Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ESSAY KEPERAWATAN KRITIS

Tugas ini untuk memenyhi syarat sarjana keperawatan

Nama kelompok :
Devi Sutra Mawar ST171017
Diknas DS ST171018
Diyah Widyaningsih ST171019
Dwi Setiawan ST171020
Eko Sujianto ST171021

SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
PERAN PERAWAT UNTUK PASIEN STROKE
Stroke adalah sindrom klinis berupa gangguan fungsi otak sebagian atau
seluruhnya yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke otak. Stroke dapat
berdampak pada berbagai fungsi tubuh diantaranya adalah defisit motorik berupa
hemiparese (kelemahan satu sisi tubuh). Stroke dapat disimpulkan sebagai serangan
pada jaringan otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menyebabkan
kelumpuhan atau cacat menetap pada bagian tubuh. Masalah kesehatan yang muncul
akibat stroke sangat bervariasi. Bila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat
bicara, kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia. Salah satu
gangguan afasia adalah afasia motorik. Afasia motorik merupakan kerusakan pada
lapisan permukaan pada daerah broca, yang ditandai dengan kesulitan dalam
mengontrol koordinasi, bicara lisan tidak lancar, dan ucapannya sering tidak
dimengerti oleh orang lain.

BEBERAPA PERAN PERAWAT ATAU TINDAKAN PERAWAT YANG


EFEKTIF BAGI PENYAKIT STROKE

1. Melakukan tindakan ROM


Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam
proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu
bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk
keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan
terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan di rumah
sakit sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada
keluarga. Lewis (2007) mengemukakan bahwa sebaiknya latihan pada pasien
stroke dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi.
Semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka kemungkinan pasien
mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil (National Stroke
Association, 2009). Oleh karena itu, untuk menilai latihan ROM aktif dan
pasif dapat meningkatkan mobilitas sendi sehingga mencegah terjadinya
berbagai komplikasi.
Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot(Potter & Perry, 2005). Tujuan ROM adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot,
mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan, mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi. Sedangkanmanfaat latihan ROM adalah untuk
menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
mencegah terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah dengan
dilakukannya latihan ROM pada pasien (Beebe & Lang, 2009; Hardwick &
Lang, 2012). .
Latihan ROM dikatakan dapat mencegah terjadinya penurunan
fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi (Adamovich et al, 2005; Lewis, 2007).
Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tseng et al
(2007) yang mengungkapkan bahwa latihan Range of Motion (ROM) dapat
meningkatkan fleksibilitas dan luas gerak sendi pada pasien stroke. Latihan
ROM dapat menimbulkan rangsangan sehingga meningkatkan aktivitas dari
kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui neuromuskuler
akan meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot ekstremitas terutama
saraf paasimpatis yang merangsang untuk produksi asetilcholin, sehingga
mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos
ekstremitas akan meningkatkan metabolism pada metakonderia untuk
menghasilkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai energi
untuk kontraksi dan meningkatan tonus otot polos ekstremitas (Sanchez, et al,
2006; Battie et al, 2008).

2. Terapi AIUEO terhadap pasien stroke yang mengalami AFASIA


Afasia motorik merupakan kerusakan terhadap seluruh korteks pada
daerah broca. Seseorang dengan afasia motorik tidak bisa mengucapkan satu
kata apapun, namun masih bisa mengutarakan pikirannya dengan jalan
menulis (Mardjono & Sidharta, 2004, hlm.205). Salah satu bentuk terapi
rehabilitasi gangguan afasia adalah dengan memberikan terapi wicara
(Sunardi, 2006, hlm.7). Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan
kepada individu yang mengalami gangguan komunikasi, gangguan berbahasa
bicara, gangguan menelan. terapi wicara ini berfokus pada pasien dengan
masalah-masalah neurologis, diantaranya pasien pasca stroke (Hearing
Speech & Deafness Center, 2006, dalam sunardi, 2006, hlm.1)
Menurut Wardhana penderita stroke yang mengalami kesulitan bicara
akan diberikan terapi AIUEO yang bertujuan untuk memperbaiki ucapan
supaya dapat dipahami oleh orang lain. Orang yang mengalami gangguan
bicara atau afasia akan mengalami kegagalan dalam berartikulasi. Artikulasi
merupakan proses penyesuaian ruangan supraglottal. Penyesuaian ruangan
didaerah laring terjadi dengan menaikkan dan menurunkan laring, yang akan
mengatur jumlah transmisi udara melalui rongga mulut dan rongga hidung
melalui katup velofaringeal dan merubah posisi mandibula (rahang bawah)
dan lidah. Proses diatas yang akan menghasilkan bunyi dasar dalam berbicara
(Yanti, 2008

Anda mungkin juga menyukai