2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ini Konsep Dasar Penyakit
SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom) tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ns.Muhammad Arif, M.Kep
pada Mata Kuliah KMB I. Makalah ini disusun dan diuraikan secara efektif untuk menambah
wawasan tentang Konsep Dasar Penyakit SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom) bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kemudian makalah ini disusun berdasarkan hasil
diskusi anggota kelompok yang dijilid menjadi satu kedalam bentuk makalah. Kiranya
makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami menerima kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada pembaca serta
ridho dari Allah SWT.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................1
1.4 Manfaat………………………………………………………………..……………….…..1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................2
iii
3.1 Teori keperawatan berdasarkan kasus yang ditemukan . ...................................................7
3.2 Kebijakan pemerintah terhadap permasalahan dari dulu sampai trend baru ......................7
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………
4.2 Saran………………………………………………………………………………………..
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang menyerang sistem
respirasi (WHO, 2006). SARS disebabkan oleh virus khusus yaitu Coronavirus (CoV) yang
sering disebut dengan SARS-CoV. Virus tersebut mudah menular dari satu orang ke orang
lain. Di dalam tubuh, SARS-CoV melakukan replikasi virus pada sistem pernapasan dan
menyerang paru-paru yang berakibat sulit bernafas. Selain itu, virus penyebab SARS ini
dapat aktif selama 24-48 jam di dalam media (manusia atau hewan) dan 24 jam di luar media
(Serradell, 2010).
5
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
Memberikan pengetahuan dan kesadaran akan bahaya penyakit SARS bagi masyarakat, dan
mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menghadapi pendemi SARS
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa: untuk memenuhi tugas Mata Kuliah KMB I dan Sebagai penambah
wawasan tentang Konsep Dasar Penyakit SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom).
6
BAB II
PEMBAHASAN
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang
merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui
pasti penyebabnya. SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru paru (edema paru).
Munculnya kembali agen penyebab virus SARS di Cina pada akhir tahun 2003
(Paterson 2004), menyusul tahun yang mempengaruhi banyak Negara. Untungnya, tindakan
cepat oleh pihak berwenang China dalam isolasi kasus-kasus yang dicurigai dan dalam
memulai pelacakan kontak dan tindakan karantina berfungsi untuk menahan virus secara
efektif. Pada akhir Februari 2004, hanya tiga kasus yang dikonfirmasi dan satu kemungkinan
kasus telah dilaporkan tanpa rantai penularan lanjutan yang teridentifikasi ((WHO) 2004).
Dari mana virus muncul kembali masih belum pasti, tetapi tersangka utama sebagai inang
reservoir hewan tetap kucing luwak (Paguma larvata), dan fokus penyebaran dari inang ini ke
manusia tampaknya adalah pasar hewan di Cina, khususnya di Guangzhou, di provinsi
Guangdong (Webster,2004). Provinsi Guangdong adalah tempat asal wabah besar tahun 2003
yang menginfeksi lebih dari 8000 orang dan membunuh 774 (Hedkk, (2004)). Salah satu
tindakan yang diperkenalkan oleh otoritas Cina, menyusul munculnya kembali SARS pada
akhir tahun 2003, adalah pemusnahan besar-besaran populasi kucing luwak di pasar hewan
dan peternakan, diperkirakan melibatkan pemindahan lebih dari 10.000 hewan (Watts 2004).
Etiologi severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah infeksi oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV). Genom SARS-CoV telah diurutkan
7
(sequenced) dan tidak terkait dengan coronavirus manusia ataupun coronavirus hewan yang
telah dikenal sebelumnya. Kemungkinan SARS-CoV awalnya adalah virus pada hewan yang
kemudian mengalami mutasi menjadi patogen manusia
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada
pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu
kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus
lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru
paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara
serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah
(droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.( Jong. W. 1997).
- Melakukan interaksi dengan hewan atau orang yang terinfeksi virus baik secara langsung
maupun tidak.
-melakukan perjalanan ke wilayah atau negara di mana wabah SARS sedang menyebar.
-Tidak mencuci tangan baik sebelum maupun setelah makan atau tidak menjaga kebersihan
diri dengan baik.
Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38⁰C
terutama pada malam hari, ditambahh batuk, sulit bernafas, dan napas pendek-pendek, nyeri
sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari
setelah onset. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien
penyakit ini, orang biasa disebut suspect SARS. Kalau setelah rontgen terlihat ada pneumia
(radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau
bisa diduga terkena SARS.
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul
bintik-bintik merah pada kulit, badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat
mata bisa diasarankan lansung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala ini
tidak cukup kuat jika belum ada kontak lansung dengan pasien. Tetap diperlukan terkena
penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin
juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih
bisa berubah. Penelitian terus dilansungkan sampai sekarang. (Brunner & Suddarth, 2002)
8
2.6 Mekanisme Penyakit SARS ?
9
Tes diagnostik cepat berdasarkan deteksi antigen Tes diagnostik cepat yang
mendeteksi keberadaan protein virus SARS-CoV-2 (antigen) pada spesimen saluran
pernapasan sedang dikembangkan dan dikelola agar dapat dipasarkan. Sebagian besar tes ini
adalah imunoasai alur lateral (LFI), yang biasanya diselesaikan dalam waktu 30 menit.
Berbeda dengan NAAT, tidak ada amplifikasi target yang ingin dideteksi, sehingga tes
antigen kurang sensitif. Selain itu, hasil positif palsu (mengindikasikan bahwa seseorang
terinfeksi padahal tidak) dapat terjadi jika antibodi pada carik tes juga mendeteksi antigen
virus-virus selain SARS-CoV-2, seperti coronavirus manusia lain.
untuk mengidentifikasi tes deteksi antigen dalam pengembangan atau pemasaran yang
mana yang menunjukkan kinerja yang dapat diterima dalam penelitian lapangan yang
representatif, disarankan agar dilakukan validasi berpasangan NAAT dan antigen pada
penelitian-penelitian klinis. Jika kinerjanya dapat diterima, RDT antigen dapat digunakan di
dalam algoritma diagnostik untuk mengurangi jumlah tes molekuler yang perlu dilakukan dan
untuk mendukung identifikasi serta tatalaksana dini atas kasus-kasus COVID-19. Penyertaan
deteksi antigen dalam algoritma tes bergantung pada sensitivitas dan spesifisitas tes antigen
dan prevalensi infeksi SARS-CoV-2 pada populasi tes yang dituju.
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS,
hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.Ada keuntungan dari penggunaan steroid
dan immune system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien SARS yang parah
karena beberapa bukti menunjukkan sebagian dari kerusakan serius yang disebabkan SARS
disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap virus.
Penelitian masih berlanjut pada area ini.Desember 2004, laporan menyebutkan para peneliti
Tiongkok telah menemukan sebuah vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan,
24 diantaranya menghasilkan antibodi virus SARS.
10
2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Penyakit SARS ?
1. PENGKAJIAN
A Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomorregistrasi, pekerjaan
pasien, dan nama penanggungjawab.
B Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan
penyakit
2. Riwayat Penyakit Sekarang pasien berhubungan dengan penyakit
3. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya
pernah menderita penyakit lain seperti TB Paru, DM, Asma,
Kanker,Pneumonia dan lain-lain
4. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang
mungkin.dan genogram
C Pola Fungsi Kesehatan
E Pemeriksaan penunjang
11
Biasnya melakukan pengumpulan data berupa : diagnostik, laboratorium dll
F Teraphy
Biasnya berisi apakah pasien sedang melakukan teraphy atau teraphy apa yang hahrus
dijalankan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Biasanya diagnosa keperawatan berisi data aktual, faktor resiko, promosi kesehatan
dan rumus dari diagnosa keperawatan adalah : dimana problem (masalah
keperawatan) berhubungan dengan etiologi/penyebabnya , ditandai dengan tanda dan
gejala.
intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang oleh perawat, atau suatu
perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan pengetahuan perawat yang
bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan keperawatan
mencakup perawatan langsung serta perawatan tidak langsung Kedua perawatan ini ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat dan orang-orang yang dirujuk oleh perawat,
dirujuk oleh dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).
B. Implementasi
C. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahun sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
membenkan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atan
muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan,
kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi menggunakan
12
CONTOH PENERAPAN ASKEP PADA PENYAKIT SARS
1. Pengkajian
Demam disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit kepala yang
disertai rasa lemah dan lesuh, gangguan pernafasan ringan dan diare
Pasien mengeluh sesak nafas frekuensi nafas 30x/menit, nadi lebih 100x/menit, gangguan
kesadaran, kondisi uurnum lemah.
Pasien dengan gejala panas tinggi >38°C selama 3 hari, pasien mengalami batuk sesak
dan sulit bernafas, kadang cyanosis
Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10
terakhir, Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir,
Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
13
Riwayat kesehatan keluarga dilihat dengan cara mengkaji anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dan kaji pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
F. Riwayat pengobatan
Pasien SARS pernah minum obat tradisional saat sakit dan sebelum sakit.
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
1. Kesadaran
Pasien SARS ada penurunan kesadaran bahkan sampai tidak sadar jika sudah ketingkat
lebih lanjut.
2. Tanda-tanda vital
Pada pasien SARS didapatkan suhu tubuh 38°C selama, RR >30x/menit, Nadi >
100x/menit, Tensi cenderung turun.
Body System
1. Sistem pernafasan
Inspeksi Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan alat bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkat,
retraksi otot bantu pernafasan.
Palpasi Sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukkan inflamasi
Perkusi: suara perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi: Ronkhi basah, suara nafas bronkial
2. Sistem kardiovaskuler
14
11. Sistem imun Virus coronavirus dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas
dan juga bawah sehingga mengakibatkan system imunitas pernafasan menjadi turun
dan berakibat batuk yang lama
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan ( sianosis, karena kekurangan oksigen).
2. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbuhan cairan ditempat yang seharusnya
terisi udara).
3. CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing
Pneumonia (BOOP).
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah perifer lengkap
Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM) d. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen
dahak, feses dan darah ferifer.
Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus.
I. Penatalaksanaan
Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95).
Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
Berikan masker bedah pada penderita
Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi
perorangan (PAPP)
Catat dan dapatkan keteranagan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan, riwayat
kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernafasan pada kontak sepuluh hari
sebelumnya.
Pemeriksaan fisik.
Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap.
Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk
melakukan kebersihan diri, kurangi aktifitas, dan anjurkan menghindari menggunakan
angkutan umum.
Pengobatan di rumah diberikan antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan
bergizi.
Anjurkan pada pasien apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter atau rumah
sakit.
Bila foto toraks menunjukkkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan
atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable suspek SARS yang
dirawat.
Isolasi
Perhatikan keadaan umum, kesadaran, tanda vital (tensi, nadi, frekuensi nafas, suhu)
Terapi suportif
15
Antibiotik: beta lactam atau beta lactam ditambahkan dengan anti beta lactamase oral
ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin
16
2. Diagnosa Keperawatan
Penyebab:
Fisiologis: Spasme jalan nafas, Hiperskeresi jalan nafas, Disfungsi neuromuskuler, Benda
asing dalam jalan nafas, Adanya jalan nafas buatan, Sekresi yang tertahan, Hiperplasia
dinding jalan nafas. Proses infeksi, Respon alergi, Efek agen farmakologis (mis, anastesi).
Objektif: Batuk tidak efektif. Tidak mampu batuk, Sputum berlebih, Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi kering. Mekonium di jalan nafas (pada neonates).
Objektif: Gelisah, Sianosis, Bunyi nafas menurun, Frekuensi nafas berubah, Pola nafas
berubah
Kondisi Klinis Terkait Gullian barre syndrome, Sklerosis multiple, Myasthenia gravis.
Prosedur diagnostic (mis, bronkoskopi, transesophageal echocardiography (TEE), Depresi
system saraf pusat, Cederal kepala, Stroke, Kuadrplegia, Sindrom aspirasi meconium, Infeksi
saluran nafas
Penyebab: Depresi pusat pernafasan, Hampatan upaya nafas (mis, nyeri saat bernafas,
kemahan otot pernafasan), Deformitas dinding dada, Deformitas tulang dada, Gangguan
neuromuscular. Gangguan neurologis (mis, elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,
gangguan kejang). Imaturitas neurologis, Penurunan energy, obesitas, Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, Sindrom hipoventilasi, Kerusakan inervasi diagrafma (kerusakan
saraf C5 ke atas), Cedera pada medulla spinalis, Efek agen farmakologis, Kecemasan.
17
Gejala dan Tanda Mayor.
Subjektif :Dispnea
Objektif Penggunaan otot bantu pernafasan, Fase ekspirasi memanjang, Pola nafas abnormal
(mis, takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)
Subjektif: Ortopnea
Kondisi Klinis Terkait Depresi system saraf pusat, Cedera kepala, Trauma thoraks Gullian
barre syndrome, Multiple sclerosis, Myasthenis gravis, Stroke, Kuadrplegia, Intoksikasi
alcohol
C. Intoleran Aktivitas
Penyebab Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tirah baring. Klemahan,
Imobilitas, Gaya hidup monoton.
Subjektif : Dispnea saat/setelah aktivitas. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, Merasa
lelah.
Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi intirahat, Gmabaran EKG
menunjukkan aritmia saat/stelah aktivitas, Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis.
Kondisi Klinis Terkait: Anemia, Gagal jantung kongestif, Penyakit jantung coroner,
Penyakit katup jantung, Aritmia, Penyakit paru obstruktif kronos (PPOK), Gangguan
metabolic, Gangguan muskulukeletal
18
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan mayor, Trauma/pendarahan, Luka bakar, Aferesis
Asites, Obstruksi intestinal. Peradangan pankreas, Penyakit ginjal dan kelenjar, Disfungsi
intestinal.
Kondisi Klinis Terkait: Prosedur pembedahan mayor, Penyakit ginjal dan kelenjar.
Pendarahan, Luka bakar
3. Intervensi
A. Bersihan jalan nafas, ketidakefektifan
1. Tujuan
1. Menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif, yang dibuktikan oleh Pencegahan
Aspirasi; Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas; dan Status Pernafasan Ventilasi tidak
terganggu.
2. Menunjukkan Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas, yang dibuktikan oleh indicator
gangguan Nafas, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5);
gangguan ekstrem, berat,sedaang, ringan atau tidak ada gangguan):Frekuensi dan irama
pernafasan. Kedalaman inspirasi, Kemampuan untuk membersihkan sekresi.
2. Kriteria hasil
1. Batuk efektif
3. Intervensi
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
19
- Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan
- Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mukus kental dan keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan porterior untuk mengetahui penurunan atau
Pengisapan jalan nafas (NIC): ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas tambahan.
- Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO₂ dan S,O₂) dan status hemodinamik, segera
sebelum, selama, dan setelah pengisapan
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruangan
perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok
3. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan
pengeluaran sekret
5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna,
karakter, jumlah dan bau
6. Pengisapan jalan nafas (NIC): Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang cara
pengisapan jalan nafas, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
2. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung
4. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizier ultrasonik, dan peralatan paru lainnya
sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi
20
1.Menunjukkan pola pernafasan efektif, yang dibuktikan oleh Status Pernafasan yang tidak
terganggu: Ventilasi dan Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas; dan tidak ada
penyimpangan tanda-tanda vital dari rentang normal
2. Menunjukkan Status Pernafasan: Ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan)
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, Ekspansi dada simetris
3. Menunjukkan tidak adanya gangguan Status pernafasan: Ventilasi, yang dibuktikan oleh
indikator berikut (sebutkan 1-5. gangguan ek stream, berat,sedang, ringan, tidak ada
gangguan): Penggunaan otot aksesoris, Suara nafas tambahan, Ortopnea
2. Kriteria hasil
6. Mengidentifikasi factor (mis.. alergen) yang memicu ketidakefektifan pola nafas, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya
3. Intervensi
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
5. Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang
ventilator
6. Pemantauan Pernafasan (NIC): Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan.
Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot aksesoris, serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosta, Pantau pernafasan yang berbunyi, seperti
melengking atau mendengkur, Pantau pola pernafasan: bradipnea: takipnea: hiperventilasi;
pernafasan Kussmaul; pernafasan Cheyne-Stokes; dan pernafasan apneastik, pemafasan Biot,
dan pola ataksik. Perhatikan lokasi traken. Auskulasi sura nafas, perhatikan area penurunan/
21
tidak adanya ventilasi dan adanya surara nafas tambahan. Catat perbahan pada SaO SVO₂,
CO₂ akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (GDA), jika perlu
1. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan. Uraikan teknik
5. Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam ruangan
6. Intruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi tahu perawat pada
saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan.
5. Aktifitas kolaboratif
1. Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadikuatan fungsi fentilator
mekanis
2. Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum daan.
sebagainya jika perlu atau sesuai protocol
4. Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
program atau protocol institusi
C. Intoleransi aktifitas
1. Tujuan
1. Menoleransi aktifitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh Toleransi aktifitas,
Ketahanan, Penghematan Energi. Tingkat Kelelahan, Energi Psikomotorik, Istirahat, dan
Perawatan Diri: AKS (dan AKSI)
2. Menunjukkan Toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak mengalami gangguan): Saturusi
Oksigen saat beraktivitas, Frekuensi pernafasan saat beraktivitas, Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas fisik
22
3. Mendemonstrasikan Penghematan Energi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu ditampilkan):
Menyadari keterbatan energy. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat. Mengatur jadwal
aktivitas untuk menghemat energi
2. Kriteria Hasil
2. Berpartisipasi dalam akativitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut jantung,
frekuensi pernafasan, dan tekanan darah seta memantau pola dalam batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat ativitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari
daftar pada saran penggunaan)
6. Menampilkan manajemen
3. Intervensi (NIC)
Aktifitas Keperawatan
Pengkajian
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
4. Manajemen Energi (NIC): Tentukan penyebab keletihan (mis.. perawatan, nyeri, dan
pengobatan), Pantau respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (mis., takikardia. disritmia
lain, dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernafasan), Pantau
respons oksigen pasien (mis., denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi pernafasan) terhadap
aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
sumber-sumber energy yang adekuat, Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan
lamanya waktu tidur dalam jam
23
1. Penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
2. Mengenali tanda dan gejala Intoleransi Aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan
kepada dokter
6. Dampak Intoleransi Aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan tempat
kerja
7. Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh: menyimpan alat atau benda yang
sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau
8. Manajemen Energi (NIC): Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik
perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen (mis.. pemantauan mandiri dan
teknik langkah untuk melakukan AKS), Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik
manajemen waktu untuk mencegah kelelahan
5. Aktifitas Kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
2. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (mis., untuk latihan ketahanan), atau
rekreasi untuk merencanakan dan meemantau program aktivitas, jika perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa di rumah
5. Rujuk pasien ke ahli gizi untuk prencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang
kaya energy
6. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung
1. Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh Keseimbangan Cairan, Hidrasi
yang adekuat, dan Status Nutrisi: Asupan makanan dan Cairan yang adekuat
24
2. Kriteria Hasil
1. Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat jenis urine
3. Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang diharapkan
3. Intervensi
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
3. Pantau perdarahan (mis., periksa semua dari adanya darah nyata atau darah samar)
5. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (mis.. kadar
hematocrit, BUN, albunin, protein total, osmolalitas serum, dan berat jenis urine)
8. Cek arahan lanjut pasien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada pasien sakit
terminal tepat dilakukan
9. Manajemen Cairan (NIC): pantau status hidrasi (mis., kelembapan membrane mukosa,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik), Timbang berat badan setiap hari dan pantau
kecenderungannya, Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran
5. Aktifitas kolaboratif
25
1. Laporkan dan catat haluaran kurang dari.....Ml
4. Manajemen Ciran (NIC): Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi, bila perlu.
Berikan ketentuan penggantian nasogratrik berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan,
Berikan terapi IV. sesuai program
BAB III
METODE PENELITIAN
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk SARS meliputi penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya,
seperti influenza, pneumonia viral, dan pneumonia bakterial.
Influenza
Influenza dan SARS sama-sama disebabkan oleh virus yang menyerang saluran
pernapasan manusia. Gejala awal SARS juga sangat mirip dengan gejala influenza, di mana
pasien akan mengeluhkan demam, bersin, batuk, sakit kepala dan terkadang diare. Meski
demikian, SARS dengan cepat menyebar ke saluran pernapasan bawah sehingga sering
menunjukkan gejala dispnea. Selain itu, influenza umumnya akan sembuh sendiri dalam
waktu 4-9 hari sedangkan gejala SARS cenderung bertambah berat.
Pneumonia Viral
Presentasi klinis SARS umumnya sama dengan pneumonia yang disebabkan oleh
virus lain yakni demam tinggi, batuk kering, dan dispnea. Pada pemeriksaan auskultasi juga
dapat dijumpai suara ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan rontgen toraks bisa dijumpai
gambaran infiltrat paru. Perbedaan SARS dengan pneumonia viral lain adalah tidak
dijumpainya SARS-CoV pada hasil pemeriksaan aspirat sistem pernapasan pada pneumonia
viral yang lain.
Pneumonia Bakterial
Pasien dengan pneumonia bakterial umumnya juga mengalami demam tinggi, batuk
dan dispnea seperti pasien SARS. Namun, pasien pneumonia bakterial terkadang
mengeluhkan nyeri pleuritik. Selain itu, pemeriksaan perkusi toraks umumnya menemukan
26
tanda-tanda konsolidasi dan pemeriksaan auskultasi menemukan suara ronkhi basah.
Pneumonia bakterial umumnya merespon baik terapi antibiotik yang telah diberikan.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pertengahan bulan Maret 2003, WHO menetapkan suatu jejaring (network)
global yang meliputi 11 laboratorium terkemuka di seluruh dunia sebagai upaya untuk
meneliti identifikasi kausa SARS. Laboratorium tersebut dipilih berdasarkan 3 kriteria, yaitu:
mempunyai kemampuan ilmiah yang menonjol, memiliki fasilitas biosafety level III, dan
dapat menyumbangkan perangkat uji (battery of tests) dan eksperimen yang diperlukan untuk
memenuhi postulat Koch dalam mengidentifikasi suatu penyakit.
Pemeriksaan Antibodi
Pemeriksaan Darah
27
(sampai setinggi 3.000 IU/L), peningkatan laktat dehidrogenase, dan hepatik transaminase
(26 kali lebih tinggi dari normal)[28,29]
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis paru pada fase prodromal dan masa perjalanan penyakit
mungkin tidak menunjukkan kelainan. Namun, sejumlah besar penderita memiliki infiltrat
paru dengan distribusi unilateral dan perifer serta airspace opacity pada lobus bawah paru.
Rontgen toraks follow up pada sebagian besar pasien menunjukkan konsolidasi multifokal
progresif selama 6-12 hari yang melibatkan satu atau dua paru. Namun, pada seperempat
pasien, gambaran opasitas tetap menunjukkan tampilan fokal dan unilateral.[30,31]
Sumber utamanya adalah virus corona dari kelelawar, yang menular melalui hewan
perantara masing-masing.
3.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Permasalahan Tersebut dari Dulu Sampai Trend
Terbaru.
Demikian penegasan Dr. Achmad Sujudi dengan didampingi Menko Kesra M. Jusuf
Kalla ketika menyampaikan pengumuman pemerintah kepada wartawan dalam dan luar
negeri di kantor Departemen Kesehatan tanggal 3 April 2003. Usai membacakan
pengumuman, Menko Kesra dan Menkes langsung melakukan peninjauan ke Bandara
Soekarno Hatta Cengkareng dan RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Sunter Jakarta
Utara.
28
kaitan dengan SARS tidak disebutkan daerah tertentu, tetapi yang terancam adalah seluruh
wilayah Indonesia yaitu melalui pintu-pintu masuk baik pelabuhan udara maupun pelabuhan
laut. Di samping itu Indonesia berdekatan dengan wilayah/negara yang terjangkit SARS
seperti Singapura, Hongkong, China dan sebagainya. Dalam keputusan Menkes No.
424/MENKES/SK/IV/2003 juga disertai pedoman penanggulangan SARS sehingga dapat
dijadikan acuan bagi seluruh jajaran menyerang manusia dengan menunjukkan kumpulan
gejala sebagai berikut .
Menkes lebih lanjut menegaskan, sampai dengan tanggal 30 Maret 2003 penyebab
yang pasti dari SARS belum dapat dipastikan, tetapi tim WHO memperkirakan penyebabnya
adalah corona virus. Penularan terjadi melalui kontak erat dengan penderita, baik sewaktu
berbicara, batuk atau bersin. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi,
dalam satu kendaraan, dalam satu gedung tidak terjadi asal tidak kontak langsung dan
berhadapan dengan penderita. Masa inkubasi berdasarkan penelitian sementara ditetapkan 2-
10hari.
Penumpang bukan transit dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan
pekerjaannya dan diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat tinggal atau
tempat tujuan perjalanannya serta diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan. Penumpang
transit ke dalam negeri dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan pekerjaan dan
diserahkan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), memberitahukan KKP tujuan serta
diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan.
Memasuki tahun 2020, dunia diguncang oleh wabah virus korona yang menyebar
dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk
melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan virus korona. Salah satu tindakan
awal yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo saat itu adalah dengan memerintahkan
kedutaan Indonesia di China untuk memberi perhatian khusus terhadap WNI yang terisolasi
di Wuhan.
Selain di tingkat pusat langkah siaga juga dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
menyiagakan 100 rumah sakit. Kesiagaan juga dilakukan di bandara dan pelabuhan
internasional dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh. Pada tanggal 28 Januari 2020,
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Budi Sylvana menerangkan soal
penerbitan pedoman kesiapsiagaan khusus menghadapi virus baru korona. Pedoman ini
dibuat mengadopsi apa yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan WHO.
Inilah yang dijadikan acuan petugas kesehatan untuk penganganan jika terjadi
penularan."Pedoman menjelaskan surveilans dan respons, manajemen klinis, pengendalian
infeksi,"Pedoman menjelaskan surveilans dan respons, manajemen klinis, pengendalian
infeksi,pengelolaan spesimen dan konfirmasi laboratorium, komunikasi risiko, dan
pemberdayaanwarga," ujar Budi (Kompas, 29/1/2020)
30
Upaya preventif yang dilakukan adalah dengan pengawasan ketat di jalur masuk ke
Indonesia darinegara lain meliputi bandara, pelabuhan dan pos lintas batas darat. Deteksi dini
sebagai bentuk pengawasan dilakukan terutama untuk 19 area yang memiliki akses langsung
ke China,yakni Jakarta, Padang, Tarakan, Bandung, Jambi, Palembang, Denpasar, Surabaya,
Batam dan Manado.
BAB IV
4.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil dari makalah diatas maka penulis menyimpulkan SARS (severe
acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan
berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
Paramyxovirus. virus Corona Family
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP)
adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru
manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan
di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan
akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak
31
4.2 Kesimpulan.
Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien SARS, dan kami mohon kritikannya bagi pembaca makalah yang
kami buat, agar bisa membangun makalah ini dengan lebih baik lagi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7096017/
https://xdocs.tips/doc/asuhan-keperawatan-pada-sars-x8q639k57gnw
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15407
https://id.scribd.com/document/347125548/Makalah-Kelompok-3-Sars
https://id.scribd.com/presentation/115889846/Askep-Sars-Group-4
https://id.scribd.com/doc/264033371/Pengertian-Penyakit-SARS-Gejala-Pencegahan-Dan-
Pengobatan
https://id.scribd.com/doc/60302296/ASKEP-SARS
https://id.scribd.com/doc/92654156/PENYAKIT-SARS
32
33