Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operatif

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Nama Kelompok 6 :

1. Cindy Claudia Meta (2128013)


2. Rantika Dewi (2128061)
3. M. Abel Arazi (2128043)
4. Dewita Nazra Putri (2128021)
5. Anggun Rosa Fahira (2128011)
6. Nico Setiawan (2128053)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Namun berkat kerja sama dari anggota kelompok kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan . Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, untuk menyelesaikan
makalah ini. Seperti kata pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”,begitu pula dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman, dosen dan para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian sedikit kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat.

Bandar Lampung ,14 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................................i

Kata Pengantar. ...........................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah. .................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan. ...................................................................................................5

Bab II Pembahasan

2.1 Definisi . ............................................................................................................... 6

a. Pengertian .........................................................................................................6

b. Ruang Perawatan Post Operatif ........................................................................7

c. Kriteria Pasien Yang Diperbolehlan Keluar Dari Recovery Room ..................8

d. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien Dari Recovery Room .......8

2.2 .Dampak Post operatif ......................................................................................... 10

2.3 Komplikasi pada Pasien Post Operatif. .............................................................. 11

Bab III Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian. ............................................................................................................13

3.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................... 13

3.3 Rencanan Keperawatan . ...................................................................................... 14


Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 17

4.2 Saran .................................................................................................................... 17

Daftar Pustaka............................................................................................................. 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalahsesuatu yang
menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya
pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yangmembuat klien tidak sadar
dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yangmatang dan benar-benar teliti karena hal ini
menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan
perawatan yang komprehensif danmenyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai
dengan benar-benar amandan tidak merugikan klien maupun petugas.

Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah &
Hidayat, 2008). Keluhan yang sering timbul akibat dari tindakan operasi yaitu nyeri
(Muttaqin, 2008). International for Study of Pain (IASP) 2012, mendefinisikan nyeri sebagai
situasi tidak menyenangkan yang bersumber dari area tertentu, yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan dan yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu dari orang yang
bersangkutan. Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada individu yang mengalami nyeri yang
sama (Potter & Perry, 2006). Nyeri ada dua macam yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri
yang sering terjadi pada post operasi adalah nyeri akut (Potter & Perry, 2006). Nyeri akut
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, nyeri akut muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri
akut adalah nyeri yang dirasakan secara mendadak dari intensitas ringan sampai berat dan
lokasi nyeri dapat diidentifikasi. Selain itu nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman
sensori dan emosional yang muncul akibat kerusakan jaringan dengan gejala yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi (NANDA, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan Sommer et al (2008) prevalensi pasien post operasi
mayor yang mengalami nyeri sedang sampai berat sebanyak 41% pasien post operasi pada
hari ke 0, 30 % pasien pada ke 1, 19 % pasien pada hari ke 2, 16 % pasien pada hari ke 3 dan
14 % pasien pada hari ke 4. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandika et al,
(2015) yang menyatakan bahwa 50% pasien post operasi mengalami nyeri berat dan 10%
pasien mengalami nyeri sedang sampai berat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Post Operatif ?
2. Apa dampak yang terjadi pada pasien Post Operatif ?
3. Apa komplikasi yang terjadi pada Pasien Post Operatif ?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Post Operatif ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui tindakan perawat dalam mengkaji nyeri

b) Mengetahui tindakan perawat dalam mengkaji pengaruh nyeri

c) Mengetahui tindakan perawat dalam pemberian informasi tentang nyeri

d) Mengetahui tindakan perawat dalam mengontrol lingkungan pasien

e) Mengetahui tindakan non farmakologi perawat

f) Mengetahui tindakan perawat kolaborasi dengan pemberian obat analgesik.


BAB II

ISI

2.1 Definisi

A. Pengertian

. Perawatan post operatif merupakan salah satu runtutan dari keperawatan perioperatif, yaitu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanggungjawab keperawatan yang
berhubungan dengan fase pre operasi, intra operasi dan post operasi (Utami et al., 2019).
Perawatan pasien post operatif terdiri dari beberapa tahapan, antara lain pemindahan pasien
dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesi (Post Anasthesia Care Unit), perawatan
pasien pasca anestesi di ruang pemulihan (Recovery Room), pemindahan atau transportasi
pasien ke ruang perawatan, dan perawatan di ruang perawatan (Majid et al., 2011). Setelah
proses pembedahan (intra operatif), perawatan pada pasien dapat menjadi kompleks akibat
perubahan fisiologis yang terjadi (Lellu dan Nirmalarumsari, 2022).

Keperawatan postoperatif merupakan suatu tindakan yang diberikan perawat kepada pasien
yang telah melakukan pembedahan yang melputi, pengkajian. Keperawatan Post Operatif
adalah periode akhir dari keperawatan perioperative. Selama periode ini proses keperawatan
diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equilibrium fisiologi pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi
segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman, dan nyamna

1.Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Ruang Pemulihan (Recovery Room)

Pemindahan pasien dari ruang operasi ke ruang pemulihan atau unit


perawatan pasca anestesi memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Letak insisi
bedah harus selaludipertimbangkan setiap kali pasien post operatif dipindahkan. Banyak
luka ditutup dengan tegangan yang cukup tinggi, dan setiap upaya dilakukan untuk
mencegahregangan sutura lebih lanjut.Memindahkan pasien yang telah dianastesi ke
brankar dapat menimbulkanmasalah gangguan vaskuler juga. Untuk itu pasien harus
dipindahkan secara perlahandan cermat

2.Perawatan Post Anastesi di Ruangan Pemulihan (Recovery Room)


Pasien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (Recovery Room) sampai
kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan). Hal ini dimaksudkan
mempermudah akses untuk :
a.Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operasi (perawat anastesi).
b.Ahli anastesi dan ahli bedah.
c.Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
d.Kriteria yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan
dari PACU (Post Anastesi Care Unit ) adalah :
1)Fungsi pulmonal yang tidak terganggu.
2)Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah.
3)Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang.
4)Pengeluaran urin yang tidak kurang dari 30 mL/jam.
5)Mual dan muntah dalam control
3. Transportasi pasien ke ruang rawat
Factor-faktor yang harus diperhatikan pada saat transportasi klien :
a. Perencanaan
Pemindahan klien merupakan prosedur yang disiapkan semuanya dari sumber
daya manusia sampai dengan peralatanya.
b. Sumber daya manusia ( ketenagaan )
Orang yang boleh melakukan proses transfer pasienadalah orang yang bisa
menangangi keadaan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi selama transfortasi.
Perhatikan juga perbandingan ukuran tubuh pasien dan perawat harus seimbang.
c. Equipment ( peralatan)
Peralatan yang disiapkan untuk keadaan darurat, misalnya tabung oksigen, sampai
selimut tambahan untuk mencegah hipotermi, harus dipersiapkan dengan lengkap
dan dalam kondisi siap pakai.
d. Prosedur
Untuk beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dahulu dan
sebagainya. Sehingga hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur pemindahan
pasien dan posisi pasien harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan
kenyamanan pasien.
e. Passage ( jalur lintasan )
Hendaknya memilih jalan yang aman, nyaman, dan yang paling singkat. Ekstra
waspada terhadap kejadian lift yang macet dan sebagainya.

B. Ruang Perawatan Post Anasthesia

Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan
perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul keadaan gawat
pasca-bedah, pasien dapat segera diberi pertolongan. Selama belum sadar betul, pasien
dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi. pasien diberikan perawatan yang sebaik-
baiknya dan dirawat oleh perawat yang berkompeten dibidangnya (ahli dan berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang tidak
berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada di RR. Sirkulasi
udara harus lancer dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila perlu dipasang AC, Bila
pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus, pernafasan lancer-
adekuat dan kesadaran sudah mencukupi lihat Aldered Score). barulah pasien dipindahkan ke
kamarnya semula (bangsal perawatan).
Syarat ruangan :
 Tenang, bersih, dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan.
 Warna ruangan lembut dan menyenangkan.
 Pencahayaan tidak langsung.
 Plafon kedap suara.
 Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex: karet pelindung tempat tidur
supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur).
 Tersedia peralatan standart: alat bantu pernafasan, oksigen, laringoskop, set trakeostomi,
peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanisme dan peralatan suction.
 Peralatan kebutuhan sirkulasi: apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma
ekspander, set intravena, defibrillator, kateter vena, dan tourniquet.
 Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan.
 Set kateterisasi dan peralatab drainage.
 Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, amanm dan dapat digerakkan
dengan mudah.
 Suhu ruangan berkisar antara 20-22 derajat Celcius dengan ventilasi ruangan yang baik.

C. Kriteria Pasien Yang Di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room

 Tanda-tanda vital stabil dan fungsi respiratori serta sirkulatori sempurna.


 Pasien sudah bangun atau mudah bangun dan bisa memanggil bila ada keperluan
 Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi dengan cermat dan terkendali.
 Setelah anastesi regional fungsi dan sebagian sensori telah pulih kembali pada daerah
yang terkena anastesi.
 Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik, fungsi ventilasi yang baik. nyeri
dan mual minimal, pengeluaran urin yang adekuat, dan cairan elektrolitnya seimbang.

D. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasiern dari Recovery Room

Pada saat pasien siap dipindahkan dari Recovery Room, petugas memberitahu pada divisi
keperawatan tentang kedatangan pasien. Hal ini akan memudahkan petugas keperawatan
untuk member informasi kepada anggota keluarga pasien tentang tindakan pembedahan
yang telah dijalani pasien. Perawat biasanya menganjurkan anggota tetap berada diruang
tunggu sehingga mereka dapat ditemukan jika dokter bedah dating untuk menjelaskan
kondisi asien. Dokter bedah akan memberikan gambaran tentang status pasien, hasil
pembedahan dan adanya komplikasi.

Rasa cemas akan meningkat jika dokter bedah menginformasikan keluarga tentang lamanya
pembedahan dan jika pasien masih berada dalam ruang operasi melebihi waktu yang
diperkirakan. Perawat dapat membantu keluarga menghilangkan rasa khawatir dengan
menjelaskan alasan penundaan yang normal, seperti perlunya persiapan ruang operasi atau
adanya keterlambatan pembedahan sebelumnya, Apabila lama pasien berada di RR
bertambah, perawat dapat menjelaskan pada keluarga bahwa klien lebih lama disana untuk
diobservasi. Apabila pasien mengalami komplikasi, dokter bedah bertanggung jawab untuk
menjelaskan tentang apa yang terjadi selama pembedahan berlangsung.

a. Persiapan di unit klinis

Ruang pasien dipersiapkan sehingga member fasilitas kepada kepindahan pasien serta
dilaksanakan pemantauan Keluarga diberitahu bahwa pasien akan kembali.

Banyak ahli bedah suka menceritakan hasil bedah dengan keluarganya segera setelah
operasi usai dan mengunjungi pasien dan menceritakan apa yang ditemukan secara
singkat dan member jaminan. Keluarga pasien kebanyakan suka cemas tentang kondisi
pasien dan suka tidak bisa menanggapi apa yang ahli bedah terangkan kepada mereka.
Pasien sering menderita amnesia pada jam-jam pertama mulai sadar dan tidak dapat
mengingat apa yang sudah dikatakan kepadanya.

Perawat harus mengetahui apa yang sudah dikatakan kepada pasien dan keluarganya
sehingga bisa member jawaban jika mereka ditanya. Keluarga juga harus mengetahui apa
yang diharapkan bila pasien kembali ke unit.

b. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah

1) Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar perpindahan


berjalan lancar.

2) Disiapkan cukup selimut (pasien masih suka kedinginan).

3) Perintang-perintang lalu lintas dipindahkan.

4) Persiapan perlengkapan:

a) Tiang infuse

b) Sphygmomanometer

c) Alat khusus yang dipesan oleh perawat ruang pemulihan.

c. Perawatan di Ruang Rawat


a) Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien drainage, tube/selang, dan
komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya.

b) Manajemen luka

Amati luka operasi dan jahitan, pastikan luka tidak mengalami perdarahan
abnormal. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan.

c) Mobilitas Dini,

Yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuscular dan mengeluarkan
secret dan lender.

d) Rehabilitasi,

Diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi


dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk
memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala

e) Discharge Planning

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan


keluargannya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
dengan kondisi/penyakitnya post operasi.

2.2 Dampak post operatif

Dampak atau akibat dari perubahan fisiologis post operatif antara lain komplikasi
perdarahan, irama jantung tidak teratur, gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu
(hipotermi), serta fungsi-fungsi vital lainnya seperti fungsi neurologis, integritas kulit dan
kondisi luka, fungsi genito-urinaria, gastrointestinal, keseimbangan cairan dan elektrolit
serta rasa nyaman (Siswoyo et al., 2020).
2.3 Komplikasi pada pasien post operatif

1. Syok

adalah komplikasi pasca operatif yang paling serius. Digambarkan sebagai tidak
memadainya oksigenasi seluler yang disertai dengan ketidakmampuan untuk
mengekspresikan produk sampah metabolisme.

Tekanan darah rendah dan urine pekat. Meskipun terdapat banyak jenis syok, definisi
dasar tentang syok secara umum berpusat pada suatu ketidakadakuatan aliran darah ke
organ-organ vital dan ketidakmampuan jaringan dari organ-organ ini untuk
menggunakan oksigen dan nutrient lain. Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya
berupa syok hipovelemik, syok nerogenik jarang terjadi.

2. Hemorrhagi (Perdarahan)

Hemorrhagi dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu:

a. Hemorrhagi Primer: terjadi pada waktu pembedahan.

b. Hemorrhagi Intermediari: beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan


darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari
pembuluh darah yang tidak terikat.

c. Hemorrhagi Sekunder: beberapa waktu setelah pembedahan bila ligature slip karena
pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi
oleh selang drainage. Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus
selalu diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan
yang kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian
jantung.

3. Thrombosis vena profunda (TVP)

Trombosit vena profunda (TVP) adalah thrombosis yang terjadi pada pembuluh darah
vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme
pulmonari dan syndrome pasca fiebitis.
4. Retensi urine

Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rectum, anus dan
vagina. Atau juga setelah hernirofi dan pembedahan pada daerah abdomen bawah.
Penyebab adalah adanya spasme spinker kandung kemih. Intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urin dari
kandung kemih.

5. Sepsis

Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang baik.
Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan
multi organ.

6. Embolisme pulmonal

Embolisme dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak), yang
terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Ketika embolus menjalar
ke sebelah kanan jantung dan dengan sempurna embolus ini bisa menyumbat arteri
pulmonal, gejala yang ditimbulkan mendadak dan sangat tiba-tiba. Pasien yang
mengalami penyembuhan normal mendadak menangis dengan nyaring, nyeri seperti
ditusuk - tusuk pada dada dan menjadi sesak nafas, diaforetik. cemas, dan sianosis.
Pupil dilatasi, nadi menjadi cepat dan tidak teratur, kematian mendadak dapat terjadi.

7. Komplikasi gastrointestinal

Komplikasi yang timbul akibat gangguan ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
tergantung pada letak dan keluasan pembedahan. Pada gastrointestinal paling sering
terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasi nya
meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik terdiri atas yang berikut:

a. Respirasi
kecepatan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, dan karakter pernapasan, sifat dan bunyi
napas.
b. Sirkulasi
tanda-tanda vital termasuk tekanan darah dan kondisi kulit.
c. Tingkat kesadaran
respon secara verbal terhadar pertanyaan atau reorientasi terhadap tempat terbangun
ketika dipanggil namanya.
d. Drainase
adanya drainase, keharusan untuk menghubungkan selang kesistem drainase yang
spesifik, adanya dan kondisi balutan.
e. Kenyamanan
tipe nyeri dan lokasi mual atau muntah, perubahan posisi yang dibutuhkan.
f. Psikologi
sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat dan tidur, gangguan oleh
kebisingan, pengunjung, ketersediaan bel pemanggil atau lampu pemanggil.
g. Keselamatan
kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak tersumbat, cairan IV terinfus
dengan tepat dan letak IV terbebat dengan baik
h. Peralatan
Diperiksa untuk fungsi yang baik.

3.2 Diagnosa Keperawatan

A. Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasif

B. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ( prosedur operasi )


3.3 Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


1. Resiko infeksi Tingkat Infeksi(L.14137) Pencegahan infeksi ( I.14539)
b.d efek Setelah dilakukan tindakan Observasi :
prosedur asuhan keperawatan  Monitor tanda dan gejala
invasif selama 3x24 jam infeksi local dan sistemik
diharapkan resiko infeksi Terapeutik :
menurun :  Batasi jumlah pengunjung
 Kebersihan tangan  Berikan perawatan kulit pada
meningkat (5) area edema
 Kebersihan badan  Cuci tangan sebelum dan
meningkat (5) sesudah kontak dengan
 Demam menurun (5) pasien dan lingkungan pasien
 Kemerahan menurun  Pertahankan teknik aseptic
(5) pada pasien beresiko tinggi
 Nyeri menurun (5) Edukasi :
 Bengkak menurun (5)  Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian imunisasi ,
bila perlu
2. Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
agen pencedera Setelah dilakukan tindakan Observasi:
fisik ( prosedur asuhan keperawatan  Identifikasi lokasi,
operasi ) selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
Menurun : nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun (5)  Identifikasi resposn nyeri
 Meringis menurun (5) nonverbal
 Sikap protektif  Identifikasi factor yang
menurun (5) memperberat dan
 Gelisah menurun (5) memperingan nyeri
 Kesulitan tidur  Identifikasi pengetahuan dan
menurun (5) keyakinan tentang nyeri
 Frekuensi nadi  Identifikasi pengaruh budaya
membaik (5) terhadap respon nyeri
 Polanapas membaik  Identifikasi pengeruh nyeri
(5) pada kualitas hidup
 Tekanan darah  Monitor keberhasilan nyeri
membaik (5) komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredam
nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik
norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik ,
jika perlu
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Perawatan post operatif merupakan salah satu runtutan dari keperawatan perioperatif, yaitu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanggungjawab keperawatan yang
berhubungan dengan fase pre operasi, intra operasi dan post operasi. Tahapan Perawatan
pasien post operatif ; Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Ruang Pemulihan (Recovery
Room), Perawatan Post Anastesi di Ruangan Pemulihan (Recovery Room), dan Transportasi
pasien ke ruang rawat. Adapun kriteria pasien post operatif yang diperbolehkan keluar dari
recovery room salah satunya yaitu Tanda-tanda vital stabil dan fungsi respiratori serta
sirkulatori sempurna. Selanjutnya pasien menerima perawatan di ruang rawat hingga sembuh,
namun adapun dampak yang terjadi pada pasien post operatif seperti ; komplikasi
perdarahan, irama jantung tidak teratur, gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu
(hipotermi), serta fungsi-fungsi vital lainnya seperti fungsi neurologis, integritas kulit dan
kondisi luka, syok, perdarahan dan lain – lain.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada penulis untuk kedepannya lebih mengembangkan lagi
pokok bahasan di berbagai sumber. Selain itu semoga kedepannya banyak dari pembaca
dapat mengembangkan hasil dari kepenulisan makalah ini. Diharapkan dengan adanya
makalah ini pembaca khususnya kita se-bagai mahasiswa dan calon tenaga kesehatan dapat
memahami tentang post operatif dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

marry digiulio, D. J. (2007). KEPERAWATAN MEDIKALBEDAH. (K. Aulawi, Ed.)


YOGYAKARTA: RAPHA PUBLISHING.

Nida, E. S. (2018, Oktober 10). ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF. (E. Sulistiana,
Ed.) ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF, 2-9.

https://id.scribd.com/document/397001097/Makalah-Post-Op#.

Novita Verayanti Manalu, A. M. (2022). KEPERAWATAN PERIOPERATIF DAN MEDIKAL


BEDAH. (A. Munandar, Ed.) BANDUNG: CF MEDIA SAINS INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai