Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Timbang terima

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

Wielenah

Endang S

Program Studi DIII Keperawatan

STIKES Dr. Sismadi Tanjung Priok

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran TUHAN YG MAHA ESA yang telah memberikan


kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik

Penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Dosen pengasuh yang telah


membimbing penulis menyelesaikan tugas yang Judul TIMBANG TERIMA pada Mata
Kuliah“Manajemen Keperawatan” dengan sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa dalam
tugas ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisannya maupun
isinya. Oleh karna itu, penulis mengharap kritik dan saran yang sifat nya membangun
guna memperbaiki tugas yang akan datang. akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.

Jakarta, 22 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II ISI

A. Pengertian Timbang Terima


B. Proses Timbang Terima
C. Hal-hal yang perlu diperhatikan
D. Alur Timbang Terima
E. Renstra Timbang Terima
F. Format Timbang Terima
G. Komunikasi SBAR
H. SBAR Model
I. Laporan Kondisi Pasien Antar Shift Dinas

BAB III SKENARIO TIMBANG TERIMA

A. Pemeran
B. Naskah Drama Timbang Terima

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

LATAR BELAKANG

Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain


(Gilles, 1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu
atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan
rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. (Keliat,
2009).

Dalam kegiatan asuhan keperawatan di butuhkan yaitu kemahiran dalam


berkomunikasi, dan komunikasi yang baik itu mudah di mengerti, singkat, jelas.
Komunikasi juga sangat perlu saat melakukan segala hal dalam kegiatan sehari-hari
perawat dalam tindakan keperawatan maupun dalam bentuk Operan. Dalam operan ini
lah sering terjadi kekeliruan ataupun kesalahpahaman informasi, dan disinilah perawat
sangat di butuhkan dalam kemahiran berkomunikasi.

Pada saat operan antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan, serta respons
yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan operan bersama dengan perawat lainnya
dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara
akurat di dekat pasien. Cara ini akan lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu
orang lain sekedar untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga
akan membantu perawat dalam menerima operan secara nyata. (Nursalam, 2011).

Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan operan disisi
tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing
ruangan. (Achmad, 2012). Operan tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa
mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan
dari pasien dan perawat karena tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien
yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan. (Rina, 2012).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup mengetahui
kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya
serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pesan
telah diterima dengan benar. Meskipun digunakan setiap hari dalam situasi klinis,
keterampilan komunikasi perlu dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua
perawat sehingga mereka dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam
lingkungan yang serba cepat dan menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan
sistematik untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara
komunikasi teknik SBAR. (Rina, 2012).

Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam


dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari Kaiser Permanente
Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Meskipun
komunikasiSBAR di desain untuk kumunikasi dalam situasi beresiko tinggi antara
perawat dan dokter, teknik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan
tugas, misalnya operan antara perawat. Di Kaiser tempat asalnya, teknik SBAR tidak
hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis tapi juga untuk berbagai laporan oleh
pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau voice mail serta bagian IT untuk
mengatasi masalah (JCI, 2010 dalam Penelitian Rina, 2012).

Dari hasil uraian di atas terdapat kaitannya operan terhadap komunikasi perawat
dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun saat menerapkan asuhan keperawatan.
Maka dari itu kelompok tertarik untuk membahas materi Operan demi memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Keperawatan disemester ganjil ditahun 2014 ini.

Tujuan

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapat
pengetahuan tentang Operan dalam melakukan Asuhan Keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari TIMBANG TERIMA
b. Untuk mengetahui Prosedur TIMBANG TERIMA
c. Untuk mengetahui hal-hal yang diperhatikan dalam TIMBANG TERIMA
d. Untuk mengetahui Komunikasi SBAR
e. Untuk mengetahui prosedur SBAR dalam TIMBANG TERIMA

Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini bermanfaat bagi seorang Perawat, Pasien,
Pendidikan dan Mahasiswa.

1. Manfaat bagi Perawat


a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna dan
meminimalkan terjadinya kesalahan tindakan.

2. Manfaat bagi Pasien


a. Pasien dan keluarga menjadi lebih nyaman.
b. Pasien dan keluarga dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap.

3. Manfaat bagi Pendidikan


a. Memiliki mahasiswa/i yang berkompeten
b. Meningkatkan derajat pendidikan khususnya keperawatan

4. Manfaat bagi Mahasiswa


a. Mahasiswa dapat menerapkan komunikasi yang baik
b. Menjadikan suatu bimbingan belajar yang baik
c. Sebagai dasar acuan menerapkan operan dengan baik saat praktik
klinik/Rumah Sakit
BAB II

ISI

A. Pengertian TIMBANG TERIMA


Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Operan shif berperan penting dalam menjaga kesinambungan
layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Tujuan komunikasi selama
operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat, reliabel (Lardner,
1996), tentang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif berikutnya
agar layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga
keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan
ketidak akuratan perawatan, serga memberi kesempatan perawat meninggalkan
pelayanan langsung. (Achmad, dkk, 2012).
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan
yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan. (Nursalam, 2011).
Menurut Keliat, 2009. Operan adalah komunikasi dan serah terima
pekerjaan antara shift pagi , sore dan malam. Operan dari shif malam ke shif
pagi dan dari shif pagi ke shif sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari shif sore ke shif malam dipimpin oleh penanggung jawab shif sore.
B. Proses Operan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima 5 Ners PPdan PA


dilaksanakan setiap menit station
pergantian shift/ operan

2. Prinsip timbang terima


semua pasien baru masuk
dan pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan belun/
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi
lebih lanjut

3. PP menyampaikan
timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam
timbang terima:

a. Jumlah pasien

b. Identitas klien dan


diagnosis medis

c. Data (keluhan/ subjektif


dan objektif)

d. Masalah keperawatan
yang masih muncul
e. Intervensi keperawatan
yang belum dilaksanakan
(secara umum).

f. Intervensi kolaboratif
dan dependen.

g. Rencana umum dan


persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dll).

Pelaksanaan
1. Kedua kelompok dinas 20 Ners KARU, PP
sudah siap (shift jaga) menit station dan PA

2. Kelompok yang akan


bertugas menyiapkan buku
catatan.

3. Kepala ruang membuka


acara timbang terima.

4. Perawat yang
melakukan timang terima
dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab,
dan melakukann validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang terimakan
an berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang
kurang jelas.
5. Kepala ruangan/ PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien

6. Penyampaian yang
jelas, singkat, dan padat.

7. Perawat yang
melaksanakan timbang
terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan,
dan tindakan yang telah/
belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya
selama masa perawatan.

8. Hal-hal yang sifatnya


khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.

9. Lama timbang terima


hntuk tiap pasien tidak
lebih dari lima menit
kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit
Ruang
perawatan

1. Diskusi. 5 Ners KARU, PP


menit station dan PA
2. Pelaporan untuk
timbang terima dituliskan
secara langsung pada
format timbang terima
yang ditandatangani oleh
PP yang jaga saat itu dan
PP yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruang.

3. Ditutup oleh kepala


ruang

C. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat Operan di kamar pasien, mengunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
D. Alur Operan
Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk.,
2012) adalah sebagai berikut:

Nurse Station:

1. Operan dipimpin kepala ruangan

2. Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi pasiennya


berdasarkan dokumentasi keperawatan.

3. Ketua Tim/Penanggung jawab sif dan perawat pelaksana dalam tim


mencatat hariannya

4. Proses klasifikasi informasi.

Bedside

1. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien

2. Validasi data pasien.

Nurse Station

1. Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan


balik dan saran tidak lanjut.

2. Menutup operan (doa dan bersalaman).

Nurse Station

Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference bersama


anggota tim/perawat pelaksana.

E. Renstra Operan
a. Pelaksanaan Operan
Hari/ tanggal :
Pukul :
Topik :
Tempat :

b. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

c. Media
1. Status klien
2. Buku Operan
3. Alat tulis
4. Sarana dan prasarana perawatan

d. Pengorganisasian
Kepala ruangan :
Perawat primer (pagi) :
Perawat primer (sore) :
Perawat associate (pagi) :
Perawat associate (sore) :
Perawat associate (malam) :
Perawat associate (libur) :
Pembimbing/ supervisor :

e. Uraian kegiatan
1. Prolog

Pada hari....... jam....... seluruh perawat ( PP dan PA) shift pagi dan sore serta kepala
ruangan berkumpul di nurse station untuk melakukan operan.

2. Sesi I di Nurse station

Kepela ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului dengan doa dan
kemudian mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya
(sore). PP dan PA shift sore memberikan klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan
dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang dll), hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan.
Setelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan lisan,
kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien

3. Sesi II di Ruang Perawatan pasien

Seluruh perawat dan kepala ruangan bersama-sama melihat ketempat pasien. PP


dinas selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung kepada pasien atau
keluarga yang mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan tidak lebih lima menit
perpasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien dan keluarga perlu
diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse station setelah kunjungan kepasien
berakhir.

4. Epilog

Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan pasien yang bersifat rahasia.
Setelah proses operan selesai dilakukan, maka kedua PP menandatangani laporan
operan dengan diketahui oleh kepala ruangan.

f. Evaluasi
1. Struktur (input)
Pada operan, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain: catatan
timbang terima, status klien dan kelompok shift oepran. Kepala ruang selalu memimpin
kegiatan operan yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu malam ke pagi dan
pagi ke sore. Kegiatan oepran pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer
yang bertugas pada saat itu.

2. Proses

Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang
bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Operan pertama dilakukan di nurse
station kemudian ke ruang perawatan pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi
operan mencakup jumlah pasien, diagnosis keperawatan, dan intervensi yang
belum/sudah dilakukan. Waktu unutuk setiap pasien tidak lebih dari lima menit saat
klarifikasi ke pasien.

3. Hasil

Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui
perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

g. Format Operan

FORMAT OPERAN PENDERITA

Nama : Kamar :
Pasien

Umur : Dx. :
Medis

Tanggal :
Asuhan Operan

Keperawatan Sift Pagi Sift Sore Sift Malam

Masalah
Keperawatan

S: S: S:

Data Fokus O: O: O:

(Subyektif & A: A: A:
Obyektif)
P: P: P:

Intervensi yang
sudah

Dilakukan

Intervensi yang
belum
Dilakukan

Hal-hal yang perlu di

Perhatikan (Lab,
Obat,-

Advis Medis)

Tanda Tangan PP PP Pagi: PP Sore: PP Malam:

PP Sore: PP Malam: PP Pagi:

Karu: Karu:

h. Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk
mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan
efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR untuk mencapai
keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu. (Rina, 2012)

i. Konsep SBAR

Menurut Rina, 2012 konsep SBAR yaitu sebagai berikut;


1. S (siuation) Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien.

- Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.

- Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan.

2. B (background)

Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:

- Daftar pasien

- Nomor medical record

- Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan

- Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor.

- Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien

- Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes labor sebagai
pembanding

- Informasi klinik lainnya

Background merupakan informasi penting tentang apa yang berhubungan dengan


kondisi pasien terkini.

3. A (assessment/pengkajian)

Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini

4. R (recommendation)

Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien pada saat ini.

j. SBAR Model

Menurut Rina, 2012;


1. Komunikasi menjadi efektif dan efisien

2. Menawarkan sebuah cara yang simple untuk standart komunikasi dengan


menggunakan 4 elemen umum

3. Mencerminkan umum dan nursing process

4. Membuat bahasa yang umum

k. Laporan Kondisi Pasien Antar Shift DinaS (Dengan SBAR)

Menurut (Rina, 2012) Sebelum Operan pasien :

1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

2. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan kondisi pasien yang akan
dilaporkan

3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan

4. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat shif
sebelumnya.

5. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.


BAB III

SKENARIO OPERAN

A. Pemeran
Karu :
Katim :
Perawat Sift Malam:
Perawat Sift Pagi:

B. Naskah Drama Operan

Pagi pukul 7.45 wib, tiba lah perawat Sift Pagi beserta Karu,

Perawat Pagi : Selamat Pagi

Perawat malam : Selamat Pagi juga

Endang : ehh, sudah datang...

Lena : iya tepat waktu...

Endang : yasudah, letakkan dulu tasnya di ruang...

Lena : baiklah,,

Detik-detik Proses Operan pun tiba pada jam 08.00 Wib, setelah lengkap Karu, Katim
dan perawat shift pagi datang...

Karu : (melihat jam) sudah jam 08.00 nih, sudah waktunya operan sift malam
dengan shift pagi...

Endang : baik bu, mari kita mulai saja operan pagi ini

Karu : yasudah, langsung saja.

(membuka acara operan)


Sebelum memulai operan ini alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.. do’a dimulai... selesai...

Baik, untuk Pj malam, bg Endang bisa disampaikan laporan pagi ini,.silahkan...

Endang : baik, terimakasih..

Untuk operan pagi ini ada 4 pasien.. nah dari ke empat ini ada 2 pasien baru.. di kamar
3 & 4...

Pasien Pertama (PJ Endang)

S -: Tn. F (49 Tahun)

- Kamar 1

- Dx: Asma

- Keadaan komposmetis

- Klien masih sesak napas

- Pernapasan cuping hidung

- Pernapasan cepat

- Terdapat sekret yang kental

B -: Telah diberikan terapi O2 2 liter

- Telah diberikan terapi nebulizar

A -: Pemeriksaan TTV

o TD : 130/90 mmHg
o P : 80 x/m

o R : 30 x/m

o T : 37 oC

- Diet M2

- Terapi IVFD RL 20 tts/m

R -: Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam

- Lakukan pemberian terapi nebulizer 12 x/j

- Pantau pemberian Terapi O2

Lena : ada yang perlu di cek bg? cek sputum?

Endang : tidak ada ratih,,

Lena : masih sering sesak bapak ini?

Endang : bapak ini masih sesak,, jadi terapi O2 nya tolong nanti di pantau.

Lena : oh iyaa buk..

Dan penandatangani hasil operan dinas malam.. selanjutnya.....

Endang : operannya sudah selesai, pasti sudah lengkap semua. Nah bagi

yang dinas pagi selamat bertugas. Dan yang shift malam kalau mau pulang silahkan,
dan yang lain menyesuaikan. Dan sebelum mengakhiri hasil operan ini,, kita berdo’a
dulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing, supaya selamat sampai tujuan,
berdo’a dimulai.. berdo’a selesai..

untuk acara selanjutnya, silahkan untuk menyesuaikannya masing-masing.. terimakasih


assalamualaikum..

Perawat : Walaikumsalam..

Endang : kalau begitu kami pulang dulu ya.. assalamualaikum...

Perawat : walaikumsalam..

Lena : iya, hati-hati dijalan.


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta : Salemba Medika

Rostandi Purba, Juli. Achmad fathi. 2012. Jurnal Gaya Kepemimpinan dan Manajemen Koflik
Kepala Ruangan di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan

Rina. 2012. Tesis...

Sugiharto, A. S, Dkk. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah Sakit.Jakarta:


EGC

Anda mungkin juga menyukai