B. Data Subsystem
Data subsystem memiliki 8 subsistem yang saling mempengaruhi antara lain :
1. Lingkungan fisik
Dalam lingkungan fisik terdapat 2 cara :
a. Inspeksi : Lingkungan sekolah anak usia sekolah, kebersihan lingkungan, aktifitas
anak usia sekolah di lingkungannya, data dikumpulkan dengan winshield survey dan
observasi dan apakah lingkungan sekolah dekat dengan tempat yang mengancam
seperti dekat pusat perbelanjaan, sungai, tempat pembuangan limbah, dan jalan raya
b. Auskultasi : Mendengarkan aktifitas yang dilakukan anak usia sekolah dari guru
kelas,kader UKS, dan kepala sekolah melalui wawancara.
c. Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
bagi perkembangan anak usia sekolah.
2. Pelayanan kesehatan dan social
Didapatkan dari ketersediaan pelayanan kesehatan khususnya anak usia sekolah seperti
ruang UKS, dokter/perawat sekolah, sistem rujukan ke dokter atau puskesmas. Bentuk
pelayanan kesehatan yang diberikan seperti pemantauan tumbuh kembang secara rutin,
program imunisasi pada anak sekolah, pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Apakah terdapat pelayanan konseling yang dapat dimanfaatkan anak sekolah misalnya
layanan konseling dengan guru, kelompok belajar, kelompok seni anak dan lainnya
3. Ekonomi
Data ekonomi didapat dari jumlah pendapatan orang tua siswa, jenis pekerjaan orang
tua siswa, jumlah uang jajan para siswa melalui wawancara dengan melihat data di staff
tata usaha disekolah, dan apakah sekolah membiayai pelaksanaan proses belajar
mengajar disekolah, apakah sepenuhnya dibantu oleh Pemerintah/swadaya masyarakat
4. Keamanan dan transportrasi
a. Keamanan : Adanya satpam sekolah dan petugas penyeberang jalan.
b. Transportasi: Untuk jenis transportrasi yang dapat digunakan anak usia sekolah,
adanya bis sekolah untuk layanan antar jemput siswa, apakah adanya fasilitas
transportasi yang tersedia yang dapat digunakan oleh siswa untuk kebutuhan
emergency
5. Politik dan pemerintahan
Untuk kebijakan pemerintah tentang anak usia sekolah, dan tata tertib sekolah yang
harusdipatuhi seluruh siswa.
6. Komunikasi
Komunikasi ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Komunikasi formal mengunakan media komunikasi yang digunakan oleh anak usia
sekolah untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan melalui buku
dan sosialisasi dari pendidik.
b. Komunikasi informal mengunakan komunikasi/diskusi yang dilakukan anak usia
sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru dan orang tua dalam menyelesaikan
dan mencegah masalah anak sekolah,keterlibatan guru dan orang tua dan lingkungan
dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah.
7. Pendidikan
Terdapat pembelajaran tentang kesehatan seperti melatih perilaku hidup bersih dan
sehat pada anak usia sekolah, jenis kurikulum yang digunakan sekolah, dan tingkat
pendidikan tenaga pengajar di sekolah.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan anak usia sekolah, tempat sarana penyaluran bakat
anak usia sekolah seperti olahraga dan seni, pemanfaatannya, kapan waktu
menggunakannya, keamanan serta kapasitas ruang yang tersedia.
C. Prioritas Masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosis
keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosis yang telah ditemukan.
Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnose keperawatan komunitas
yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat antara lain :
1. Pentingnya penyelesaian masalah
2. Perubahan positif untuk penyelesaian di komunitas
3. Penyelesaian untuk peningkatan kualitas hidup
4. Defisit kebersihan diri pada komunitas anak usia sekolah
5. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregatanak usia sekolah
6. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk memperoleh
informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya
7. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala pembobotan, yaitu : 0 =
tidak ada, 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi. Kemudian masalah kesehatan diprioritaskan
berdasarkan jumlah keseluruhan scoring tertinggi
E. Perencanaan
Perawat dapat menggunakan pendekatan tiga level pencegahan dalam membuat
perencanaan keperawatan yaitu:
1. Perencanaan Primer (primery prevention)
a. Program Promosi Kesehatan
1) Pendidikan kesehatan tentang: manfaat makanan sehat dan cara memilih jajanan
sehat, kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah, kebersihan diri (rambut, kulit,
kuku, pakaian, sepatu), cara mencuci tangan yang baik dan konsentrasi, dan lain-
lain sesuai kebutuhan anak usia sekolah
2) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (perawat dapat meminta
bantuan guru dan kader kesehatan sekolah untuk melakukan pengukuran TB/BB
setiap 4 bulan dan mencatatnya di KMS anak sekolah. Mengingat banyak sekolah
yang ada di wilayah binaan perawat, maka sebaiknya perawat sudah membuat
jadwal kunjungan tenaga kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali untuk
tiap sekolah
3) Memberikan layanan konseling tumbuh kembang anak usia sekolah atau masalah
kesehatan
4) Membentuk kelompok swabantu anak usia sekolah sebagai support bagi anak
sekolah, orang tua atau keluarga yang memiliki anak usia sekolah
b. Program Proteksi Kesehatan
1) Pelayanan imunisasi: pemberian imunisasi untuk anak SD kelas 1, pemberiam DT
dan SD kelas VI (wanita) pemberian TT
2) Program pencegahan kecelakaan pada anak usia sekolah seperti menfasilitasi
zebra cross untuk penyebrangan, menyediakan petugas yang membantu anak
sekolah menyebrang, menganjurkan anak menggunakan pelingung lutut/helm jika
bersepeda, menganjurkan sekolah untuk menjaga kebersihan lantai agar tidak
licin (membuat tanda peringatan bila sedang dibersihkan, menganjurkaan sekolah
untuk dapat memperhatikan keselamatan anak seperti : tangga dibuat tidak curam,
lapangan bermain tidak berbatu, menganjurkan keluarga untuk meningkatkan
pengawasan pada anak usia sekolah khususnya anak usia sekolah yang di dekat
jalan, sungai atau tempat yang berbahaya, pemantauan yang ketat terhadap
jajanan yang dijual di sekolah
3) Perlindungan caries pada anak usia sekolah: flouridasi
4) Perlindungan anak usia sekolah dari chilld abuse dari orang dewasa di sekitarnya:
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan dan kesehatan anak
usia sekolah, termasuk sikap guru yang mendidik bukan menghukum, membuat
sistem pelaporan dan sangsi yang jelas apabila menemukan anak-anak usia
sekolah yang mengalami tindakan kekerasan baik fisik, emosional, atau seksual
dari orang lain, untuk segera diproses secara hukum yang berlaku di Indonesia.
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
a. Deteksi dini dan pengobatannya, sebagai deteksi tumbuh kembang anak sekolah,
atau penyakit untuk segera ditegakkan diagnosis dan pengobatan sejak dini
b. Perawatan emergency, misal nya diberikan pada anggota anak usia sekolah yang
mengalami kecelakaan di sekolah, atau lalu lintas
c. Perawatan akut dan kritis, diberikan pada anak usia sekolah yang mengalami sakit
akut seperti diare, demam, dan lain-lain. Perawatan juga diberikan pada anak usia
sekolah dengan penyakit kritis.
d. Diagnosis dan terapi, perawat komunitas dapat menegakkan diagnosis keperawatan
dan segera memberikan terapi keperawatannya.
e. Melakukan rujukan untuk segera mendapatkan perawatan lebih lanjut
Program pengembangan
5510
Pemasaran social
8700
Prevensi Sekunder
Manajemen penularan
1600 8750 penyakit
Kepatuhan perilaku
1602 Perilaku promosi 8820 Manajemen lingkungan
kesehatan
8750 Sosialisai masyarakat
Fungui keluarga
2506
Integritas keluarga
2600
Partisipasi keluarga
2602 dalam perawatan
Partisipasi dalam
1606 pengambilan keputusan
perawatan kesehatan
F. Implementasi
Perawat komunitas dapat menggunakan empat strategi dalam melaksanakan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya, yaitu melalui :
1. Pemberdayaan komunitas sekolah : hal ini penting dilakukan agar komunitas
sekolah peduli terhadap masalah kesehatan anak usia sekolah. Pemberdayaan
disesuaikan dengan kemampuan yang ada di komunitas, misalnya : sekolah
mendirikan kantin sehat dan jujur, yang menjual jajanan yang sehat (bebas
pewarna/pemanis buatan, bebas pengawet, serta memperhatikan masa
kadaluarsanya) dan siswa dibiasakan untuk jujur mengambi l dan membayar
sendiri di kotak yang telah disediakan.
2. Proses kelompok perawat komunitas juga dapat menggunakan pendekatan
kelompok, agar implementasi dapat mencapai tujuan yang di harapkan. Kelompok
yang terdiri dari anak sekolah yang mempunyai masalah yang sama, kelompok ini
akan sangat bermanfaat membantu keluarga menemukan solusi masalah kesehatan.
Contoh dibentuknya kelompok swabantu anak usia sekolah yang mengalami
gangguan konsentrasi belajar, kelompok ini dengan difasilitasi oleh guru dan
perawat komunitas akan mencoba mengenali penyebab dan mencarikan solusi,
serta melatih konsentrasi anak. Anjuran untuk latihan berenang cukup efektif untuk
membantu anak belajar konsentrasi.
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan seperti dijelaskan diawal akan sangat membantu anak
sekolah meningkatkan pengetahuannya untuk merubah perilaku hidup lebin sehat.
4. Kemitraan
Kemitraan perlu dibentuk agar ada jejaring kerja, contoh : bermitra dengan
pedagang kantin agar dapat menyediakan makanan yang murah dan sehat. Bermitra
dengan perusahaan/percetakan buku yang dapat memberikan buku murah bagi
anak. Tentu masih banyak lagi kemitraan yang dapat saudara bangun dalam rangka
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah.
G. Evaluasi
Perawat komunitas bersama komunitas dapat mengevaluasi semua implementasi yang
telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu mencapai
kesehatan anak usia sekolah yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Reni. 2015. Modul Keperawatan Komunitas 1: Asuhan Keperawatan pada
Kelompok Khusus.Jakarta: Bakti Husada
Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Sahar, J., Setiawan, A., & Riasmini, N.M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga. Edisi 1. Singapore. Elsevier inc