Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH RELAKSASI DZIKIR TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG


MENJALANI HEMODIALISA

DAN

PENGARUH TERAPI MUSIK TRADISIONAL SUNDA


TEMBANG CIANJURAN TERHADAP KECEMASAN PADA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI UNIT HEMODIALISA
RSUD SAYANG CIANJUR

Laporan Presentasi Jurnal Disusun untuk memenuhi tugas stase


Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh:
Rayati
NIM. 402018071

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu
penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan
perhatian karena telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan angka
kejadiannya yang cukup tinggi dan berdampak besar terhadap morbiditas,
mortalitas dan sosial ekonomi masyarakat karena biaya perawatan yang cukup
tinggi. Gagal Ginjal Kronis (GGK) merupakan suatu keadaan dimana terdapat
penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan parenkim ginjal yang bersifat
kronik dan irreversible. Seseorang didiagnosis menderita gagal ginjal kronik jika
terjadi kelainan dan kerusakan pada ginjal selama 3 bulan atau lebih yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal sebesar 78-85% atau laju filtrasi glomerulusnya
(LFG) kurang dari 60 ml/min/1,73m2 dengan atau tanpa kelainan pada ginjal.
Penurunan LFG akan terus berlanjut hingga pada akhirnya terjadi disfungsi organ
pada saat laju filtrasi glomerulus menurun hingga kurang dari 15 ml/min/1,73 m2
yang dikenal sebagai End-Stage Renal Disease (ESRD) atau penyakit ginjal tahap
akhir, sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa tindakan dialisis atau
pencangkokan ginjal sebagai terapi pengganti ginjal.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan dunia dengan
peningkatan insidensi, prevalensi serta tingkat morbiditas dan mortalitas.
Prevalensi global telah meningkat setiap tahunnya. Menurut data World Health
Organization (WHO), penyakit gagal ginjal kronis telah menyebabkan kematian
pada 850.000 orang setiap tahunnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit
gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka
kematian dunia. Prevalensi gagal ginjal di dunia menurut ESRD Patients (End-
Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012
sebanyak 3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data
tersebut disimpulkan adanya peningkatan angka kesakitan pasien gagal ginjal tiap
tahunnya sebesar sebesar 6 %. Sekitar 78,8% dari pasien gagal ginjal kronik di
dunia menggunakan terapi dialisis untuk kelangsungan hidupnya.
Peningkatan pasien gagal ginjal terjadi di negara maju dan negara
berkembang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) pada tahun 2009, penyakit gagal ginjal berada pada
urutan ke delapan penyebab kematian di Amerika Serikat dan diperkirakan sekitar
31 juta penduduk atau sekitar 10% dari populasi di Amerika Serikat menderita
GGK. Prevalensi GGK di Amerika Serikat menurut data dari National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2013 sebesar 14% dimana terjadi
peningkatan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 12,5%.(6) GGK diperkirakan
akan terus meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya pada populasi di Amerika
Serikat. Prevalensi gagal ginjal juga terus mengalami peningkatan di Taiwan
(2.990/1.000.000 penduduk), jepang (2.590/1.000.000 penduduk). Penyakit yang
tercatat sebagai penyebab gagal ginjal adalah diabetes melitus (37,47%), hipertensi
(25,1%) dan glomerulonefritis (16,34%).
Prevalensi GGK di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan.
Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam Program Indonesia Renal
Registry (IRR) melaporkan jumlah penderita GGK di Indonesia pada tahun 2011
tercatat 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
28.782 dengan 68,1% kasus baru. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013,
prevalensi gagal ginjal kronis berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar
0,2% dan penyakit batu ginjal 0,6%. Laporan Indonesian Renal Registry (IRR)
menunjukkan 82,4% pasien GGK di Indonesia menjalani hemodialisis pada tahun
2014 dan jumlah pasien hemodialisis mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Laporan IRR mencatat bahwa penyebab gagal ginjal pada pasien yang
menjalani hemodialisis adalah hipertensi (37%), diabetes melitus (27%) dan
glomerulopati primer (10%).
Hemodialisis (HD) merupakan salah satu terapi untuk mengalirkan darah ke
dalam suatu alat yang terdiri dari dua kompartemen yaitu darah dan dialisat. Pasien
hemodialisis mengalami kecemasan karena takut dilakukan tindakan terapi
hemodialisis. Menurut Soewandi (2002) gangguan psikiatrik yang sering
ditemukan pada pasien dengan terapi hemodialisis adalah depresi, kecemasan,
hubungan dalam perkawinan dan fungsi seksual, serta ketidakpatuhan dalam diet
dan obat-obatan.
Pasien gagal ginjal kronik mengalami yang kecemasan akan mengalami
banyak gangguan dalam perilakunya diantaranya mengalami penurunan dan
perubahan dalam memenuhi kebutuhan fisiologis, perubahan respon psikologis,
perubahan pada interaksi sosial, penurunan kualitas fisik, fisiologi dan sebagainya.
Kecemasan sangat sering dijumpai pada pasien hemodialisa (Hangita, 2015).
Menurut penelitian yang 3 dilakukan oleh Tavir (2013) menunjukan bahwa 57,30%
dari pasien End Stage Renal Disease (ESRD) mengalami depresi. Dari 39,2%
pasien dialisis terdapat pasien yang mengalami depresi ringan, 24,49% mengalami
depresi sedang dan 13,72% memiliki depresi berat dan 42,69% yang mengalami
gangguan kecemasan dari 47,36% pasien yang mengalami kecemasan ringan,
28,94% mengalami kecemasan sedang dan 23,68% mengalami kecemasan yang
parah. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien hemodialisa diantaranya
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman pasien menjalani pengobatan
yang termasuk dalam faktor instrinsik sedangkan untuk faktor ekstrinsik meliputi
biaya pengobatan, lama perawatan dan dukungan dari keluarga (Kaplan dan Sadock
dalam Lutfa 2008). Menurut kaplan (2010) kecemasan yang dirasakan oleh
seseorang yang menjalani suatu rangkaian perawatan penyakit sangatlah sering
terjadi, semua orang yang menjalani pengobatan memiliki rasa khawatir karena
belum memahami bagaimana proses pengobatan tersebut. Di Amerika usia yang
mengalami kecemasan tertinggi berkisar usia 55 ke atas, dan jenis kelamin orang
yang sering mengalami kecemasan terutama peremuan. Jenis kelamin pada
seseorang juga mempengarui kecemasan karena proses pemikiran yang terjadi pada
jenis kelamin laki-laki dan perempuan berbeda, jenis kelamin perempuan biasanya
lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan jenis kelamin laki-laki
(Surono, 2008).
Kecemasan merupakan suatu kondisi yang muncul bila ada ancaman
ketidakberdayaan atau kurang pengendalian, perasaan kehilangan fungsifungsi dan
harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Puspitasari, 2013). Perilaku
koping seperti mengingkari, marah, pasif atau agresif umum di jumpai pada pasien.
Klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa juga kan mengalami tingkat
kecemasan yang tinggi yang di tandai dengan perasaan marah, sedih, badan
gemetar, lemah, gugup, sering mengulangi pertanyaan, dan tanda-tanda vital
meningkat (Grahacendikia, 2009). Pengalaman pasien menjalani pengobatan juga
dapat menimbulkan kecemasan pada pasien tersebut, kemungkinan dari
pengalaman tersebut ada suatu hal yang membuat dirinya merasa khawatir dan
mengalami cemas ( Hawari & Dadan,2013).
Pasien yang melakukan terapi hemodialisa mengalami kecemasan, mereka
cemas dengn terapi yang di jalaninya, cemas terhadap mesin, selang-selang dialiri
darah, cemas ditusuk, dan juga cemas terhadap biaya yang akan dikeluarkan selama
proses hemodialisa, cemas tidak akan bekerja seperti biasa, tampak raut putus asa
di wajah pasien, pasien mengatakan bingung dan cemas memikirkan sampai kapan
terapi hemodialisa akan dijalaninya. Ketika merasa cemas saat diruangan
hemodialisa seketika tekanan darah pasien akan meningkat dan terkadang hal itu
dapat menyebabkan pasien merasa sangat pusing dan tidak bisa melanjutkan
hemodialisa yang sedang berlangsung.
B. Kasus / Skenario Klinis
Pasien Tn. S usia 63 tahun datang ke ruang Hemodialisa RS Muhammadiyah untuk
menjalani terapi hemodialisis rutin. Hemodialisis telah rutin dilakukan pasien 2 kali
dalam seminggu yaitu hari selasa dan jumat selama kurang lebih dua tahun. Adapun
yang pasien keluhkan saat ini adalah pasien kurang tidur, tidur malam dirumah
hanya sekitar 2 jam setiap harinya, terkadang tidak tidur semalaman. Hal tersebut
dirasakan sejak menjalani hemodialisis. Hasil pengkajian pada tanggal 23 April
2019 yaitu, TD: 150/90 mmHg, N: 86x/mnt, R: 20x/mnt, S: 370C. Pasien terlihat
tidak tidur selama hemodialisa. Pasien hanya berbincang dengan isterinya ataupun
menonton televisi.

C. Rumusan Masalah
PATIENT/PROBLEM : Pasien usia 64 tahun dengan diagnosa medis
ESRD e.c Hipertensi. Pasien memiliki masalah
Kecemasan sejak menjalani hemdialisa.
INTERVENTION : Pemberian terapi Dzikir dan Musik Sunda
Cianjuran
COMPARISSION : Relaxation Dzikir
OUTCOME : pasien dapat menurunkan tingkat
kecemasan/stres

Pertanyaan klinis:
Manakah yang lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, pemberian therapy Dzikir atau therapy
Musik sunda Cianjuran?
Metode/strategi penelusuran bukti
Langkah- langkah yang ditempuh penulis dalam strategi penelusuran bukti adalah:
1. Penulis mencari jurnal terkait melalui Google Scholar mauun Google biasa
2. Kata kunci yang digunakan yaitu: Dzikir, gagal ginjal kronis, hemodialisis,
kecemasan, relaksasi.
3. Penulis menemukan sekitar 4 artikel yang terkait dengan kata kunci
pencarian tersebut
4. Penulis memilih jurnal yang berkaitan berdasarkan tahun terbaru, yang
diambil yaitu sejak tahun 2015 sampai 2019
5. Naskah lengkap yang ditemukan dan memenuhi kriteria yaitu 2 jurnal
BAB II
HASIL TELAAH JURNAL

A. Hasil Penelusuran Bukti


JURNAL VALIDITAS
Judul: VI ( Validitas Seleksi)
Pengaruh Relaksasi Pengaruh Relaksasi Dzikir terhadap Tingkat Kecemasan
Dzikir terhadap Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa
Tingkat Kecemasan 17 orang. Teknik pengambilan sample dilakukan secara
Pasien Gagal Ginjal purposive sampling.
Kronis yang Kriteria inklusi :
Menjalani - pasien hemodialisa yang mengalami kecemasan/Stres
Hemodialisa - pasien hemodialisa yang menjalani hemodialisa 2 hari
Penulis : pasca hemodialisa,
Iin Patima, Suryani, - umur pasien hemodialisis < 60 tahun,
Aan Nuraeni (2015) - tidak mempunyai penyakit asma, kejang
dan depresi
- kesadaran compos mentis.
V2 (Validitas Informasi)
Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen
dengan pendekatan pre experimental one group pre and
posttest design. Hasil perhitungan didapatkan besar sampel
sebanyak 17 responde. Instrument yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa Kisioner yang terdiri dari data :
serta instrumen skala kecemasan. Kuesioner berisikan
pertanyaan tentang karakteristik responden diantaranya:
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, lamanya menjalani hemodialisis, frekuensi
menjalani hemodialisis serta ketergantungan pasien.
Instrument lain yang digunakan yaitu skala kecemasan
dengan menggunakan Hamilton rating scale for anxiety
(HAM-A). Pelaksanaan relaksasi dzikir pada penelitian ini
dilaksanakan selama 2 hari, dalam satu hari dilakukan
selama 2 sesi masing masing sesi selama 25 menit. V3
(Validitas pengontrolan / perancu)
Peneliti tidak menyebutkan pengontrolan perancu dalam
jurnal ini tetapi hanya menampilkan data karekteristik
responden seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan lama menjalani hemodialisa. Padahal data
karakteristik seperti usia, jenis kelamin, lama menjalani
hemodialisa bisa dijadikan pengontrolan perancu.
V4 ( validitas analisis)
uji statistik menggunakan Unpair t Test, yaitu terdapat
perbedaan yang bermakna antara tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah intervensi (p<0.005).
V5( Validitas Eksterna)
menggunakan pre experimental one group pre and posttest
design
I ( Importancy)
Penelitian ini penting dilakukan dalam pengembangan
ilmu praktik keperawatan mandiri agar perawat dapat
melakukan tindakan mandiri sebelum tindakan kolaborasi
dalam Menekan tingkat kecemasan/Stres pasien GGK
yang menjalani hemodialisis. Hasil uji statistik perbedaan
rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi
menunjukan terdapat perbedaan rerata tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p =0.000
yang berarti ada pengaruh positif relaksasi dzikir terhadap
kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis.
A (Aplicability)
Hasil penelitian ini yaitu Terapy Dzikir pada pasien GGK
hemodialisis yang mengalami Kecemasan/Stres dinilai
efektif, sehingga metode ini dapat diterapkan di ruang
hemodialisa rumah sakit maupun di rumah pasien. Dapat
menggunakan alat bantu berupa Tasbih ataupun tidak
menggunakan alat sama sekali.

Judul : V1 ( validitas seleksi)


Pengaruh terapi musik Pengaruh terapi musik tradisional Sunda tembang
tradisional Sunda Cianjuran terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal
tembang Cianjuran kronik yang menjalani hemodialisa di unit hemodialisa
terhadap kecemasan RSUD Sayang Cianjur. Jumlah responden dalam
pada pasien gagal penelitian ini yaitu sebanyak 25 orang. Teknik
ginjal kronik yang pengambilan sample dilakukan secara consecutive
menjalani sampling
hemodialisa di unit Kriteria inklusi :
hemodialisa RSUD - status hemodinamik stabil,
Sayang Cianjur - tidak mengalami gangguan proses pikir,
Penulis : - rutin melakukan terapi Hemodialisis 2 x seminggu,
Evangeline, Lilis - telah menjalani Hemodialisis selama 6 bulan s/d 11
Rohayani, Irma tahun.
Febriani (2017) - pasien dengan pendengaran normal yang diuji dengan
menggunakan tes Rinne dan Weber
- V2 ( validitas informasi )
Penelitian ini adalah menerapkan one group pre-post
test design. Terapi musik tradisional Sunda tembang
Cianjuran diberikan pada responden 1 kali selama 10
menit (Maulana, 2010), setelah pemberian terapi musik
responden diberikan waktu 10 menit (Maulana, 2010)
untuk beristirahat kemudian peneliti melakukan tes
terakhir (posttest) kecemasan dengan memberikan
kuesioner kecemasan State Anxiety Inventory (SAI).
V3 ( validitas pengontrolan perancu)
Pada penelitian ini tidak dicantumkan faktor perancu.
V4 ( validitas analisis)
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis analisis yang
digunakan, yaitu yang pertama analisis univariat dan yang
kedua adalah bivariat, secara univariat berupa rerata nilai
kecemasan dan analisis bivariat menggunakan uji
Willcoxon untuk melihat perbedaan kecemasan pada
masing – masing kelompok baik sebelum dan sesudah
diberikan terapi musik tradisional Sunda tembang
Cianjuran
V5 ( validitas eksterna)
peneliti tidak menyebutkan alat tes yang digunakan, hanya
menyebutkan evaluasi dilakukan dengan dua tahap yaitu
univariat dan bivariat (uji Willcoxon).
I (Importancy)
Penelitian ini penting dilakukan dalam pengembangan
ilmu praktik keperawatan mandiri agar perawat dapat
melakukan tindakan mandiri sebelum tindakan kolaborasi
dalam Menekan tingkat kecemasan/Stres pasien GGK
yang menjalani hemodialisis. terapi musik tradisional
Sunda tembang Cianjuran berpengaruh terhadap
kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Sayang Cianjur
(pvalue 0,001 ≤ α = 0,05).
yaitu 3,8 poin.
A (Aplicability)
Hasil penelitian ini yaitu Terapy musik Sunda Cianjuran
pada pasien GGK hemodialisis yang mengalami
Kecemasan/Stres dinilai efektif, sehingga metode ini dapat
diterapkan di ruang hemodialisa rumah sakit maupun di
rumah pasien.

B. Pembahasan
Teknik pemusatan pikiran dapat dilakukan melalui teknik relaksasi dzikir.
Pelaksanaan teknik relaksasi dzikir pada penelitian berupa penggabungan teknik
relaksasi dengan bacaan dzikir yang diulang-ulang. Bacaan dzikir yang diulang-
ulang merupakan salah satu cara untuk memusatkan pikiran seseorang terhadap
makna dari kalimat dzikir. Kalimat dzikir sendiri mengandung makna positif,
sehingga pikiran negatif yang dialami seseorang yang cemas akan digantikan
dengan pikiran positif ketika orang tersebut berfokus pada kalimat dzikir. Dzikir
pada beberapa penelitian dapat menurunkan kecemasan, seperti kecemasan pada
pasien AMI (Acute Myocardial Infarction) (Mardiyono, Songwathana &
Petpichetchian, 2011), kecemasan pasien pre operasi bedah mayor (Mardiyono,
Angraeni, & Sulistyowati, 2007), nyeri serta kecemasan pada pasien yang
menjalani operasi abdomen (Soliman, 2013)
Teknik relaksasi yang digabungkan dengan bacaan dzikir mampu
menimbulkan respon relaksasi sehingga dapat menurunkan kecemasan. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa dengan intervensi relaksasi dzikir dapat
menurunkan kecemasan pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Intervensi
relaksasi dzikir untuk menurunkan kecemasan klien sangat relevan dengan peran
perawat. dalam melaksanakan peran dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat seharusnya melihat dari semua aspek yang dimiliki pasien meliputi: aspek
biologi, psikologi, sosial, dan spiritual (Perry & Potter, 2005). Pendekatan relaksasi
dzikir terhadap pasien GGK memandang unsur spiritual pasien, dimana seseorang
dengan penyakit kronis cenderung berupaya memperkuat aspek spiritualnya. Hal
ini akan mendukung keberhasilan teknik relaksasi dzikir untuk pasien penyakit
kronis salah satunya penyakit gagal ginjal, dalam hal ini perawat sangat berperan
penting dalam memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan spiritual
melalui proses keperawatan (Mauk & Schmidt, 2004).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,001 (p<0,05), yang artinya ada
pengaruh pemberian terapi music instrument terhadap peningkatan kualitas tidur
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada kelompok intervensi,
sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberi terapi musik instrument tidak
mengalami perubahan yang signifikan terhadap kualitas tidur sesudah periode
intervensi,hal tersebut telah dibuktikan secara statistik denganuji t dependen dengan
hasil nilai p = 0,62 (p>0,05).
Menurut Djohan (2006) musik memiliki efek membantu untuk
menenangkan otak dan mengatur sirkulasi darah. Musik dapat menurunkan
aktivitas sistem saraf simpatik serta kecemasan, denyut jantung, laju pernafasan,
dan tekanan darah yang berkontribusi pada perbaikan kualitas tidur (Stanley, 1986,
Good et al., 1999, Salmon et al., 2003 dalam Harmat, Takcs, and Bodizs, 2007).
Musik instrumental adalah suatu cara penanganan penyakit (pengobatan) dengan
menggunakan nada atau suara yang semua instrument musik dihasilkan melalui alat
musik disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan
keharmonisan. Mekanisme kerja musik instrumental untuk relaksasi rangsangan
atau unsure dan nada masuk ke canalis auditorius di hantar sampai thalamus
sehingga memori dari sistem limbik aktif secara otomatis mempengaruhi saraf
otonom yang disampaikan ke thalamus dan kelanjar hipofisis dan muncul respon
terhadap emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan
pengeluaran hormon stress sehingga seseorang menjadi rileks (Setiadarma, 2002).
Berdasarkan hasil uji normalitas data yang telah dilakukan sebelumnya,
diketahui data kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi berdistribusi
normal yaitu p=0.079 untuk kecemasan sebelum intervensi dan p =0.572 setelah
dilakukan intervensi. Selanjutnya untuk melihat perbedaan rerata tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan analisis bivariat yaitu
dengan uji t berpasangan. Berikut disajikan perbedaan rerata tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah intervensi. Hasil uji statistik perbedaan rerata tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah intervensi menunjukan terdapat perbedaan rerata
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p =0.000 yang
berarti ada pengaruh positif relaksasi dzikir terhadap kecemasan pasien GGK yang
menjalani hemodialisis.
Selain therapy Dzikir yang dikemukakan dalam jurnal , ada pula alternative
lain untuk menekan kecemasan/Stres pasien hemodialisis yang dapat dilakukan di
rumah sakit yaitu dengan Pengaruh terapi musik tradisional Sunda tembang
Cianjuran terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Sayang Cianjur. Hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pengaruh terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran
terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di Unit
hemodialisa RSUD Sayang Cianjur pada 25 responden, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terapi musik tradisional Sunda tembang Cianjuran berpengaruh
terhadap kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
Unit Hemodialisa RSUD Sayang Cianjur (pvalue 0,001 ≤ α = 0,05).
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Hasil dari telaah jurnal yang pertama yaitu mengenai Pengaruh Relaksasi
Dzikir terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani
Hemodialisa, metode tersebut cukup efektif untuk menguarangi Kecemasan/Stres
pasien hemodialisa. Hasil penelitian mampu menimbulkan respon relaksasi
sehingga dapat menurunkan kecemasan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini
bahwa dengan intervensi relaksasi dzikir dapat menurunkan kecemasan pasien
GGK yang menjalani hemodialisis. Intervensi relaksasi dzikir untuk menurunkan
kecemasan klien sangat relevan dengan peran perawat. dalam melaksanakan peran
dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat seharusnya melihat dari semua
aspek yang dimiliki pasien meliputi: aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual

Sedangkan hasil telaah jurnal yang kedua yaitu tentang Pengaruh terapi
musik tradisional Sunda tembang Cianjuran terhadap kecemasan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Sayang
Cianjur Hasil evaluasi pada kelompok intervensi didapatkan pengaruh terapi musik
tradisional Sunda tembang Cianjuran terhadap kecemasan pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani Hemodialisa di Unit hemodialisa RSUD Sayang Cianjur
pada 25 responden, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi musik tradisional
Sunda tembang Cianjuran berpengaruh terhadap kecemasan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Sayang
Cianjur (pvalue 0,001 ≤ α = 0,05).untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien
yang menjalani hemodialisa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua metode ini yaitu terapi
Dzikir dan musik Sunda Cianjuran dapat diterapkan di ruang hemodialisa Rumah
Sakit dalam rangka mengurangi kecemasan/stres.
B. Saran
- Perawat diharapkan dapat melakukan evaluasi dan kajian ilmiah terhadap
penerapan intervensi keperawatan yang sudah ada. Perawat hendaknya
dapat memanfaatkan hasil temuan ilmiah berbasis Evidence Base Praktice
dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien.
- Saran untuk penelitian selanjutnya adalah agar mengembangkan penelitian
ini lebih lanjut agar lebih sempurna baik dari segi waktu atau metode yang
akan digunakan sehingga menambah wawasan dan keilmuan kita.

Anda mungkin juga menyukai