Nama Kelompok 6 :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Namun berkat kerja sama dari anggota kelompok kami , sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan . Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, untuk menyelesaikan
makalah ini. Seperti kata pepatah, “Tak ada gading yang tak retak”,begitu pula dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman, dosen dan para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................................i
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
a. Pengertian .........................................................................................................6
d. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien Dari Recovery Room .......8
4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 17
Daftar Pustaka............................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalahsesuatu yang
menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya
pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yangmembuat klien tidak sadar
dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi.
Tindakan operasi membutuhkan persiapan yangmatang dan benar-benar teliti karena hal ini
menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan
perawatan yang komprehensif danmenyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai
dengan benar-benar amandan tidak merugikan klien maupun petugas.
Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah &
Hidayat, 2008). Keluhan yang sering timbul akibat dari tindakan operasi yaitu nyeri
(Muttaqin, 2008). International for Study of Pain (IASP) 2012, mendefinisikan nyeri sebagai
situasi tidak menyenangkan yang bersumber dari area tertentu, yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan dan yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu dari orang yang
bersangkutan. Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada individu yang mengalami nyeri yang
sama (Potter & Perry, 2006). Nyeri ada dua macam yaitu nyeri akut dan nyeri kronis, nyeri
yang sering terjadi pada post operasi adalah nyeri akut (Potter & Perry, 2006). Nyeri akut
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan, nyeri akut muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Menurut Potter dan Perry (2006) nyeri
akut adalah nyeri yang dirasakan secara mendadak dari intensitas ringan sampai berat dan
lokasi nyeri dapat diidentifikasi. Selain itu nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman
sensori dan emosional yang muncul akibat kerusakan jaringan dengan gejala yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi (NANDA, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan Sommer et al (2008) prevalensi pasien post operasi
mayor yang mengalami nyeri sedang sampai berat sebanyak 41% pasien post operasi pada
hari ke 0, 30 % pasien pada ke 1, 19 % pasien pada hari ke 2, 16 % pasien pada hari ke 3 dan
14 % pasien pada hari ke 4. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandika et al,
(2015) yang menyatakan bahwa 50% pasien post operasi mengalami nyeri berat dan 10%
pasien mengalami nyeri sedang sampai berat.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tindakan perawat pada pasien post operasi dengan nyeri.
2. Tujuan Khusus
ISI
2.1 Definisi
A. Pengertian
. Perawatan post operatif merupakan salah satu runtutan dari keperawatan perioperatif, yaitu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanggungjawab keperawatan yang
berhubungan dengan fase pre operasi, intra operasi dan post operasi (Utami et al., 2019).
Perawatan pasien post operatif terdiri dari beberapa tahapan, antara lain pemindahan pasien
dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anestesi (Post Anasthesia Care Unit), perawatan
pasien pasca anestesi di ruang pemulihan (Recovery Room), pemindahan atau transportasi
pasien ke ruang perawatan, dan perawatan di ruang perawatan (Majid et al., 2011). Setelah
proses pembedahan (intra operatif), perawatan pada pasien dapat menjadi kompleks akibat
perubahan fisiologis yang terjadi (Lellu dan Nirmalarumsari, 2022).
Keperawatan postoperatif merupakan suatu tindakan yang diberikan perawat kepada pasien
yang telah melakukan pembedahan yang melputi, pengkajian. Keperawatan Post Operatif
adalah periode akhir dari keperawatan perioperative. Selama periode ini proses keperawatan
diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equilibrium fisiologi pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi
segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman, dan nyamna
Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan
perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul keadaan gawat
pasca-bedah, pasien dapat segera diberi pertolongan. Selama belum sadar betul, pasien
dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi. pasien diberikan perawatan yang sebaik-
baiknya dan dirawat oleh perawat yang berkompeten dibidangnya (ahli dan berpengalaman).
Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang tidak
berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada di RR. Sirkulasi
udara harus lancer dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila perlu dipasang AC, Bila
pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus, pernafasan lancer-
adekuat dan kesadaran sudah mencukupi lihat Aldered Score). barulah pasien dipindahkan ke
kamarnya semula (bangsal perawatan).
Syarat ruangan :
Tenang, bersih, dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan.
Warna ruangan lembut dan menyenangkan.
Pencahayaan tidak langsung.
Plafon kedap suara.
Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex: karet pelindung tempat tidur
supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur).
Tersedia peralatan standart: alat bantu pernafasan, oksigen, laringoskop, set trakeostomi,
peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanisme dan peralatan suction.
Peralatan kebutuhan sirkulasi: apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma
ekspander, set intravena, defibrillator, kateter vena, dan tourniquet.
Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan.
Set kateterisasi dan peralatab drainage.
Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, amanm dan dapat digerakkan
dengan mudah.
Suhu ruangan berkisar antara 20-22 derajat Celcius dengan ventilasi ruangan yang baik.
Pada saat pasien siap dipindahkan dari Recovery Room, petugas memberitahu pada divisi
keperawatan tentang kedatangan pasien. Hal ini akan memudahkan petugas keperawatan
untuk member informasi kepada anggota keluarga pasien tentang tindakan pembedahan
yang telah dijalani pasien. Perawat biasanya menganjurkan anggota tetap berada diruang
tunggu sehingga mereka dapat ditemukan jika dokter bedah dating untuk menjelaskan
kondisi asien. Dokter bedah akan memberikan gambaran tentang status pasien, hasil
pembedahan dan adanya komplikasi.
Rasa cemas akan meningkat jika dokter bedah menginformasikan keluarga tentang lamanya
pembedahan dan jika pasien masih berada dalam ruang operasi melebihi waktu yang
diperkirakan. Perawat dapat membantu keluarga menghilangkan rasa khawatir dengan
menjelaskan alasan penundaan yang normal, seperti perlunya persiapan ruang operasi atau
adanya keterlambatan pembedahan sebelumnya, Apabila lama pasien berada di RR
bertambah, perawat dapat menjelaskan pada keluarga bahwa klien lebih lama disana untuk
diobservasi. Apabila pasien mengalami komplikasi, dokter bedah bertanggung jawab untuk
menjelaskan tentang apa yang terjadi selama pembedahan berlangsung.
Ruang pasien dipersiapkan sehingga member fasilitas kepada kepindahan pasien serta
dilaksanakan pemantauan Keluarga diberitahu bahwa pasien akan kembali.
Banyak ahli bedah suka menceritakan hasil bedah dengan keluarganya segera setelah
operasi usai dan mengunjungi pasien dan menceritakan apa yang ditemukan secara
singkat dan member jaminan. Keluarga pasien kebanyakan suka cemas tentang kondisi
pasien dan suka tidak bisa menanggapi apa yang ahli bedah terangkan kepada mereka.
Pasien sering menderita amnesia pada jam-jam pertama mulai sadar dan tidak dapat
mengingat apa yang sudah dikatakan kepadanya.
Perawat harus mengetahui apa yang sudah dikatakan kepada pasien dan keluarganya
sehingga bisa member jawaban jika mereka ditanya. Keluarga juga harus mengetahui apa
yang diharapkan bila pasien kembali ke unit.
4) Persiapan perlengkapan:
a) Tiang infuse
b) Sphygmomanometer
b) Manajemen luka
Amati luka operasi dan jahitan, pastikan luka tidak mengalami perdarahan
abnormal. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan.
c) Mobilitas Dini,
Yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang
penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuscular dan mengeluarkan
secret dan lender.
d) Rehabilitasi,
e) Discharge Planning
Dampak atau akibat dari perubahan fisiologis post operatif antara lain komplikasi
perdarahan, irama jantung tidak teratur, gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu
(hipotermi), serta fungsi-fungsi vital lainnya seperti fungsi neurologis, integritas kulit dan
kondisi luka, fungsi genito-urinaria, gastrointestinal, keseimbangan cairan dan elektrolit
serta rasa nyaman (Siswoyo et al., 2020).
2.3 Komplikasi pada pasien post operatif
1. Syok
adalah komplikasi pasca operatif yang paling serius. Digambarkan sebagai tidak
memadainya oksigenasi seluler yang disertai dengan ketidakmampuan untuk
mengekspresikan produk sampah metabolisme.
Tekanan darah rendah dan urine pekat. Meskipun terdapat banyak jenis syok, definisi
dasar tentang syok secara umum berpusat pada suatu ketidakadakuatan aliran darah ke
organ-organ vital dan ketidakmampuan jaringan dari organ-organ ini untuk
menggunakan oksigen dan nutrient lain. Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya
berupa syok hipovelemik, syok nerogenik jarang terjadi.
2. Hemorrhagi (Perdarahan)
c. Hemorrhagi Sekunder: beberapa waktu setelah pembedahan bila ligature slip karena
pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi
oleh selang drainage. Penyebab perdarahan harus dikaji dan diatasi. Luka bedah harus
selalu diinspeksi terhadap perdarahan. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan
yang kuat dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi ketinggian
jantung.
Trombosit vena profunda (TVP) adalah thrombosis yang terjadi pada pembuluh darah
vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme
pulmonari dan syndrome pasca fiebitis.
4. Retensi urine
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rectum, anus dan
vagina. Atau juga setelah hernirofi dan pembedahan pada daerah abdomen bawah.
Penyebab adalah adanya spasme spinker kandung kemih. Intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urin dari
kandung kemih.
5. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang baik.
Sepsis dapat menyebabkan kematian bagi pasien karena dapat menyebabkan kegagalan
multi organ.
6. Embolisme pulmonal
Embolisme dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak), yang
terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Ketika embolus menjalar
ke sebelah kanan jantung dan dengan sempurna embolus ini bisa menyumbat arteri
pulmonal, gejala yang ditimbulkan mendadak dan sangat tiba-tiba. Pasien yang
mengalami penyembuhan normal mendadak menangis dengan nyaring, nyeri seperti
ditusuk - tusuk pada dada dan menjadi sesak nafas, diaforetik. cemas, dan sianosis.
Pupil dilatasi, nadi menjadi cepat dan tidak teratur, kematian mendadak dapat terjadi.
7. Komplikasi gastrointestinal
Komplikasi yang timbul akibat gangguan ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
tergantung pada letak dan keluasan pembedahan. Pada gastrointestinal paling sering
terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasi nya
meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke unit klinik terdiri atas yang berikut:
a. Respirasi
kecepatan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, dan karakter pernapasan, sifat dan bunyi
napas.
b. Sirkulasi
tanda-tanda vital termasuk tekanan darah dan kondisi kulit.
c. Tingkat kesadaran
respon secara verbal terhadar pertanyaan atau reorientasi terhadap tempat terbangun
ketika dipanggil namanya.
d. Drainase
adanya drainase, keharusan untuk menghubungkan selang kesistem drainase yang
spesifik, adanya dan kondisi balutan.
e. Kenyamanan
tipe nyeri dan lokasi mual atau muntah, perubahan posisi yang dibutuhkan.
f. Psikologi
sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat dan tidur, gangguan oleh
kebisingan, pengunjung, ketersediaan bel pemanggil atau lampu pemanggil.
g. Keselamatan
kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak tersumbat, cairan IV terinfus
dengan tepat dan letak IV terbebat dengan baik
h. Peralatan
Diperiksa untuk fungsi yang baik.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Perawatan post operatif merupakan salah satu runtutan dari keperawatan perioperatif, yaitu
istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanggungjawab keperawatan yang
berhubungan dengan fase pre operasi, intra operasi dan post operasi. Tahapan Perawatan
pasien post operatif ; Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Ruang Pemulihan (Recovery
Room), Perawatan Post Anastesi di Ruangan Pemulihan (Recovery Room), dan Transportasi
pasien ke ruang rawat. Adapun kriteria pasien post operatif yang diperbolehkan keluar dari
recovery room salah satunya yaitu Tanda-tanda vital stabil dan fungsi respiratori serta
sirkulatori sempurna. Selanjutnya pasien menerima perawatan di ruang rawat hingga sembuh,
namun adapun dampak yang terjadi pada pasien post operatif seperti ; komplikasi
perdarahan, irama jantung tidak teratur, gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu
(hipotermi), serta fungsi-fungsi vital lainnya seperti fungsi neurologis, integritas kulit dan
kondisi luka, syok, perdarahan dan lain – lain.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada penulis untuk kedepannya lebih mengembangkan lagi
pokok bahasan di berbagai sumber. Selain itu semoga kedepannya banyak dari pembaca
dapat mengembangkan hasil dari kepenulisan makalah ini. Diharapkan dengan adanya
makalah ini pembaca khususnya kita se-bagai mahasiswa dan calon tenaga kesehatan dapat
memahami tentang post operatif dalam rangka memajukan kesehatan masyarakat serta
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nida, E. S. (2018, Oktober 10). ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF. (E. Sulistiana,
Ed.) ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF, 2-9.
https://id.scribd.com/document/397001097/Makalah-Post-Op#.