Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan makalah biokimia ini dengan baik.
Dalam kesempatan kali ini penulis berterimakasih kepada :
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Biokimia Protein - Lemak.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurna meskipun demikian
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Kesimpulan .......................................................................................... 13
2. Saran ..................................................................................................... 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan bagian terbesar tubuh
setelah air. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler adalah protein. Di samping itu asam amino yang membentuk
protein bertindak sebagai prekusor sebagian besar koenzim, hormon, asam
nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan (Almatsier, 2001).
Protein merupakan polimer asam L-α-amino. Suatu asam amino adalah
senyawa yang mengandung gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam α-
amino, kedua gugus ini terikat dengan atom H dan berbagai pengganti, dinamakan
gugus R atau rantai samping. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom
C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus
atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino
lainnya (Colby, 1992).
Protein tersusun atas asam-asam amino. Asam amino beratus-ratus
jumlahnya, namun hanya beberapa yang diketahui ikut membangun protein.
Diantara berabagai asam amino yang terhidrolisis terdapat 20 macam, yang dibagi
menurut gugus R-nya yaitu ada 4 macam: asam amino nonpolar (gugus R-nya
hidrofobik) diantaranya alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin, fenilalanin,
triptofan, metionin; asam amino polar tanpa muatan pada gugus R diantaranya
glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, aspargin, glutamin; asam amino bermuatan
positif pada gugus R diantaranya lisin, arginin, dan histidin; asam amino
bermuatan negatif pada gugus R diantaranya asam aspartat, asam glutamat, lisin,
arginin, histidin (Girindra, 1993).
Sejumlah asam amino sangat diperlukan dalam pembentukan protein
jaringan hal ini sangat tergantung pada macam asam amino sesuai jaringan yang
akan dibentuk. Asam amino dibedakan menjadi 3 macam yaitu asam amino
esensial, asam amino semi esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial merupakan asam-asam amino yang sangat diperlukan sekali dalam tubuh,
3
keberadaannya dalam tubuh tidak dapat dihasilkan sendiri, asam amino esensial
merupakan bentuk jadi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi. Asam amino
semi esensial merupakan asam amino yan dapat menjamin proses kehidupan
jaringan orang dewasa, sedangkan bagi pertumbuhan anak dapat dikatakan tidak
mencukupi. Adapun asam amino non esensial adalah asam-asam amino yang
dapat disintesa tubuh sepanjang bahan dasar memenuhi bagi pertumbuhannya (
Kartasapoetra dkk, 2005).
Protein berperan penting dalam pembangunan pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh dan sebagai
pemberi tenaga. Selain itu protein mempunyai banyak fungsi diantaranya adalah
pembentukan esensial-esensial tubuh, memelihara netralitas tubuh, pembentukan
antibodi, dan mengangkut zat gizi.
Angka kecukupan protein harian setiap golongan umur dan keadaan berbeda-
beda. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah “ konsumsi
yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan
produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau
menyusui” (Almatsier, 2001).
Kekurangan konsumsi protein dapat menyebabkan beberapa gangguan gizi
dan metabolisme tubuh. Kekurangan protein dapat menyebabkan kwashiorkor,
KEP ( kekurangan energi protein), dan busung lapar. Selain itu proses
pertumbuhan janin pada ibu hamil juga akan terganggu dan kadar gizi ASI yang
diproduksi untuk ibu menyusui memiliki kandungan zat gizi protein yang kurang.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
“For developing countries, the highest nutritional priority is related to deficit food
intake that affected nutritional deficiencies such as protein energy malnutrition,
anemia, iodine deficiency disorders, vitamin A deficiency and other
micronutrients. On the other hand, excessive and unbalanced intakes of food
associated with changes in lifestyle are now becoming nutritional issues related to
increasing number of overweight and obesity” (Atmarita, 2005).
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
Ciri-ciri anak terkena kwashiorkor adalah 1) Edema umumnya seluruh
tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis),wajah membulat dan sembab,
pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti rambut jagung mudah
dicabut tanpa rasa sakit. 2) Perubahan status mental , apatis dan rewel. 3) Otot
mengecil, atrofi, lebih nyata jika diperiksa dalam posisi duduk, terdapat kelainan
kulit, bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kemerahan dan mengelupas.4) Sering disertai penyakit infeksi (terutama akut),
anemia dan diare.
Ciri-ciri klinis marasmus :1). Anak kurus, tinggal terbungkus kulit, 2).
Wajah seperti orang tua, 2). Cengeng rewel, 3). Lapisan lemak bawah kulit sangat
sedikit => kulit mudah diangkat, kulit terlihat longgar, kulit paha berkeriput, 4).
Otot menyusut (wasted), lembek, 5). Tulang rusuk tampak terihat jelas, 6).
Terlihat tulang belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy
pant), 7). Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar
dan dalam, 8). Tekanan darah, detak jantung pernafasan berkurang.
8
alokasi waktu untuk keluarga, dll. Dalam hal ini peranan wanita atau ibu sangat
penting. Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk
pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI, meskipun hal tersebut belum tentu
berpengaruh negatif pada keadaan gizi bayi.
Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor yang menentukan
konsumsi makan keluarga. Disamping itu konsumsi makan keluarga juga
dipengaruhi oleh harga pangan dan harga bukan pangan. Rumahtangga
berpendapatan rendah 60-80% dari pendapatannya dibelanjakan untuk makan.
Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan riil rumah
tangga, sedangkan pendapatan riil rumahtangga disamping ditentukan oleh tingkat
harga juga oleh jumlah pendapatan nominal, sementara tingkat barga relatif.
Tentang penyebab KEP Timbulnya malnutrisi pada balita tidak lepas dari
pengetahuan ibu tentang baik dari segi kebiasaan pola makan, kebersihan,
kualitas dan kuantitas yang akan mempengaruhi gizi balitanya, bila ibu
memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi bagi balita tentunya akan
berdampak langsung bagi asupannutrisi balitanya. Pengetahuan tentang gizi
tidak harus didapat dari kegiatan-kegiatan formal atau pendidikan khusus,
hanya dengan kreatifitas dan inisiatif dari ibu informasi mengenai
pengetahuan tentang gizi dengan mudah dapat diperoleh.
9
Pada usia ini balita juga mulai lebih banyak bersosialisasi dengan
lingkungan. Pekerjaan ibu yang banyak memakan waktu sedikit banyak
berpengaruh pada komunikasi diantara keduanya. Ibu dengan tingkat
kesibukan diluar rumah yang tinggi dapat mengurangi pengawasan terhadap
balitanya karena seringkali dititipkan kepada sanak saudara yang lain atau
tetangga yang tidak menjamin apakah balitanya tersebut diasuh dengan
baik. Hal itu dapat menyebabkan asupan nutrisi yang diterima oleh balita
kurang sehingga balita jatuh dalam keadaan gizi kurang atau gizi buruk.
2. Asupan Nutrisi
a. Pemberian ASI
Makanan utama balita umur 0 – 6 bulan hanyalah ASI karena dari segi
fungsi organ pencernaan balita belum bisa menerima secara sempurna
makanan yang lain selain ASI. Disamping itu ASI juga mengandung
imunoglobulin alami dari ibu yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh
balita. Apabila balita sudah mendapatkan makanan selain ASI misalnya
pisang, nasi tim, dapat menyebabkan kebosanan pada balita tersebut
sehingga pada umur-umur selanjutnya balita akan cenderung malas makan.
b. Pemberian PASI
10
manusia dapat menyebabkan gangguan gizi. Frekwensi pemberian dan
banyaknya jumlah asupan nutrisi yang diberikan sangat menentukan
keadaan gizi balita
3. Pelayanan Kesehatan
a. Pelayanan posyandu
Balita merupakan sasaran posyandu yang cukup penting, oleh karena balita
merupakan proporsi yang cukup besar dari komposisi penduduk Indonesia,
sehingga analisis tentang faktor-faktor yang mendorong balita berkunjung
ke posyandu perlu dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
karateristik balita yang berkunjung ke posyandu, faktor apa yang
mempengaruhi balita berkunjung ke posyandu dan faktor yang paling
berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu.
b. Imunisasi
c. Pemberian vitamin A
Selain dari beberapa kasus tersebut, kelainan metabolisme protein juga sangat
berpengaruh terhadap gangguan defisiensi protein.
Marasmus merupakan istilah yang digunakan bagi gejala yang timbul apabila
anak kekurangan energi kalori dan protein. Berat badan lebih banyak terpengaruh
11
daripada ukuran lingkar kepala, kerangka, panjang dan lingkar dada. Pada
marasmus tidak ada oedem, tetapi kadang-kadang terjadi perubahan kulit, rambut
dan pembengkakan pada hati. Marasmus sering disertai dengan defisiensi vitamin,
terutama vitamin D dan vitamin A.
Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih. Pada
gejala ini terdapat oedem di bagian perut, kaki, dan tangan, yang merupakan ciri
khas kwashiorkor dan adanya oedem erat berkaitan dengan albumindalam serum.
12
merujuk pada reaksi kimia yang menyebabkan gugus karboksil (-COOH) terlepas
dari senyawa semula menjadi karbon dioksida (CO2).
Deaminasi Oksidatif ialah proses pemisahan gugus amino dari suatu asam
amino.Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam
glutamat. Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat
mengalami proses deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat
dehidrogenase sebagai katalis. Asam glutamat + NAD + a ketoglutarat + NH4+ +
NADH + H+. Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam
bentuk NH4+. Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan
NADP+ sebagai aseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil
akhir proses transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang
penting dalam metabolisme asam amino oksidase dan D-asam oksidase. Itulah
tahap dalam proses metabolisme protein.
13
E. Penangulangan Defisiensi Protein
1. Jangka Pendek
2. Jangka Menengah
a. Revitalisasi Posyandu
b. Revitalisasi Puskesmas
3. Jangka Panjang
14
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kekurangan protein banyak terjadi pada masyarakat pada tingkat sosial ekonomi
yang rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan
kwashoirkor. Selain itu kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan
dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang disebut marasmus.
Gabungan dari marasamus dan kwashiorkor dinamakan dengan KEP/KKP (
Kuarang Energi Protein/Kurang Kalori Protein). Selain itu terdapat busung lapar,
disebut juga dengan hunger oedem (HO), yang merupakan bentuk kurang gizi
berat yang menimpa daerah terpencil/minus, yaitu daerah yang miskin, tandus
yang timbul secara periodik pada masa paceklik, bencana alam, kemarau panjang
serta serangan hama tanaman.
15
G. Cara Pengobatan
1. Penanganan Hipoglikemi
2. Penanganan Hipotermi
3. Penanganan Dehidrasi
4. Koreksi Gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan Infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar (Catch Up Growth)
8. Koreksi defesiensi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18