Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan makalah biokimia ini dengan baik.
Dalam kesempatan kali ini penulis berterimakasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Biokimia, ibu Desi Purwaningsih


2. Orang tua kami yang telah memberi dukungan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua teman yang telah memberi dukungan kepada kami dalam
menyelsaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Biokimia Protein - Lemak.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurna meskipun demikian
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ..................................................................................... 3


2. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Penyakit .................................................................................. 5

BAB III PEMBAHASAN

1. Pengertian Busung Lapar ..................................................................... 6


2. Jenis Busung Lapar .............................................................................. 6
3. Patologi Busung Lapar ......................................................................... 6
4. Etiologi Busung Lapar ......................................................................... 7

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .......................................................................................... 13
2. Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan bagian terbesar tubuh
setelah air. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler adalah protein. Di samping itu asam amino yang membentuk
protein bertindak sebagai prekusor sebagian besar koenzim, hormon, asam
nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan (Almatsier, 2001).
Protein merupakan polimer asam L-α-amino. Suatu asam amino adalah
senyawa yang mengandung gugus amino dan gugus karboksil. Pada asam α-
amino, kedua gugus ini terikat dengan atom H dan berbagai pengganti, dinamakan
gugus R atau rantai samping. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom
C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus
atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino
lainnya (Colby, 1992).
Protein tersusun atas asam-asam amino. Asam amino beratus-ratus
jumlahnya, namun hanya beberapa yang diketahui ikut membangun protein.
Diantara berabagai asam amino yang terhidrolisis terdapat 20 macam, yang dibagi
menurut gugus R-nya yaitu ada 4 macam: asam amino nonpolar (gugus R-nya
hidrofobik) diantaranya alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin, fenilalanin,
triptofan, metionin; asam amino polar tanpa muatan pada gugus R diantaranya
glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, aspargin, glutamin; asam amino bermuatan
positif pada gugus R diantaranya lisin, arginin, dan histidin; asam amino
bermuatan negatif pada gugus R diantaranya asam aspartat, asam glutamat, lisin,
arginin, histidin (Girindra, 1993).
Sejumlah asam amino sangat diperlukan dalam pembentukan protein
jaringan hal ini sangat tergantung pada macam asam amino sesuai jaringan yang
akan dibentuk. Asam amino dibedakan menjadi 3 macam yaitu asam amino
esensial, asam amino semi esensial dan asam amino non esensial. Asam amino
esensial merupakan asam-asam amino yang sangat diperlukan sekali dalam tubuh,

3
keberadaannya dalam tubuh tidak dapat dihasilkan sendiri, asam amino esensial
merupakan bentuk jadi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi. Asam amino
semi esensial merupakan asam amino yan dapat menjamin proses kehidupan
jaringan orang dewasa, sedangkan bagi pertumbuhan anak dapat dikatakan tidak
mencukupi. Adapun asam amino non esensial adalah asam-asam amino yang
dapat disintesa tubuh sepanjang bahan dasar memenuhi bagi pertumbuhannya (
Kartasapoetra dkk, 2005).
Protein berperan penting dalam pembangunan pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh dan sebagai
pemberi tenaga. Selain itu protein mempunyai banyak fungsi diantaranya adalah
pembentukan esensial-esensial tubuh, memelihara netralitas tubuh, pembentukan
antibodi, dan mengangkut zat gizi.
Angka kecukupan protein harian setiap golongan umur dan keadaan berbeda-
beda. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah “ konsumsi
yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan
produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau
menyusui” (Almatsier, 2001).
Kekurangan konsumsi protein dapat menyebabkan beberapa gangguan gizi
dan metabolisme tubuh. Kekurangan protein dapat menyebabkan kwashiorkor,
KEP ( kekurangan energi protein), dan busung lapar. Selain itu proses
pertumbuhan janin pada ibu hamil juga akan terganggu dan kadar gizi ASI yang
diproduksi untuk ibu menyusui memiliki kandungan zat gizi protein yang kurang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penyebab dari busung lapar?


2. Bagaimana ciri patologi dari busung lapar?
3. Bagaimana korelasi busung lapar dengan protein?
4. Bagaimana cara pengobatan pada penderita busung lapar?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dari kekurangan dan kelebihan protein,


penyebab-penyebabnya serta mengetahui bagaimana cara
pengobatannya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

“For developing countries, the highest nutritional priority is related to deficit food
intake that affected nutritional deficiencies such as protein energy malnutrition,
anemia, iodine deficiency disorders, vitamin A deficiency and other
micronutrients. On the other hand, excessive and unbalanced intakes of food
associated with changes in lifestyle are now becoming nutritional issues related to
increasing number of overweight and obesity” (Atmarita, 2005).

Beberapa daerah di Indonesia masih rentan terhadap masalah nutrisi, seperti


malnutrisi protein, anemia, defisiensi protein, defisiensi vitamin A dan
mikronutrien lainnya. Hal ini dipengaruhi olelh kurangnya pengetahuan mengenai
pentingnya kebutuhan nutrisi bagi tubuh, kesadaran terhadap makanan yang
mengandung sarat gizi serta gaya hidup yang salah. Gaya hidup yang salah seperti
terlalu sering makan-makanan yang hanya mengandung lemak, karbohidrat dan
kadar glukosa yang tinggi, seperti terkandung dalam junk food dapat mnyebabkan
kelebihan berat badan dan obesitas. Serta konsumsi nutrisi yang tidak seimbang
selain dapat menyebabkan obesitas dan kelebihan berat badan juga mengakibatkan
masalah nutrisi lain seperti kwashiorkor, marasmus dan marasmus-kwashiorkor,
hal ini juga dipengaruhi sosial ekonomi, pendidikan, kurang keterampilan dan
infeksi. Obesitas juga disebabkan karena konsumsi makanan yang mengandung
kadar protein tinggi. Makanan yang mengandung kadar protein tinggi biasanya
tinggi pula kadar lemaknya.

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Busung Lapar


Busung lapar atau Honger Oedema adalah kondisi kurang gizi tingkat
berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam asupan
makanan sehari-hari dalam waktu yang lama secara berturut-turut hingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Pada busung lapar terjadi penimbunan
cairan dirongga perut yang menyebabkan perut menjadi busung (oleh karenanya
disebut Busung Lapar).

B. Jenis Busung Lapar


1. Kwashiorkor
Suatu keadaan dimana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar,
selain itu penderita kekurang kalori. Jenis penyakit ini sering dijumpai
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan
rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Anak dengan
kwashiorkor akan lebih mudah terkena infeksi dikarenakan lemahnnya
sistem imun.
2. Marasmus
Bentuk mal nutrisi kalori protein yang terutama terjadi akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan dan mengurusnya lemak bawah, kulit dan otot. Marasmus
dapat terjadi pada segala umur akan tetapi sering dijumapi pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau
sering diserang diare.

C. Patologi Busung Lapar

Gejala dari kwashiorkor yang spesifik adalah adanya oedem, ditambah


dengan adanya gangguan pertumbuhan serta terjadinya perubahan-perubahan
psikomotorik.

7
Ciri-ciri anak terkena kwashiorkor adalah 1) Edema umumnya seluruh
tubuh terutama pada kaki (dorsum pedis),wajah membulat dan sembab,
pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti rambut jagung mudah
dicabut tanpa rasa sakit. 2) Perubahan status mental , apatis dan rewel. 3) Otot
mengecil, atrofi, lebih nyata jika diperiksa dalam posisi duduk, terdapat kelainan
kulit, bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kemerahan dan mengelupas.4) Sering disertai penyakit infeksi (terutama akut),
anemia dan diare.
Ciri-ciri klinis marasmus :1). Anak kurus, tinggal terbungkus kulit, 2).
Wajah seperti orang tua, 2). Cengeng rewel, 3). Lapisan lemak bawah kulit sangat
sedikit => kulit mudah diangkat, kulit terlihat longgar, kulit paha berkeriput, 4).
Otot menyusut (wasted), lembek, 5). Tulang rusuk tampak terihat jelas, 6).
Terlihat tulang belakang lebih menonjol dan kulit di pantat berkeriput ( baggy
pant), 7). Ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol, mata besar
dan dalam, 8). Tekanan darah, detak jantung pernafasan berkurang.

D. Etiologi Busung Lapar

Penyakit akibat dari defsiensi protein seperti Kwashiorkor, marasmus dan


KEP mempunyai beberapa penyebab. Diantaranya adalah penyebab dari
lingkungan itu sendiri yaitu kecenderugan perubahan keadaan gizi masyarakat di
negara berkembang yang berbeda-beda dalam dasawarsa 1980-an. Derajat
kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya pelayanan kesehatan, air bersih, sanitasi,
dan pelayanan sosial lainnya. Memadai atau tidaknya pelayanan kesehatan
terutama bagi masyarakat miskin tergantung pada anggaran pemerintah yang
disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial lainnya. Dalam
keadaan ekonomi sulit, pemerintah cenderung mengadakan penghematan yang
tidak jarang mempengaruhi penyediaan anggaran untuk bidang sosial.
Konsumsi makan bagi seseorang yang rawan terhadap kekurangan girl
(balita, ibu hamil) dipengaruhi oleh pola konsumsi keluarga dan pola distribusi
makan antar anggota keluarga. Selanjutnya pola distribusi makan antar anggota
keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor penting yang diduga
ada kaitannya dengan kebijaksanaan ekonomi makro adalah tingkat upah kerja,

8
alokasi waktu untuk keluarga, dll. Dalam hal ini peranan wanita atau ibu sangat
penting. Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk
pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI, meskipun hal tersebut belum tentu
berpengaruh negatif pada keadaan gizi bayi.
Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor yang menentukan
konsumsi makan keluarga. Disamping itu konsumsi makan keluarga juga
dipengaruhi oleh harga pangan dan harga bukan pangan. Rumahtangga
berpendapatan rendah 60-80% dari pendapatannya dibelanjakan untuk makan.
Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan riil rumah
tangga, sedangkan pendapatan riil rumahtangga disamping ditentukan oleh tingkat
harga juga oleh jumlah pendapatan nominal, sementara tingkat barga relatif.

Selain hal-hal tersebut diatas, yaitu :

1. Faktor Sosial Ekonomi

a. Tingkat pengetahuan ibu

Tentang penyebab KEP Timbulnya malnutrisi pada balita tidak lepas dari
pengetahuan ibu tentang baik dari segi kebiasaan pola makan, kebersihan,
kualitas dan kuantitas yang akan mempengaruhi gizi balitanya, bila ibu
memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi bagi balita tentunya akan
berdampak langsung bagi asupannutrisi balitanya. Pengetahuan tentang gizi
tidak harus didapat dari kegiatan-kegiatan formal atau pendidikan khusus,
hanya dengan kreatifitas dan inisiatif dari ibu informasi mengenai
pengetahuan tentang gizi dengan mudah dapat diperoleh.

b. Tingkat pendidikan ibu

Hasil analisa data Susenas 1986 menunjukkan bahwa pendidikan orangtua


ternyata berhubungan negatif dengan prevalensi jurang gizi. Jadi mungkin
ada faktor lain yang menyebabkan anak dari orangtua dengan tingkat
pendidikan tamat SLTA menderita KEP bahkan sampai tingkat berat.

c. Jenis pekerjaan ibu dan pola asuh balita (Kristijono A, 2000)

9
Pada usia ini balita juga mulai lebih banyak bersosialisasi dengan
lingkungan. Pekerjaan ibu yang banyak memakan waktu sedikit banyak
berpengaruh pada komunikasi diantara keduanya. Ibu dengan tingkat
kesibukan diluar rumah yang tinggi dapat mengurangi pengawasan terhadap
balitanya karena seringkali dititipkan kepada sanak saudara yang lain atau
tetangga yang tidak menjamin apakah balitanya tersebut diasuh dengan
baik. Hal itu dapat menyebabkan asupan nutrisi yang diterima oleh balita
kurang sehingga balita jatuh dalam keadaan gizi kurang atau gizi buruk.

2. Asupan Nutrisi

a. Pemberian ASI

Makanan utama balita umur 0 – 6 bulan hanyalah ASI karena dari segi
fungsi organ pencernaan balita belum bisa menerima secara sempurna
makanan yang lain selain ASI. Disamping itu ASI juga mengandung
imunoglobulin alami dari ibu yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh
balita. Apabila balita sudah mendapatkan makanan selain ASI misalnya
pisang, nasi tim, dapat menyebabkan kebosanan pada balita tersebut
sehingga pada umur-umur selanjutnya balita akan cenderung malas makan.

b. Pemberian PASI

Pemberian PASI sesuai jadwal dapat menyebabkan asupan nutrisi balita


lebih baik karena pada umur lebih dari 6 bulan sistem pencernaan balita
sudah mulai sempurna fungsinya, penyerapan sari-sari makanan berjalan
dengan baik. Pemberian PASI diberikan secara bertahap sesuai dengan
umur balita.

c. Kualitas dan kuantitas asupan nutrisi

Pada umumnya malnutrisi yang terjadi pada anak-anak dapat merupakan


suatu kelanjutan dari suatu keadaan kurang gizi yang telah dimulai
semenjak bayi. Meskipun kebutuhan kalori telah dipenuhi akan tetapi
makanan yang diberikan tidak mengandung nutrien yang esensial bagi

10
manusia dapat menyebabkan gangguan gizi. Frekwensi pemberian dan
banyaknya jumlah asupan nutrisi yang diberikan sangat menentukan
keadaan gizi balita

3. Pelayanan Kesehatan

a. Pelayanan posyandu

Balita merupakan sasaran posyandu yang cukup penting, oleh karena balita
merupakan proporsi yang cukup besar dari komposisi penduduk Indonesia,
sehingga analisis tentang faktor-faktor yang mendorong balita berkunjung
ke posyandu perlu dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
karateristik balita yang berkunjung ke posyandu, faktor apa yang
mempengaruhi balita berkunjung ke posyandu dan faktor yang paling
berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu.

b. Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan


balita karena dengan imunisasi dapat dicegah penyakit-penyakit seperti
hepatitis, tuberkulosis, polio, dipteri, pertusis, tetanus dan campak.
Imunisasi harus dilakukan secara lengkap disesuaikan dengan umur balita.

c. Pemberian vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, oleh


karena itu pemerintah mengeluarkan program pemberian vitamin A secara
gratis setiap bulan tertentu. Vitamin A dapat digunakan sebagai pengobatan
pada kasus KEP berat dengan dosis yang ditentukan.

Selain dari beberapa kasus tersebut, kelainan metabolisme protein juga sangat
berpengaruh terhadap gangguan defisiensi protein.

Marasmus merupakan istilah yang digunakan bagi gejala yang timbul apabila
anak kekurangan energi kalori dan protein. Berat badan lebih banyak terpengaruh

11
daripada ukuran lingkar kepala, kerangka, panjang dan lingkar dada. Pada
marasmus tidak ada oedem, tetapi kadang-kadang terjadi perubahan kulit, rambut
dan pembengkakan pada hati. Marasmus sering disertai dengan defisiensi vitamin,
terutama vitamin D dan vitamin A.

Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup atau lebih. Pada
gejala ini terdapat oedem di bagian perut, kaki, dan tangan, yang merupakan ciri
khas kwashiorkor dan adanya oedem erat berkaitan dengan albumindalam serum.

Akibat kelebihan protein dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein dapat


menimbulkan masalah lain terutama pada bayi. Kelebihan asam amino
memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan
kelebihan nitrogen. Kelebihan protein dapat menimbulkan asidosis, diare,
dehidrasi, kenaikan amonia dalam darah, demam dan kenaikan ureum dalam
darah.

Proses dalam metabolisme protein:


1. Proses dekarboksilasi (Decarboxylation Process): Memisahkan gugusan
karboksil dari asam amino, sehingga terjadi ikatan baru yang merupakan zat
antara yang masih mengandung N.
2. Proses transaminasi (Transamination Process): Pemindahan gugusan asam
amino (NH2) dari suatu asam amino ke ikatan lain yang biasanya asam keton
sehingga terjadi asam amino.
3. Proses deaminasi (Deamination Process): Memisahkan gugusan amino (NH2)
dari suatu asam amino. Biasanya diikuti produksi asam alfa keto yang bila
dioksidasi sempurna menjadi CO2+H2O atau disintesa menjadi aseto asetat
mengikuti metabolisme asam lemak.

Dekarboksilasi oksidatif merupakan suatu tahapan proses katabolisme (reaksi


pemecahan / pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi
tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah) yang
merupakan lanjutan dari proses glikolisis (proses pengubahan molekul sumber
energi, yaitu glukosa yang mempunyai 6 atom C manjadi senyawa yang lebih
sederhana, yaitu asam piruvat yang mempunyai 3 atom C). Dekarboksilasi

12
merujuk pada reaksi kimia yang menyebabkan gugus karboksil (-COOH) terlepas
dari senyawa semula menjadi karbon dioksida (CO2).

Transaminasi ialah proses katabolisme asam amino yang melibatkan pemindahan


gugus amino dari satu asam amino ke asam amino lain. Dalam reaksi transaminasi
ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada salah satu dari tiga
senyawa keto, yaitu asam piruvat, a ketoglutarat atau oksaloasetat, sehingga
senyawa keto ini diubah menjadi asam amino, sedangkan asam amino semula
diubah menjadi asam keto. Ada dua enzim penting dalam reaksi transaminasi
yaitu alanin transaminase dan glutamat transaminase yang bekerja sebagai katalis
dalam suatu reaksi. Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang hilang, karena
gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto. Alanin
transaminase merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap asam
piruvat-alanin. Glutamat transaminase merupakan enzim yang mempunyai
kekhasan terhadap glutamat-ketoglutarat sebagai satu pasang substrak .Reaksi
transaminasi terjadi didalam mitokondria maupun dalam cairan sitoplasma.
Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat sebagai
koenzim. Telah diterangkan bahwa piridoksalfosfat tidak hanya merupakan
koenzim pada reaksi transaminasi, tetapi juga pada reaksi-reaksi metabolisme
yang lain.

Deaminasi Oksidatif ialah proses pemisahan gugus amino dari suatu asam
amino.Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam
glutamat. Dalam beberapa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat
mengalami proses deaminasi oksidatif yang menggunakan glutamat
dehidrogenase sebagai katalis. Asam glutamat + NAD + a ketoglutarat + NH4+ +
NADH + H+. Dalam proses ini asam glutamat melepaskan gugus amino dalam
bentuk NH4+. Selain NAD+ glutamat dehidrogenase dapat pula menggunakan
NADP+ sebagai aseptor elektron. Oleh karena asam glutamat merupakan hasil
akhir proses transaminasi, maka glutamat dehidrogenase merupakan enzim yang
penting dalam metabolisme asam amino oksidase dan D-asam oksidase. Itulah
tahap dalam proses metabolisme protein.

13
E. Penangulangan Defisiensi Protein

Berdasarkan kenyataan yang ada, untuk menurunkan angka kejadian kwashiorkor,


marasmus serta KEP, maka kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan khususnya bagi balita dapat menjadi sasaran dalam
penanganannya. Pemberian informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat melalui penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan.

1. Jangka Pendek

Meningkatkan kinerja Posyandu dan kreativitas kader-kadernya guna menjaring


balita dalam rangka meningkatkan kunjungan ke posyandu,

seperti misalnya dengan : a. Membuat kitir undangan Posyandu; b. Mengadakan


panggung boneka; c. Mengadakan lomba balita sehat.

Mengadakan pembinaan terhadap masyarakat tentang pemanfaatan lahan


pekarangan untuk memeliharaan hewan ternak seperti ayam, bebek, lele, ikan, dll,
serta menanam sayur mayur, yang nantinya dapat dikonsumsi balita. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas
Peternakan, Dinas Pertanian dan Dinas Perikanan. Selain itu, pembinaan kepada
ibu-ibu PKK, khususnya bagi ibu-ibu berbalita tentang cara mengolah bahan
makanan atau membuat makanan bagi balita yang mudah dam murah tetapi
memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, termasuk pembuatan makanan tambahan
bagi balita.

2. Jangka Menengah

a. Revitalisasi Posyandu

b. Revitalisasi Puskesmas

c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan pangan dan Gizi

3. Jangka Panjang

14
a. Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

b.Kegiatan sosial dengan program penanggulangan kemiskinan dan ketahanan


pangan.

F. Korelasi Busung Lapar dengan Protein

Kekurangan protein banyak terjadi pada masyarakat pada tingkat sosial ekonomi
yang rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan
kwashoirkor. Selain itu kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan
dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang disebut marasmus.
Gabungan dari marasamus dan kwashiorkor dinamakan dengan KEP/KKP (
Kuarang Energi Protein/Kurang Kalori Protein). Selain itu terdapat busung lapar,
disebut juga dengan hunger oedem (HO), yang merupakan bentuk kurang gizi
berat yang menimpa daerah terpencil/minus, yaitu daerah yang miskin, tandus
yang timbul secara periodik pada masa paceklik, bencana alam, kemarau panjang
serta serangan hama tanaman.

Kekurangan konsumsi protein pada anak-anak kecil dapat menyebabkan


terganggunya pertumbuhan badan si anak. Pada orang dewasa kekurangan protein
mempunyai gejala yang kurang spesifik, kecuali pada keadaan yang telah sangat
parah seperti busung lapar. Kwashiorkor adalah istilah yang pertama kali
digunakan Cecily Williams bagi gejala yang sangat ekstrem yang diderita oleh
bayi dan anak-anak kecil akibat kekurangan konsumsi protein yang parah,
meskipun konsumsi energi atau kalori telah mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor
terutama diderita oleh bayi dan anak kecil pada usia enam bulan sampai tiga
tahun. Usia dua tahun merupakan usia yang sangat rawan. Hal ini disebabkan
pada usia ini merupakan masa peralihan dari ASI (air susu ibu) ke PASI
(pengganti air susu ibu) atau ke makanan sapihan. Makanan sapihan pada
umumnya mengandung karbohidrat dalam jumlah yang besar, tetapi sangat sedikit
kandungan proteinnya atau sangat rendah mutu proteinnya. Padahal justru pada
usia tersebut protein sedang sangat diperlukan bagi pertumbuhan badan anak.

15
G. Cara Pengobatan

Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan


kegawatan) :

1. Penanganan Hipoglikemi
2. Penanganan Hipotermi
3. Penanganan Dehidrasi
4. Koreksi Gangguan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan Infeksi
6. Pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh kejar (Catch Up Growth)
8. Koreksi defesiensi mikro
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada


metabolisme tubuh, diantaranya kwashiorkor, marasmus, KEP, dan
busung lapar
2. Mengkonsumsi bahan makanan yang banyak mengandung protein,
biasanya banyak pula kandungan lemaknya. Sehingga kelebihan
konsumsi protein dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas

SARAN

1. Untuk menanggulangi terjadinya defisiensi protein, maka


dilakukan beberapa program, yaitu program jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang yang semuanya melibatkan
posyandu atau saran kesehatan yang ada di daerah tersebut maupun
dari pemerintah
2. Pengetahuan ibu dalam merawat buah hati dan mencukupi semua
nutrisi yang diperlukan adalah sangat penting, oleh karena itu
untuk memberi pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan zat
gizi terhadap anaknya perlu diadakan sosialisasi, dan memberikan
bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk memenuhi
kebutuhan gizi harian anak baik secara materi maupun
pengetahuan

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai