Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

Disusun Oleh:

Nama : Adia Anggita

Ananda Lidya

Reffy Diani N

Winarti Ismiasih

Prodi : S1 Keperawatan 4B

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten

Jl. Rawa Buntu No.10 BSD City Serpong

Tangerang Selatan

2021
1
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena hanya berkat rahmat dan karunia-Nya, dan maha suci Engkau yang telah memberi
kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan
Anak 2” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun kita dari jalan yang penuh kegelapan ke jalan yang penuh dengan
cahaya yaitu Agama Islam.

Walupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, penulis sebagai manusia


biasa yang tak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, sangat mengharapkan bimbingan dan
kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat menyempurnakan segala kesalahan
dan kekurangan dari makalah ini.

Hanya untaian do’a yang dapat kami panjatkan semoga amal baiknya di terima oleh
Allah SWT. Dan menjadi amal saleh yang senantiasa mengalir keharibaan penguasa alam
semesta.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang mampu membangkitkan jiwa kami, sangat diharapkan.
Mudah-mudahan skripsi ini mamapu memberi manfaat serta menunjang ilmu pengetahuan
bagi penullis khususnya dan bagi para generasi yang akan datang. Serta senantiasa mendapat
ridho-Nya. Amin.

Tangerang Selatan, 17-03-2021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Tujuan Penelitian....................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
A. Post Operatif............................................................................................................................5
 Pengertian................................................................................................................................5
 Ruang Lingkup Keperawatan Post Operatif.........................................................................5
 Komplikasi Post Operasi.........................................................................................................6
 Tahapan Pasca Operatif..........................................................................................................6
 Panduan Pendidikan Kesehatan Pasien dan Keluarga dalam Hal Persiapan Sebelum
Operasi pada Saat Sesudah Operasi..................................................................................................6
 Intervensi Keperawatan Pasca Operatif................................................................................7
B. General Anesthesia..................................................................................................................8
 Pengertian................................................................................................................................8
 Jenis – Jenis Anesthesia...........................................................................................................9
 Tahapan Anesthesia.................................................................................................................9
 Pasien yang memerlukan anestesia umum..........................................................................10
C. Asuhan Keperawatan Post Operasi......................................................................................10
 Pengkajian..............................................................................................................................10
 Diagnose Keperawatan..........................................................................................................12
 Perencanaan...........................................................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................................17
PENUTUP......................................................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien
adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan
karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi
yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila
tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan
yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ,
terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang
komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan
benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas.

Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai


saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
(Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang sering timbul akibat dari tindakan operasi
yaitu nyeri (Muttaqin, 2008), dan menurut Nanda,2015 selain nyeri, masalah yang
sering muncul pada klien post operasi adalah resiko infeksi, cemas dengan status
kesehatan terkini dan kurang pengetahuan. Nyeri ada dua macam yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis, nyeri yang sering terjadi pada post operasi adalah nyeri akut (Potter &
Perry, 2006). Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan, nyeri akut muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan
secara mendadak dari intensitas ringan sampai berat dan lokasi nyeri dapat
diidentifikasi. Selain itu nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori dan
emosional yang muncul akibat kerusakan jaringan dengan gejala yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi (NANDA, 2015).

B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan post operasi

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Post Operatif
 Pengertian
Tahap pasca operatif dimulai dengan memindahkan pasien dari kamar bedah
ke unit pasca operasi dan berakhir dengan pulangnya pasien. Fokus intervensi
keperawataan pada tahap pascaoperatif adalah memulihkan fungsi pasien
seoptimal dan secepat mungkin (Baradero dkk, 2009).
Tahap post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan dan berakhir
sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah (Maryunani Anik,
2014).

Proses keperawatan pasca operatif pada praktiknya akan dilaksanakan secara


berkelanjutan baik di ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat inap
bedah. Fase pascaoperatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah masuk di
ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa keruang
rawat inap. Ruang pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan pasca anastesi
(PACU) merupakan suatu ruangan untuk pemulihan psiologis pasien
pascaoperatif. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Pasien
yang masih di bawah pengaruh anestesi atau yang pulih dari anastesi di tempatkan
di unit ini untuk ke mudahan akses ke :

1). Perawat yang di siapkan dalam merawat pasien pascaoperatif segera.

2). Ahli anastesi dan ahli bedah.

3). Alat pemantau dan peralatan khusus, medikasi, dan penggantian cairan.
Dalam lingkungan ini,pasien di berikan perawatan spesialis yang di sediakan
oleh mereka yang sangat berkualifikasi untuk memberikannya

 Ruang Lingkup Keperawatan Post Operatif

5
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang
luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi
dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah (Maryunani Anik,
2014).
Dalam pengkajian intervensi pasien post operatif, Stadium ketiga dan terakhir
dari preoperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar, ruang PAR, atau
PACU. Selama periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR
( Post Anesthesia Recovery ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan.
Awal periode post operasi waktu yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan
fisik, type pembedahan, anesthesia dan komplikasi post operasi. Perawat sirkulasi,
anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien ke area
recovery Ahli bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien dengan perawat
PACU dan menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi
patologis, darah, cairan intra vena, pemberian obat, perkiraan kehilangan darah
dan beberapa trauma intubasi.
 Komplikasi Post Operasi
Menurut Majid 2011 mengatakan komplikasi post operasi adalah perdarahan
dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir
dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
 Tahapan Pasca Operatif
Tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode pemulihan
segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operatif. Untuk klien yang
menjalani bedah sehari, pemulihan normalnnya terjadi hanya dalam 1 sampai 2
jam. Dan penyembuhan dilakukan dirumah. Untuk klien yang dirawat dirumah
sakit, pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung
selama satu hari atau lebih bergantung pada luasnya pembedahan dan respons
klien (Potter and Perry, 2006).
 Panduan Pendidikan Kesehatan Pasien dan Keluarga dalam Hal Persiapan
Sebelum Operasi pada Saat Sesudah Operasi

6
Perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan jelaskan kepada
pasien tentang prosedur setelah operasi/ post-operasi:
a. Kondisi tersadar di ruang pemulihan
b. Tujuan dari pengkajian tanda-tanda vital yang sering dilakukan
c. Pengendalian nyeri dan tindakan-tindakan kenyamanan lainnya
d. Pentingnya untuk merubah posisi, batuk dan nafas dalam
(Maryunani Anik, 2014).
 Intervensi Keperawatan Pasca Operatif
Berikut merupakan intervensi keperawatan pasca operatif yang seharusnya
dilakukan oleh perawat yaitu:
a. Penyuluhan pasien/keluarga Sebagian besar penyuluhan eksehatan
pada tahap ini melanjutkan penyuluhan yang diberikan sebelum
pembedahan. Ada kemungkinan informasi yang telah diberikan
perlu dipertegas dengan mengulangnya dan mengklarifikasi bila
perlu. Perawat perlu menerangkan kepada pasien dan keluaganya
mengenai obat yang diteruskan dirumah, perawatan luka bedah,
tanda dan gejala komplikasi, pembatasan kegiatan dan tindak lanjut
asuhan.
b. Pemeliharaan fungsi pernapasan
1) Pemeliharaan kepatenan jalan napas Sekresi yang banyak
dalam saluran napas dapat menyebabkan obstruksi jalan
napas parsial atau total. Apabila sekresi mengumpul pada
saluran napas bawah karena imobilitas atau napas dangkal,
infeksi pulmonal bisa timbul. Untuk mencegah
penyumbatan dan infeksi saluran napas bawah, sekresi
harus dikeluarkan melalui latihan seperti batuk yang efektif,
bernapas dalam dan mobilisasi. Apabila intervensi tidak
berhasil, sekresi harus dikeluarkan melalui pengisapan.
2) Pemeliharaan pertukaran gas Pertukaran gas dapat
dipertahankan dengan pemberian oksigen, napas dalam,
batuk yang efektif, menguap, posisi tubuh yang membantu,
pemberian obat yang berefek pada anestesia.
c. Pemeliharaan sirkulasi

7
1) Pemeliharaan aliran balik vena Tromboflebitis pascaoperasi
dapat dicegah dengan intervensi keperawatan. Misalhnya
dengan tidak memberi tekanan pada daerah popliteal.
Apabila perlu menyokong kaki dengan bantal, perhatikan
agar tekanan merata pada seluruh bantal.
2) Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kebanyakan pasien pasca operasi menerima cairan
intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pemantauan yang ketat terhadap asupan dan
haluaran sangat penting untk mencegah kelebihan beban
cairan. Cairan per oral bisa dimulai apabila sudah ada
gerakan peristaltis (ada flatus) dan refleks muntah serta
batuk.
d. Pemeliharaan termoregulasi
Suhu tubuh dipantau tersu menerus. Termometer per aksila. Oral
dan rektal hanya bisa mengukur suhu kulit dan hasilnya tidak
seakurat suhu tubuh, yang diukur menggunakan termometer
timpanik (dalam telinga) atau temperatur esofagus.
e. Peningkatan kenyamanan
Penanganan nyeri yang efektif dimulai dengan hubungan saling
percaya antara perawat-pasien. Pasien diberi penjelasan mengenai
sifat nyeri dan pengertian cara mengevaluasi serta
mengomunikasikan nyeri yang dialaminya kepada perawatnya.
Analgesik menjadi lebih efektif apabila diberikan sebelum nyeri itu
memuncak atau semakin hebat.
f. Peningkatan eliminasi urin
Haluaran urin harus dipantau dengan ketat samapi fungsi normal
ginjal pulih. Berkemih pertama kali pasca operasi dapat dibantu
dengan intervensi keperawatan seperti membatu pasien ke kamar
kecil, menyiram perinium dengan air, memberi waktu dan privasi,
membuka kran agar pasien mendengar air yang mengalir. Apabila
tindakan ini tidak efektif, maka kateter folley dapat dipasang sesuai
program dokter (Baradero dkk, 2009).
B. General Anesthesia

8
 Pengertian
Istilah anestesia berasal dari kata yunani anaisthesis yang mempunyai
arti “tidak ada sensasi”. Pada awal abad ke-19, dokter bedah memakai alkohol
dan opium untuk mengurangi rasa nyeri dan membuat otot menjadi rileks
(Baradero dkk, 2009)
Anestesi diklasifikasikan atau dibagi menurut efeknya pada sensorium
pasien (sistem saraf pusat) dan persepsi nyeri. Anestesia umum dikatakan juga
sebagai pembiusan total, dengan tanda hilangnya kesadaran total. Anestesia
umum didefinisikan sebagai hilangnya sensasi disertai dengan hilangnya
kesadaran, relaksasi otot rangka, analgesia dan elimininasi respon somatik,
otonom dan endokrin (Maryunani Anik, 2014).
Anestesia umum adalah menghilangkan semua sensasi dan kesadaran.
Dibawah pengaruh anestesia umum, refleks proteksi seperti refleks batuk dan
gag hilang. Anestesia umum bekerja dengan memblok pusat kesadaran di otak
sehingga terjadi amnesia (kehilangan memori), analgesia (insesibilias terhadap
nyeri), hypnosis (tidur palsu), dan relaksasi (mengurangi ketegangan pada
beberapa bagian tubuh). (Kozier, 2011).
 Jenis – Jenis Anesthesia
Anestesia digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu anestesia
umum (general) dan anestesia lokal. Pada anestesia umum, pasien menjadi
tidak sadar dan tidak merasakan sensasi nyeri secara total, sedangkan pada
anestesi lokal, pasien tetap sadar dan tidak merasakan sensasi nyeri pada area
rubuh tertentu (Baradero dkk, 2009).
Anestesi umum biasanya diberikan melalui infusi intravena atau
dengan inhalasi gas melalui masker atau melalui selang endotrakea yang
dimasukkan ke dalam trakea. Anestesi umum memiliki keunggulan tertentu.
Karena tidak sadar, bukan sadar dan terjaga, fungsi pernapasan dan jantung
teratur. Selain itu anestesia dapat disesuaikan dengan lamanya operasi serta
usia dan fisik klien. Kerugian utama anestesia umum adalah mendepresi
fungsi pernapasan dan sirkulasi (Kozier, 2011).
Anestesi regional adalah pemutusan sementara transimisi impuls saraf
ke dan dari area atau bagian tubuh tertentu (Kozier, 2011). Anestesi regional
adalah anestesi lokal dengan menyuntikkan agens anestetik di sekitar saraf
sehingga area yang dipersarafi oleh saraf ini teranestesi. Pasien dalam anestesi

9
spinal atau lokal masih bangun dan sadar tentang sekelilingnya (Brunner and
Suddarth dalam Smeltzer and Bare, 2002).
 Tahapan Anesthesia
Tiga tahap anestesia umum (general) adalah fase induksi, fase
pemeliharaan (maintenance), dan fase emergensi. Fase induksi dimulai
dengan pemberian obat anestetik per intravena atau per inhalasi dengan
oksigen. Intubasi endotrakeal dilaksanakan pada tahap ini. Fase induksi
berakhir pada pemberian posisi pasien yang diinginkan dokter bedah,
selesainya persiapan kulit dan dokter memberi insisi. Pada fase maintenance,
ahli anestesi mempertahankan tingkat anestesia yang cocok dengan obat
anestesia inhalasi atau intravena. Pada tahap ini, ahli anestesi memperhatikan
apa yang dilaksanakan dokter bedah agar ia bisa mengantisipasi dan
menyesuaikan tingkat anestesia yang diperlukan oleh dokter bedah. Fase
emergensi, berawal ketika ahli anestesia mengurangi obat dan pasien mulai
sadar kembali. Pada saat ini, selang endotrakea juga dilepas dan biasanya
diganti dengan jalan napas oral. Komplikasi potensial pada tahap ini adalah
laringospasme, muntah, pernapasan lambat dan gerakan refleks yang tidak
terkendali.
 Pasien yang memerlukan anestesia umum
Anestesi umum biasanya merupakan teknik pilihan untuk pasienpasien
sebagai berikut:
a. Pasien-pasien yang mengalami prosedur pembedahan yang
memerlukan relakasasi otot rangka, berlangsung dalam periode
waktu yang lama, memerlukan posisi tertentu karena lokasi area
insisi atau memerlukan kontrol pernafasan.
b. Pasien-pasien yang sangat cemas
c. Pasien yang menolak atau mengalami kontraindikasi untuk teknik
anestesi lokal atau regional
d. Pasien yang tidak kooperatif karena status emosionalnya, kurang
matang/dewasa, intoksikasi, trauma kepala atau proses
patofisiologis yang tidak memungkinkannya untuk tetap imobilisasi
selama periode waktu yang lama (Maryunani Anik, 2014).
C. Asuhan Keperawatan Post Operasi
 Pengkajian

10
- Anamnesa
- Riwayat Kesehatan

Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat


Penyakit Keluarga. Bisa menggunakan PQRST yaitu :
1) P (Provokes) : Penyebab timbulnya nyeri.

2) Q (Quality) : Rasanya nyeri seperti ditekan, ditusuk atau


diremas- remas.
3) R (Region) : Lokasi nyeri berada di bagian tubuh mana.

4) S (Saverity) : Skala nyeri.

5) T (Time) : Nyeri dirasakan sering atau tidak.

- Pemeriksaan Fisik
Dalam pemfis ini menggunakan pengkajian 6 B yaitu :
1) B 1 : Breating (pernafasan)
Untuk mengukur pola nafas, bunyi nafas, bentuk dada simetris
atau tidak, ada atau tidak gerakan cuping hidung, ada atau
tidak sianosis
2) B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler/Sirkulasi)
Untuk mengetahui bunyi jantung, irama jantung, nadi dan
tekanan darah
3) B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik) Untuk mengukur nilai
GCS, Kesadaran.
4) B 4 : Bladder (Perkemihan)
Terpasang kateter urine atau tidak, urine (jumlah, warna), ada
atau tidak distensi kandung kemih.
5) B 5 : Bowel (Pencernaan)
Rongga mulut ada lesi atau tidak, adanya dehidrasi atau tidak.
Bising usus
6) B 6 : Bone (Muskuloskeletal)

11
Warna kulit, suhu, integritas kulit, adanya lesi atau decubitus
atau tidak.
- Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan radiografi
2) Urinalisa
3) Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urine
4) Terapi bedah
 Diagnose Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa
anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan,
drain dan drainage.
3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama
pembedahan.
4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi,
analgesi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
intra dan post operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi.
 Perencanaan
1. Gangguan Pertukaran Gas

INTERVENSI

Pemantauan Respirasi

Observasi :

- Monitor frekuensi, irama, kedalaman pernafasan


- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

12
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil X-ray toraks

Terapeutik : Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi


pasien, dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan, informasikan


hasil pemantauan

2. Kerusakan Integritas Kulit

INTERVENSI

Perawatan Integritas Kulit

Observasi : Identifikasi penyebab gg. Integritas kulit

Terapeutik : Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika


perlu. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

Edukasi : Anjurkan menggunakan pelembab, anjurkan minum air


yg cukup, meningkatkan asupan nutrisi

3. Nyeri
INTERVENSI
Manajemen Nyeri
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi factor yg memperberat & memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan & keyakinan ttg nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya thd respon nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

13
Terapeutik :
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
- Control lingkungan yg memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat & tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri scr mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic scr tepat
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Risiko injury
- NOC : Risk Kontrol
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah
injury/cedera
Klien mampu menjelaskan factor resiko dari
lingkungan/perilaku personal
Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Mampu mengenali perubahan status kesehatan NIC :
Environment Management (Manajemen lingkungan)
Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
dijangkau pasien.

14
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung Adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
5. Kekurangan Volume Cairan
- NOC: 
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
BJ urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihanA

Fluid management
• Timbang popok/pembalut jika diperlukan 
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
• Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
• Monitor vital sign
• Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
kalori harian
• Lakukan terapi IV 
• Monitor status nutrisi
• Berikan cairan
• Berikan cairan IV pada suhu ruangan 
• Dorong masukan oral

15
• Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
• Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
• Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
• Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk 
• Atur kemungkinan tranfusi
• Persiapan untuk tranfusi

6. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

INTERVENSI

Manajemen Jalan Nafas

Observasi : monitor pola nafas, bunyi nafas dan sputum

Terapeutik : pertahankan kepatenan jalan nafas demgam head-tilt


dan chin-lift, posisikan semi-fowler atau fowler, berikan minum
hangat, lakukan fisioterapi dada, lakukan penghisap lender,
lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal, berikan
oksigen jika perlu

Edukasi : anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak


kontraindikasi, ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi : kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,


mukolitik jika perlu

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Tahap pasca operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit
pasca operasi dan berakhir saat pasien pulang

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.


SDKI & SIKI

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002), Philadelphia

http://repository.ump.ac.id/8269/3/FIA%20OKTANINGSIH%20BAB%20II.pdf diunduh 16
Maret 2021 jam 20.30

18

Anda mungkin juga menyukai