Anda di halaman 1dari 10

Latihan Relaksasi Fisik

A. Relaksasi otot progresif

a. Devenisi
relaksasi progressif adalah metode yang terdiri dan peregangan dan relaksasi
sekelompok otot dan memokuskan pada perasaan rileks. Hal ini dapat mengurangi
ketegangan dan kejemuan otot yang biasanya menyertai nyeri.
b. Tujuan
Relaksasi otot progresif bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan
dengan cara melemaskan otot-otot badan.
c. Indikasi
- Nyeri
- Kecemasan
- Depresi
- Insomnia
d. Prosedur kerja
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan dengan cara
menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Klien diminta
membuat kepalan semakin kuat, sambil merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks
selama 12 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang
dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
2. 2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.
3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot biseps. Otot biseps adalah otot
besar yang terdapat di bagian atau pangkal lengan. Gerakan ini diawali dengan
menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian membawa
kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biseps akan menjadi tegang
4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara mengangkat
kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh
kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi
di bahu, punggung atas, dan leher.
5. Gerakan kelima sampai kedelapan adalah gerakan-gerakan yang ditujukan untuk
melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi,
mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya keriput.
6. Gerakan keenam ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata diawali dengan
menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata
dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
7. Gerakan ketujuh ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-
gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang.
8. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut.
9. 9. Gerakan kesembilan dan kesepuluh ditujukan untuk merilekskan otot-otot leher
bagian depan dan belakang. Gerakan ini diawali dengan otot leher bagian
belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Klien dipandu meletakkan
kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala
pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga klien dapat merasakan
ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
10. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian depan, ini dilakukan
dengan cara membawa kepala ke muka, kemudian klien diminta untuk
membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat meraskan ketegangan di daerah
leher bagian muka.
11. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan ini dapat
dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan
selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat tubuh rileks, letakkan kembali ke
kursi sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.
12. Gerakan keduabelas dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan
ini, klien diminta untuk menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat
ketegangan dilepas, klien dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana
dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks.
BACRUB
A. Devenisi
Backrub adalah melakukan tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada
klien dengan memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada
otot/tulang. Pemijatan ini pada punggung untuk memperlancar sirkulasi aliran darah dan
mengurangi nyeri. Backrub yaitu melakukan tindakan pemijatan pada punggung untuk
memperlancar sirkulasi aliran darah.
B. Tujuan
- Melancarkan sirkulasi darah
- Meningkatkan fungsi jaringan syaraf
- Menurunkan ketegangan otot
- Melarutkan lemak
- Menstimulasi sirkulasi kulit
- Menimbulkan relaksasi yang dalam
- Mengurangi nyeri pada tengkuk
- Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ internal
C. Indikasi
- Klien dengan keluhan kekakuan dan ketegangan pada tengkuk
- Klien dengan gangguan sirkulasi darah pada puggung
- Klien dengan gangguan nyeri atau ketidaknyamanan
D. Kontraindikasi
- Klien dengan lesi pada daerah punggung
- Klien dengan fraktur pada punggung
- Klien dengan low back pain (nyen pinggang akibat penyempitan syaraf.
E. Alat dan bahan
- Selimut mandi
- Olive oil atau lotion
- Handuk
- Sarung tangan bersih
F. Cara kerja
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Cek alat-alat yang digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
5. Posisikan klien senyama mungkin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
7. Periksa tanda vital klien sebelum memulai backdrub (terutama pada nadi dan tekanan
darah)
8. Atur ruagan dengan kehangatan yang cukup
9. Bantu klien melepaskan baju
10. Bantu klien dengan posisi pronasi atau sims dengan punggung menghadap perawat
11. Buka punggung klien, bahu, lengan atas dan pantat, tutup sisinya degan selimut
mandi
12. Letakkan handuk panjang di bawah punggung
13. Hangatkan lotion di telapak tangan atau tempelkan lotion pada air hangat, jelaskan
bahwa lotion akan terasa dingin
14. Berdiri di dekat klien, dengan gerakan sirkuler. pijat daerah leher dengan tiga jari
15. Gunakan gerakan stroking (menggosok) dengan arah sirkuler keluar dari arah sacrum
menuju ke leher, lakukan dengan gerakan memamnjang, tegas dan lembut,
pertahankan tangan.
16. Berhentilah pada pusat punggung dan kemudian gerakkan secara. sirkuler keluar di
kedua scapula, kemudian kembali ke pantat dengan gerakan lambat. Lanjutkan pijat
selama beberapa menit.
17. Remas kulit dengan jari-jari remas ke atas sepanjang saty sisi spina dari pantat dan
bahu dan sekitar bawah leher. Ulangi sepanjang sisi punggung klien.
18. Pukul-pukul punggung klien dengan menggunakan sisi telapak tangan
19. Akhiri masase dengan gerakan usapan panjang dan tegas dari atas ke bawah dan
katakana pada klien bahwa anda akan mengakhiri masase
20. Ulangi kembali gerakan-gerakan tersebut di atas masing-masing gerakan 3-5 menit.
Tambahkan lotion jika perlu
21. Sambilkan melakuakn masase periksa adanya kemerahan pada kulit (terutama pada
daerah bony prominence)
22. Tanya klien daerah yang dilakukan masase khusus
23. Bersihkan lotion pada punggung klien dengan handuk
24. Rapikan klien ke posisi semula
25. Beritahu klien bahwa tindakan selesai
26. Bantu klien memakai kembali baju, rapikan klien ke posisi semula.
27. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
28. Cuci tangan
G. Evaluasi
- Evaluasi hasil yang dicapai
- Beri reinforcement positif pada klien
- Kontrak pertemuan selanjutnya
- Mengakhiri pertemua dengan baik
H. Referensi

https://www.scribd.com/document/462078656/Makalah-Backrub
Melatih pasien melakukan nafas dalam

a. DEFENISI
relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau
perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.
b. TUJUAN

1. Menin!katkan kapasitas paru


2. Mencegah atelectasis
c. KEBIJAKAN

Pasien dengan gangguan paru obstruktif dan restriktif

d. PROSEDUR KERJA
 Tahap prainteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
 Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
 TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi pasien
2. Mempersiapkan pasien
3. Meminta pasien meletakan satu tangan di dada satu lagi di abdomen.
4. Melatih pasien melakukan nafas perut ( menarik nafas dalam melalui hidung
selama 3 hitungan, jaga mulut agar tetap tertutup
5. Meminta pasien merasakan pengembangan abdomennya ( cegah lengkung
pada punggung)
6. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan ( lewat mulut
seperti meniup)

 Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasitindakan pamitan dengan klien.
2. Berpamitan pada klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

PERAWATAN LUKA

A.      Pengertian
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut dengan tujuan mencegah
infeksi silang ( masuk melalui luka ) dan mempercepat prose penyembuhan luka.

1.      Tahap respon inflantasi akut terhadap cedera. Tahap ini dimulai saat terjadinya luka

2.      Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pemberian jaringan yang mati oleh leukosit polimer
fenuklear dan makrofag

3.      Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringa ikat dan
mengifultasi luka.

4.      Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitalisasi, kontraksi luka dan organisasi jaringan
ikat

B.       Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1.      Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah
yang baik untuk pertumbuhan perbaikan sel

2.      Anemia ,memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protein yang cukup.

3.      Usia , kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan,kematangan usia
seseorang.
4.      Nutrisi,merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel terutama karena kandungan
zat gizi yang terdapat didalamnya.

5.      Kemungkinan,obat-obatan,merokok dan stress,mempengaruhi proses penyembuhan luka.

C.      Perawatan Luka Insisi


Luka insisi dibersihkan dengan alcohol dan larutan suci hama(larutan betadine dan
sebagainya),lalu ditutup dengan kain penutup luka,secara penodik pembalut luka diganti dan
luka dibersihkan.Dibuat pula catatan kapan benang/orave,dicabut dan dilonggarkan.Diperhatikan
pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat.

D.      Penatalaksanan luka dengan eksudat :


1.    Luka dengan sedikit eksudat di tutup dengan band and operative dressing.

2.    Luka dengan eksudat sedang di tutup dengan tegal filmated swabs atau dengan pembalut
luka lainnya.

3.    Luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgipad atau di kompres dengan cairan suci
hama lainnya.

Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan bergerak bagi penderita, sebaiknya di pakai
gurita.

E.       Komplikasi luka insisi


1.      Sebagai luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat sebagian lagi dalam
sejumlah sedang atau banyak akan keluar melalui lubang-lubang(fisdel)

2.      Luka terbuka sebagian bernanah dan berinfeksi

3.      Luka terbuka seluruhnya dan usus kelihatan

–           Tempat perawatan pasca operasi atau bedah

Setelah tindakan di kamar operasi , penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room)
yang di lengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan
penderita gawat, segera pindahkan ke unit kamar darurat(intensive care unit)

–           Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama penderita Puasa Pasca Operasi (PPO), maka pemberian cairan
perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi
hipertemia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.

–           Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi,
untuk mengurangi rasa nyeri di berikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan
intramuskuler pthidin dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus
atau obat lainnya.

–           Mobilisasi

Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalan-jalannya
penyembuhan penderita, kemajian mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang di
lakukan oleh komlikasi yang mungkin di jumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pada si sakit bahwa ia mulai sembuh.

Perubahan gerakan dan posisi yang harus di terangkan kepada penderita atau keluarga yang
menunggunya.

Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombisis dam emboli sebaiknya, bila terlalau
dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan operasi, jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta di ikuti dengan istirahat adalah yang paling di anjurkan.

–           Pemberian obat-obatan

Antibiotik, kemoterapi dan antiflamasi

Cara pemilihan dan pemberian anti biotika sangat berbeda-beda disetiap institut, bahkan dalam
satu institutepun masing-masing dokter mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.

Sebagai pedoman umum kira-kira sebagai berikut:

1.      Sebelum melakukan uji biakan (culture test) dan uji kepekaan (sensitive test), pilihan
antibiotika. Pilihan antibiotika. Pembunuh kuman gram negative sebagai obat peroral atau
sebaliknya.

2.      Setelah hasil uji-makan dan uji kepekaan di terima, berikan obat dengan berpedoman
dengan misi uji laboratorium tersebut dengan cara seperti diatas.

3.      Posisi obat harus tepat dan akurat serta bersifat spektrum luas (Groad – Spektrum).

4.      Obat-obat pencegah perut kembung.

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja saluran pencernaan dapat
diberikan obat-obatan secara subkutan dan peroral, diantaranya : plasil, perim peran, prostigmin,
dan sebagainya. Apabila terjadi distansi abdomen, yang ditandai dengan adanya perut kembung
dan meteorimus, dilakukan dekompresi dengan pemasangan pita rektal dan pita hasal. Boleh juga
diberikan supporitoria bisa codyl, 36 jam pasca bedah.

5.      Obat-obatan Lainnya.


Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roboronsia, obat anti
inflamasi, atau bahan tranfusi darah pada penderita yang anemis.

6.      Perawatan Putih.

Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau
(check up) bayi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter atau nakes lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran, yang diukur adalah:

o  Tekanan darah

o  Jumlah nadi per menit

o  Frekuensi pernafasan per menit

o  Jumlah cairan masuk dan keluar (urine)

o  Suhu badan

o  Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi kasus periksaan dan pengukuran tersebut sekurang-
kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.

F.       Peralatan dan Perlengkapan


1.      Pinset anatomi

2.      Gunting dan plester

3.      Kapas sublimar

4.      Bak instrument dan handscoon

5.      Bengkok

6.      Waskom berisi larutan klorin

7.      Kassa steril

8.      Troli

9.      Tempat tidur

10.  Perlak

11.  Larutan Nacl 0,9 %

12.  Betadine

13.  Kapas alcohol


14.  Peralatan cuci tangan

G.      Prosedur Kerja
1.      Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan.

2.      Siapkan bahan dan alat secara ergonomis.

3.      Pasang sampiran.

4.      Atur posisi pasien senyaman mungkin.

5.      Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan.

6.      Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

7.      Pakai sarung tangan (handscoon).

8.      Olesi plester dengan kapas alcohol, agar mudah dan tidak sakit saat plester dibuka.

9.      Buka plester dan kasa dengan menggunakan pinset, buang dalam bengkok.

10.  Kaji luka (tekan daerah sekitar luka, lihat sudah kering atau basah.

11.  Bersihkan luka dengan larutan antiseptic atau larutan gram faal.

12.  Buang kasa yang telah digunakan kedalam bengkok.

13.  Keringkan luka dengan menggunakan kassa yang baru.

14.  Berikan salep antiseptic.

15.  Tutup luka dengan kassa dan memasang plester.

16.  Rapikan pasien.

17.  Bereskan alat.

18.  Lepas sarung tangan (masukkan kedalam Waskom berisi larutan klorin 0,5% selama 10
menit ).

19.  Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk.

20.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai