Anda di halaman 1dari 14

Skills Lab II : Edukasi Penggunaan Insulin

Pen pada Pasien
PENDAHULUAN

Sebelum masuk ke materi, dijelasin dulu sebentar tentang diabetes melitus (DM). Diabetes
Melitus atau lebih sering dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit kronis yang
ditandai dengan kadar gula (glukosa) di dalam darah yang melebihi nilai normal. Peningkatan
kadar gula di dalam darah ini disebabkan karena adanya faktor yang menghambat kerja insulin
atau menurunnya jumlah insulin.

Lalu apakah insulin itu? Insulin merupakan hormon yang memiliki efek penting pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam
lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut .
Hormon insulin digunakan secara nyata untuk mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan
protein pada otot rangka. Hormon ini memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke
dalam otot rangka dan hati. Jadi, kalo insulinnya gak ada atau gak sensitif, maka gula tidak akan
diproses apa-apa, malah berkeliaran aja di dalam darah sehingga menyebabkan kadar gula
darahnya meninggi.

Insulin disekresikan oleh sel beta pankreas. Adapun fase-fase sel beta pankreas dalam
mensekresikan insulin adalah :

1. Fase Basal = muncul pada malam hari, insulin naiknya bertahap


2. Fase Post Pandrial = muncul setelah makan, insulinnya melonjak tinggi disebabkan untuk
pengambilan karbohidrat, protein, dan lemak setelah makan

Nah kembali kepada diabetes melitus. Jadi DM itu dibagi dua tipenya, yaitu

Diabetes Tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) :

Diabetes mellitus tipe 1 dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau
langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Jadi ini DM tuh, yang nggak beres adalah si
pembuat insulinnya yaitu pulau langerhans pada pankreas. Kan tadi udah dijelasin kalo insulin
disekresikan sama sel beta pankreas kan. Nah terus kok bisa disebut Insulin Dependent, karena
DM tipe ini sangat tergantung sekali dengan insulin. Pembuat insulinnya kan udah rusak,
otomatis, insulin yang disekresikan kan dikit atau bahkan gak ada sama sekali. Jadi sangat butuh
insulin dari luar (insulin eksogen).

Diabates Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabates Melitus (NIDDM) :


Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena adanya resistensi terhadap insulin atau berkurangnya
sensitifitas terhadap insulin. Jadi sebenernya tuh sel beta pankreas udah menghasilkan insulin,
tapi ternyata insulin yang dihasilkan gak sensitif dan resisten. So si gluksoa tetep aja jalan-jalan
di darah tanpa diambil sama insulin. Gejala pada tipe kedua ini terjadi secara perlahan-lahan.
Hiperglikemia pada DM tipe ini dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar. Dengan
pola hidup sehat juga, misalnya  mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara
teratur biasanya penderita berangsur pulih. Penderita juga harus
dapat mempertahankan berat badan yang normal.  Oleh karena itu disebut Non Insulin
Dependent, soalnya dia gak mutlak tergantung dengan insulin. Namun semakin parah penyakit,
sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin dari luar (insulin eksogen)
kadang dibutuhkan.

INSULIN EKSOGEN

Nah uda disinggung di tipe DM I sama II, bahwa pengobatan dari DM itu bisa dengan injeksi
insulin eksogen. Kalo insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedangkan
insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dari luar. Adapun indikasi dari penggunaan
insulin eksogen adalah :

 Semua penyandang DM tipe Imutlak memerlukan insulin eksogen karena produksi


insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
 Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
 Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
 DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
 Ketoasidosis diabetik.
 Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
 Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan suplemen
tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan
memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan
insulin.
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
 Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.

 
Injeksi Insulin Pen kepada pasien. Kenapa kok kita-kita perlu diajarin caranya menerangkan
prosedur injeksi pen? Soalnya, injeksi pen itu kan dilakuin sama pasien sendiri di rumah.
Keberhasilan terapi DM sangat bergantung sekali lho sama injeksi pen ini. Tapi mirisnya, di
Indonesia banyak terapi DM yang gagal disebabkan karena pasien gak bisa nggunain injeksi pen
itu. Kalo pun bisa, tapi gak tepat. Salahnya siapa ini? Salahnya dokter lho itu, soalnya kewajiban
dokter menerangkan prosedur injeksi pen dengan tepat dan benar. Dan sebagai dokter kita harus
menyadarkan pasien juga, jangan sampai kelewat kasih injeksi insulinnya, soalnya keberhasilan
terapi DM adalah disiplin.

INSULIN BERDASARKAN WAKTU KERJA

Kemudian saat edukasi kepada pasien mengenai penggunaan injeksi pen, kita perlu tau
pemberian insulin eksogen itu mengikuti fase dari sel beta pankreas mensekresikan insulin yaitu
fase basal dan post pandrian (kayak yang udah dijelasin di atas). Berikut keterangan jenis insulin
eksogen :

1. Insulin Eksogen kerja panjang (Long Acting Insulin). Ini mengacu pada fase basal ya.
Jadi insulin yang diberikan itu efeknya bertahap. Merupakan campuran dari insulin dan
protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang
dirasakan cukup lama. Diberikan sebelum tidur. Mengingat pada fase basal, panckreas
mensekresikan insulin pada malam hari. Preparat: Protamine Zinc Insulin ( PZI ),
Ultratard.
2. Insulin Eksogen kerja sedang (Intermediate Acting Insulin).  Bentuknya terlihat
keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan menambahkan bahan yang
dapat memperlama kerja obat dengan cara memperlambat penyerapan insulin kedalam
darah.
3. Insulin Eksogen kerja cepat (Short Acting Insulin) dan Insulin kerja sangat cepat
(Rapid Acting Insulin). Kalo yang ini mengacu pada fase post pandrial. Bentuknya
berupa larutan jernih, mempunyai onset cepat dan durasi pendek. Jadi diberikannya 30
menitsebelum makan. Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente.
4. Insulin Eksogen campuran(Mix). Merupakan kombinasi insulin kerja cepat dengaan
kerja sedang. Insulin jenis ini yang beredar di Indoneia adalah Mixtard 30/70 dan
Humulin 30/70.
yang bertanda bintang (*) belum ada di Indonesia. Yang ada di dalam kurung misalnya =
(NovoMix) itu merk dagang.
PEMBERIAN DOSIS INSULIN

Kalo yang DM tipe I, diberikan insulin yang long acting sama rapid / short acting. Dan yang DM
tipe II, diberikan insulin yang intermediate acting sama yang mix.

1. Adapun dosisnya untuk DM yang tipe I adalah :

 Jadi gini misalnya, ada pasien DM I berat badannya 60 kg. Rumusnya adalah 1/2 unit per
kg BB.
 Kemudian 60 kg dibagi 1/2 berarti 30 unit.
 30 unit itu dibagi dua, yaitu untuk yang Long Acting Insulin (Fase Basal) sama yang
Rapid/Short Acting (Fase Postpandrial). Kalo berdasarkan gambar di atas, untuk yang
long acting (basal) itu 40% sehingga diperoleh 12 unit, sedangkan yang rapid/short
(pandrial) itu 60% kan jadi dapetnya 18 unit. Tapi yang pas diajarin di skills lab kemaren
itu dibagi sama, jadi masing-masing adalah 15 unit.
 Terus untuk yang long acting (basal), diberikan sebelum tidur kan, udah dijelasin di atas
kan kalo fase basal itu disekresikan pas malam hari. Dosisnya ya sesuai dengan
pembagian tadi, yaitu 12 unit (menurut gambar di aras atau Cheng and Zinman, 2005)
atau 15 unit (menurut skills lab kemaren).
 Nah untuk yang rapid/short (pandrial), diberikannya sebelum makan. Jadi dosis yang
diperoleh kan tadi 18 unit tu, berarti 18 unit dibagi 3 untuk makan pagi, siang, malam.
Hasilnya tiap makan mendapat injeksi insulin sebanyak 6 unit. Itu dosis yang ikut Cheng
and Zinman. Misal yang di skills lab kemaren, berati dosis 15 unit dibagi 3, jadi setiap
sebelum makan dosisnya 5 unit.
 Walaupun banyak cara yang dapat dianjurkan, namun prinsip dasarnya adalah sama;
yaitu insulin prandial dikombinasikan dengan insulinbasal dalam usaha untuk menirukan
sekresi insulin fisiologis.
2. Adapun dosis untuk yang DM tipe II :

Bisa memakai hanya insulin kerja menengah (intermediate) saja, atau campuran insulin cepat
dan menengah. Biasanya 2/3 unit diberikan sebelum makan pagi dan 1/3 unit diberikan
sebelum makan malam.

INSULIN PEN

NovoMix 30 FlexPen.

1. Bagian-bagian dari NovoMix 30 FlexPen

Perhatikan bagian-bagiannya agar mudah memahami cara kerja selanjutnya.


 

2. Menyiapkan NovoMix 30 FlexPen

 Pertama kali penggunaan- jadi untuk penggunaan pertama kali, diharuskan merolling
pen (menggulung pen) diantara telapak tangan selama 10 kali. Kemudian gerakkan pen
ke atas dan ke bawah, lakukan sampai suspen cairan tercampur rata.

 Setiap kali penggunaan- kalo setiap kali akan menggunakan injeksi pen (bukan untuk
yang pertama kali, lakukan hanya yang  menggerakkan pen ke atas dan ke bawah, tanpa
yang menggulung pen diantara telapak tangan. Lakukan itu sampai suspen cairan
tercampur rata.

2. Memasang jarum

 Buka protective tab dari jarumnya kemudian pasang ke Novo-pen. Jarumnya ini
dilindungi oleh inner needle cap (tutup jarum dalam)dan big outer needle cap (tutup
jarum luar)
 Tarik atau lepaskan tutup jarum luar dan dalamnya.Jangan membuang tutup jarum luar.

3. Mengecek aliran insulin(priming)

 Pasang dosis insulin di 2 unit.


 Balikkan Novo-pen sehingga jarum menghadap atas, kemudian ketuk-ketuk agak tidak
ada udara dan gelembung.
 Masih jarum menghadap atas, tekan push-button sampai dosisnya 0 unit. Cairan insulin
harus keluar. Jika tidak, ganti jarum dan ulangi prosedur tidaklebih dari 6 kali. Bila tetap
tidak muncul cairan, maka harus mengganti Novo-pennya.

4.Mengatur dosis

 Pastikan dosis unit sudah 0. Kemudian atur dosis sesuai anjuran dokter dengan memutar-
mutar dose selector. Hati-hati jangan memencet push button.

5. Melakukan injeksi

 Tentukan area yang akan disuntikkan.


 Perlu disampaikan pada pasien mengenai area mana saja yang bisa disuntikkan.
Beritahukan bahwa area yang disuntik jangan itu-itu saja. Tapi perlu berpindah-pindah
area. Misal setiap pagi di sekitar perut, setiap malam di lengan.
 Kemudian area yang akan disuntik di desinfektan dulu menggunakan kapas alkohol.
 Area yang akan disuntikkan, dicubit terlebih dahulu, dan suntikkan secara tegak lurus (90
derajat) dengan menekan tombol push-button. Disuntikkannya sambil diliat dosisnya
sudah mencapai 0 atau belum.
 Jika dosis sudah 0, suntikan jangan dilepas. Hitung dulu selama 6 detik, baru dilepas.
Tujuannya untuk memastikan bahwa insulin tersuntikkan secara sempurna.
 Setelag dicabut jarumnya, tidak usah diusap-usap, karena tidak ada darah yang keluar.
 Kemudian jika sudah selesai, tutup jarum luar dipasang kembali tapi tanpa
menyentuhnya. Ketika jarum sudah tertutupi dengan tutup jarum luar, tarik tutup jarum
luar beserta jarumnya.
 Perhatian : seharusnya setiap kali penyuntikkan harus menggunakan jarum yang berbeda-
beda. Namun, di Indonesia, asalkan digunakan oleh 1 orang yang sama jadi tidak perlu
diganti jarumnya. Jarumnya kalo sudah tumpul baru diganti.
 Tutup kembali Novo-pen.

SOP Memberikan Terapi Injeksi Insulin

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Tindakan Keperawatan : Memberikan Terapi Injeksi Insulin/ Insulin Pen

1 Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah
pada Diabetes Mellitus

Insulin Pen : adalah insulin yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin
khusus yang berisi 3 cc insulin

2 Tujuan   Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.

3 Hal-hal yang1.Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
harus 2.Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan
diperhatikan warna).
3.Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
4.Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15
menit sebelum makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu
pemberian injeksi dengan waktu makan adalah 30 menit.
5.Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium
(kadar gula darah).

6.Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.

Khusus Untuk Insulin Pen :


1.   Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 – 8
°C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).
2.   Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari
pendingin. Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi
suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama 4 minggu.
3.   Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar
matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4.   Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna
jernih lagi.

5.   Kontraindikasi : Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas


terhadap human insulin.

4 Alat yang
1.    Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
dibutuhkan
2.    Vial insulin.
3.    Kapas + alkohol / alcohol swab.
4.    Handscoen bersih.
5.    Daftar / formulir obat klien.

Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi

1.    Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi


insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara
pemberian, dan pendokumentasian).
2.    Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan
masa efek puncak insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.
3.    Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
4.    Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human
insulin.
5.    Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
6.    Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau
penurunan jumlah jaringan.
7.    Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi
insulin.
8.    Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah
dimakan klien.

Tahap Orientasi

1.    Memberi salam pada pasien

2.    Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian
injeksi insulin.

3.    Menutup sampiran (kalau perlu).

Tahap Interaksi

1.    Mencuci tangan.

2.    Memakai handscoen bersih.

3.    Penyuntikan insulin

Pemakaian spuit insulin

a.    Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk
klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).

b.    Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat


kebiruan, inflamasi, atau edema.
c.    Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat
sebelumnya.

d.    Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab,


dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.

e.    Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.

    Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan.

g.    Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.

h.    Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum
yang sudah tertutup dengan tutupnya.

Pemakaian Insulin Pen

a.    Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan.

b.    Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.

c.    Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan
indikator dosis.

d.    Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian
cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar
dengan jumlah dosis insulin yang akan diberikan kepada klien.

Skalapada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang
dirasakan perawat saat memutar cap Insulin Pen menandakan 2 unit insulin
telah tersedia).

e.    Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat


kebiruan, inflamasi, atau edema.

    Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat


sebelumnya.

g.    Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol swab,


dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.

h.    Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.

     Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara
lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian atas Insulin Pen sampai tidak
terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan tinggi Insulin Pen sudah kembali seperti
semula (tanda obat telah diberikan sesuai dengan dosis).

     Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien sebelum
dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.

k.    Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan
penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.

Tahap Terminasi

4.    Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan

5.    Membereskan alat

6.    Cuci tangan

Tahap Evaluasi

7.    Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit


setelah injeksi insulin dilakukan.
8.    Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
9.    Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau hematoma.

Tahap Dokumentasi

10.  Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.


11.  Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.

12.  3.  Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin

5 Referensi Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Siatem Endokrin. Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai