Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Disusun Oleh :

KELAS A KELAS B
A.A Rekha Dena Sri D. Aqilla Fidia Haya
(PO7120118001) (PO7120118052)
Ni Nyoman Mariani Nadya Puspa Wardani
(PO7120118026) (PO7120118071)
Ni Putu Andira Murti Siti Rahayu Widasari P.
(PO7120118026) (PO7120118084)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
D3 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa , atas
nikmat kesehatan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan perioperati” ini dapat selesai tepat pada
Waktunya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah “dari dosen Bapak HADI
KUSUMA ATMAJA.SST.,M.KES. kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang tentunya bersifat membangun demi kelengkapan makalah
kami

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Jika


terdapat kesalahan dalam

penulisan kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya

Sekian dan terima kasih .

5 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................................2


Daftar Isi .........................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................................................... 5
Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 6
Tujuan ................................................................................................................................................... 7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perioperatif ...........................................................................................................8
2.2 Jenis Pembedahan ...................................................................................................................8
2.3 Jenis Anestesi ..........................................................................................................................8
2.4 aspek Legal Dalam Pembedahan ..........................................................................................9
2.5 Pengkajian Keperawatan Prabedah .....................................................................................9
2.6 Diagnosa Keperawatan Prabedah .........................................................................................10
2.7 Perencanaan Keperawatan Prabedah ....................................................................................10
2.8 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan Prabedah ................................................................11
2.9 Evaluasi Keperawatan Prabedah ..........................................................................................13
2.10 Pengkajian Keperawatan Intrabedah .................................................................................13
2.11 Diagnosa Keperawatan Intrabedah .....................................................................................13
2.12 Perencanaan Keperawatan Intrabedah ..............................................................................13
2.13 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan Intrabedah ...........................................................14
2.14 Evaluasi Keperawatan Intrabedah ......................................................................................15
2.15 Pengkajian Keperawatan Pascabedah ...............................................................................15
2.16 Diagnosa Keperawatan Pascabedah ...................................................................................15
2.17 Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan Pascabedah ...............................................16
2.18 Evaluasi Keperawatan Pascabedah ....................................................................................17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................................18
3.2 Saran .........................................................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah
peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di
kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak
memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah
ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi
pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi
anastesi lokal, regional atau umum. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang
kian maju.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup
tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu? preoperative phase, intraoperative phase
dan post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses
keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang
dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah,
dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut
faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut
tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri
pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka
alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien
dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar operatif ?


2. Bagaimana askep preoperative ?
3. Bagaimana askep intraoperatif ?
4. Bagaimana askep post-operative ?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep dasar operatif.


2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan preoperative.
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan intraoperative.
4. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan post-operative.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PERIOPERATIF


2.1 Pengertian Perioperatif
Perioperatif atau perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai dari prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah
(postoperatif).
Praoperatif merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang
dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien
berada dimeja bedah.
Intrabedah atau intraoperasi merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
pasien ditransfer kemeja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah atau pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.

2.2 Jenis Pembedahan


a. Jenis Pembedahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi bedah thorak, bedah
kardiovaskular, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala leher,
bedah digestif dan lain-lain.
b. Jenis Pembedahan Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi :
1. Pembedahan Diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala
dari penyakit, seperti biopsy, eksplorasi, dan laparatomi.
2. Pembedahan Kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit,misalnya
pembedahan apendiktomi.
3. Pembedahan Restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau
menyambung daerah yang terpisah.
4. Pembedahan Paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan
penyakit.
5. Pembedahan Kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian tubuh seperti
rhinoplasti.

2.3 Jenis Anestesi


Anestesi dapat dibagi menjadi anestesi umum, anestesi regional, anestesi lokal,
hipoanestesi dan akupuntur.
a. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok pusat kesadaran
otak dengan menghilangkan kesadaran dan menimbukan relaksasi serta hilangnya
sensasi rasa. Pada umumnya, metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan
intravena.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional adalah anestesi yang dilakukan untuk meniadakan proses kejutan
pada ujung atau serabut saraf, serta hilangnya rasa pada daerah tubuh tertentu, dan
pasien msi berada dalam keadaan sadar. Metode umum yang digunakan adalah
melakukan blok saraf, blok regional intravena dengan tourniquet, blok daerah spinal
dan melalui epidural.
c. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok transmisi impuls
saraf pada daerah yang akan dilakukan anestesi dan pasien dalam keadaan sadar.
Metode yang digunakan adalah infiltrasi dan topikal
d. Hipoanestesi
Hipoanestesi adalah anestesi yang dilakukan untukmembuat status kesadaran pasif
secara artifisial sehingga terjadi peningkatan ketaatan pada saran atau perintah serta
mengurangi kesadaran sehingga perhatian menjadi terbatas. Metode yang digunakan
adalah hypnosis.
e. Akupuntur
Akupuntur adalah anestesi yang dilakukan untuk memblok rasa nyeri dengan
merangsang keluarnya endorphin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang
banyak digunakan adalah jarum atau elektrode pada permukaan.

2.4 Aspek Legal dalam Pembedahan


Aspek legal adalah hal yang penting dalam melaksanakan pembedahan untuk
mengantisipasi kemungkinan dampak yang terjadi. Melalui surat persetujuan
dilakukannya tindakan (informed consent),berbagai informasi mengenai sifat,
prosedur yang akan dilakukan, adanya pilihan terhadap prosedur pembedahan, seta
resiko terhadap pilihan dari pembedahan dapat diketahui oleh pasien. Informed
consent pada dasarnya bertujuan untuk melindungi pasien dari tindakan yang
dilakukan, serta melindungi tim pembedah dari pengaduan atau tuntutan hukum.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PRABEDAH
2.5 Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis,
pengobatan yang mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti anti biotika yang
berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan,
antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi,
diuretika yang berpengaruh pada ketidak seimbanganpotasium, dan lain-lain. Selain
itu terdapat juga pengkajian terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi,
ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah
radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemautan
sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit,
hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN),
kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan
kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.

2.6 Diagnosa Keperawatan


Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperaqwatan prabedah adalah :
1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
4. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

2.7 Perencanaan Keperawatan


Tujuan :
1. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan
psikologis pada pasien melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang peristiwa
yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat dilakukan dengan
persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernafas dan latihan
batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.
2.8 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai
informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan yang
dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman kekamar
bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengonatan setelah operasi.
2. Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal pengaturan
diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam
sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4
jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan
terjadinya aspirasi.
3. Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah
dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin
(hexacholophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit
terdapat rambut, maka harus dicukur.
4. Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan
paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata,
telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak
jaringan, dan melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan
diagfragma, dengan cara seperti dibawah ini :
a. Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b. Tempatkan tangan di atas perut.
c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d. Tahan napas selama 3 detik.
e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali, setelah
napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g. Istirahat.
5. Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot ,
latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan
dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan
ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada
tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi
tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.
6. Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan
latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti
menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau dengan cara
menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian
duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah :
a. Cek identitas pasien
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang
dan lain-lain.
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
d. Lepaskan lensa kontak
e. Lepaskan protesa
f. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar
g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis

2.9 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada intrah
dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko
komplikasi pad infeksi atau cedera lainnya.

INTRABEDAH
2.10 Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi
pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek
pemantauan fisiologis, perubahan tanda vital, sistem, kardiovaskuler, keseimbangan
cairan, dan pernapasan selain itu, lakukan pengkajian terhadap tim dan istrumen
pembedahan serta anestesi yang diberikan.

2.11 Diagnosa Keperawatan


Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah adalah: resiko
terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.

2.12 Perencanaan Keperawatan


Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari tindakan
pembedahan.
Rencana Tindakan:
1. Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan seperti pemakaian
baju bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu , celemek, dan sarung tangan, serta
pencucian tangan.
2. Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan pembedahan.
3. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.

2.13 Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah


1. Pengunaan Baju Seragam Bedah
Penggunaan seragam bedah desain secara khusus dengan harapan dapat
mencegah kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti
dengan baju bedah yang steril,atau baju harus dimasukkan ke dalam celana, atau
harus di tutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan
penutup kepala, masker, sarung tangan serta celemek steril.
2. Mencuci tangan Sebelum Pembedahan
Lihat bagian mencuci tangan steril
3. Menerima Pasien di Daerah Bedah
Sebelum memasuki wilayah bedah , pasien harus melakukan pemeriksaan
ulang diruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah yang akan
dilakukan, nomer status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan x-ray,
persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat
protesa, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5. Pembersihan dan Persiapan kulit
Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuatdaerah yang akan dibedah bebas
dari kotoran dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang
digunakan dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, memiliki
kecepatan khasiat, atau memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya
terdapat kadar alkohol, sabun detergen, atau bahan organik lainnya.
6. Penutupan Daerah Steril
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek steril agar
daerah seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara
daerah yang steril dan tidak.
7. Pelaksanaan Anestesi
Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain
anestesi umum, inhalasi atau intravena, anestesi regional dengan cara memblok saraf,
dan anestesi lokal.
8. Pelaksanaan Pembedahan
Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan pembedahan.

2.14 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya perubahan
tanda vital, kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.

PASCABEDAH
2.15 Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan (pascabedah) di
antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi, dan perubahan
tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam pembedahan.

2.16 Diagnosis Keperawatan


Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka
pembedahan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sebagai dampak
anestesi.
3. Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
5. Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
6. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan yang menurun.
8. Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.

2.17 Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan


Tujuan :
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna.
3. Mempertahankan sirkulasi.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Mempertahankan eliminasi.
6. Mempertahankan aktivitas.
7. Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang
dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan yang
tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen, dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian
hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung
dengan menggunakan diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-lahan melalui
mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada pasien
yang berisiko tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan
harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memberikan
cairan sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan output serta
mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan output
serta mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.

2.18 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya peningkatan
proses penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan
tanda kecemasan lanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan
terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai
pemulihan pasien, hingga pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi
kebutuhan – kebutuhannya.
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas
perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap
keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan
baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan
peran perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan
penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Salemba Medika. Jakarta
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan Buku 1. Salemba Medika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai