Anda di halaman 1dari 10

EVIDENCE BASED PRACTICE

RANGE OF MOTION (ROM) DENGAN DIAGNOSIS MEDIS


STROKE

Disusun Oleh :

1. Dwi Rustiningsih (202102040001)


2. Darmawati (202102040002)
3. Nelisa Luthfiani (202102040003)
4. Kiki Utari (202102040008)
5. Regina Merdekari Rizki Ananda (202102040010)
6. Rina Yatilah (202102040011)
7. Nailil Ma’firoh (202102040012)
8. Didi Rethodi (202102040004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah perubahan neurologis yang disebabkan oleh


adanya gangguan suplai darah ke otak (Black &Hawks, 2014, h.615).
Jaringan otak yang kekurangan aliran darah menyebabkan reaksi
biokimia, yang dapat merusak dan mematikan sel-sel otak menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan otak tersebut apabila
tidak ditangani secara tepat, penyakit ini dapat berakibat fatal dan
berujung pada kematian (Nabyl, 2012, h.17).

American Heart Associations (AHA) (2017), pada tahun 2013


ada 6,5 juta kematian akibat stroke. Jumlah pasien stroke di Indonesia
menurut Riskesdas pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau
gejala sebesar 12,1 per mil. Di jawa tengah dari 35 kabupaten atau kota
jumlah pasien stroke Hemoragik sebesar 9631 orang dan Non
Hemoragik sebesar 27.302 orang (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2016).

Pada pasien stroke biasanya mengalami disabilitas berupa


kelumpuhan atau gangguan yang mengatur gerakan (motorik),
gangguan perasa (sensorik) termasuk nyeri, gangguan bahasa (aphasia),
gangguan berpikir atau daya ingat (memori), dan gangguan emosi
(Nabyl, 2012, h. 89-90). Selain itu, hemiparese juga salah satu
komplikasi yang akan dialami penderita stroke, dimana penderita stroke
tidak mampu melakukan aktivitas mandiri, oleh sebab itu untuk
mencegah terjadinya proses penyembuhan yang lama perlu dilakukan
latihan agar dapat mengurangi gejala sisa stroke, latihan yang efektif
untuk dilakukan pada pasien stroke selain fisioterapi adalah latihan
ROM (Muttaqin, 2012).

Latihan Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk


latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan
ROM merupakan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian
sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibelitas dan kekuatan
otot (Potter & Perry, 2010). ROM dapat diterapkan dengan aman
sebagai salah satu terapi pada berbagai kondisi pasien dan memberikan
dampak positif baik secara fisik maupun psikologis, latiahan ringan
seperti ROM memiliki beberapa keuntungan antara lain lebih mudah
dipelajari dan diingat oleh pasien dan keluarga mudah diterapkan dan
merupakam intervensi keperawatan dengan biaya murah yang dapat
diterapakan oleh penderita stroke.

B. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) dalam


meningkatkan mobilisasi pada pasien yang mengalami keterbatasan
gerak termasuk pasien Stroke.
BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRACTICE

1. Identitas Artikel

a. Judul artikel
1) Pengaruh ROM (Range Of Motion) terhadap kekuatan otot
ekstremitas pada pasien stroke non Hemoragik.
2) Peningkatan kekuatan otot pasien stroke non hemoragik dengan
hemiparase melalui latihan range of motion (ROM) pasif.
3) Pengaruh latihan range of motion (ROM) terhadap perubahan
aktivitas fungsional pada pasien stroke rawat inap di rsu uki
jakarta.

b. Nama peneliti
1) Anggriani, Zulkarnain, Sulaiman, & Roni Gunawan.
2) Elsi Rahmadani & Handi Rustandi.
3) Hasian Leniwia, Dewi Prabawati & Wihelmus Hary Susilo.

c. Tahun terbit
1) 2018
2) 2019
3) 2019

d. Penerbit
1) Jurnal Riset Hesti Medan.
2) Journal of telenursing (JOUTING).
3) Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang
2. Gap Of Knowledge (kesesuaian masalah dengan masalah yang akan
diselesaikan)

Stroke non- hemoragik terjadi akibat penyumbatan pada


pembuluh darah otak. Stroke yang juga disebut stroke infark atau stroke
iskemik ini merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi.Salah satu
tindakan keperawatan pada pasien stroke untuk meningkatkan rentang
gerak dilakukan latihan aktivitas ROM. Berdasarkan 3 artikel penelitian
yang ditemukan terdapat hasil bahwa latihan ROM berpengaruh dengan
peningkatan kekuatan otot. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas
ROM efektif dalam peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke.

3. Hasil Penelitian

1) Nilai signifikan kekuatan otot tangan sebelum dan sesudah


pemberian ROM sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan
kekuatan otot tangan sebelum dan sesudah pemberian ROM. Nilai
signifikan kekuatan otot kaki sebelum dan sesudah pemberian ROM
sebesar 0,000. Artinya terdapat perbedaan kekuatan otot dan kaki
sebelum dan sesudah pemberian ROM. Hal ini membuktikan bahwa
ROM berpengaruh dalam meningkatkan kekuatan otot tangan dan
kaki responden.
2) Nilai rata-rata kekuatan otot pre-test dan post-test. Meningkat pada
kelompok intervensi dan tidak ada peningkatan pada kelompok
kontrol. Nilai signifikan (p= 0,008) pada kelompok intervensi dan
(p= 0,5) pada kelompok kontrol.
3) Terdapat perbedaan signifikan terhadap kemampuan aktivitas
fungsional meningkat pada kedua kelompok baik intervensi maupun
kontrol, dengan nilai p 0,001.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Resume Kasus Kelolaan

Kepala keluarga Tn. T berusia 75 tahun Pendidikan terakhir


SMA, sudah tidak bekerja. Komposisi anggota terdiri dari Tn. T berusia
75 tahun sebagai kepala keluarga, Ny. R sebagai adik kandung, An. D
berusia 30 tahun sebagai anak pertama, An. E berusia 20 tahun sebagai
anak kedua, An. D berusia 17 tahun sebagai anak ketiga. Klien
mengatakan 2 tahun yang lalu pernah mengalami riwayat stroke tetapi
yang tidak bisa digerakkan hanya kaki sebelah kanan. Setelah dilakukan
pengobatan rutin kaki kanan klien normal kembali dan bisa digunakan
seperti biasanya. Klien mengatakan 1 minggu yang lalu saat akan sholat
subuh berjamaah di mushola, waktu klien selesai berwudhu hendak
keluar dari tempat wudhu klien terjatuh dan tiba-tiba tangan dan kaki
kanan klien tidak bisa digerakkan. Hasil pengkajian didapatkan data
tekanan darah 150/100 mmHg, suhu 36,8oC, nadi 82x/menit, kekuatan
otot 1/5.
Diagnose keperawatan yang muncul adalah gangguan mobilitas
fisik, intoleransi aktifitas, defisit perawatan diri. Pada kasus diatas yang
menjadi prioritas diagnose adalah gangguan mobilitas fisik. Intervensi
keperawatan yang akan dilakukan untuk mengatasi diagnosa utama
adalah latihan rentang gerak atau ROM. Tindakan keperawatan
dilakukan pada hari selasa, 07 september 2021 jam 15.00 WIB dengan
tindakan mengajarkan rentang gerak berupa ROM pasif. Evaluasi
setelah dilakukan tindakan klien mengatakan tangan dan kaki kanannya
masih kaku tetapi sudah bisa digerakkan sedikit-sedikit. Kekuatan otot
klien saat ini 2/5.
B. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori

Latihan Range Of Motion (ROM) adalah salah satu bentuk


latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan
ROM merupakan sekumpulan Gerakan yang dilakukan pada bagian
sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan
otot. ROM dapat diterapkan dengan aman sebagai salah satu terapi pada
berbagai kondisi pasien dan memberikan dampak positif secara fisik
maupun psikologis, latihan ringan seperti ROM memiliki beberapa
keuntungan antara lain lebih mudah dipelajari dan diingat oleh pasien
dan keluarga, mudah diterapkan dan merupakan intervensi keperawatan
dengan biaya murah yang dapat diterapkan oleh penderita stroke.
Mobilisasi pada penderita stroke bertujuan mempertahankan
range of motion atau rentang gerak pada klien stroke yang bertujuan
untuk mempertahankan atau mengembalikan fungsi dan kekuatan otot,
mencegah kelainan bentuk pada otot dan sendi serta mempertahankan
fungsi jantung dan mencegah terjadinya decubitus akibat terlalu lama
melakukan tirah baring.

C. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus

Berdasarkan hasil tinjauan kasus bahwa latihan gerak atau ROM


dapat membantu meningkatkan fleksibilitas pada otot Tn. T terbukti
dengan setelah dilakukannya kegiatan latihan rentang gerak atau ROM
pada hari Selasa, 7 September 2021, Tn. T merasa latihan yang
dilakukan cukup membantu meningkatkan kekuatan otot walaupun tidak
begitu signifikan karena harus dilakukan secara rutin dan berkala.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

ROM (Range Of Motion) harus dilakukan atau dilaksanakan


secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur
pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah
leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki. ROM
dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian
yang dicurigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya.
Selain dari pada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan
juga harus memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta
kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan
pada pasien lebih lanjut.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Zulkarnain, Sulaimani, & Gunawan, R. (2018). Pengaruh ROM


(Range Of Motion) Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada PAsien
Store Non Hemoragic . Jurnal Riset Hesti Medan, 64-72.

Leniwia, H., Prabawati, D., & Susilo, W. H. (2019). Pengaruh Latihan Range
Of Motion (ROM) Terhadap Perubahan Aktivitas Fungsional Pada
Pasien Stroke Rawat Inap Di RSU UKI Jakarta. Jurnal JKFT :
Universitas Muhammadiyah Tangerang, 72-77.

Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien


Stroke Non Hemoragik Dengan Hemiparese Melalui Latihan Rane of
Motion (ROM) Pasif . Journal Of Telenursing (JOUTING), 354-363.

Black, M. J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Salemba Emban Patria.

Nabyl, R. (2012). Deteksi Dini Gejala dan Pegobatan Stroke. Jakarta : Salemba
Medika.

American Heart Associations (2017). Heart Disease And Stroke Statisics-2017


Update : A Report From The American Heart Association. Diakses Pada
Tanggal 14 Januari 2017 Di
Http://Circ.Ahajournals.Org/Content/135/10/E146.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2016).' Kasus Baru Penyakit Tidak
Menular Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Provinsi Jawa Tengah'.

Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba
Potter. P. A. & Perry,A.G. 2010. Buku ajar fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktek. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai