Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Konsep Dasar Penyakit SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom)

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB I

Dosen Pengajar : Ns.Muhammad Arif, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 1 :

•Devia Melani Jayatri ( 2000212005 )

•Feby Zetria Agustin (2000212007)

•Harum Bulan Zainal (2000212009)

• Ossama By Mendra ( 2000212014 )

•Patricia Andini ( 2000212015 )

•Sindy Puspita Sari (2000212019)

DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KSEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ini Konsep Dasar Penyakit
SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom) tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ns.Muhammad Arif, M.Kep
pada Mata Kuliah KMB I. Makalah ini disusun dan diuraikan secara efektif untuk menambah
wawasan tentang Konsep Dasar Penyakit SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom) bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kemudian makalah ini disusun berdasarkan hasil
diskusi anggota kelompok yang dijilid menjadi satu kedalam bentuk makalah. Kiranya
makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami menerima kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada pembaca serta
ridho dari Allah SWT.

Bukittinggi, 7 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................................1

1.4 Manfaat………………………………………………………………..……………….…..1

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................2

2.1 Defenisi Konsep Dasar Penyakit SARS...............................................................................2

2.2 Epidemiologi Kasus…………………………………………………….............................2

2.3 Etiologi Penyakit SARS…………………………..……….………………………….…2

2.4 Faktor Resiko Yang Mempengaruhi SARS………….....……………………..………….3

2.5 Manifestasi Klinis………………...………………………………………………..………4

2.6 Mekanisme Penyakit SARS…………………………………………………………..…..

2.7 Pemeriksaan Diagnostik………………………………………….…………………….….5

2.8 Pengobatan Penyakit SARS…………………………………………………………...…..5

2.9 Upaya Pencegahan Primer dan Skunder Pada Penyakit………………..…………......…5

2.10 Asuhan Keperawatan teoritis pada penyakit SARS..........................................................6

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................7

iii
3.1 Teori keperawatan berdasarkan kasus yang ditemukan . ...................................................7

3.2 Kebijakan pemerintah terhadap permasalahan dari dulu sampai trend baru ......................7

3.3 Pendapat Mahasiswaq bagaimana mengatasi permasalahan tersebut…………………….

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………

4.2 Saran………………………………………………………………………………………..

BAB V DAFTAR PUSTAKA ....………………………………………………………………

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang menyerang sistem
respirasi (WHO, 2006). SARS disebabkan oleh virus khusus yaitu Coronavirus (CoV) yang
sering disebut dengan SARS-CoV. Virus tersebut mudah menular dari satu orang ke orang
lain. Di dalam tubuh, SARS-CoV melakukan replikasi virus pada sistem pernapasan dan
menyerang paru-paru yang berakibat sulit bernafas. Selain itu, virus penyebab SARS ini
dapat aktif selama 24-48 jam di dalam media (manusia atau hewan) dan 24 jam di luar media
(Serradell, 2010).

Berdasarkan penelitian Eramus Medical Center di Rotterdam dalam Chowell (2003)


menyatakan bahwa CoV merupakan penyebab SARS yang penularannya belum diketahui
secara pasti. Mengacu pada hipotesis alur penyebaran SARS, sebagaian besar penyebarannya
melalui orang ke orang, tetapi memungkinkan juga melalui udara atau benda mati. Saat ini
SARS-CoV diketahui dapat menyebar melalui berberapa cara kontak langsung dan tak
langsung Kontak langsung dengan hasil sekresi pernafasan penderita SARS melalui udara
atau melalui sekresi tubuh (keringat, urin, atau feses). Sedangkan tak langsung dengan
menyentuh benda mati yang sudah terkontaminasi oleh CoV atau berkunjung ke daerah
endemik SARS (Serradell, 2010). Pada umunya seseorang tertular SARS ketika penderita
SARS mengalami batuk atau bersin sehingga mengakibatkan penyebaran virus melalui udara
dan masuk ke dalam mulut, hidung atau mata seseorang yang berada disekitar penderita
Pengobatan dan pencegahan penularan SARS dapat dilakukan berdasarkan pada identifikasi
dan pengaturan kebiasan pasien SARS secara tepat (Serradell.2010). Sampai saat ini belum
ada obat atau vaksin yang tepat untuk penyakit SARS dan masih dalam tahap pengembangan.
Mei 2003 kasus SARS mencapai 7.861 kasus dan jumlah oran meninggal akibat penyakit
SARS sebanyak 664 orang di dunia (WHO, 2006) Awal Desember 2003 SARS telah
menyebabkan lebih dari 800 orang meninggal dan lebih dari 8.400 orang terinfeksi SARS
(Serradell, 2010). Hal tersebut menjadikan SARS sebagai penyakit yang banyak merenggut
nyawa dengan penyebaran yang cepat dalam selang waktu yang singkat. Kondisi tersebut
menjadi salah satu fakto r untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan ini.

5
1.2 Rumusan masalah

 Apa Pengertian defenisi Konsep Dasar Penyakit SARS?


 Apa Saja Epidemiologi Dari Penyakit SARS?
 Apa Saja Etiologi Penyakit SARS?
 Apa Saja Faktor Resiko Yang Mempengaruhi SARS?
 Apa Saja Manifestasi Klinis Penyakit SARS?
 Bagaimana Mekanisme Penyakit SARS?
 Apa Saja Pemeriksaan Diagnostik Penyakit SARS?
 Bagaimana Pengobatan Penyakit SARS ?
 Bagaimana Upaya Pencegahan Primer Dan Skunder Pada Penyakit SARS?
 Bagiamana Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Penyakit SARS?

1.3 Tujuan

Memberikan pengetahuan dan kesadaran akan bahaya penyakit SARS bagi masyarakat, dan
mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menghadapi pendemi SARS

1.4 Manfaat

Bagi mahasiswa: untuk memenuhi tugas Mata Kuliah KMB I dan Sebagai penambah
wawasan tentang Konsep Dasar Penyakit SARS ( Severe Acute Respiratory Syndrom).

Bagi masyarakat : untuk mendapatkan informasi bahaya SARS, dan mendapatkan


pengetahuan tentang hal-hal yang dibutuhkan dalam menghadapi bahaya SARS. Dengan
mempelajari dan menganalisa model penyebaran SARS dapat mengetahui faktor-faktor
penting dalam penyebaran SARS sehingga bisa meminimalisir wabah SARS masuk ke
Indonesia.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit SARS

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus. Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang
merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui
pasti penyebabnya. SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru paru (edema paru).

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang menyerang


sistem respirasi (WHO, 2006).

Definisi SARS. Kasus kemungkinan didefinisikan sebagai kasus yang memenuhi


kriteria klinis untuk penyakit pernapasan berat.

Munculnya kembali agen penyebab virus SARS di Cina pada akhir tahun 2003
(Paterson 2004), menyusul tahun yang mempengaruhi banyak Negara. Untungnya, tindakan
cepat oleh pihak berwenang China dalam isolasi kasus-kasus yang dicurigai dan dalam
memulai pelacakan kontak dan tindakan karantina berfungsi untuk menahan virus secara
efektif. Pada akhir Februari 2004, hanya tiga kasus yang dikonfirmasi dan satu kemungkinan
kasus telah dilaporkan tanpa rantai penularan lanjutan yang teridentifikasi ((WHO) 2004).
Dari mana virus muncul kembali masih belum pasti, tetapi tersangka utama sebagai inang
reservoir hewan tetap kucing luwak (Paguma larvata), dan fokus penyebaran dari inang ini ke
manusia tampaknya adalah pasar hewan di Cina, khususnya di Guangzhou, di provinsi
Guangdong (Webster,2004). Provinsi Guangdong adalah tempat asal wabah besar tahun 2003
yang menginfeksi lebih dari 8000 orang dan membunuh 774 (Hedkk, (2004)). Salah satu
tindakan yang diperkenalkan oleh otoritas Cina, menyusul munculnya kembali SARS pada
akhir tahun 2003, adalah pemusnahan besar-besaran populasi kucing luwak di pasar hewan
dan peternakan, diperkirakan melibatkan pemindahan lebih dari 10.000 hewan (Watts 2004).

2.2 Epidemiologi Kasus penyakit SARS

Etiologi severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah infeksi oleh severe acute
respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV). Genom SARS-CoV telah diurutkan

7
(sequenced) dan tidak terkait dengan coronavirus manusia ataupun coronavirus hewan yang
telah dikenal sebelumnya. Kemungkinan SARS-CoV awalnya adalah virus pada hewan yang
kemudian mengalami mutasi menjadi patogen manusia

2.3 Etiologi Penyakit SARS

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada
pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu
kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus
lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru
paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru
paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara
serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah
(droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.( Jong. W. 1997).

2.4 Faktor Resiko Yang Mempengaruhi SARS

- Melakukan interaksi dengan hewan atau orang yang terinfeksi virus baik secara langsung
maupun tidak.

-melakukan perjalanan ke wilayah atau negara di mana wabah SARS sedang menyebar.

-Merawat anggota keluarga atau pasien yang terinfeksi.

-Tidak mencuci tangan baik sebelum maupun setelah makan atau tidak menjaga kebersihan
diri dengan baik.

2.5 Manifestasi Klinis Penyakit SARS ?

Manifestasi klinis SARS itu berupa demam dengan suhu badan lebih dari 38⁰C
terutama pada malam hari, ditambahh batuk, sulit bernafas, dan napas pendek-pendek, nyeri
sendi. Gejala-gejala ini memberat beberapa hari kemudian disertai dengan viraemia, 10 hari
setelah onset. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien
penyakit ini, orang biasa disebut suspect SARS. Kalau setelah rontgen terlihat ada pneumia
(radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau
bisa diduga terkena SARS.

Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti, timbul
bintik-bintik merah pada kulit, badan lemas beberapa hari. Ini semua adalah gejala yang kasat
mata bisa diasarankan lansung oleh orang yang diduga menderita SARS itu. Tapi gejala ini
tidak cukup kuat jika belum ada kontak lansung dengan pasien. Tetap diperlukan terkena
penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin
juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan
meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih
bisa berubah. Penelitian terus dilansungkan sampai sekarang. (Brunner & Suddarth, 2002)

8
2.6 Mekanisme Penyakit SARS ?

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit SARS ?

9
Tes diagnostik cepat berdasarkan deteksi antigen Tes diagnostik cepat yang
mendeteksi keberadaan protein virus SARS-CoV-2 (antigen) pada spesimen saluran
pernapasan sedang dikembangkan dan dikelola agar dapat dipasarkan. Sebagian besar tes ini
adalah imunoasai alur lateral (LFI), yang biasanya diselesaikan dalam waktu 30 menit.
Berbeda dengan NAAT, tidak ada amplifikasi target yang ingin dideteksi, sehingga tes
antigen kurang sensitif. Selain itu, hasil positif palsu (mengindikasikan bahwa seseorang
terinfeksi padahal tidak) dapat terjadi jika antibodi pada carik tes juga mendeteksi antigen
virus-virus selain SARS-CoV-2, seperti coronavirus manusia lain.

untuk mengidentifikasi tes deteksi antigen dalam pengembangan atau pemasaran yang
mana yang menunjukkan kinerja yang dapat diterima dalam penelitian lapangan yang
representatif, disarankan agar dilakukan validasi berpasangan NAAT dan antigen pada
penelitian-penelitian klinis. Jika kinerjanya dapat diterima, RDT antigen dapat digunakan di
dalam algoritma diagnostik untuk mengurangi jumlah tes molekuler yang perlu dilakukan dan
untuk mendukung identifikasi serta tatalaksana dini atas kasus-kasus COVID-19. Penyertaan
deteksi antigen dalam algoritma tes bergantung pada sensitivitas dan spesifisitas tes antigen
dan prevalensi infeksi SARS-CoV-2 pada populasi tes yang dituju.

2.8 Pengobatan Penyakit SARS ?

Pengobatan SARS hingga kini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen


oksigen dan bantuan ventilasi, Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih baiknya
di ruangan tekanan negatif, dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun
dengan pasien. Awalnya ada dukungan anekdotal untuk penggunaan steroid dan antiviral
drug ribavirin, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru
klinik yang mencurigai ribavirin tidak baik bagi kesehatan.

Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS,
hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.Ada keuntungan dari penggunaan steroid
dan immune system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien SARS yang parah
karena beberapa bukti menunjukkan sebagian dari kerusakan serius yang disebabkan SARS
disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap virus.
Penelitian masih berlanjut pada area ini.Desember 2004, laporan menyebutkan para peneliti
Tiongkok telah menemukan sebuah vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan,
24 diantaranya menghasilkan antibodi virus SARS.

2.9 Upaya Pencegahan Primer dan Sekunder Pada Penyakit SARS ?

vaksin adalah pencegahan sekunder, sementara upaya pencegahan primer dapat


dilakukan berupa promosi kesehatan dan perlindungan khusus. Pencegahan primer melalui
promosi dilakukan dengan selektif memilih informasi dari media sosial, menerapkan etika
batuk, konsumsi makanan bergizi, dan olahraga. Pencegahan primer melalui perlindungan
khusus dilakukan dengan resignasi. membersihkan tangan secara rutin, menggunakan masker,
social distancing dan isolasi diri, serta menghindari kontak tanpa pelindung dengan hewan
liar.

10
2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Penyakit SARS ?

1. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang


dikumpulkan atau dikaji meliputi:

A Identitas Pasien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomorregistrasi, pekerjaan
pasien, dan nama penanggungjawab.

B Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan
penyakit
2. Riwayat Penyakit Sekarang pasien berhubungan dengan penyakit
3. Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya
pernah menderita penyakit lain seperti TB Paru, DM, Asma,
Kanker,Pneumonia dan lain-lain
4. Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang
mungkin.dan genogram
C Pola Fungsi Kesehatan

Bisanya pola fungsi kesehatan mengumpulkan data-data berupa :

1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan (persepsi terhadap penyakit)


2. Pola nutrisi / metabolisme (diet/suplemen khusus, nafsu makan, pola
makanan)
3. Pola eliminasi ( kebiasaan defikasi, kebiasaan eliminasi, dll)
4. Pola aktivitas dan olahraga, kekuatan otot
5. Pola istirahat tidur
6. Pola kognitf – persepsi
7. Pola persepsi diri – konsep diri
8. Pola peran hubungan
9. Pola seksualitas / reproduksi
10. Pola koping – toleransi stress
11. Pola keyakinan nilai
D Pemeriksaan fisik

Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan pengumpulan data-data beruba : tanda-tanda vital.


Kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher, dada, jantung, pulmonal, payudara, abdomen,
punggung, genitalia, ekstremitas, vaskuler perifer, neurologi.

E Pemeriksaan penunjang

11
Biasnya melakukan pengumpulan data berupa : diagnostik, laboratorium dll

F Teraphy

Biasnya berisi apakah pasien sedang melakukan teraphy atau teraphy apa yang hahrus
dijalankan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Biasanya diagnosa keperawatan berisi data aktual, faktor resiko, promosi kesehatan
dan rumus dari diagnosa keperawatan adalah : dimana problem (masalah
keperawatan) berhubungan dengan etiologi/penyebabnya , ditandai dengan tanda dan
gejala.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


A. Intervensi

intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang oleh perawat, atau suatu
perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan pengetahuan perawat yang
bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan keperawatan
mencakup perawatan langsung serta perawatan tidak langsung Kedua perawatan ini ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat dan orang-orang yang dirujuk oleh perawat,
dirujuk oleh dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).

B. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan


Tindakan mencakup tindakan mandin dan tindakan kolaborası. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien
post appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen.
Interdependen dan dependen.

C. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahun sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
membenkan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atan
muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan,
kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi menggunakan

12
CONTOH PENERAPAN ASKEP PADA PENYAKIT SARS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

SARS dapat terjadi pada segala usia (tanpa batasan usia)

A. Status kesehatan saat ini


 Keluhan Utama

Demam disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit kepala yang
disertai rasa lemah dan lesuh, gangguan pernafasan ringan dan diare

 Alasan masuk rumah sakit

Pasien mengeluh sesak nafas frekuensi nafas 30x/menit, nadi lebih 100x/menit, gangguan
kesadaran, kondisi uurnum lemah.

B. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan gejala panas tinggi >38°C selama 3 hari, pasien mengalami batuk sesak
dan sulit bernafas, kadang cyanosis

C. Riwayat kesehatan terdahulu


D. Riwayat penyakit sebelumnya

Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10
terakhir, Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir,
Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.

E. Riwayat penyakit keluarga

13
Riwayat kesehatan keluarga dilihat dengan cara mengkaji anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dan kaji pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

F. Riwayat pengobatan

Pasien SARS pernah minum obat tradisional saat sakit dan sebelum sakit.

G. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
1. Kesadaran

Pasien SARS ada penurunan kesadaran bahkan sampai tidak sadar jika sudah ketingkat
lebih lanjut.

2. Tanda-tanda vital

Pada pasien SARS didapatkan suhu tubuh 38°C selama, RR >30x/menit, Nadi >
100x/menit, Tensi cenderung turun.

 Body System

1. Sistem pernafasan
 Inspeksi Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan alat bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkat,
retraksi otot bantu pernafasan.
 Palpasi Sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukkan inflamasi
 Perkusi: suara perkusi redup sampai pekak.
 Auskultasi: Ronkhi basah, suara nafas bronkial

2. Sistem kardiovaskuler

Gejala-gejala yang terkait dengan system kardiovaskular jarang ditemukan, rendahnya


tekanan darh berakibat timbulnya rasa pusing

3. Sistem persarafan Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran


4. Sistem perkemihan Terjadi peningkatan kadar kreatinin kinase
5. Sistem percernaan Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun
6. Sistem integument Kulit, bibir, serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis karena
kekurangan oksigen)
7. Sistem muskuloskeletal Pada penderita SARS pasien mengalami kaku otot
8. Sistem endokrin Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien SARS
9. Sistem reproduksi Tidak ada perubahan pada system reproduksi pasien SARS
10. Sistem pengindraan Pada pasien SARS tidak mengalami perubahan pada system
pengindraan

14
11. Sistem imun Virus coronavirus dapat menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas
dan juga bawah sehingga mengakibatkan system imunitas pernafasan menjadi turun
dan berakibat batuk yang lama

H. Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit,
bibir serta kuku penderita tampak kebiruan ( sianosis, karena kekurangan oksigen).
2. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbuhan cairan ditempat yang seharusnya
terisi udara).
3. CT-scan toraks menunjukkan gambaran Bronkiolitis Obleterans Organizing
Pneumonia (BOOP).
4. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah perifer lengkap
 Pemeriksaan SGOT/SGPT untuk mengetahui fungsi hati
 Pemeriksaan tes antibody (IgG/IgM) d. Pemeriksaan molecular (PCR) pada specimen
dahak, feses dan darah ferifer.
 Pemeriksaan deteksi antigen dan kultur virus.
I. Penatalaksanaan
 Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah memakai masker N95).
Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau bangsal yang sudah disiapkan.
 Berikan masker bedah pada penderita
 Petugas yang masuk keruangan pemeriksaan sudah memakai penggunaan alat proteksi
perorangan (PAPP)
 Catat dan dapatkan keteranagan rinci mengenai tanda klinis, riwayat perjalanan, riwayat
kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernafasan pada kontak sepuluh hari
sebelumnya.
 Pemeriksaan fisik.
 Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap.
 Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap dirumah, anjurkan untuk
melakukan kebersihan diri, kurangi aktifitas, dan anjurkan menghindari menggunakan
angkutan umum.
 Pengobatan di rumah diberikan antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan makanan
bergizi.
 Anjurkan pada pasien apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter atau rumah
sakit.
 Bila foto toraks menunjukkkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru dengan
atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable suspek SARS yang
dirawat.
 Isolasi
 Perhatikan keadaan umum, kesadaran, tanda vital (tensi, nadi, frekuensi nafas, suhu)
 Terapi suportif

15
 Antibiotik: beta lactam atau beta lactam ditambahkan dengan anti beta lactamase oral
ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin

16
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa ini menurut Standart Diangnosis Keperawatan Indonesia 2016 :

A. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk


mempertahankan jalan nafas tetap paten

Penyebab:

Fisiologis: Spasme jalan nafas, Hiperskeresi jalan nafas, Disfungsi neuromuskuler, Benda
asing dalam jalan nafas, Adanya jalan nafas buatan, Sekresi yang tertahan, Hiperplasia
dinding jalan nafas. Proses infeksi, Respon alergi, Efek agen farmakologis (mis, anastesi).

Situasional: Merokok aktif, Merokok pasif, Terpajan polutan.

Gejala dan Tanda Mayor fisiologis

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif: Batuk tidak efektif. Tidak mampu batuk, Sputum berlebih, Mengi, wheezing
dan/atau ronkhi kering. Mekonium di jalan nafas (pada neonates).

Gejala dan Tanda Mayor situasional

Subjektif: Dispnes, Sulit Bicara, Ortopnea

Objektif: Gelisah, Sianosis, Bunyi nafas menurun, Frekuensi nafas berubah, Pola nafas
berubah

Kondisi Klinis Terkait Gullian barre syndrome, Sklerosis multiple, Myasthenia gravis.
Prosedur diagnostic (mis, bronkoskopi, transesophageal echocardiography (TEE), Depresi
system saraf pusat, Cederal kepala, Stroke, Kuadrplegia, Sindrom aspirasi meconium, Infeksi
saluran nafas

B. Pola Nafas Tidak Efektif

Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab: Depresi pusat pernafasan, Hampatan upaya nafas (mis, nyeri saat bernafas,
kemahan otot pernafasan), Deformitas dinding dada, Deformitas tulang dada, Gangguan
neuromuscular. Gangguan neurologis (mis, elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,
gangguan kejang). Imaturitas neurologis, Penurunan energy, obesitas, Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru, Sindrom hipoventilasi, Kerusakan inervasi diagrafma (kerusakan
saraf C5 ke atas), Cedera pada medulla spinalis, Efek agen farmakologis, Kecemasan.

17
Gejala dan Tanda Mayor.

Subjektif :Dispnea

Objektif Penggunaan otot bantu pernafasan, Fase ekspirasi memanjang, Pola nafas abnormal
(mis, takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif: Ortopnea

Objektif: Pernafasan pursed-lip. Pernafasan cuping hidung. Diameter thoraks anterior-


posterior meningkat. Ventilasi semenit menurun, Kapasitas vital menurun, Tekanan ekspirasi
menurun, Tekanan inspirasi menurun. Ekskursi dada berubah.

Kondisi Klinis Terkait Depresi system saraf pusat, Cedera kepala, Trauma thoraks Gullian
barre syndrome, Multiple sclerosis, Myasthenis gravis, Stroke, Kuadrplegia, Intoksikasi
alcohol

C. Intoleran Aktivitas

Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

Penyebab Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tirah baring. Klemahan,
Imobilitas, Gaya hidup monoton.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :Mengeluh lelah

Objektif :Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : Dispnea saat/setelah aktivitas. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, Merasa
lelah.

Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi intirahat, Gmabaran EKG
menunjukkan aritmia saat/stelah aktivitas, Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis.

Kondisi Klinis Terkait: Anemia, Gagal jantung kongestif, Penyakit jantung coroner,
Penyakit katup jantung, Aritmia, Penyakit paru obstruktif kronos (PPOK), Gangguan
metabolic, Gangguan muskulukeletal

D. Resiko ketidakseimbangan cairan

Definisi: Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan


dari intravaskuler, interstisial atau intraselular.

18
Faktor Risiko: Prosedur pembedahan mayor, Trauma/pendarahan, Luka bakar, Aferesis
Asites, Obstruksi intestinal. Peradangan pankreas, Penyakit ginjal dan kelenjar, Disfungsi
intestinal.

Kondisi Klinis Terkait: Prosedur pembedahan mayor, Penyakit ginjal dan kelenjar.
Pendarahan, Luka bakar

3. Intervensi
A. Bersihan jalan nafas, ketidakefektifan
1. Tujuan

1. Menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif, yang dibuktikan oleh Pencegahan
Aspirasi; Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas; dan Status Pernafasan Ventilasi tidak
terganggu.

2. Menunjukkan Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas, yang dibuktikan oleh indicator
gangguan Nafas, yang dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5);
gangguan ekstrem, berat,sedaang, ringan atau tidak ada gangguan):Frekuensi dan irama
pernafasan. Kedalaman inspirasi, Kemampuan untuk membersihkan sekresi.

2. Kriteria hasil

1. Batuk efektif

2. Mengeluarkan secret secara efektif

3. Mempunyai jalan nafas yang paten

4. Pola pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas yang jernih

5. Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal

6. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

7. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah

3. Intervensi

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

 Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini.

- Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain

- Keefektifan obat yang diprogramkan

- Hasil oksimetri nadi

- Kecenderungan pada gas darah arteri, jika tersedia

19
- Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan

- Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mukus kental dan keletihan

 Auskultasi bagian dada anterior dan porterior untuk mengetahui penurunan atau
 Pengisapan jalan nafas (NIC): ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas tambahan.

- Tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea

- Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO₂ dan S,O₂) dan status hemodinamik, segera
sebelum, selama, dan setelah pengisapan

- Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan

 Penyuluhan untuk pasien/keluarga

1. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen, mesin


pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermittent positive pressure breating (IPPB)

2. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruangan
perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok

3. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan
pengeluaran sekret

4. Ajarkan pasien untuk membebat/menggganjal luka insisi pada saat batuk

5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna,
karakter, jumlah dan bau

6. Pengisapan jalan nafas (NIC): Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang cara
pengisapan jalan nafas, jika perlu

 Aktivitas kolaboratif

1. Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu

2. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung

3. Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasikan (dilembabkan) sesuai dengan


kebijakan institusi

4. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizier ultrasonik, dan peralatan paru lainnya
sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi

5. Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

B. Pola nafas, ketidakefektifan


1. Tujuan

20
1.Menunjukkan pola pernafasan efektif, yang dibuktikan oleh Status Pernafasan yang tidak
terganggu: Ventilasi dan Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas; dan tidak ada
penyimpangan tanda-tanda vital dari rentang normal

2. Menunjukkan Status Pernafasan: Ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstream, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan)
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, Ekspansi dada simetris

3. Menunjukkan tidak adanya gangguan Status pernafasan: Ventilasi, yang dibuktikan oleh
indikator berikut (sebutkan 1-5. gangguan ek stream, berat,sedang, ringan, tidak ada
gangguan): Penggunaan otot aksesoris, Suara nafas tambahan, Ortopnea

2. Kriteria hasil

1. Menunjukkan pernafasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis

2. Mempunyai kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal

3. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien

4. Meminta bantuan pernafasan saat dibutuhkan

5. Mampu menjelaskan rencana untuk perawatan di rumah

6. Mengidentifikasi factor (mis.. alergen) yang memicu ketidakefektifan pola nafas, dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya

3. Intervensi

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

1. Pantau adanya pucat dan sianosis

2. Pantau efek obat pada status pernafasan

3. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga

4. Kaji kebutuhan insersi jaln nafas

5. Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang
ventilator

6. Pemantauan Pernafasan (NIC): Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan.
Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot aksesoris, serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosta, Pantau pernafasan yang berbunyi, seperti
melengking atau mendengkur, Pantau pola pernafasan: bradipnea: takipnea: hiperventilasi;
pernafasan Kussmaul; pernafasan Cheyne-Stokes; dan pernafasan apneastik, pemafasan Biot,
dan pola ataksik. Perhatikan lokasi traken. Auskulasi sura nafas, perhatikan area penurunan/

21
tidak adanya ventilasi dan adanya surara nafas tambahan. Catat perbahan pada SaO SVO₂,
CO₂ akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (GDA), jika perlu

4. Penyuluhan untuk pasien / keluarga

1. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan. Uraikan teknik

2. Diskusikan perencanaan untuk perawatan dirumah, meliputi pengobatan, peralatan


pendukung, tanda dan gejala komplikasi yang dapat dilaporkan, sumber-sumber komunitas

3. Diskusikan cara menghindari allergen sebagai contoh :

 Memeriksa rumah untuk adanya jamur di dinding rumah


 Tidak menggunakan karpet dilantai
 Menggunakan filter elektronik, alat perapian, dan AC

4. Ajarkan teknik batuk efektif.

5. Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam ruangan

6. Intruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi tahu perawat pada
saat terjadi ketidakefektifan pola pernapasan.

5. Aktifitas kolaboratif

1. Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadikuatan fungsi fentilator
mekanis

2. Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum daan.
sebagainya jika perlu atau sesuai protocol

3. Berikan obat (misalnya bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol

4. Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
program atau protocol institusi

5. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan.

C. Intoleransi aktifitas
1. Tujuan

1. Menoleransi aktifitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh Toleransi aktifitas,
Ketahanan, Penghematan Energi. Tingkat Kelelahan, Energi Psikomotorik, Istirahat, dan
Perawatan Diri: AKS (dan AKSI)

2. Menunjukkan Toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan atau tidak mengalami gangguan): Saturusi
Oksigen saat beraktivitas, Frekuensi pernafasan saat beraktivitas, Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas fisik

22
3. Mendemonstrasikan Penghematan Energi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu ditampilkan):
Menyadari keterbatan energy. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat. Mengatur jadwal
aktivitas untuk menghemat energi

2. Kriteria Hasil

1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat


mengakibatkan intoleransin aktivitas

2. Berpartisipasi dalam akativitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut jantung,
frekuensi pernafasan, dan tekanan darah seta memantau pola dalam batas normal

3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat ativitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari
daftar pada saran penggunaan)

4. Menggungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,obat, dan/atau


peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.

5. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis.,


eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)

6. Menampilkan manajemen

pemeliharaan rumah dengan beberapa bantuan (mis.. membutuhkan bantuan untuk


kebersihan setiap minggu)

3. Intervensi (NIC)

Aktifitas Keperawatan

Pengkajian

1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI

2. Kaji respons emosi, social, dan spiritual terhadap akativitas

3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

4. Manajemen Energi (NIC): Tentukan penyebab keletihan (mis.. perawatan, nyeri, dan
pengobatan), Pantau respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (mis., takikardia. disritmia
lain, dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi pernafasan), Pantau
respons oksigen pasien (mis., denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi pernafasan) terhadap
aktivitas perawatan diri atau aktivitas keperawatan. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
sumber-sumber energy yang adekuat, Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan
lamanya waktu tidur dalam jam

4. Penyuluhan Untuk Pasien / Keluarga

23
1. Penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas, jika perlu

2. Mengenali tanda dan gejala Intoleransi Aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan
kepada dokter

3. Pentingnya nutrisi yang baik.

4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen, selama aktivitas

5. Penggunaan teknik relaksasi (mis., distraksi, visualisasi) selama aktivitas

6. Dampak Intoleransi Aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan tempat
kerja

7. Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh: menyimpan alat atau benda yang
sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau

8. Manajemen Energi (NIC): Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik
perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen (mis.. pemantauan mandiri dan
teknik langkah untuk melakukan AKS), Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik
manajemen waktu untuk mencegah kelelahan

5. Aktifitas Kolaboratif

1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab

2. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (mis., untuk latihan ketahanan), atau
rekreasi untuk merencanakan dan meemantau program aktivitas, jika perlu

3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan jiwa di rumah

4. Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan


perawatan rumah, jika perlu

5. Rujuk pasien ke ahli gizi untuk prencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang
kaya energy

6. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung

D. Volume cairan. Kekuranga


1. Tujuan

1. Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh Keseimbangan Cairan, Hidrasi
yang adekuat, dan Status Nutrisi: Asupan makanan dan Cairan yang adekuat

2. Keseimbangan cairan akan dicapai, dibuktikan oleh indicator gangguan berikut


(sebutkan1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan): Tekanan
darah, Denyut nadi radial, Nadi perifer, Elektrolit serum, Berat badan stabil

24
2. Kriteria Hasil

1. Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat jenis urine

2. Memilki hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal untuk pasien

3. Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang diharapkan

4. Tidak mengalami haus yang tidak normal

5. Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam

6. Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembap, mampu berkeringat)

7. Memiliki asupan cairan oral dan/atau intravena yang adekuat

3. Intervensi

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

1. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan

2. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (mis..


diare,drainasis, dan drainase ileostomi)

3. Pantau perdarahan (mis., periksa semua dari adanya darah nyata atau darah samar)

4. Identifikasi faktor pengaruh terhadap bertambah buruknya dehidrasi (mis.. obat-obatan.


demam, stress, dan program pengobatan)

5. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (mis.. kadar
hematocrit, BUN, albunin, protein total, osmolalitas serum, dan berat jenis urine)

6. Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural

7. Kaji orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu

8. Cek arahan lanjut pasien untuk menentukan apakah penggantian cairan pada pasien sakit
terminal tepat dilakukan

9. Manajemen Cairan (NIC): pantau status hidrasi (mis., kelembapan membrane mukosa,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik), Timbang berat badan setiap hari dan pantau
kecenderungannya, Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran

4. Penyuluhan untuk pasien/keluarga.

Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.

5. Aktifitas kolaboratif

25
1. Laporkan dan catat haluaran kurang dari.....Ml

2. Laporkan dan catat haluaran lebih dari....mL

3. Laporkan abnormalitas elektrolit

4. Manajemen Ciran (NIC): Atur ketersediaan produk darah untuk transfusi, bila perlu.
Berikan ketentuan penggantian nasogratrik berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan,
Berikan terapi IV. sesuai program

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Teori Keperawatan Berdasarkan Kasus yang Ditemukan

 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk SARS meliputi penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya,
seperti influenza, pneumonia viral, dan pneumonia bakterial.

 Influenza

Influenza dan SARS sama-sama disebabkan oleh virus yang menyerang saluran
pernapasan manusia. Gejala awal SARS juga sangat mirip dengan gejala influenza, di mana
pasien akan mengeluhkan demam, bersin, batuk, sakit kepala dan terkadang diare. Meski
demikian, SARS dengan cepat menyebar ke saluran pernapasan bawah sehingga sering
menunjukkan gejala dispnea. Selain itu, influenza umumnya akan sembuh sendiri dalam
waktu 4-9 hari sedangkan gejala SARS cenderung bertambah berat.

 Pneumonia Viral

Presentasi klinis SARS umumnya sama dengan pneumonia yang disebabkan oleh
virus lain yakni demam tinggi, batuk kering, dan dispnea. Pada pemeriksaan auskultasi juga
dapat dijumpai suara ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan rontgen toraks bisa dijumpai
gambaran infiltrat paru. Perbedaan SARS dengan pneumonia viral lain adalah tidak
dijumpainya SARS-CoV pada hasil pemeriksaan aspirat sistem pernapasan pada pneumonia
viral yang lain.

 Pneumonia Bakterial

Pasien dengan pneumonia bakterial umumnya juga mengalami demam tinggi, batuk
dan dispnea seperti pasien SARS. Namun, pasien pneumonia bakterial terkadang
mengeluhkan nyeri pleuritik. Selain itu, pemeriksaan perkusi toraks umumnya menemukan

26
tanda-tanda konsolidasi dan pemeriksaan auskultasi menemukan suara ronkhi basah.
Pneumonia bakterial umumnya merespon baik terapi antibiotik yang telah diberikan.

 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan real time reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR)


merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk SARS. Dengan melakukan RT-PCR, dokter
dapat mendiagnosa SARS secara definitif. Real Time Reverse-Transcriptase Polymerase
Chain Reaction / Pemeriksaan RT-PCR dari sputum dan swab tenggorok dapat menentukan
diagnosis SARS yang diikuti dengan genome sequencing. Pengambilan sampel ini sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Swab tenggorokan dan sputum dapat mendiagnosis
virus influenza, respiratory syncytial virus, virus parainfluenza, rhinovirus, adenovirus,
metapneumovirus, dan coronavirus. Pemeriksaan RT-PCR dapat juga digunakan untuk
mendeteksi SARS-CoV pada sampel lainnya seperti serum dan feses.

Pada pertengahan bulan Maret 2003, WHO menetapkan suatu jejaring (network)
global yang meliputi 11 laboratorium terkemuka di seluruh dunia sebagai upaya untuk
meneliti identifikasi kausa SARS. Laboratorium tersebut dipilih berdasarkan 3 kriteria, yaitu:
mempunyai kemampuan ilmiah yang menonjol, memiliki fasilitas biosafety level III, dan
dapat menyumbangkan perangkat uji (battery of tests) dan eksperimen yang diperlukan untuk
memenuhi postulat Koch dalam mengidentifikasi suatu penyakit.

Studi oleh Yam WC et al mencoba membandingkan protokol pemeriksaan RT-PCR


pada dua jejaring laboratorium SARS WHO di Hong Kong dan di Hamburg. Sebanyak 303
spesimen klinis dikumpulkan dari 163 pasien yang diduga menderita SARS. Adapun
sensitivitas diagnostik dari WHO Hong Kong dan WHO Hamburg adalah 61% dan 68%
(spesimen aspirasi nasofaring), 65% dan 72% (spesimen swab tenggorokan), 50% dan 54%
(spesimen urin), serta 58% dan 63% (spesimen tinja), dengan spesifisitas keseluruhan 100%.
[25]

 Pemeriksaan Antibodi

Pemeriksaan antibodi untuk coronavirus meliputi pemeriksaan indirect fluorescent


antibody (IFA) ataupun enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Pemeriksaan ini
dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik setelah infeksi. Meskipun antibodi ini
dapat ditemukan pada beberapa pasien selama fase akut (onset gejala 14 hari), hasil tes
negatif pada sampel yang diperoleh kurang dari 28 hari setelah onset gejala tidak
menyingkirkan diagnosis SARS.[26,27]

 Pemeriksaan Darah

Berdasarkan beberapa data epidemi SARS, dijumpai temuan laboratorium sebagai


berikut: Pada permulaan penyakit, jumlah limfosit absolut sering kali menurun namun secara
keseluruhan, jumlah leukosit tampak normal atau hanya sedikit menurun Pada puncak
kelainan paru, sekitar 50% penderita menunjukkan leukopenia dan trombositopenia (50.000-
150.000/mL) Fase respiratorik juga diikuti dengan peningkatan kadar kreatin fosfokinase

27
(sampai setinggi 3.000 IU/L), peningkatan laktat dehidrogenase, dan hepatik transaminase
(26 kali lebih tinggi dari normal)[28,29]

 Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis paru pada fase prodromal dan masa perjalanan penyakit
mungkin tidak menunjukkan kelainan. Namun, sejumlah besar penderita memiliki infiltrat
paru dengan distribusi unilateral dan perifer serta airspace opacity pada lobus bawah paru.
Rontgen toraks follow up pada sebagian besar pasien menunjukkan konsolidasi multifokal
progresif selama 6-12 hari yang melibatkan satu atau dua paru. Namun, pada seperempat
pasien, gambaran opasitas tetap menunjukkan tampilan fokal dan unilateral.[30,31]

Peneliti di Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr R


Fera Ibrahim MSc SpMK(K) PhD, mengatakan virus corona memang sudah ada sejak lama,
di antaranya menyebabkan wabah SARS dan MERS beberapa waktu lalu.

Pada awal-awal kemunculan pandemi virus corona di China dan menyebar di


sejumlah negara di dunia, muncul spekulasi teori bahwa penyebab pandemi ini terjadi bukan
dari virus SARS-CoV-2 alami melainkan senjata biologis dari laboratorium di China yang
bocor.

Sumber utamanya adalah virus corona dari kelelawar, yang menular melalui hewan
perantara masing-masing.

Sebuah penelitian tentang pandemi Covid-19 yang diterbitkan di jurnal Nature


Medicine pada 17 Maret 2020, menunjukkan bukti spesifik yang menyangkal teori konspirasi
yang merebak, jika virus corona, SARS-CoV-2 tidak direkayasa di laboratorium di China.

3.2 Kebijakan Pemerintah Terhadap Permasalahan Tersebut dari Dulu Sampai Trend
Terbaru.

Pemerintah RI menetapkan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau


Penyakit Pernafasan Gawat Mendadak sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah
sesuai Undang-undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Pengumuman
pemerintah itu dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
424/MENKES/SK/IV/2003 dan mulai berlaku sejak tanggal 3 April 2003.

Demikian penegasan Dr. Achmad Sujudi dengan didampingi Menko Kesra M. Jusuf
Kalla ketika menyampaikan pengumuman pemerintah kepada wartawan dalam dan luar
negeri di kantor Departemen Kesehatan tanggal 3 April 2003. Usai membacakan
pengumuman, Menko Kesra dan Menkes langsung melakukan peninjauan ke Bandara
Soekarno Hatta Cengkareng dan RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Sunter Jakarta
Utara.

Menurut Menkes, dalam UU No. 4 Tahun 1984 disebutkan, menteri menetapkan


daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. Dalam

28
kaitan dengan SARS tidak disebutkan daerah tertentu, tetapi yang terancam adalah seluruh
wilayah Indonesia yaitu melalui pintu-pintu masuk baik pelabuhan udara maupun pelabuhan
laut. Di samping itu Indonesia berdekatan dengan wilayah/negara yang terjangkit SARS
seperti Singapura, Hongkong, China dan sebagainya. Dalam keputusan Menkes No.
424/MENKES/SK/IV/2003 juga disertai pedoman penanggulangan SARS sehingga dapat
dijadikan acuan bagi seluruh jajaran menyerang manusia dengan menunjukkan kumpulan
gejala sebagai berikut .

Kemungkinan kesehatan baik di tingkat Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/Kota.


Dalam pedoman untuk disebutkan, SARS merupakan infeksi pernafasan sangat akut yang
kasus (Probable Case) adalah kasus suspek dengan gambaran foto thorax menunjukkan
tanda-tanda pneumonia atau respiratory distress syndrome atau seseorang yang meninggal
karena saluran pernafasan yang tidak jelas penyebabnya dan pada pemeriksaan autopsi
ditemukan tanda patologis berupa "respiratory distress syndrome" yang tidak jelas
penyebabnya.

Menkes lebih lanjut menegaskan, sampai dengan tanggal 30 Maret 2003 penyebab
yang pasti dari SARS belum dapat dipastikan, tetapi tim WHO memperkirakan penyebabnya
adalah corona virus. Penularan terjadi melalui kontak erat dengan penderita, baik sewaktu
berbicara, batuk atau bersin. Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi,
dalam satu kendaraan, dalam satu gedung tidak terjadi asal tidak kontak langsung dan
berhadapan dengan penderita. Masa inkubasi berdasarkan penelitian sementara ditetapkan 2-
10hari.

Upaya penanggulangan ditujukan untuk memperkecil angka kematian, membatasi


penularan serta penyebaran penyakit agar tidak meluas ke daerah lain. Di Bandara/Pelabuhan,
semua penumpang alat angkut dari negara/wilayah terjangkit SARS diberikan Kartu
Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card) pada saat tiba di bandar udara, pelabuhan laut
atau pos lintas batas darat. Jika ada penumpang yang diduga menderita SARS maka petugas
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menyiapkan diri dengan mengenakan masker untuk
memeriksa dan memberikan pertolongan medis seperlunya serta merujuk ke rumah sakit
yang telah ditetapkan. Penanganan penumpang lain dalam alat angkut yang membawa
penumpang yang diduga menderita SARS dilakukan sebagai berikut:

Penumpang bukan transit dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan
pekerjaannya dan diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat tinggal atau
tempat tujuan perjalanannya serta diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan. Penumpang
transit ke dalam negeri dicatat nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah dan pekerjaan dan
diserahkan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), memberitahukan KKP tujuan serta
diberikan Kartu Kewaspadaan Kesehatan.

Penumpang transit ke luar negeri, diberikan penjelasan seperlunya bahwa di dalam


alat angkut yang ditumpangi terdapat penumpang yang diduga menderita SARS. KKP juga
memberitahukan Pilot Pesawat atau Nakhoda Kapal agar sebelum sampai di tempat tujuan
memberitahukan kepada Bandar udara atau pelabuhan laut bahwa alat angkut tersebut
membawa penumpang yang diduga menderita SARS.
29
Sedangkan penanganan di luar bandara/pelabuhan tata laksana pasien yang diduga
menderita SARS agar mengikuti rambu-rambu perawatan penderita SARS secara cermat dan
menerapkan tindakan pencegahan penularan melalui udara, droplet dan kontak. Pasien
dengan kemungkinan SARS harus diisolasi dan dirawat di ruang tekanan negatif dengan
pintu tertutup, ruang sendiri dengan fasilitas kamar mandi, pengelompokan penderita di
dalam suatu tempat dengan sistem ventilasi udara tersendiri. Apabila sistem ventilasi tidak
tersendiri, maka direkomendasikan untuk mematikan AC dan membuka jendela agar ventilasi
udara menjadi lancar tetapi sedapat mungkin pasien yang dinyatakan SARS dipisahkan
dengan pasien yang dicurigai lainnya atau mempunyai gejala yang sama. Dalam pedoman
penanggulangan SARS, juga tercantum nama-nama rumah sakit yang ditetapkan sebagai
rumah sakit rujukan kasus SARS adalah RS H. Adam Malik / RS Pirngadi Medan, RSUD
Otorita Batam, RSUD Tanjung Balai Karimun, RSUD Dumai, RSUD Tanjung Pinang,
RSUD Tembilahan, RSPI Sulianti Saroso Jakarta dan RS Persahabatan (cadangan), RS
Muwardi Solo, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUD Dr. Sudarso Pontianak, RSUD
Tarakan, RSUD Balikpapan, RS Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makasar, RS Malalayang
Manado dan RS Sanglah Denpasar.

Menko Kesra M. Jusuf Kalla menambahkan, pemerintah mengeluarkan petunjuk


(travel advisory) yaitu bagi warga negara Indonesia disarankan untuk sedapat mungkin
membatasi berkunjung ke negara/wilayah terjangkit SARS kecuali untuk urusan/keperluan
yang sangat mendesak. Jika karena keperluan sangat mendesak terpaksa berkunjungan ke
negara/wilayah terjangkit SARS, dianjurkan agar anak usia balita dan orang lanjut usia tidak
diikutsertakan berkunjung. Memperhatikan dan mengikuti peraturan-peraturan dan cara-cara
pencegahan SARS yang diberlakukan di negara yang bersangkutan serta mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya.

Memasuki tahun 2020, dunia diguncang oleh wabah virus korona yang menyebar
dengan sangat cepat ke seluruh dunia. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk
melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan virus korona. Salah satu tindakan
awal yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo saat itu adalah dengan memerintahkan
kedutaan Indonesia di China untuk memberi perhatian khusus terhadap WNI yang terisolasi
di Wuhan.

Selain di tingkat pusat langkah siaga juga dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
menyiagakan 100 rumah sakit. Kesiagaan juga dilakukan di bandara dan pelabuhan
internasional dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh. Pada tanggal 28 Januari 2020,
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Budi Sylvana menerangkan soal
penerbitan pedoman kesiapsiagaan khusus menghadapi virus baru korona. Pedoman ini
dibuat mengadopsi apa yang dibuat oleh Organisasi Kesehatan WHO.

Inilah yang dijadikan acuan petugas kesehatan untuk penganganan jika terjadi
penularan."Pedoman menjelaskan surveilans dan respons, manajemen klinis, pengendalian
infeksi,"Pedoman menjelaskan surveilans dan respons, manajemen klinis, pengendalian
infeksi,pengelolaan spesimen dan konfirmasi laboratorium, komunikasi risiko, dan
pemberdayaanwarga," ujar Budi (Kompas, 29/1/2020)

30
Upaya preventif yang dilakukan adalah dengan pengawasan ketat di jalur masuk ke
Indonesia darinegara lain meliputi bandara, pelabuhan dan pos lintas batas darat. Deteksi dini
sebagai bentuk pengawasan dilakukan terutama untuk 19 area yang memiliki akses langsung
ke China,yakni Jakarta, Padang, Tarakan, Bandung, Jambi, Palembang, Denpasar, Surabaya,
Batam dan Manado.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes


Anung Sugihantono menjelaskan bahwa terapi spesifik antivirus korona baru belum ada.
Namun,untuk mencegah komplikasi maka terapi diberikan menyesuaikan gejala yang
muncul. Berkaitan dengan petugas medis, Anung menjelaskan pentingnya memakai
pelindung lengkap saat penananganan pasien terduga dan terinfeksi virus.

3.3 Pendapat Bapak Atau Ibu Bagaimana Mengatasi Permasalahan Tersebut

1. Apabila keluar rumah menjaga jarak antar sesama


2. Mengurangi keramaian
3. Memakai masker
4. Kurangi kunjungan ke luar negri apabila tidak terlalu penting

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan.

Berdasarkan hasil dari makalah diatas maka penulis menyimpulkan SARS (severe
acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan
berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh
Paramyxovirus. virus Corona Family

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP)
adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru
manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.

SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan
di paru-paru (edema paru).

SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan
akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak

31
4.2 Kesimpulan.

Berdasarkan uraian bahasan Penyakit SARS, penyusun memberikan saran sebagai


berikut:

 Sosialisasi bahaya penyakit SARS kepada masyarakat sangat diperlukan.


 Peningkatan kemampuan laboratorium, sarana dan prasarana serta pengetahuan dan
ketrampilan petugas kesehatan dalam menghadapi

Kita sebagai mahasiswa Perawat di harapkan mengerti dan memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien SARS, dan kami mohon kritikannya bagi pembaca makalah yang
kami buat, agar bisa membangun makalah ini dengan lebih baik lagi.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7096017/

https://xdocs.tips/doc/asuhan-keperawatan-pada-sars-x8q639k57gnw

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15407

https://id.scribd.com/document/347125548/Makalah-Kelompok-3-Sars

https://id.scribd.com/presentation/115889846/Askep-Sars-Group-4

https://id.scribd.com/doc/264033371/Pengertian-Penyakit-SARS-Gejala-Pencegahan-Dan-
Pengobatan

https://id.scribd.com/doc/60302296/ASKEP-SARS

https://id.scribd.com/doc/92654156/PENYAKIT-SARS

32
33

Anda mungkin juga menyukai