan laboratorium

b. Pemeriksaan USG (Ultara Sonografi)

11. Komplikasi pasca partum

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu post partum/nifas antara lain

(Nugroho, dkk, 2014) :

a. Mastitis

Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang

menyebabkan nyeri payudara, pembengkakan, kehangatan dan

kemerahan

b. Abses payudara

Abses payudara adalah pembengkakan payudara yang berisih

nanah, pembengkakan ini terjadi karena adanya infeksi bakteri.

28
c. Tromboplebiti

Tromboplebitis adalah invasi ataw perluasan microorganism

pathogen yang mengikuti aliran darah sepanjang vena dan cabang-

cabangnya.

12. Penatalaksaan

Penatalaksanaan pada ibu post partum/nifas adalah

(Sulistyawati, 2012)

a. Tirah baring

b. Diit

c. Perawatan perineum dan perawatan payudara

d. Berkemih atau perawatan kateter

e. Obat anti nyeri, obat tidur, laktasi berikan suplemen vitamin atau

zat besi, hentikan pemberian intravena jika penuh

f. Pemeriksaan laboratorium untuk komplikasi jika ada indikasi

g. Rencana pemakaian kontrasepsi

29
B. Asuhan keperawatan pada ibu post partum

1. Pengkajian

Pengkajian ibu post partum (Doengos, 2012)

a. Data umum

1) Identitas klien meliputi : Nama, umur, alamat, agama, pekerjaan,

suku/bangas, status pernikahan.

2) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, alamat, pekerjaan,

hubungan dengan ibu, suku/bangsa.

b. Riwayat keluhan utama

1) Keluhan utama

Pada ibu dengan persalinan normal di temukan nyeri abdomen,

nyeri vagina, nyeri perineum.

2) Riwayat keluhan utama

Riwayat keluhan utama pada ibu dengan masa nifas adalah nyeri

akut dan ketidaknyamanan nyeri dikaji dengan menggunakan P, Q,

R, S, T dengan menggunakan skala 0-10. 0 : nyeri tidak di rasakan,

1-3 : nyeri ringan, 4-5 nyeri sedang, 6-8, nyeri berat, 9-10 nyeri tak

tertahankan.

P ( Paliatv) : Penyabab nyeri

Q (Quality) : Nyeri seperti di tusuk, di potong

R (Regional) : Dimana rasa nyeri di rasakan ?

S (Severty) : Skala nyeri

30
T (Time) : Berapa lama nyeri berlangsung

Dengan Hasil Skala Nyeri Sebagai Berikut :

a. Agak nyeri

b. Nyeri ringan

c. Nyeri sedang dapat di alihkan

d. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan

e. Nyeri sedang tidak dapat di alihkan tanpa menggunakan

analgetik

f. Nyeri sedang

g. Nyeri berat

h. Nyeri berat dapat di alihkan

i. Nyeri berat tidak dapat di alihkan

j. Nyeri hebat.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang di rasakan saat hamil mulai dari trimester 1, 2, 3

HPHT

4) Riwayat KB

Apakah ibu pernah menggunakan alat kntrasepsi misalnya KB

5) Rencana KB

Apakah setelah persalinan ibu akan menggunakan KB atau tidak

6) Riwayat psikososial dan spiritual

31
Bagaiman hubungan ibu dengan suaminya, keluarga, lingkungan,

dan perawat.

c. Pola fungsi Gordon

1) Pola presepsi kesehatan

Dari penaganan kesehatan menggunakan presepsi pemeliharan

dan penaganan kesehatan, persepsi terhadap arti kesehatan dan

penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan,

pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2) Pola nutrisi metabolik

Napsu makan ibu dengan persalinan normal bertambah dan

pemasukan cairan juga bertambah. Makanan harus bermutu,

bergizi dan juga cukup kalori, banyak air, sayur-sayuran dan buah-

buahan.

3) Pola eliminasi

Kandung kemih mengalami trauma yang dapat di sebabkan

edema dan tekanan. Adanya akumulasi cairan yang berlebihan

pada jaringan selama kehamilan, dieresis setelah 24 jam persalinan

dan konstipasi.

4) Pola aktifitas latihan

Otot-otot abdomen melebar atau melonggar selama kehamilan

menyebabkan pengurangan otot-otot abdomen menjadi sangat

lunak, lembek dan lemah. Muskulus raktus abdominis memisah

32
otot-otot dan fascia dinding abdomen mengalami pelenturan,

latihan dan senam selama periode nifas perlu untuk memulihkan

keadaan

5) Pola istirahat dan tidur

Pola tidur terganggu karena ibu dengan persalinan normal

sering berkeringat banyak dan dingin di malam hari. Mengalami

perubahan emosi yang mendadak atau depresi yang mengakibatkan

ibu merasa tertekan dan mungkin ibu tidak bias tidur

6) Pola kongnitif preseptual

Klien merasa nyeri pada payudara dan perineum, dan kurang

pengetahuan tentang perawatan diri.

7) Pola konsep diri/presepsi

Ibu dapat menerima peran barunya sebagai orang tua atau tidak

dapat menerima.

8) Pola peran hubungan

Ibu memepunyai hubungan yang harmonis dengan suami,

keluarga yang merawat ibu yang beada di RS dan percaya kepeda

Tuhan-Nya dan menyerahkan seluruh kesembuhan kepada Tuhan.

d. Pemeriksaan fisik

1) Pengkajian tanda vital

a) Tekanan darah

b) Suhu badan

33
c) Denyut nadi

d) Respirasi/pernapasan

2) Pemeriksan head to toe

a) Kepala : Biasanya Pasien Mengeluh Pusing, Sakit Kepela.

b) Wajah : Hiperpigmentasi, edema.

c) Mulut : Mukosa mulut (warna, kelembapan, lesi)

d) Mata : Konjungtiva, sklera (pupil, ukuran, kesamaan reaksi

terhadap cahaya penglihatan)

e) Leher : Pembesaran kelenjar getah bening, disertai vena

jugularis.

f) Jantung dan paru : Suara napas normal

g) Payudara : Penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi,

warna kulit, keadaan aerola dan integritas putting, posisi bayi

pada payudara, adanya kolostrum, adanya ASI, adanya

pembengkakan, benjolan, nyeri dan adanya sumbatan duktus,

dan tanda-tanda mastitis potensial.

h) Abdomen : Tinggi fundus uteri (dalam cm), lokasi kontraksi

uterus atau nyeri.

i) Genitalia : Pengakajian perineum terhadap memar, edema,

hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamsi. Pemeriksaan

tipe, kuantitas dan bau lokhia. Pemeriksaan anus terhadap

hemoroid.

34
j) Eksteremitas bawah : Adanya tanda edema, nyeri tekan atau

panas pada betis, varises.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu post partum/masa nifas

(Doengos, 2012)

a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis.

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri akibat luka episiotomi.

d. Perubahan eleminasi urin berhubungan dengan efek hormonal, trauma

mekanis, edema jaringan di tandai dengan distensi kandung kemih.

e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi pada ibu post partum/masa nifas antara lain (Doengos, 2012) :

a. Nyeri berhubungan dengan dengan trauma mekanis.

Tujuan : Setelah dilakuka tindakan keperawatn nyeri dapat

teratasi.

Kriteria hasil : Nyeri hilang atau berkurang

35
Table 1 intervensi dan rasional diagnose I

Intervensi Rasional

Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :

1. Tentukan adanya lokasi 1. Mengidentivikasi lokasi

nyeri dan sifat ketidak nyeri dan kebutuhan

nyamanan. kebutuhan khusus.

2. Kaji skla nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri

menggunakan rumus P, Q, untuk intervensi yang tepat

R, S, T

P (Paliativ) : penyebab

nyeri

Q (Quality) : Nyeri seperti

apa

R (Regional):Lokasi nyeri

S (Severty) : Skala nyeri

T (Time) : Berapa lama

Nyeri

berlangsung

3. Inspeksi perubahan 3. Untuk mengetahui adanya

perineum dan episiotomy. trauma berlebihan pada

Perhatika edema, ekimosis jaringan perineum atau

36
tekanan local terjadinya komplikasi

4. Anjurkan ibu untuk 4. Untuk mengalihkan perhatian

menggunakan tekhnik ibu terhadap nyeri

relaksasi dan distraksi

untuk menghilangkan nyeri

5. Motifasi unruk mobilisasi 5. Mempelajari pengeluaran

sesuai indikasi. lokhia, mempercepat involusi

dan nyeri secara bertahap

6. Berikan kompres lembab 6. Menigkatkan sirkulasi pada

(misalnya rendam perineum

duduk/bak air)

7. Kaji tingkat tekanan uterus 7. Selam 12 jam post partum,

tentukan adanya kontraksi uterus kuat dan

frekuensi/intensitas after regular. Meskipun frekuensi

pain perhatikan faktor dan intensitasnya berkurang.

faktor pemberat Faktor-faktor memperbesar

after pain meliputi multipara.

Overdistensi uterus

menyusun dan pemberian

preparat oxytosin

8. Berikan kompres pada 8. Menigkatkan vasokonstriksi

37
perineum khususnya 24 dan mengurangi vasodilatasi

jam pertama melahirkan

9. Anjurkan klien untuk 9. Tindakan ini dapat

memulai menyusui pada membantu klien menyusui,

putting yang tidak nyeri merangsang aliran ASI dapat

menghilangkan statis dan

pembesaran

Tindakan kolaborasi : Tindakan mandiri :

10. Pemberian analgetik 10. Mengurangi nyeri atau

menghilangkan nyeri

b. Resiko tinggi infeksi b/d trauma jaringan akibat luka episiotomi.

Tujuan : Mengatasi kemungkinan infeksi

Kriteria hasil : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Tanda-tanda infeksi antara lain :

1) Adanya kemerahan atau kehangatan

2) Adanya pembengkakan

3) Adanya nyeri

38
Table 2. intervensi dan rasional diagnose 2

Intervensi Rasional

Tindakan mandiri : Tindakan mandiri :

1. Kaji lochea (warna, bau, 1. Untuk dapat lebih dini

jumlah) dan kondisi dan mendeteksi tanda infeksi

jahitan episiotomy dan mengintervensi lebih

cepat

2. Berikan nutrisi yang adekuat 2. Dengan nutrisi yang

adekuat dapat membantu

pertahanan sistem imun

3. Kaji lokasi dan kontraksi 3. Fundus yang pada awalnya

uterus, perubahan infolusi 2 cm umbilicus pusat

meningkat 1 sampai 2 cm,

kegagalan infolusi

menandakan pertahannya

jarinmgan plasenta atau

infeksi

4. Lakukan rintangan sebelum 4. Menurunkan resiko

dan sesudah dan sesudah terjadinya kontaminasi

kontak dengan klien mikroorganisme

5. Sarankan untuk klien untuk 5. Pembalut yang lembab dan

39
mengganti pembalut untuk banyak darah merupakan

tiap 4 jam media yang menjadi tempat

perkembangbiakan kuman

6. Pantau tanda-tanda vital 6. Peningkatan suhu 380c

menandakan tertahannya

jaringan plasenta atau

infeksi

7. Sarankan ibu membersihkan 7. Membantu mencegah

perineum dari depan ke Kontaminasi

belakang

8. Kaji jumlah sel darah putih 8. Penigkatan sel darah putih

menunjukan adanya infeksi

9. Lakukan rendam bokong 9. Untuk memperlancar

sirkulasi perineum dan

mengurangi edema

Tindakan kolaborasi : Tindakan kolaboratif:

10. Pemberian obat antibiotic 10. Untuk mencegah terjadinya

Infeksi

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri akibat luka

episyotomi

40
Tujuan : Aktivitas dapat normal kembali

Kriteria hasil : Ibu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa

bantuan orang lain keadaan umum baik, kekuatan otot

baik.

Table 3 intervensi dan diagnosa III

Intervensi Rasional

Tindakan mandiri Tindakan mandiri

1. Kaji kemampuan klien 1. Untuk mengetahui

dalam memenuhi kemampuan klien dan dapat

kebutuhan sehari-hari memenuhi kebutuhan

2. Bantu klien dalam 2. Bantu dan latihan yang

memenuhi kebutuhan teratur dapat membiasakan

sehari-hari klien melakukan aktivitas

sehari-hari

3. Tingkat tirah baring 3. Meningkatkan istirahat dan

menyediakan energi untuk

penyembuhan.

4. Anjurkan klien untuk 4. Aktivitas ringan membantu

melakukan aktivitas yang mengurangi energi yang

ringan keluar

5. Anjurkan mobilisasi dan 5. Meningkatkan sirkulasi dan

41
latihan dini secara lengkap aliran darah ke ekstremitas

bawah

6. Health education 6. Menambah wawasan serta

perawatan luka jahitan pengetahuan ibu dan

keluarga dalam perawatan

luka di rumah

7. Anjurkan keluarga untuk 7. Keluarga dapat membantu

kooperatif dan bekerja sama dalam

memnuhi kebutuhan pasien

8. Berikan lingkungan yang 8. Menigkatkan istirahat dan

tenang, batasi pengunjung ketenangan serta

sesuai keperluan menurunkan stressan

9. Anjurkan keluarga untuk 9. Keluarga dapat membantu

kooperatif dalam dan bekerja sama dalam

perawatan memenuhi kebutuhan pasien

Tindakan kolaborasi : Tindakan kolaborasi :

10. Berikan obat analgetik 10. Mengurangi rasa nyeri

42
d. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek hormonal.

Tujuan : Tidak mengalami gangguan eliminasi

Kriteria hasil : Dapat berkemih sendiri dalam waktu 6-8 jam setelah

post partum, tidak merasa sakit saat BAK

Table 4 intervensi dan diagnose IV

Intervensi Rasional

Tindakan mandiri Tindakan mandiri :

1. Kaji dan catat cairan yang 1. Mengetahui balance cairan

masuk dan keluar tiap 24 pada klien sehingga

jam intervensi dengan tepat

2. Palpasi kandungan kemih 2. Aliran plasma ginjal yang

meningkat 25-50% selama

periode prenatal, tetap tinggi

pada minggu pertama

3. Anjurkan berkemih 6-8 3. Melatih otot-otot

jam post partum perkemihan sehingga pasien

mudah berkemih

4. Anjurkan minum 6-8 4. Mencegah dehidrasi

gelas perhari

5. Kaji tanda-tanda ISK 5. Statis, hygine yang buruk,

43
masuknya dan bakteri dapat

member kecenderungan

pasien mengalami ISK

6. Jelaskan pentingnya 6. Untuk motivasi pasien

berkemih berkemih teratur

7. Dorong penigkatan cairan 7. Indikator ketidak

dengan mempertahankan keseimbangan cairan

pemasukan yang akurat menimbulkan dehidrasi

8. Jelaskan pentingnya 8. Untuk motivasi klien

Berkemih berkemih teratur

9. Kaji klien terhadap 9. Kembalinya fungsi kandung

kepenuhan kandung kemih dapat menciptakan

kemih perasaan dorongan dan

ketidaknyamanan

Tindakan kolaborasi Tindakan kolaborasi

10. Kolaborasi pemasangan 10. Mengurangi distensi

Kateter kandung kemih

e. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.

Tujuan : konstipasi dapat teratasi

Kriteria hasil : tidak terjadi konstipasi, melakukan defekasi seperti

44
biasa

Table 5 intervensi dan diagnose v

Intervensi Rasional

Tindakan mandiri : tindakan mandiri :

1. Auskultasi adanya bising 1. Mengevaluasi fungsi usus

usus (apakah ada distasi rektil)

2. Observasi gerakan usus, 2. Indicator kembalinya fungsi

perhatikan warna feses, GI, mengidentifikasi

konsistensi ketepatan intervensi

3. Anjurkan klien untuk 3. Membantu meningkatkan

tidak menahan BAB peristaltik GI

4. Pertahankan diet regular 4. Makanan seperti buah dan

masukan makanan, sayuran membantu

tingkatkan buah dan sayur meningktkan peristaltic urus

5. Brikan pendidikan 5. Menambah pengetahuan

kesehatan tentang klien

pentingnya buang air

besar

6. Kaji episitomi perhatikan 6. Karena dapat menimbulkan

adanya selerasi kecemasan dalam BAB

7. Anjurkan ibu untuk BAB 7. Mengurangi rasa nyeri

45
dan BAK pada WC duduk

Tindakan kolaborasi: Tindakan kolaborasi :

8. Berikan pelumas feses 8. Untuk melunakan feses

merangsang peristaltic dan

membantu mengembalikan

fungsi usus sepaerti sebelum

melahirkan

4. Implementasi

Implementasi pada ibu nifas antara lain (Doengos, 2012) :

Rencana asuhan keperawatan meliputi menjalankan aktivitas spesifik

yang akan menghasilkan apa yang akan diharapkan pada setiap individu

ibu pada tahap ini. Pada tahap ini lakukan pelaksanaan dan perencanaan

keperawatan yang telah ditentukan dan tujuannya memenuhi kebutuhan

ibu yang optimal.

5. Evaluasi

Evaluasi yang dapat dilakukan pada ibu nifas antara lain (Doengos, 2012) :

Perawat melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan didalam penatalaksanaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui

46
kemajuan hasil dari tindakan yang telah dilakukan, keluhan darinpasien

dan observasi tenaga kesehatan.

a. Nyeri hilang atau terkontrol

b. Tidak terjadi infeksi

c. Mampu beraktivitas kembali

d. Eliminasi urine kembali normal

e. Tidak terjadi konstipasi

47
STRANDAR OPARSIONAL PROSEDUR

(perawatan payudara, vulva haygiene, dan perawatan luka episiotomy)

A. Standar Oprasional Prosedur perawatan payudara pada ibu nifas

(Nugroho, dkk, 2014)

Standar Oprasional Perawatan payudara pada ibu nifas

Proedur (SOP)

Memberikan tindakan perawatan pada payudara


Pengertian
untuk melancarkan proses menyusui

1. Memlihara kebersihan payudara

2. Melancarkan keluarnya ASI


Tujuan
3. Mencegah bendungan ada payudara/mencegah

pada payudara bengkak

Dilakukan pada ibu masa nifas


Kebijakan

Perawat
Petugas

1. Waslap 2 buah

2. Handuk kecil

3. Baby oil
Peralatan
4. 2 buah baskom yang berisi air hangat dan air

dingin kapas

48
A. Tahap para interaksi

1. Melakukan verifikasi program pengobatan

klien

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap orientasi

1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa

nama

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

pada klien/keluarga

3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien


Tahap kerja
sebelum kegiatan yang dilakukan

C. Tahap kerja

1. Membersihkan putting susu

a. Cuci bersih kedua tangan

b. Ibu duduk bersandar

c. Pakaian atas di buka

d. Handuk diletakan dibawah payudara

e. Kapas dibasahi dengan baby oil

f. Kedua putting susu dikompres dengan kapas

yang sudah dibasahi dengan minyak selama

49
3-5 menit

g. Kapas digosok-gosok disekitar putting susu

untuk mengagkat kotoran

1. Melakukan pemijatan

a. Tuangkan baby oil secukupnya

b. Sokong payudara kiri dengan tangan kanan, 2

atau 3 jari dari tangan yang berlawanan

membuat gerakan memutar sambil menekan,

dari pangkal paudara dan berakhir pada

putting susu, setiap payudara 2 kali gerakan.

c. Kedua telapak tangan berada diantara kedua

belahan payudara lalu diurut mulai dari atas,

ke samping, ke bawah dan menuju ke putting

susu dengan mengangkat payudara perlahan

lahan dan dilepaskan perlahan-lahan.

Pemijatan dilakukan sebanyak 30 kali.

d. Telapak tangan kiri menyokong payudara

sebelah kiri dan tangan kanan dengan sisi

kelingking mengurut payudara mulai dari

pangkal pangkal dada kea rah putting susu.

Demikian dengan payudara sebelah kanan.

50
Dilakukan sebanyak 30 kali.

2. Melakukan pengompresan

a. Kompres kedua payudara dengan waslap

hangat selama 2 menit, kemudian ganti

dengan kompres waslap dingin selama 1

menit. Kompres bergantian selama 2x

berturut-turut.

B. Standar Oprasional Prosedur perawatan vulva hygiene pada ibu nifas

(http://slideshare.net/mobile/istiqomahae/sop-vulva-hygiene)

Standa Oprasional Vulva Hygiene

Prosedur (SOP)

Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga


Pengertian
kebersihanya

1. Untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva,


Tujuan
perineum, maupun uterus

2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada

perineum

3. Untuk kebersihan perineum dan vulva

4. Memberikan rasa nyaman pasien

51
Dilakukan pada ibu nifas/setelah melahirkan
Kebijakan

Perawat
Petugas

1. Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air


Peralatan
hangat)

2. Kapas

3. Handuk besar 2 buah

4. Peniti : 2 buah

5. Air hangat dan dingin dalam baskom

6. Waslap 2 buah

7. Bengkok

A. Tahap pra interaksi


Prosedur
1. Melakukan verifikasi program pengobatan lain
pelaksanaan
2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap oreintasi

1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa

nama pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

pada klien/ keluarga

3. Menanyakan persetujuan dan kesediaan klien

52
sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap kerja

1. Memasang sampiran/menjaga privasi

2. Memasang selimut mandi

3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent

4. Memasang alas dan perlak di bawah pantat

5. Gurita di buka, celana dan pembalut di lepas

bersama dengan pemasangan pispot, sambil

memperhatikan lokhia. Celana dan pembalut

di masukkan dalam plastik yang berbeda

6. Pasien di suru BAB/BAK

7. Perawat memakai sarung tangan kiri

8. Menguyur vulva dengan air hangat

9. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien

10. Memakai sarung tangan kanan, kemudian

mengambil kapas basah. Membuka vulva

dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri

11. Membersihkan vulva mulai dari albia mayora

kiri, labia mayora kanan, labia minora kiri,

labia minora kanan, vestibulum, perineum dari

arah atas ke bawah dengan kapas basah (1

53
kapas, 1 kali usap)

12. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan

perhatikan apakah lepas/longgar,

bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan

dengan kasha basa

13. Menutup luka dengan kasa yang telah di olesi

salep/betadin

14. Memasang celana dalam dan pembalut

15. Mengambil alas, perlak dan bengkok

16. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi

dan merapikan selimut pasien

C. Perawatan luka perineum pada ibu nifas

(http://academia.edu/STANDAR_OPRSIONAL_PROSEDUR_SOP_7_PER

AWATAN_PERINEUM_POST_PARTUM)

Standar Oprasional Perawatan luka perineum

Prosedur

1. Kasa atau kapas steril, air sabun, perlak, pinset,


Persiapan alat
bengkok

2. Handscoon, betadin, kateter logam, bed pan,

54
botol berisi air hangat, korentang, selimut,

pembalut dan celana dalam ibu yang bersih

A. Tahap pre onteraksi


Pelaksanaan
1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis

klien

2. Siapkan alat-alat dan privasi ruangan

3. Cuci tangan

B. Tahap orientasi

1. Berikan salam, panggil nama pasien

2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada

pasien/keluarga

C. Tahap kerja

1. Beri pasien kesempatan bertanya sebelum

kegiatan di lakukan

2. Kemudian anjurka pasien untuk melepaskan

pakian dalamnya

3. Sebelum melakukan tindakan palpasi perut

ibu untuk mengetahui apakah kandung

kemihnya penuh atau tidak

4. Jika kandung kemih terabah penuh, lakukan

55
kateterisasi dengan kateter logam

5. Persiapka ibu untuk berbaring di tempat tidur

dengan satu bantal di bagian kepala, dan lutut

di tekuk (posisi litotomi)

6. Bersihkan area perineum, ambil kasa steril

dengan pinset, masukkan kedalam larutan

steril/air sabun

7. usapkan kasa/kapas stril tersebut dari arah

perineum depan ke belakang

8. lakukan hal tersebut hingga daerah perineum

tampak bersih

9. lakukan perawatan dengan betadin pada luka

episiotomi

10. Amati ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi

di sekitar area tersebut.

56
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. Marilyn. 2012. Rencana Perawatan Edisi 2. Jakarta: EGC

Nugroho T, Nurrezki, Wanaliza D, & Wilis. 2014. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan

& Masa Nifas Edisi Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila. 2014 . Buku Ajar : Keperawatn Maternitas Edisi Pertama. Bengkulu : Nuha

Medika

Sukarni I. K & Margareth ZH. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Edisi

Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika

Susilawaty A. 2012. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta :

ANDI

http://digilib.unila.ac.id/20690/14/BAB%20I.pdf (diambil pada 1 mei 2017)

http://slideshare.net/mobile/istiqomahae/sop-vulva-hygiene (diambil pada selasa 16

mei 2017)

http://academia.edu/STANDAR_OPRSIONAL_PROSEDUR_SOP_7_PERAWATA

N_PERINEUM_POST_PARTUM (diambil pada selasa 6 mei 2017)

https://dinkessulut.wordpress.com/page/9/ (diambil pada rabu 17 mei 2017)

https://jayasaputram.files.wordpress.com/2016/03/format-asuhan-keperawatan-

maternitas.pdf (diambil pada 4 mei 2017)

http://www.gambar.organwanita/.com (diambil pada jum’at 28 april 2017)

57
58

Anda mungkin juga menyukai